Anda di halaman 1dari 11

PENGENALAN KONSELING ONLINE DALAM ERA 4.

Adinda Saraswati
19220054
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bimbingan Konseling
Email : adinda.saras8@gmail.com

ABSTRAK

Penggunaan media dalam memberikan layanan konseling sangat mempengaruhi


keterampilan konselor dalam melakukan konseling melalui media internet maya.
Pengembangan dari teknologi komunikasi di era 4.0 menjadikan konselor lebih mengenal,
menggunakan dan menerapkan media konseling secara virtual melalui internet.
Perkembangan komunikasi teknologi menuntut konselor untuk berinovasi, terutama dalam
memberikan layanan e-konseling sebagai wadah bagi konselor untuk memberikan alternatif
pemecahan masalah yang dihadapi konseli. Metode penulisan artikel jurnal ialah pengkajian
ulang mengenai konseling online yang berasal dari studi dokumen berupa buku dan penelitian
terdahulu yang dijadikan sumber data yang mendukung penulisan artikel ini. Selanjutnya
yaitu dengan mengurai konsep dan teori dari artikel tersebut secara terperinci. Langkah
langkah yang dilakukan dalam studi pustaka untuk pengkajian mengenai konseling online.
Hasil Penulisan artikel ini dalam bimbingan konseling membuat kemajuan dalam pelayanan
konseling dalam menghadapi tantangan di era 4.0. Sangatlah penting bagi konselor untuk
melakukan konseling online karena seiring perkembangan teknologi yang semakin modern
yang menuntut bagaimana konselor untuk dapat memberikan layanan konseling tanpa
konseling face to face, sehingga harus menciptakan inovasi-inovasi dalam layanan bimbingan
konseling yang kemudiannya dapat berjalan dengan efektif serta sebagai alternatif strategi
pelayanan konseling, karena dapat dilihat sejauh perkembangan saat ini kebutuhan akan
konseling sangat meningkat. Adapun juga hambatan yang di alami pada saat konseling online
tersebut tetapi bisa diatasi. Oleh sebab itu konselor online diharapkan untuk melek teknologi,
dapat menggunakan serta memanfaatkan teknologi

Kata Kunci : Konseling Online, Era 4.0, Teknologi.

PENDAHULUAN

Perkembangan konseling juga tidak lepas dari pengaruh perkembangan teknologi.


Pada awalnya konseling hanya sebatas pertemuan tatap muka (face to face) antara Konselor
dan Klien, namun saat ini konseling juga dapat diselenggarakan dengan berbagai media yang
memungkinkan hubungan konseling jarak jauh (Prayitno, 2012: 136). Penghantaran
konseling jarak jauh yang dibantu oleh teknologi terus bertumbuh dan mengalami proses
evolusi. Bantuan teknologi di dalam bentuk penilaian dengan bantuan komputer dan sistem
informasi dengan bantuan komputer telah tersedia dan digunakan secara luas selama
beberapa waktu ini. Perkembangan yang pesat dan penggunaan internet untuk
meng¬hantarkan informasi dan menyokong komunikasi telah menghasilkan bentuk-bentuk
konseling baru, salah satunya adalah konseling jarak jauh yang dibantu teknologi, yang dapat
diperbaharui dengan mudah dalam kaitannya dengan evolusi teknologi dan praktiknya.
Istilah konseling online merupakan dua kata yang berbeda yaitu “konseling” berasal
dari kata “Counseling” (Inggris) dan kata “Online”. Kedua kata tersebut lebih lanjut dapat
dimaknai sebagai berikut: Konseling sebagai serangkaian kegiatan paling pokok dari
bimbingan dalam usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien
dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus
(Winkel, 2005). Mallen & Vogel (2005) menjelaskan definisi konseling online:
“Any delivery of mental or behavioural health services, including but not
limited to therapy, consultation, and psychoeducation, by a licensed
practitioner to a client in a non-face-to-face setting through distance
communication technologies such as the telephone, asynchronous email,
synchronous chat, and video conference”.
Semula, teknologi digunakan dalam konseling untuk mempermudah penyimpanan
rekaman, mengolah data dan mengolah kata. Kini, faktor-faktor yang mempengaruhi
interaksi teknologi-klien semakin mendapat perhatian, khususnya internet dan telepon
(Reese, Conoley, dan Brossart, dalam Samuel T. Gladding, 2012:28) “Jumlah aplikasi
komputer berbasis jaringan dalam konseling meningkat sangat cepat” (Sampson, Kolodinsky,
dan Greeno, dalam Samuel T. Gladding, 2012:28). E-mail juga digunakan dalam interaksi
konselor-klien. Situs web dikelola oleh organisasi konseling, program pendidikan konselor,
dan konselor individual (Pachis, Rettman, dan Gotthoffer, dalam Samuel T. Gladding,
2012:28). Bahkan terdapat jurnal konseling profesional online.
Maka dari itu, konseling online merupakan alternatif strategi pelayanan konseling,
karena dapat dilihat sejauh perkembangan saat ini kebutuhan akan konseling sangat
meningkat. Kondisi seperti itu sangat mengharuskan konselor untuk dapat menguasai tata
cara, media virtual yang digunakan, etika dalam konseling online. Lebih lanjut artikel ini
mendiskripsikan tentang konseling online untuk memberikan pemahaman konseptual dalam
pelayanan konseling online. Sehingga kedepannya konselor dalam melaksanakan pelayanan
e-counseling dapat melakukan pelayanan konseling online secara profesional dengan
memperhatikan etika dalam pelaksanaan konseling online melalui internet.
METODE PENELITIAN
Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui online counseling dapat digunakan
sebagai alternatif strategi konselor dalam melaksanakan pelayanan e-counseling di era
industri 4.0. Peneliti menggunakan metode pengkajian ulang mengenai konseling online yang
berasal dari studi dokumen berupa buku dan penelitian terdahulu yang dijadikan sumber data
yang mendukung penulisan artikel ini. Selanjutnya yaitu dengan mengurai konsep dan teori
dari artikel tersebut secara terperinci. Langkah langkah yang dilakukan dalam studi pustaka
untuk pengkajian mengenai konseling online.

