Anda di halaman 1dari 9

ARTIKEL

BIMBINGAN KONSELING
“Azaz-azaz bimbingan konseling (lanjutan)”

Disusun Oleh:
Prasetyo Pramono
20063018

SESI:
202121270148
Dosen pembimbing:
Dr. Yeni Karneli, M.Pd, Kons

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
I. Rangkuman Bacaan
2.1 Pengertian Azas-Azas Bimbingan dan Konseling
Asas adalah segala hal yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu kegiatan, agar
kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik serta mendapatkan hasil yang memuaskan.
Penyelenggaraan bimbingan dan konseling harus memperhatikan azas-azas yang mendasari
tugas-tugas pembimbingan. Keberhasilan tugas pembimbingan sangat dipengaruhi oleh
kemampuan konselor dalam memenuhi azas-azas tersebut. Seorang konselor yang tidak
memperhatikan azas-azas bimbingan dan konseling akan menemui banyak hambatan atau
bahkan akan menemui kegagalan dalam melaksanakan tugas-tugas kepembibingannya (Satori,
dkk, 2007: 4.8-4.11). Asas-asas bimbingan dan konseling merupakan ketentuan-ketentuan yang
harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling (Tidjan dkk, 2000:
15).
Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional. Pekerjaan profesional
itu harus dilaksanakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang menjamin efisien dan efektivitas
proses dan hasil-hasilnya. Dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling kaidah-
kaidah tersebut dikenal dengan asas-asas bimbingan dan konseling, yaitu ketentuan-ketentuan
yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan itu. Apabila asas-asas itu diikuti dan
terselenggara dengan baik, sangat diharapkan proses pelayanan mengarah pada pencapaian
tujuan yang diharapkan. Sebaliknya, apabila asas-asas itu diabaikan atau dilanggar sangat
dikhawatirkan kegiatan yang terlaksana itu justru berlawanan dengan tujuan bimbingan dan
konseling, bahkan akan dapat merugikan orang-orang yang terlibat di dalam pelayanan, serta
profesi bimbingan dan konseling itu sendiri.
2.2. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling yang Berhubungan dengan Siswa
Tiap-tiap Individu (siswa) membutuhkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah
dikarenakan:
1. Tiap-tiap siswa mempunyai kebutuhan
Tiap-tiap siswa sebagai individu mempunyai kebutuhan yang berbeda baik
jasmaniah (fisik) maupun rohaniah (psikis). Tingkah laku individu pada umumnya dalam
rangka memenuhi kebutuhan. Apabila kebutuhan tidak tercapai, akan menimbulkan
perilaku menyimpang. Guru BK di sekolah dan madrasah harus bisa memahami berbagai
kebutuhan siswa, sehingga pelayanan bimbingan dan konseling diberikan dalam rangka
memenuhi kebutuhan siswa terutama kebutuhan psikis seperti memperolah kasih sayang,
memperoleh rasa aman, kebutuhan untuk sukses dalam belajar, memperoleh harga diri,
kebutuhan untuk diakui dan diterima oleh kelompok, kebutuhan untuk melakukan
eksistensi diri, dan lain-lain.

2. Ada perbedaan di antara siswa (asas perbedaan siswa)


Dalam teori individualitas ditegaskan bahwa tiap-tiap individu berbeda. Demikian
halnya siswa sebagai individu jelas mempunyai perbedaan. Tiap-tiap siswa mempunyai
karakteristik yang berbeda baik fisik maupun psikisnya. Setiap siswa berbeda dalam hal
kemampuan, bakat, minat, kebutuhan, cita-cita, sikap atau pandangan hidup, dan ciri-ciri
pribadi lainnya. Perbedaan-perbedaan siswa tersebut harus mendapat perhatian secara
lebih spesifik dari pembimbing atau konselor di sekolah dan madrasah sehungga siswa
dapat berkembang sesuai dengan karakteristik pribadinya masing-masing.

3. Tiap-tiap individu (siswa) ingin menjadi dirinya sendiri


Relevan dengan asas perbedaan individu di atas, tiap-tiap individu ingin menjadi
dirinya sendiri sesuai dengan ciri-ciri dan karakteristik pribadinya masing-masing.
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah atau madrasah harus dapat mengantarkan
siswa berkembang menjadi dirinya sendiri. Guru pembimbing atau konselor di sekolah
dan madrasah tidak boleh mengarahkan perkembangan siswa ke arah yang pembimbing
atau konselor inginkan. Dalam kaitan dengan peran siswa di tengah masyarakat,
pelayanan bimbingan dan konseling harus diarahkan agar siswa menjadi baik menurut
ukuran masyarakat tanpa kehilangan kepribadiannya sendiri.

