Anda di halaman 1dari 20

KONSELING FORMAT KHUSUS 1

PENGERTIAN,TUJUAN,FUNGSI,PRINSIP,ASAS,DAN LANDASAN BK

PENGERTIAN : bimbingan dan konseling adalah proses bantuan atau pertolongan yang diberikan
oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseling) melalui pertemuan tatap muka atau
hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseling memiliki kemampuan atau kecakapan
melihat dan menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri

TUJUAN : Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik mencapai tugas-tugas perkembangan
secara optimal sebagai makhluk Tuhan, sosial, dan pribadi. Lebih lanjut tujuan bimbingan dan
konseling adalah membantu individu dalam mencapai:

1. kebahagiaan hidup pribadi sebagai makhluk Tuhan,


2. kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat,
3. hidup bersama dengan individu-individu lain,
4. harmoni antara cita-cita mereka dengan kemampuan yang dimilikinya.

FUNGSI : Fungsi Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Pelayanan bimbingan dan konseling mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui
pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling. Fungsi-fungsi tersebut adalah :

Fungsi pemahaman yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman
tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik
pemahaman meliputi :

Pemahaman tentang diri sendiri peserta didik terutama oleh pesert didik sendiri, orang tua, guru
pada umumnya dan guru pembimbing.

Pemahaman tentang lingkungan peserta didik (termasuk didalamnya lingkungan keluarga dan
sekolah) terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya dan guru pembimbing.

Pemahaman lingkungan yang lebih luas (termasuk didalamnya informasi jabatan/pekerjaan,


informasi social dan budaya/nilai-nilai) terutama oleh peserta didik.

Fungsi pencegahan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya dan
terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat
mengganggu, menghambat, ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian tertentu dalam proses
perkembangannya.

Fungsi penuntasan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan teratasinya
berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta didik.

Fungsi pemeliharaan dan pengembangan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta
didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui diselenggarakannya berbagai jenis layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil sebagaimana terkandung didalam masing-masing
fungsi itu. Setiap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan harus secara
langsung mengacu kepada satu atau lebih fungsi-fungsi tersebut agar hasil-hasil yang dicapainya
secara jelas dapat diidentifikasi dan dievaluasi.

PRINSIP : Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Sejumlah prinsip mendasari gerak dan langkah penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan
konseling. Prinsip ini berkaitan dengan tujuan, sasaran layanan, jenis layanan dan kegiatan
pendukung serta berbagai aspek operasional pelayanan bimbingan dan konseling. Dalam layanan
bimbingan dan konseling perlu diperhatikan sejumlah prinsip yaitu:

1. Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran layanan.

Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku
agama dan status social ekonomi.

Bimbingan dan konseling berurusan denga pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis.

Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai aspek perkembangan
individu. Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang
menjadi orientasi pokok pelayanan.

2. Prinsi-prinsip berkenaan dengan permasalahan individu.

Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental/fisik
individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam kaitannya dengan kontrak
sosial, pekerjaan dan sebaliknya pengaruh lingkungan tehadap kondisi mental dan fisik individu.

Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya masalah pada individu
yang kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan bimbingan dan konseling.

3. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program layanan.

Bimbingan dan konseling merupakan bagian dari integral dari upaya pendidikan dan pengembangan
individu, oleh karena itu program bimbingan dan konseling harus diselaraskan dan dipadukan
dengan program pendidikan serta pengembangan peserta didik

Program bimbingan dan konseling harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan individu,
masyarakat dan kondisi lembaga program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan
dari jenjang pendidik yang terendah sampai tertinggi
Terhadap isi dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling perlu diarahkan yang teratur dan
terarah

4. Prinsip-prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan:

Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu
membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahan

Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan akan dilaksanakan oleh individu
hendaknya atas kemampuan individu itu sendiri bukan karena kemauan atau desakan dari
pembimbing atau pihak lain

Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan
permasalahan yang dihadapi

Kerjasama antara guru pembimbing, guru lain dan orang tua yang akan menentukan hasil bimbingan

Pengembangan program pelayanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui pemanfaatan yang
maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlibat dalam proses
pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.

ASAS : .

1. Asas kerahasiaan

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakannya sejumlah data dan keterangan
peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan yaitu data atau keterangannya yang tidak boleh
dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memiliki
dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaannya benar-benar tejamin.

2. Asas kesukarelaan

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang mengkehendaki adanya kesukarelaaan dan kerelaan
peserta didik (klien) mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukan baginya. Dalam hal ini
guru pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan seperti itu.

3. Asas keterbukaan

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi
sasaran layanan/kegiatan bersikap trerbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam keterangan
tentang dirinya sendiri maupun berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi
pengembangan dirinya. Dalam hal ini Guru Pembimbing berkewajiban mengembangkan
keterbukaan peserta didik (klien). Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas
kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri peserta didik yang menjadi sasaran/layanan
kegiatan. Agar peserta didik dapat terbuka, Guru Pembimbing terlabih dahulu harus bersikap
terbuka dan tidak berpura-pura.
5. Asas kegiatan

Yatiu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi
sasaran berpatrisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan layanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal
ini Guru Pembimbing perlu mendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap layanan/kegiatan
bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya.