PEMBAHASAN
Pengertian Konseling Online
Era digitalisasi merupakan era yang sangat berpengaruh bagi perkembangan dan
kemajuan teknologi. Konseling online sebagai bentuk nyata dari dampak perkembangan
teknologi di era digitalisasi ini. Konseling online jika dikaji dari segi istilah dan bahasa terdiri
dari dua kata yaitu konseling dan online.
Konseling adalah usaha membantu konseli secara tatap muka dengan tujuan agar
konseli dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah
khusus, dengan kata lain teratasinya masalah yang dihadapi oleh konseli (Sutirna, 2013:15).
Konseling adalah proses belajar yang bertujuan agar konseli dapat mengenal diri sendiri,
menerima diri sendiri serta secara realistis dalam proses penyesuaian dengan lingkungannya.
Konseling bertujuan membantu individu untuk menginterprestasi fakta-fakta, mendalami arti
nilai hidup pribadi, kini dan mendatang. (Nurihsan, 2005:10).
Winkel menyatakan bahwa “konseling adalah serangkaian kegiatan paling pokok
dalam bimbingan dalam usaha membantu konseli/konseli secara tatap muka dengan tujuan
agar konseli dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan (2005:34).
Seiring dengan pendapat di atas Prayitno dan Erman Amti mengungkapkan bahwa “konseling
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang
ahli (konselor) kepada individu yang bermasalah (konseli) yang bermuara pada teratasinya
masalah yang dihadapi konseli (2004:105).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa konseling adalah usaha
membantu konseli secara tatap muka yang bertujuan untuk membantu konseli mengatasi
permasalahan yang dihadapi secara mandiri serta mampu mengambil keputusan terhadap
berbagai permasalahan yang dihadapinya.
Sementara online menurut Wikipedia, adalah dimaknai dalam jaringan atau daring
atau keadaan saat sesuatu terhubung ke dalam suatu jaringan atau system (Ifdil, 2013: p. 2).
Lebih lanjut kata online jaringan (seperti Internet) dan siap untuk digunakan (atau digunakan
oleh) komputer atau perangkat lain (Business Dictionary, 2011).
Secara umum, sesuatu dikatakan online adalah bila ia terkoneksi/terhubung dalam
suatu jaringan ataupun sistem yang lebih besar. Online adalah istilah saat kita sedang
terhubung dengan internet atau dunia maya, baik itu terhubung dengan akun media social,
email dan berbagai jenis akun lainnya yang kita pakai atau gunakan lewat internet. Jadi dapat
disimpulkan bahwa online adalah suatu jaringan atau perangkat yang dalam kondisi
terhubung ke internet yang dapat digunakan kapan saja dan dimana saja.
Berdasarkan penjabaran di atas dapat kita dilihat bahwa konseling online adalah
kegiatan konseling yang dilakukan dengan memanfaatkan media yang terhubung ke internet.
Menurut Pranesti Konseling online merupakan suatu perpaduan antara kemajuan ilmu
pengetahuan tentang layanan bimbingan konseling dan penguasaan ilmu teknologi (2017,
p.17).
Nabilah (dalam Prasetyo dan Djuniadi) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
konseling melalui internet adalah layanan konseling profesional antara konselor dengan
konseli yang terpisah jarak dan waktu dengan memanfaatkan teknologi internet baik
interaktif maupun tidak interaktif, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan
menggunakan situs yang aman dan berisi informasi-informasi yang senantiasa diperbaharui,
dimana layanan konselingnya bisa diberikan melalui email, chat, maupun video conferencing
dengan aman (2015, p6).
Lebih lanjut Prasetyo dan Djuniadi (2015, p.7) mengungkapkan, seiring dengan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, ada cara baru yang dapat membantu
proses konseling, yaitu dengan memanfaatkan teknologi untuk berkomunikasi melaui format
jarak jauh yang dikenal dengan istilah e-konseling.