4. Tiap-tiap individu (siswa) mempunyai dorongan untuk menjadi matang


alam tiap-tiap tahapan perkembangannya, setiap siswa mempunyai dorongan yang
kuat untuk menjadi matang, produktif, dan berdiri sendiri (mandiri). Kematangan yang
dimaksud disini adalah kematangan kejiwaan, emosi dan sosial. Pelayanan bimbingan
dan konseling kepada para siswa di sekolah atau madrasah harus berorientasi kepada
kematangan di atas sehingga siswa dapat berkembang sesuai dengan kecenderungannya.

5. Tiap-tiap siswa mempunyai masalah dan mempunyai dorongan untuk menyelesaikannya


Tidak ada individu (siswa) yang tidak memiliki masalah. Mungkin tidak ada pula
individu yang tidak ingin masalahnya terselesaikan. Apalagi individu (siswa) yang
sedang dalam proses perkembangan, pasti memiliki masalah. Yang berbeda adalah
kompleksitas masalah yang dialami oleh tiap-tiap siswa; artinya ada siswa yang
mengalami masalah kompleks dan ada yang kurang kompleks. Pada dasarnya setiap
individu (siswa) mempunyai dorongan-dorongan untuk memecahkan masalahnya, namun
karena keterbatasannya adakalanya siswa tidak selalu berhasil. Pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah dan madrasah harus diarahkan dalam rangka membantu siswa
menghadapi dan memecahkan masalah-masalahyang dihadapi dalam hidupnya dengan
memanfaatkan sebaik-baiknya dorongan-dorongan yang ada pada setiap siswa.

2.3 Azas-Azas Perana Bimbingan dan Konseling di Sekolah


Penyelenggaraan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling selain
dimuati oleh fungsi dan didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu, juga dituntut untuk memenuhi
sejumlah asas bimbingan. Pemenuhan asas – asas bimbingan itu akan memperlancar pelaksanaan
dan lebih menjamin keberhasilan layanan/kegiatan, sedangkan pengingkarannya akan dapat
menghambat atau bahkan menggagalkan pelaksanaan, serta mengurangi atau mengaburkan hasil
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri. Menurut Prayitno ada dua belas asas yang
harus menjadi dasar pertimbangan dalam kegiatan pelayanan bimbingan dan koseling. Adapun
asas – asas dari bimbingan dan konseling tersebut adalah :
1. Asas Kegiatan
Asas kegiatan yaitu asa BK yang mengkehendaki agar peserta didik yang menjadi
sasaran layanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan layanan atau
kegiatan BK. Dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling kadang-kadang konselor
memberikan beberapa tugas dan kegiatan pada konslinya. Dalam hal ini konseli harus
mampu melaksanakan sendiri kegiatan-kegiatan tersebut dalam rangka mencapai tujuan
bimbingan dan konseling yang telah ditetapkan.Asas ini menghendaki agar konseli bisa
berpartisipasi secara aktif atas kegiatan yang diselenggarakan oleh konselor. Di pihak lain
konselor harus berusaha/ mendorong agar konseli mampu melaksanakan kegiatan yang
telah ditetapkan tersebut.
Asas ini merujuk pada pola konseling “multidimensional” yang tidak hanya
mengandalkan transaksi verbal antara klien dengan konselor. Dalam konseling yang
berdimensi verbal pun asas kegiatan masih harus terselenggara, yaitu klien mengalami
proses konseling dan aktif pula melaksanakan atau menerapkan hasil-hasil konseling.
Contoh asas kegiatan : seorang konselor harus bisa membuat suatu program
kegiatan seperti ospek maupun MOS (siswa baru ) agar konseli /peserta didik dapat
mengenali lingkungan yang baru serta mampu untuk mnyesuaikan dirinya dengan
lingkungan yang baru.

2. Asas Kedinamisan
Asas kedinamisan yaitu asas BK yang mengkehendaki agar isi layanan terhadap
sasaran layanan yang sama kehendaknya selalu bergerak maju,tidak monoton,dan terus
berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembanganya
dari waktu ke waktu. Keberhasilan usaha pelayanan bimbingan dan konseling ditandai
dengan terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku konseli ke arah yang lebih baik.
Untuk mewujudkan terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku itu
membutuhkan proses dan waktu tertentu sesuai dengan kedalaman dan kerumitan
masalah yang dihadapi konseli. Isi layanan bimbingan dan konseling dari asas ini adalah
selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai
dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.Konselor dan pihak-
pihak lain diminta untuk memberikan kerjasama sepenuhnya agar pelayanan bimbingan
dan konseling yang diberikan dapat dengan cepat menimbulkan perubahan dalam sikap
dan tingkah laku konseli.Asas kedinamisan mengacuh pada hal-hal baru yang hendaknya
terdapat pada dan menjadi ciri-ciri dari proses konseling dan hasil-hasil nya.
Contoh asas kedinamisan : Seorang konselor harus mampu mengikuti pergerakan
zaman , agar konselor dapat menyelesaikan suatu permasalahn yang pada seorang konseli
yang semakin kompleks misalnya keluarga broken serta pergaulan bebas dikalangan
pemuda.