6. Asas kemandirian

Yaitu bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yaitu :
peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-
individu yagn mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya,
mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri sebagaimana telah
diutarakan terdahulu. Guru Pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan
bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian peserta didik.

7. Asas kekinian

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan dan
konseling ialah permasalahan peserta didik (klien) dalam kondisinya sekarang. Layanan yang
berkenaan dengan ”masa depan atau kondisi masa lampaupun” dilihat dampak dan atau kaitannya
dengan kondisi yang ada dan apa yang dapat diperbuat sekarang.

8. Asas kedinamisan

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan
(klien) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta
berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.

9. Asas keterpaduan

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh Guru Pembimbing maupun pihak lain, saling
menunjang, harmonis dan terpadukan. Untuk ini kerjasama antara Guru Pembimbing dan pihak-
pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus
dikembangkan. Koordinasi segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

10. Asas kenormatifan

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap layanan dan bimbingan dan
konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang
ada, yaitu norma-norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan
kebiasaan yang berlaku. Bukanlah layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat
dipertanggungjawabkan apabila isi dan dan pelaksanaannya tidak berdasarkan norma-norma yang
dimaksudkan itu. Lebih jauh, layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat
meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) memahami, menghayati dan mengamalkan norma-
norma tersebut.

11. Asas keahlian

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah professional. Dalam hal ini, para pelaksana
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling hendklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang
bimbingan dan konseling. Keprofesionalan Guru Pembimbing harus terwujud baik dalam
penyelenggaraan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling maupun dalam
penegakan kode etik bimbingan dan konseling.

12. Asas alih tangan

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu
menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu
permasalahan peserta didik (klien) mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih
ahli. Guru Pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli
lain dan demikian pula Guru Pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada Guru Mata
Pelajaran/Praktik dan ahli-ahli lain.

13. Asas tut wuri handayani

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling
secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi (memberikan rasa aman),
mengembangkan keteladanan, memberikan rangsangan dan dorongan serta kesempatan yang
seluas-luasnya kepada peserta didik (klien) untuk maju.

Demikian juga segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan hendaknya
disertai dan sekaligus dapat membangun suasana pengayoman, keteladanan dan dorongan seperti
itu. Selain asas-asas tersebut saling terkait satu sama lain, segenap asas itu perlu diselenggarakan
secara terpadu dan tepat waktu, yang satu tidak perlu dikedepankan atau dikemudiankan dari yang
lain.

LANDASAN: Landasan bimbingan dan konseling meliputi beberapa landasan antara lain yaitu
landasan filosofis, landasan religius, landasan psikologis, landasan sosial budaya, landasan ilmiah dan
teknologis, dan pedagogis.

Landasan Filosofis

Kata filosofi atau filsafat berasal dari bahasa Yunani: philos berarti cinta, dan shopos berarti
bijaksana. Jadi filosofis berarti kecintaan terhadap kebijaksanaan. Landasan filosofis merupakan
landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam
melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan
secara logis, etis maupun estetis.

Hakikat Manusia

Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat (Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes,
Thompson & Rudolph, dalam Prayitno dan Erman Amti, 2004:140) telah mendeskripsikan tentang
hakikat manusia sebagai berikut :

Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk
meningkatkan perkembangan dirinya.

Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha
memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.

Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya


melalui pendidikan.

Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya untuk
mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.

Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam.

Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud melalui
pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.

Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.

Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan
yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan
menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia itu.

Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun, manusia berada
dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.

Tujuan dan Tugas Kehidupan

Witner dan Sweeney (dalam Prayitno dan Erman Anti, 2002) mengemukakan bahwa ciri-ciri hidup
sehat ditandai dengan 5 kategori, yaitu:

Spiritualitas

Agama sebagai sumber inti dari hidup sehat. Agama sebagai sumber moral, etika dan aturan-aturan
formal berfungsi untuk melindungi dan melestarikan kebenaran dan kesucian hidup manusia.
Pengaturan diri

Seseorang yang mengamalkan hidup sehat pada dirinya terdapat ciri-ciri (1) rasa diri berguna, (2)
pengendalian diri, (3) pandangan realistik, (4) spontanitas dan kepekaan emosional, (5) kemampuan
rekayasa intelektual, (6) pemecahan masalah, (7) kreatif, (8) kemampuan berhumor dan, (9)
kebugaran jasmani dan kebiasaan hidup sehat.

Bekerja

Untuk memperoleh keuntungan ekonomis, psikologis dan sosial yang kesemuanya itu akan
menunjang kehidupan yang sehat bagi diri sendiri dan orang lain.

Persahabatan

Persahabatan memberikan 3 keutamaan dalam hidup yaitu (1) dukungan emosional (2) dukungan
material, dan (3) dukungan informasi.

Cinta

Penelitian flanagan 1978 (dalam Prayitno dan Erman Anti, 2004:144) menemukan bahwa pasangan
hidup suami istri, anak dan teman merupakan tiga pilar utama bagi keseluruhan pencipta
kebahagiaan manusia, baik laki-laki maupun perempuan.