Manfaat Konseling Online


Konseling online merupakan salah satu inovasi pelayanan konseling yang berbasis
digital sesuai dengan perkembangan zaman. Konseling online ini memberikan kemudahan.
Media ini memungkinkan konseli untuk melakukan konseling kapan saja dan dimana saja.
Selain itu media ini juga dapat menjadi salah satu alternatif bagi konseli yang malu untuk
konseling sescara langsung.
Huzili, dan Othman (dalam Petrus dan Sudibyo) menjelaskan beberapa manfaat
layanan cybercounseling yang dapat mencakup:
1. Konseli dapat mengirim dan menerima pesan setiap saat, siang atau malam dan di
setiap tempat
2. Konseli mampu mengambil selama mereka ingin menulis, dan memiliki
kesempatan untuk merenungkan pesan,
3. Konseli secara otomatis memiliki catatan komunikasi untuk merujuk nanti,
4. Konseli merasa kurang introvert dari secara pribadi (2017, p.6)
Manfaat konseling online yang ada ini dapat menjadi alasan pendukung bagi konseli
melakukan konseling. Alasan klasik yang paling sering di temui adalah karena konseli malu
untuk menceritakan masalah secara langsung kepada konselor. Selain itu terbatasnya fasilitas
penyedia layanan konseling membuat akses untuk melakukan konseling menjadi sulit dan
juga pada saat pembatasan jarak dan aktivitas seperti pada sekarang ini konseling online bisa
menjadi salah satu solusinya. Shaw and Shaw (dalam Ardi 2013, P.1) menjelaskan bahwa
konseling online sangat cocok untuk konseli yang terisolasi secara geografis, cacat fisik, tidak
ingin melakukan konseling, dan konseli yang lebih suka menulis daripada berbicara.