3. Asas Keterpaduan
Asas keterpaduan yaitu asas BK yang mengkenhendaki agar berbagai layanan dan
kegiatan BK , baik yang di lakuakn oleh guru BK/konselor maupun pihak lain ,saling
menunjang ,harmonis dan terpaduan. Pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki
terjalin keterpaduan berbagai aspek dari individu yang dibimbing. Untuk itu konselor
perlu bekerja sama dengan orang-orang yang diharapkan dapat membantu
penanggulangan masalah yang dihadapi konseli. Dalam hal ini peranan guru, orang tua,
dan siswa-siswa yang lain sering kali sangat menentukan. Konselor harus pandai
menjalin kerja sama yang saling mengerti dan saling membantu demi terbantunya konseli
yang mengalami masalah.
Untuk terselenggaranya asas keterpaduan, konselor perlu memiliki wawasan yang
luas tentang perkembangan klien dan aspek-aspek lingkungan klien, serta berbagai
sumber yang dapat diaktifkan untuk menangani masalah klien.Kesemuanya itu dipadukan
dalam keadaan serasi dan saling menunjang dalam upaya layanan bimbingan dan
konseling.
Asas bimbingan dan konseling ini menghendaki agar berbagai pelayanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun
pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara
konselor dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan
dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap pelayanan/ kegiatan
bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Contoh asas keterpaduan : seorang konseli melakuakn kerjasama dengan seorang
psikologi seks mupun dokter kandungan ,dan mengundang kesekolah untuk memberikan
pemahaman kepada peserta didik di sekolah agar konseli/peserta didik memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang lebih jelas tentang seks, upayah mereka tidak terjerat
dalam pergaulan besar.

4. Asas Kenormatifan
Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-norma
yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama, norma adat, norma hukum/ negara, norma
ilmu, maupun kebiasaan sehari-hari. Asas kenormatifan ini diterapkan terhadap isi
maupun proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Seluruh isi dan layanan harus
sesuai dengan norma yang ada. Demikian pula prosedur, teknik, dan peralatan yang
dipakai tidak menyimpang dari norma-norma yang dimaksudkan. Bukanlah layanan atau
kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan jika isi dan
pelaksanaannya tidak berdasarkan norma-norma yang dimaksudkan itu.
Ditilik dari permasalahan klien barangkali pada awalnya ada materi bimbingan
dan konseling yang tidak bersesuaian dengan norma (misalnya klien mengalami masalah
melanggar norma tertentu), tetapi justru dengan pelayanan bimbingan dan konselinglah
tingkah laku yang melanggar norma itu diarahkan kepada lebih bersesuaian dengan
norma. Lebih jauh, layanan  meningkatkan kemampuan klien memahami, menghayati,
dan mengamalkan norma-norma tersebut.
Contoh asas kenormatifan : seorang konselor dalam menjalankan tugasnya , harus
sesui dengan norma, hukum , adat istiadat sehingga terciptanya suasana yang harmonis
diantara konseli dan konselor karena seorang konselor yang profesional harus bisa
menciptakan suasana yang nyaman bagi seorang konseli.

5. Asas Keahlian
Asas keahlian yaitu asas BK yang mengkehendaki agar layanan dan kegiatan BK
diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional .
Untuk menjamin keberhasilan usaha bimbingan dan konseling, para petugas harus
mendapatkan pendidikan dan latihan yang memadai. Pengetahuan, keterampilan, sikap
dan kepribadian yang ditampilkan oleh konselor/ guru pembimbing akan menunjang hasil
konseling. Pendek kata bahwa para pelaksana layanan bimbingan dan konseling ini harus
benar-benar ahli dibidang bimbingan dan konseling, atau dalam istilah lain adalah
profesional.
Asas keahlian selain mengacu kepada kualifikasi konselor (misalnya pendidikan
sarjana bidang bimbingan dan konseling), juga kepada pengalaman.Teori dan praktek
bimbingan dan konseling perlu dipadukan.Oleh karena itu, seorang konselor ahli harus
benar-benar menguasai teori dan praktek konseling secara baik.Keprofesionalan konselor
harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan
konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
Contoh asas keahlian : apabila ada seorang peserta didik/konselor yang datang
pada seorang konselor , seorang harus bersikap seprti konselor bukan bersikap seperti
dokter maupun yang lainya yaitu memberikan sepenuhnya semua keputusan pada konseli
.