Paparan tentang hakikat, tujuan dan tugas kehidupan manusia diatas mempunyai implikasi kepada
layanan bimbingan dan konseling.

Landasan Religius

Dalam landasan religius Bimbingan dan Konseling diperlukan penekanan pada 3 hal pokok, yaitu; (1)
Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam adalah mahluk tuhan, (2) Sikap yang mendorong
perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan kearah dan sesuai dengan kaidah-kaidah
agama, dan (3) Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal
suasana dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama
untuk membentuk perkembangan dan pemecahan masalah individu.

Manusia sebagai Mahluk Tuhan

Manusia adalah makhluk Tuhan yang memiliki sisi-sisi kemanusiaan. Sisi-sisi kemanusiaan tersebut
tdiak boleh dibiarkan agar tidak mengarah pada hal-hal negatif. Perlu adanya bimbingan yang akan
mengarahkan sisi-sisi kemanusiaan tersebut pada hal-hal positif.
Sikap Keberagamaan

Agama yang menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat menjadi isi dari sikap
keberagamaan. Sikap keberagamaan tersebut pertama difokuskan pada agama itu sendiri, agama
harus dipandang sebagai pedoman penting dalam hidup, nilai-nilainya harus diresapi dan diamalkan.
Kedua, menyikapi peningkatan iptek sebagai upaya lanjut dari penyeimbang kehidupan dunia dan
akhirat.

PerananAgama

Pemanfaatan unsur-unsur agama hendaknya dilakukan secara wajar, tidak dipaksakan dan tepat
menempatkan klien sebagai seorang yang bebas dan berhak mengambil keputusan sendiri sehingga
agama dapat berperan positif dalam konseling yang dilakukan agama sebagai pedoman hidup ia
memiliki fungsi memelihara fitrah, memelihara jiwa, memelihara akal dan memelihara keturunan.

Landasan Psikologis

Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor
tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan
konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang : (1) motif dan
motivasi; (2) pembawaan dan lingkungan, (3) perkembangan individu; (4 belajar; dan (5)
kepribadian.

Motif dan Motivasi

Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan seseorang berperilaku baik
motif primer yaitu motif yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki oleh individu semenjak dia
lahir, seperti : rasa lapar, bernafas dan sejenisnya maupun motif sekunder yang terbentuk dari hasil
belajar, seperti rekreasi, memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu dan sejenisnya.
Selanjutnya motif-motif tersebut tersebut diaktifkan dan digerakkan,– baik dari dalam diri individu
(motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik), menjadi bentuk perilaku
instrumental atau aktivitas tertentu yang mengarah pada suatu tujuan.

Pembawaandan Lingkungan

Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang membentuk dan mempengaruhi
perilaku individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil dari
keturunan, yang mencakup aspek psiko-fisik, seperti struktur otot, warna kulit, golongan darah,
bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri-kepribadian tertentu. Pembawaan pada dasarnya bersifat potensial
yang perlu dikembangkan dan untuk mengoptimalkan dan mewujudkannya bergantung pada
lingkungan dimana individu itu berada. Pembawaan dan lingkungan setiap individu akan berbeda-
beda. Ada individu yang memiliki pembawaan yang tinggi dan ada pula yang sedang atau bahkan
rendah. Misalnya dalam kecerdasan, ada yang sangat tinggi (jenius), normal atau bahkan sangat
kurang (debil, embisil atau ideot). Demikian pula dengan lingkungan, ada individu yang dibesarkan
dalam lingkungan yang kondusif dengan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga segenap
potensi bawaan yang dimilikinya dapat berkembang secara optimal. Namun ada pula individu yang
hidup dan berada dalam lingkungan yang kurang kondusif dengan sarana dan prasarana yang serba
terbatas sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya tidak dapat berkembang dengan
baik.dan menjadi tersia-siakan.

PerkembanganIndividu

Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu yang
merentang sejak masa konsepsi (pra natal) hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi aspek fisik
dan psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial. Beberapa teori tentang
perkembangan individu yang dapat dijadikan sebagai rujukan, diantaranya : (1) Teori dari
McCandless tentang pentingnya dorongan biologis dan kultural dalam perkembangan individu; (2)
Teori dari Freud tentang dorongan seksual; (3) Teori dari Erickson tentang perkembangan psiko-
sosial; (4) Teori dari Piaget tentang perkembangan kognitif; (5) teori dari Kohlberg tentang
perkembangan moral; (6) teori dari Zunker tentang perkembangan karier; (7) Teori dari Buhler
tentang perkembangan sosial; dan (8) Teori dari Havighurst tentang tugas-tugas perkembangan
individu semenjak masa bayi sampai dengan masa dewasa.

Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus memahami berbagai aspek perkembangan


individu yang dilayaninya sekaligus dapat melihat arah perkembangan individu itu di masa depan,
serta keterkaitannya dengan faktor pembawaan dan lingkungan.