Proses Konseling Online


Proses konseling online tidaklah sebuah proses yang mudah. Perlu memiliki skill
pendukung lain selain keterampilan dasar konseling. Dalam melakukan proses konseling
terdapat beberapa tahap. Konseling online ini dilakukan tidak jauh berbeda dengan proses
konseling pada umumnya. Dalam melakukan konseling online meliputi tiga tahap, yaitu
tahap I atau persiapan, tahap II atau proses konseling, dan terakhir tahap III atau pasca
konseling. Berikut tahapan-tahapan proses konseling online:
A. Tahap 1 (Persiapan)
Persiapan merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki dalam melakukan setiap
kegiatan. Sama halnya dalam konseling. Adapun persiapan pertama yang harus
dilakukan terdiri dari persiapan konselor sendiri dan media elektronik. Media
eloktronik dalam konseling online mencakup dua aspek yaitu teknis penggunaan
perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) yang mendukung
penyelenggaraan konseling online. Perangkat keras berupa perangkat komputer/laptop
yang dapat terkoneksi dengan internet, headset, mic, webcam dan sebagainya.
Sedangkan perangkat lunak yaitu terdiri dari program-program yang mendukung dan
yang akan digunakan, account dan alamat email dan lainnya.
B. Tahap II (Proses Konseling)
Tahapan konseling online selanjutnya tidak jauh berbeda dengan konseling
face to face pada umumnya. Hubungan konselor dengan konseli harus terjalin dan
pertemuan pertama merupakan awal keberlangsungan pertemuan berikutnya. Hal
yang sangat penting pada tahap ini adalah membangun hubungan emosional yang
bagus, nyaman agar konseli terbuka dalam menyampaikan permasalahan serta
terciptanya hubungan yang luwes. Hubungan yang akrab antara konselor dan konseli
serta saling percaya harus dapat ditumbuhkan dan dikembangkan.
Kemudian penjajakan atau pengenalan yaitu hal-hal yang diutarakan konseli
yang berkaitan dengan perkembangan dan permasalahan dalam hubungan konseling.
Dalam hal ini konselor harus melakukan pendalaman kepada masalah konseli, dengan
melakukan teknik pertanyaan terbuka, refleksi, dorongan minimal, dan beberapa
teknik lainnya. Konselor juga harus bisa mengungkap penyebab masalah yang sedang
dihadapi konseli. Berikutnya penafsiran yaitu menafsirkan arti, masalah, tujuan, dan
perasaan konseli. Ini merupakan bagian dari teknik-teknik konseling individu pada
umumnya.
C. Tahap III (Pasca Konseling)
Dalam tahap ini adalah lanjutan dari tahap sebelumnya dimana pada tahap ini
akan kelihatan apakah konseling sukses dengan ditandai kondisi konseli KES
(effective daily living- EDL), konseling selanjutkan akan diadakan konseling face to
face. Kemudian konseli akan dialih tangankan jika masalah belum dapat diselesaikan.
Jika diperhatikan tahapan konseling online dengan konseling face to fece
hampir sama, namun yang membedakannya terletak pada perangkat yang digunakan
oleh konselor dan konseli. Jika konseling online wajib menggunakan jaringan berbeda
dengan konseling face to face jaringan digunakan jika memang diperlukan. Konseling
online tidak dapat berlansung jika tidak memiliki perangkat jaringan dan kawan-
kawannya, sedangkan konseling face to face masih bisa dilaksanakan.