Belajar, Balikan dan Penguatan

Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia belajar untuk
hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan dan mengembangkan dirinya,
dan dengan belajar manusia mampu berbudaya dan mengembangkan harkat kemanusiaannya. Inti
perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang
sudah ada pada diri individu. Penguasaan yang baru itulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu
yang baru itulah tanda-tanda perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun
psikomotor/keterampilan. Untuk terjadinya proses belajar diperlukan prasyarat belajar, baik berupa
prasyarat psiko-fisik yang dihasilkan dari kematangan atau pun hasil belajar sebelumnya.

Untuk memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan belajar terdapat beberapa teori belajar
yang bisa dijadikan rujukan, diantaranya adalah : (1) Teori Belajar Behaviorisme; (2) Teori Belajar
Kognitif atau Teori Pemrosesan Informasi; dan (3) Teori Belajar Gestalt. Dewasa ini mulai
berkembang teori belajar alternatif konstruktivisme.

Kepribadian
Abin Syamsuddin, 2003 (dalam artikel Akhmad Sudrajat, 2008) mengemukakan tentang aspek-aspek
kepribadian, yang mencakup:

Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam
memegang pendirian atau pendapat.

Temperamen yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-
rangsangan yang datang dari lingkungan.

Sikap sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.

Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan.
Seperti mudah tidaknya tersinggung, sedih, atau putus asa.

Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau perbuatan
yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari
resiko yang dihadapi.

Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti: sifat
pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

Upaya konselor dalam landasan ini adalah adanya perubahan tingkah laku klien, baik dalam
mengatasi masalahnya ataupun tujuan yang ingin dicapainya dengan pemahaman tingkah laku yang
jadi sasaran pelayanan memiliki latar belakang yang berbeda. Konselor harus bisa memahami
tingkah laku individu, motif dan motifasi, pembawaan dan lingkungan, perkembangan individu,
belajar, balikan dan penguatan serta keprbadiannya.

Landasan Sosial Budaya

Kebudayaan akan bimbingan timbul karena terdapat faktor yang menambah rumitnya keadaan
masyarakat dimana individu itu hidup. Faktor-faktor tersebut seperti perubahan kontelasi keuangan,
perkembagan pendidikan, dunia-dunia kerja, perkembangan komunikasi dll (Jonh), Pietrofesa dkk,
1980; M. Surya & Rochman N, 1986; dan Rocman N, 1987).

Individu sebagai Produk Lingkungan Sosial Budaya

MC Daniel memandang setiap anak, sejak lahirnya harus memenuhi tidak hanya tuntutan
biologisnya, tepapi juga tuntutan budaya ditempat ia hidup, tuntutan Budaya itu menghendaki agar
ia mengembangkan tingkah lakunya sehingga sesuai dengan pola-pola yang dapat diterima dalam
budaya tersebut.

Tolbert memandang bahwa organisasi sosial, lembaga keagamaan, kemasyarakatan, pribadi, dan
keluarga, politik dan masyarakat secara menyeluruh memberikan pengaruh yang kuat terhadap
sikap, kesempatan dan pola hidup warganya. Unsur-unsur budaya yang ditawarkan oleh organisasi
dan budaya lembaga-lembaga tersebut mempengaruhi apa yang dilakukan dan dipikirkan oleh
individu, tingkat pendidikan yang ingin dicapainya, tujuan-tujuan dan jenis-jenis pekerjaan yang
dipilihnya, rekreasinya dan kelompok-kelompok yang dimasukinya.

Bimbingan konseling harus mempertimbangkan aspek sosial budaya dalam pelayanannya agar
menghasilkan pelayanan yang lebih efektif.

Bimbingan dan Konseling Antara Budaya

Menurut Pedersen, dkk ada 5 macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi dan
penyesuaian diri antarbudaya yaitu sumber-sumber berkenaan dengan perbedaan bahasa,
komunikasi non-verbal, stereotip, kecenderungan menilai, dan kecemasan.

Perbedaan dalam latar belakang ras atau etnik, kelas sosial ekonomi dan pola bahasa menimbulkan
masalah dalam hubungan konseling.

Beberapa Hipotesis yang dikemukakan Pedersen dkk, 1976 (dalam Prayitno dan Erman Amti,
2004;175) tentang berbagai aspek konseling budaya antara lain:

Makin besar kesamaan harapan tentang tujuan konseling antara budaya pada diri konselor dan klien
maka konseling akan berhasil

Makin besar kesamaan pemohonan tentang ketergantungan, komunikasi terbuka, maka makin
efektif konseling tersebut

Makin sederhana harapan yang diinginkan oleh klien maka makin berhasil konseling tersebut

Makin bersifat personal, penuh suasana emosional suasana konseling antar budaya makin
memudahkan konselor memahami klien.

Keefektifan konseling antara budaya tergantung pada kesensitifan konselor terhadap proses
komunikasi

Keefektifan konseling akan meningkat jika ada latihan khusus serta pemahaman terhadap
permasalahan hidup yang sesuai dengan budaya tersebut.

Makin klien (antarbudaya) kurang memahami proses konseling, makin perlu konselor atau program
konseling antarabudaya memberikan pengarahan/pengganjaran/latihan kepada klien (antarbudaya)
itu tentang ketrampilan berkomunikasi, pengambilan keputusan dan transfer (mempergunakan
keterampilan tertentu pada situasi-situasi yang berbeda).