Kategori Konseling Online


Secara spesifik dalam pelaksanaan konseling online melalui media virtual internet
terdapat dua jenis yaitu non interaktif dan interaktif synchronous maupun interaktif
asynhronous (Mallen & Vogel, 2005; Wibowo, 2016). Sebagai berikut:
1) Non Interaktif: situs konseling yang memberikan layanan non interaktif
merupakan suatu bentuk layanan informasi atau jika kita kaitkan dengan
bimbingan komprehensif merupakan salah satu bentuk layanan dasar (yang
mendukung individu sebagai sebuah nara sumber yang berisi informasi bagi
pengayaan diri dan bersifat self help bagi pribadi yang membutuhkan. 2)
2) Interaktif: Konseling yang berjenis interaktif adalah situs yang menawarkan
alternatif bentuk terapi melalui internet, dimana terdapat interksi antara konseli
dan konselor baik secara langsung atau synchronous ataupun tidak langsung
asyncrhronous. Berikut pembagian jenis layanan yang ditawarkan dalam situs
yang memberikan layanan dalam bentuk jenis interactive.
Interaktif Synchronous:
Merupakan media layanan konseling yang dilakukan secara langsung dan
dalam waktu yang sebenarnya, bentuknya berupa pembicaraan melalui teks.
pembicaraan melalui teks memberikan kesempatan kepada individu-individu untuk
saling berkomunikasi secara dinamis dalam waktu yang sama melalui internet.
Interaktif Asynchronous:
Merupakan layanan konseling interaktif akan tetapi tidak terjadi dalam waktu
yang bersamaan. Dalam hal ini terdapat waktu tunda, antara pengungkapan
permasalahan konseli dengan respon yang diberikan oleh konselor. Terdapat dua
bentuk layanan dalam metode konseling ini, yaitu terapi email dan Bulletin Boards
Counseling (BBC). Terapi email merupakan suatu proses menulis tentang
permasalahan yang dialami dan dirasakan oleh konseli yang bisa dijadikan sebagai
bahan terapetik bagi dirinya sendiri. Dalam email konseling, konseli mengirimkan
pesan melalui email kepada konselor mengenai permasalahan yang dihadapinya,
kemudian konselor memberikan respon balik secara profesionala melalui email.
Konseling melalui email, memberikan pelayanan konseling lebih pribadi dalam
hubungan satu sama lain antara konselor dan konseli.
Model komunikasi dalam bentuk ini lebih efesien, karena hampir seluruh
konseli yang mencari bantuan layanan konseling melalui internet memilikinya.
Bulletin Boards Counseling (BBC) adalah suatu sistem dimana konseli
mempublikasikan pertanyaan di bulletin board, untuk selanjutnya konselor akan
memberikan jawaban atau masukannya terhadap permasalahan konseli tersebut,
bulletin board merupakan suatu ruang dimana seseorang dapa meninggalkan pesan
dengan tetap merahasiakan identitasnya, dengan harapan akan memperoleh jawaban
atau respon dari ruang publik yang ramah (Wibowo, 2016).
Chat-Asynchonous seperti email dan text chat, orang tidak harus duduk
didepan komputer yang tersambung ke dalam jaringan online. Biasanya ini berarti ada
peregangan kerangka waktu di mana interaksi terjadi, anda memiliki jam, hari, atau
bahkan minggu untuk menanggapi pesan tersebut (Prasetya, 2017). Biasanya ini
berarti ada peregangan kerangka waktu di mana interaksi terjadi, konselor memiliki
jam, hari, atau bahkan minggu untuk menanggapi pesan tersebut. Kesempatan untuk
mengirim pesan ke konselor dapat dilakukan setiap saat dan menciptakan perasaan
nyaman bahwa konselor selalu ada, selalu hadir, yang memudahkan jarak pemisahan
dan memungkinkan konseli untuk mengartikulasikan pikiran dan perasaan mereka
dengan segera kepada konselor, daripada harus menunggu pada pertemuan konseling
berikutnya.
Ada banyak sekali media virtual yang menyediakan bentuk konseling online.
Kondisi tersebut bertujuan untuk memudahkan konselor dalam membantu kliennya,
memberikan kenyamanan kepada klien dalam mengungkapkan permasalahaan yang
dihadapai dengan menggunakan aplikasi teknologi sebagai penghubung dirinya
dengan konselor dengan tanpa harus tatap muka secara langsung. Adapaun Beberapa
media yang digunakan untuk melakukan e-counseling seperti Website/situs,
Telephone/ Hand phone, Email, Chat , Instant Messaging dan Jejaring Sosial, Video
conferencing
Menurut Kirana (2019) ada beberapa bentuk layanan konseling online. Berikut
beberapa model cyber counseling yang telah di kembangkan dan disesuaikan dengan konseli
yang merupakan generasi milenial, antara lain: 1) Cyber Counseling berbasis E-mail; 2)
Cyber counseling Chat Asynchonous berbasis android; 3) Cyber Counseling Berbasis Teks
Menggunakan Riliv Aplikasi Android; dan 4) Cyber Counseling berbasis Facebook.

Kelebihan dalam Konseling Online


Pembahasan selanjutnya adalah terkait kelebihan dalam pelaksanaan konseling online.
Berikut adalah tiga kelebihan dalam melakukan konseling online.
1. Klien yang melakukan konseling online akan terbebas dari stigma masyarakat.
Banyak masyarakat yang masih tabu dengan isu-isu terkait kesehatan mental,
bertemu dengan konselor maupun psikolog, dan ikut dalam proses konseling.
Masyarakat beranggapan bahwa individu yang menemui konselor adalah orang
yang nakal dan mengalami gangguan dalam kejiwaannya. Hal ini yang banyak
dihindari oleh orang-orang yang akan melakukan konseling dengan konselor.
Adanya konseling online merupakan salah satu harapan bagi klien yang masih
cemas dengan pelabelan dari masyarakat. Dengan konseling online maka individu
tersebut tidak perlu takut akan stigma orang sekitar karena proses konseling
dilakukan melalui media telekomunikasi (Tartakovsky, 2013).
2. Kelebihan yang kedua adalah pemberian konseling tidak terbatas tempat, sehingga
bisa menjangkau tempat-tempat di luar jangkauan konselor asalkan terdapat
fasilitas media telekomunikasi. Dengan adanya konseling online, klien yang
diterima oleh konselor tidak terbatas hanya dari tempat konselor tinggal. Akan
tetapi klien bisa berasal dari luar daerah, luar pulau, maupun luar negeri.
3. Kelebihan yang ketiga adalah melalui konseling onlie klien diperbolehkan tidak
menuliskan identitas lengkap. Hal ini membuat beberapa orang menjadi lebih
nyaman dalam melakukan konseling online sehingga menjadi jauh lebih terbuka
(King et al,2006). Ada beberapa tipe klien yang merasa tidak nyaman apabila
bertemu langsung, bertatapan wajah dengan konselor, atau pun konselor
mengetahui tentang identitas klien. Ada beberapa aplikasi pemberi layanan
konseling online yang tidak mengharuskan klien menuliskan secara lengkap
terkait identitasnya ataupun no name. hal ini membuat klien merasa lebih nyaman
dalam melakukan konseling online.