Landasan Ilmiah dan Teknologis


Landasan ilmiah dan teknologi membicarakan sifat keilmuan bimbingan dan konseling. Bimbingan
dan konseling sebagai ilmu yang multidimensional yang menerima sumbangan besar dari ilmu-ilmu
lain dan bidang teknologi. Sehingga bimbingan dan konseling diharapkan semakin kokoh. Dan
mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi.yang berkembang pesat. Disamping itu penelitian
dalam bimbingan dan konseling sendiri memberikan bahan-bahan yang yang segar dalam
perkembangan bimbingan dan konseling yang berkelanjutan.

Keilmuan Bimbingan dan Konseling

Ilmu bimbingan dan konseling adalah berbagai pengetahuan tentang bimbingan dan konseling yang
tersusun secara logis dan sistematik. Sebagai layaknya ilmu-ilmu yang lain, ilmu bimbingan dan
konseling mempunyai obyek kajiannya sendiri, metode pengalihan pengetahuan yang menjadi ruang
lingkupnya, dan sistematika pemaparannya.

Obyek kajian bimbingan dan konseling ialah upaya bantuan yang diberikan kepada individu yang
mangacu pada ke-4 fungsi pelayanan yakni fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan dan
pemeliharaan/ pengembangan. Dalam menjabarkan tentang bimbingan dan konseling dapat
digunakan berbagai cara/ metode, seperti pengamatan, wawancara, analisis document (Riwayat
hidup, laporan perkembangan), prosedur teks penelitian, buku teks, dan tulisan-tulisan ilmiah
lainnya mengenai obyek kajian bimbingan dan konseling merupakan wujud dari keilmuan bimbingan
dan konseling.

PeranIlmu Lain dan Teknologi dalam Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bersifat multireferensial, artinya ilmu dengan
rujukan berbagai ilmu yang lain. Misalnya ilmu statistik dan evaluasi memberikan pemahaman dan
tehnik-tehnik. Pengukuran dan evaluasi karakteristik individu; biologi memberikan pemahaman
tentang kehidupan kejasmanian individu. Hal itu sangat penting bagi teori dan praktek bimbingan
dan konseling.

Pengembangan Bimbingan Konseling Melalui Penelitian

Pengembangan teori dan pendekatan bimbingan dan konseling boleh jadi dapat dikembangkan
melalui proses pemikiran dan perenungan, namun pengembangan yang lebih lengkap dan teruji
didalam praktek adalah apabila pemikiran dan perenungan itu memperhatikan pula hasil-hasil
penelitian dilapangan. Melalui penelitian suatu teori dan praktek bimbingan dan konseling
menemukan pembuktian tentang ketepatan/ keefektifan dilapangan. Layanan bimbingan dan
konseling akan semakin berkembangan dan maju jika dilakukan penelitian secara terus menerus
terhadap berbagai aspek yang berhubungan dengan Bimbingan dan Konseling.
Landasan Pedagogis

Menurut Budi Santoso, 1992 (dalam Prayitno dan Erman Amti, 2004:180) pendidikan itu merupakan
salah satu lembaga sosial yang universal dan berfungsi sebagai sarana reproduksi social.

Landasan paedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi, (Prayitno dan
Erman Amti 2004:181-186) yaitu:

Pendidikan Sebagai Upaya Pengembangan Individu: Bimbingan Merupakan Bentuk Upaya


Pendidikan.

Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Seorang bagi manusia hanya akan dapat menjadi
manusia sesuai dengan tuntutan budaya hanya melalui pendidikan. Tanpa pendidikan, bagi manusia
yang telah lahir itu tidak akan mampu memperkembangkan dimensi keindividualannya,
kesosialisasinya, kesosilaanya dan keberagamaanya.

Undang-Undang No. 2 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menetapkan pengertian
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Pendidikan Sebagai Inti Proses Bimbingan Dan Konseling

Bimbingan dan konseling mengembangkan proses belajar yang dijalani oleh klien-kliennya.
Kesadaran ini telah tampil sejak pengembangan gerakan Bimbingan dan Konseling secara meluas di
Amerika Serikat . pada tahun 1953, Gistod telah menegaskan Bahwa Bimbingan dan Konseling
adalah proses yang berorientasi pada belajar, belajar untuk memahami lebih jauh tentang diri
sendiri, belajar untuk mengembangkan dan merupakan secara efektif berbagai pemahaman.. (dalam
Belkin, 1975). Lebih jauh, Nugent (1981) mengemukakan bahwa dalam konseling klien mempelajari
ketrampilan dalam pengambilan keputusan. Pemecahan masalah, tingkah laku, tindakan, serta sikap-
sikap baru. Dengan belajar itulah klien memperoleh berbagai hal yang baru bagi dirinya; dengan
memperoleh hal-hal baru itulah klien berkembang.

Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan layanan bimbingan dan konseling

Tujuan Bimbingan dan Konseling disamping memperkuat tujuan-tujuan pendidikan, juga menunjang
proses pendidikan pada umumnya. Hal itu dapat dimengerti karena program-program bimbingan
dan konseling meliputi aspek-aspek tugas perkembangan individu, khususnya yang menyangkut
kawasan kematangan pendidikan karier, Kematangan personal dan emosional, serta kematangan
sosial, semuanya untuk peserta didik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan pendidikan
menengah (Borders dan Drury, 1992). Hasil-hasil bimbingan dan konseling pada kawasan itu
menunjang keberhasilan pendidikan pada umumnya.
Landasan Yuridis-Formal

Landasan yuridis-formal berkenaan dengan berbagai peraturan dan perundangan yang berlaku di
Indonesia tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling, yang bersumber dari Undang-Undang
Dasar, Undang – Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri serta berbagai aturan dan
pedoman lainnya yang mengatur tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Indonesia.

Kurikulum 1975. Tiga jenis layanan pada jalur pendidikan formal, yaitu :

Layanan Manajemen dan supervise

Layanan pembelajaran

Layanan bimbingan dan penyuluhan

UU No. 2 tahun 1989, Bab X Pasal 1 Ayat 1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
menyiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi perannya di masa
yang akan datang.

PP No. 28 dan 29 tahun 1990, Bab X Pasal 25 Ayat 1 dan 2. Bimbingan adalah bantuan kepada
peserta didik untuk memahami diri, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.
Bimbingan dilakukan oleh Guru Pembimbing.

Keputusan Men PAN No. 84 tahun 1993. Tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya,
tugas pokok guru pembimbing adalah menyusun program bimbingan, melaksanakan program
bimbingan, mengevaluasi pelaksanaan program bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan dan
tindak lanjut pelaksanaan program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung
jawabnya.

UU No. 20 tahun 2003, Bab 1 Pasal 1 Ayat 1. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator dan sebutan lain sesuai dnegan kekhususannya serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan.

PP No. 19 tahun 2005 Pasal 5 s/d 18, Standar Nasional Pendidikan tentang standar isi unit satuan
pendidikan dasar dan menengah.

Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah yang memuat pengembangan diri peserta didik dalam struktur KTSP ditafsirkan
dan/pembimbing oleh konselor, guru atau tenaga kependidikan.

Keputusan Dirjen PMPTK 2007 tentang Rambu-rambu penyelenggaraan BK dalam jalur


pendidikan formal yang berisi panduan penyelenggaraan BK di jalur pendidikan formal.

Peraturan pemerintah No. 74 tahun 2008 tentang Guru, Bab III Pasal 15. Salah satu persyaratan
bagi pendidik yang telah menyandang sertifikat pendidik untuk memperoleh tunjangan profesi
adalah apabila pendidik yang bersangkutan… melaksanakan tugas sebagai guru bimbingan dan
konseling atau konselor.
10. Permendiknas No. 27 tahun 2008, Pasal 1 ayat 1. Tentang standar kualifikasi akademik dan
kompetensi konselor. Untuk dapat diangkat sebagai konselor seseornag wajib memenuhi standar
kualifikasi akademik dan kompetensi konselor yang berlaku secara nasional.

ARAH DAN BIDANG PELAYANAN BK

ARAH : ARAH PELAYANAN BK.

1. Pelayanan dasar.

Pelayanan dasar berhubungan dengan terpenuhinya kebutuhan siswa yang paling elementer, yaitu
kebutuhan makan dan minum, udara segar, dan kesehatan, serta kebutuhan hubungan sosio-
emosional. Dalam hal ini, Guru BK atau Konselor pada umumnya berperan secara tidak langsung dan
mendorong para significant persons berperan optimal dalam memenuhi kebutuhan paling
elementer siswa.

2. Pelayanan pengembangan.

Pelayanan pengembangan yaitu pelayanan untuk mengembangkan potensi peserta didik sesuai
dengan tahap-tahap dan tugas-tugas perkembangannya. Dalam hal ini, pelayanan BK yang
dilaksanakan oleh Guru BK atau Konselor selalu diarahkan dan mengacu kepada tahap dan tugas
perkembangan siswa.

3. Pelayanan terapeutik.

Pelayanan terapeutik Pelayanan untuk menangani pemasalahan yang diakibatkan oleh gangguan
terhadap pelayanan dasar dan pelayanan pengembangan, serta pelayanan pemi natan. Dalam upaya
menangani permasalahan peserta didik, Guru BK atau Konselor memiliki peran dominan. Peran
pelayanan teraputik oleh Guru BK atau Konselor dapat menjangkau aspek-aspek pelayanan dasar,
pelayanan pengem-bangan, dan pelayanan peminatan.

4. Pelayanan arah peminatan.

Adalah Pelayanan yang secara khusus tertuju kepada peminatan/ lintas minat/pendalaman minat
peserta didik sesuai dengan konstruk dan isi kurikulum yang ada. Arah peminatan/lintas
minat/pendalaman minat ini terkait dengan bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karir
dengan menggunakan segenap perangkat (jenis layanan dan kegiatan pendukung) yang ada dalam
pelayanan BK.
BIDANG : Bidang-bidang Layanan Bimbingan dan Konseling

Untuk mencapai kemandirian dan pengendalian diri tersebut, maka Bimbingan dan konseling (BK) di
sekolah mem-fasilitasi perkembangan peserta didik dalam empat bidang layanan, yaitu: pribadi,
sosial, belajar, dan karir. Keempat bidang tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak
dapat dipisahkan dalam setiap diri individu peserta didik.

Bidang Pribadi, merupakan suatu proses pemberian bantuan dari guru BK atau konselor
kepada peserta didik untuk memahami, menerima, mengarahkan, mengambil keputusan, dan
merealisasikan keputusannya secara bertanggung jawab tentang aspek pribadinya, sehingga dapat
mencapai perkembangan secara optimal dan mencapai, kesejahteraan dan keselamatan dalam
kehidupannya. Aspek perkembangan peserta didik yang dikembangkan meliputi: Memahami
potensi diri dan memahami kelebihan dan kelemahannya, baik kondisi fisik maupun psikis;
mengembangkan potensi untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupannya; menerima kelemahan
kondisi diri dan mengatasinya secara baik

Bidang Sosial, adalah proses pemberian bantuan dari konselor atau guru BK kepada peserta didik
untuk memahami lingkungannya dan dapat melakukan interaksi sosial secara positif, terampil
berinteraksi sosial, mampu mengatasi masalah-masalah sosial yang dialaminya, mampu
menyesuaikan diri dan memiliki keserasian hubungan dengan lingkungan sosialnya sehingga
mencapai kebahagiaan dan kebermaknaan dalam kehidupannya. Aspek perkembangan peserta didik
yang dikembangkan meliputi: Berempati terhadap kondisi orang lain; memahami keragaman latar
sosial budaya; menghormati dan menghargai orang lain; menyesuaikan dengan nilai dan norma
yang berlaku; berinteraksi sosial yang efektif; bekerjasama dengan orang lain secara bertanggung
jawab; dan mengatasi konflik dengan orang lain berdasarkan prinsip yang saling menguntungkan.

Bidang Belajar, proses pemberian bantuan kepada peserta didik dalam mengenali potensi diri
untuk belajar, memiliki sikap dan keterampilan belajar, terampil merencanakan pendidikan, memiliki
kesiapan menghadapi ujian, memiliki kebiasaan belajar teratur dan mencapai hasil belajar secara
optimal sehingga dapat mencapai kesuksesan, kesejahteraan, dan kebahagiaan dalam
kehidupannya. Aspek perkembangan yang dikembangkan meliputi: menyadari potensi diri dalam
aspek belajar dan memahami berbagai hambatan belajar; memiliki sikap dan kebiasaan belajar
yang positif; memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat; memiliki keterampilan belajar
yang efektif; memiliki keterampilan perencanaan dan penetapan pendidikan selanjutnya; dan
memiliki kesiapan menghadapi ujian.

Bidang Karir, adalah proses pemberian bantuan oleh guru BK atau konselor kepada peserta didik
untuk mengalami pertumbuhan, perkembangan, eksplorasi, aspirasi dan pengambilan keputusan
karir sepanjang rentang hidupnya secara rasional dan realistis berdasar informasi potensi diri dan
kesempatan yang tersedia di lingkungan hidupnya sehingga mencapai kesuksesan dalam
kehidupannya. Aspek perkembangan yang dikembangkan meliputi: Pengetahuan konsep diri yang
positif tentang karir; kematangan emosi dan fisik dalam membuat keputusan karir; kesadaran
pentingnya pencapaian prestasi untuk mendapatkan kesempatan karir; kesadaran hubungan antara
pekerjaan dan belajar; keterampilan untuk memahami dan menggunakan informasi karir; kesadaran
hubungan antara tanggung jawab personal, kebiasaan bekerja yang baik dan kesempatan
karir; kesadaran tentang karir berhubungan dengan fungsi dan kebutuhan di masyarakat;
kesadaran tentang perbedaan pekerjaan dan perubahan peranlaki-laki dan perempuan.
LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

10 LAYANAN BK

1. layanan orientasi : layanan ini biasanya diberikan kepada peserta didik untuk memahami situasi,
lingkungan, fasilitas, peraturan, organisasi, kurikulum, dan peran bimbingan konseling dalam
sekolah.

2. layanan informasi: layanan yang diberikan kepada peserta untuk memahami informasi mengenai
diri sendiri, sosial, bakat minat dan tata tertib tertentu.

3. layanan pembelajaran : berkenaan dengan layanan dalam proses pembelajaran seperti


penguasaan materi belajar, kompetensi yang sesuai dengan kemampuannya untuk mengembangkan
diri.

4. layanan penempatan dan penyaluran: layanan ini diberikan untuk penyaluran dalam kelas,
kelompok belajar, jurusan, ekstrakulikuler, bakan dan minat.

5. layanan penguasaan konten: layanan yang membantu peserta didik untuk memahami kompetensi
yang berguna untuk kehidupan disekolah, keluarga dan masyarakat.

6. layanan konseling perorangan: layanan yang diberikan oleh guru BK kepada peserta didik secara
individu atau perorangan untuk mengentaskan permasalahan pribadi dirinya sendiri.

7. layanan bimbingan kelompok: layanan kepada sejumlah peserta didik untuk membahas dan
menyelesaikan hal mengenai pemahaman bersama, kehidupan sosial dan belajar.