Hambatan Pada Saat Konseling Online


Hambatan yang muncul dalam pelaksanaan konseling online. Ada beberapa hambatan
yang muncul, yaitu :
1. Ketidakmampuan konselor mengamati dan mengidentifikasi respon nonverbal yang
ditunjukkan klien.
2. Ketidakmampuan konselor untuk menunjukkan empati.
3. Kurangnya kemampuan konselor dalam berkomunikasi melalui obrolan di media
online.
4. Adanya permasalahan teknis yang mungkin terjadi selama proses konseling.
5. Gangguan sinyal pada saat proses konseling atau kehabisan paket data.
6. Adanya time delay pada pelaksanaan proses konseling.
7. Adanya permasalahan terkait etika dan kerahasiaan data klien.
8. Ada juga kasus yang tidak dapat diselesaikan dengan konseling online.
KESIMPULAN
Penggunaan teknologi dalam bimbingan konseling membuat kemajuan dalam
pelayanan konseling dalam menghadapi tantangan di era 4.0. Sangatlah penting bagi konselor
untuk melakukan konseling online karena seiring perkembangan teknologi yang semakin
modern yang menuntut bagaimana konselor untuk dapat memberikan layanan konseling
tanpa konseling face to face, sehingga harus menciptakan inovasi-inovasi dalam layanan
bimbingan konseling yang kemudiannya dapat berjalan dengan efektif serta sebagai alternatif
strategi pelayanan konseling, karena dapat dilihat sejauh perkembangan saat ini kebutuhan
akan konseling sangat meningkat. Adapun juga hambatan yang di alami pada saat konseling
online tersebut tetapi bisa diatasi. Oleh sebab itu konselor online diharapkan untuk melek
teknologi, dapat menggunakan serta memanfaatkan teknologi, memiliki berbagai wawasan,
pengetahuan dan etika dalam melakukan layanan konseling online walapun memang di
indonesia masih belum ada etik yang mengatur penyelengaraan konseling online.

DAFTAR PUSTAKA
Skripsi :
Yeni Elvitasari. 2018. “Konseling Online Sebagai Tawaran Alternatif untuk Menarik Minat
Masyarakat Mengikuti Konseling”. Skripsi. Batusangkar : Institut Agama Islam
Negeri.

Jurnal :
Abda P. Ursula (2021). Mengenal Layanan Konseling Online. DAIWI WIDYA Jurnal
Pendidikan Vol.08 No.3 Edisi Juni 2021

Ardi. Z, Meivilona F. Y, dan Ifdil Ifdil (2013). Konseling Online: Sebuah Pendekatan
Teknologi Dalam Pelayanan Konseling. Jurnal Konseling dan Pendidikan ISSN
Cetak: 2337-6740 - ISSN Online: 2337-6880. Volume 1 Nomor 1, Februari 2013,
Hlm 1-5.

Haryati. A (2020). Online Counseling Sebagai Alternatif Strategi Konselor dalam


Melaksanakan Pelayanan E-Counseling di Era Industri 4.0. Bulletin of Counseling
and Psychotherapy / Vol 2, No 2, September 2020. Hlm 27-38.
Muliani. N. Harahap (2021). Konseling Online sebagai Solusi di Masa Pandemi Covid 19.
Jurnal Bimbingan Konseling Islam. Volume 3 Nomor 1, Juni 2021, h. 51 – 64

Anda mungkin juga menyukai