8. layanan konseling kelompok: layanan yang diberikan kepada individu dalam kelompok yang
memiliki masalah didalam organisasi atau kelompok tertentu.

9. layanan konsultan: layanan yang diberikan konselor untuk memberikan wawasan mengenai
sekolah, menyelesaikan masalah dalam kondisi atau masalah peserta didik.

10. layanan mediasi: layanan yang diberikan untuk membantu perselisihan atau hubungan antar
sesama peserta didik
KEGIATAN PENDUKUNG DAN FORMAT PELAYANAN KONSELING

KEGIATAN PENDUKUNG : Ruang Lingkup Kegiatan Pendukung BK

Ruang lingkup kegiatan pendukung ini diantaranya, meliputi:

1. Aplikasi Instrumentasi

Aplikasi instrumentasi adalah upaya pengungkapan melalui pengukuran dengan memakai alat ukur
atau instrumen tertentu.Aplikasi Instrumentasi dapat berupa tes dan non tes.

2. Himpunan Data

Merupakan kegiatan untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan
keperluan pengembangan peserta didik.Himpunan data bersifat tertutup, dan diselenggarakan
secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, dan terpadu.

3. Konferensi Kasus

Adalah kegiatan pendukung untuk membahas permasalahan peserta didik (klien) dalam suatu
pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang da pat memberikan keterangan, kemudahan, dan
komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik (klien).

4. Kunjungan Rumah

Adalah kegiatan untuk memperoleh data peserta didik (klien) dengan cara mengunjungi rumah
peserta didik (klien) untuk mendeteksi kondisi keluarga dalam kaitannya dengan permasalahan
peserta didik (klien) agar mendapatkan berbagai informasi yang dapat digunakan lebih efektif.

5. Alih Tangan Kasus

Alih tangan kasus yaitu kegiatan pendukung bk untuk mendapatkan penanganan yang lebih
tepat dan tuntas atas masalah yang dialami peserta didik (klien) dengan memindahkan penanganan
kasus dari satu pihak ke pihak lainnya yang lebih kompeten dalam menyelesaikan permasalahan
tersebut.

6. Tampilan Kepustakaan

Adalah upaya bantuan kegiatan pendukung untuk memperkaya dan memperkuat diri berkenaan
dengan permasalahan yang dialami peserta didik atau klien.

FORMAT : A. Format Kegiatan Bimbingan dan Konseling

a. Format klasikal

Format klasikal yaitu suatu kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani klien dalam satu kelas.

Misalnya jika ada suatu masalah yang timbul didalam suatu kelas, maka seorang konselor harus
berperan untuk dapat membantu menyelesaikan maslah yang sedang terjadi tersebut, namun cara
menyelesaikannya yaitu dengan cara dikumpulkan semua klien yang ada didalalam kelas tersebut
karena masalah yang dihadapi itu akan didiskusikan secara bersama-sama dengan dibimbing oleh
seorang konselor tersebut

Format layanan klasikal ini diaplikasikan kedalam layanan orintasi dan informasi yang mana pada diri
klien tersebut dikenalkan dengan masalah yang dihadapi mereka tersebut.

b. Format kelompok

Format kelompok yaitu suatu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani sejumlah
klien dalam bentuk kelompok melalui dinamika kelompok tersebut.

Misalnya seorang konselor mengarahkan atau membimbing klien dalam sejumlah kelompok, yang
ketika ada permasalahan diwaktu itu maka diselesaikan melalui secara kelompok, yang dibantu oleh
seorang konselor yang sudah prefesional.

c. Format individual

Yaitu suatu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani klien secara perorangan. Dalam
format individual ini, seorang konselor hanya menuntaskan pelayanan masalah yang dihadapi oleh
seorang konselor tersebut, karena dengan pormat laayanan individual inilah seorang konselor bisa
memberikan masukan-masukan, sperti memberikan masukan motivasi biar klien tersebut bisa
mendiri.

Format layanan individual ini akan diaplikasikan kedalam layanan perorangan, yang mana seorang
konselor dank lien itu untuk menyelesaikan masalahnya klien harus dengan cara bertatap muka.

d. Format lapangan
Format lapangan yaitu kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani kepentingan kliennya
melalui kegiatan diluar kelas atau lapangan.

Misalnya :Seorang konselor itu harus berperan penting dalam mengarahkan dan membina kliennya
untuk membantu meyelesaikan masalah yang sedang dihadapi kliennya ketika kliennya itu berada
diluar kelas atau diluar ruangan, yang dioselesaikan oleh konselor itu dilapangan dimana masalah itu
berada.

e. Format Jarak Jauh

yaitu format kegiatan BK yang melayani kepentingan siswa melalui media dan/atau saluran jarak
jauh, seperti surat dan sarana elektronik.

f. Format pendekatan khusus/kalaborasi

Format pendekatan kusus ini yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani
kepentingan klien melalui pendekatan pada pihak-pihak yang dapat memberikan kemudahan dalam
penuntasan masalah.

Misalnya : pelayanan seorang konselor dalam membantu penyelesaian masalah yang dihadapi oleh
seorang klien dapat dengan mudah diselesaikan oleh konselor tersebut

Anda mungkin juga menyukai