6. Asas Alih Tangan


Dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling, asas alihtangan jika konselor
sudah mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu individu, tetapi individu
yang bersangkutan belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka konselor
dapat mengirim individu kepada petugas atau badan yang lebih ahli. Disamping itu asas
ini juga mengisyaratkan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling hanya mengenai
masalah-masalah individu sesuai dengan kewenangan petugas yang bersangkutan dan
setiap masalah ditangani oleh ahli yang berwenang untuk itu.
Hal yang terakhir itu secara langsung mengacu kepada bimbingan dan konseling
hanya memberikan kepada individu-individu yang pada dasarnya normal (tidak sakit
jasmani maupun rohani) dan bekerja dengan kasus-kasus yang terbebas dari masalah-
masalah kriminal maupun perdata.Konselor dapat menerima alih tangan kasus dari orang
tua, guru-guru lain, atau ahli lain, dan demikian pula guru pembimbing dapat
mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/ praktik dan lain-lain.
Contoh asas alih tangan :ada seorang peserta didik/konseli yang mengalami tidak
lulus sekolah , seorang konselor tidak dapat bertindak sendiri dalam konteks ini ,seorang
konselor harus melakuakn kerjasama dengan pihak yang lebih kompeten dalam kasus ini
seperti membawa konseli tersebut pada seorang psikiater maupun dokter.
7. Asas Tut Wuri Handayani
Asas tut wuri handayani, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana
yang mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, memberikan
rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada klien untuk
maju.Demikian juga segenap layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang
diselenggarakan hendaknya disertai dan sekaligus dapat membangun suasana
pengayoman, keteladanan, dan dorongan seperti itu.
Asas ini menunjuk pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka
hubungan keseluruhan antara konselor dan klien. Lebih-lebih di lingkungan sekolah, asas
ini makin dirasakan keperluannya dan bahkan perlu dilengkapi dengan “ing ngarso sung
tulodo, ing madya mangun karso”. Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan dan
konseling tidak hanya dirasakan pada waktu klien mengalami masalah dan menghadap
pada konselor saja, tetapi diluar hubungan proses bantuan bimbingan dan konseling pun
hendaknya dirasakan adanya manfaat pelayanan bimbingan dan konseling itu.
Sebagaimana yang telah dipahami dalam pengertian bimbingan dan konseling
bahwa bimbingan dan konseling itu merupakan kegiatan yang dilakukan secara
sistematis, sengaja, berencana, terus menerus, dan terarah kepada suatu tujuan.Oleh
karena itu kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan adanya
pada saat konseli mengalami masalah dan menghadapkannya kepada konselor/ guru
pembimbing saja.Kegiatan bimbingan dan konseling harus senantiasa diikuti secara terus
menerus dan aktif sampai sejauh mana konseli telah berhasil mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.Asas ini menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara
keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa aman),
mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta
kesempatan yang seluas-luasnya kepada konseli untuk maju.(Anas Salahudin.
Contoh asas tut wuri handayani : seorang konselor harus menjadi guru
teladan ,dan menyenangkan agar peserta didik/ konseli tidak takut menceritakan
masalahnya kepada kita dan mampu mengayomi paserta didik.
Selain asas-asas tersebut saling terkait satu sama lain, segenap asas itu perlu
diselenggarakan secara terpadu dan tepat waktu, yang satu tidak perlu dikedepankan atau
dikemudiankan dari yang lain. Begitu pentingnya asas-asas tersebut, sehingga dapat
dikatakan bahwa asas-asas itu merupakan jiwa dan nafas dari seluruh kehidupan
pelayanan bimbingan dan konseling.Apabila asas-asas itu tidak dijalankan dengan baik
penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling akan tersendat-sendat atau bahkan
berhenti sama sekali. (Priyatno, 2004: 114-120)
II. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Asas adalah segala hal yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu kegiatan, agar
kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik serta mendapatkan hasil yang memuaskan.
2. Asas-asas bimbingan dan konseling merupakan ketentuan-ketentuan yang harus
diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling.
3. Tiap-tiap Individu (siswa) membutuhkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah
dikarenakan : Tiap-tiap siswa mempunyai kebutuhan; b. Ada perbedaan di antara siswa
(asa perbedaan siswa); c. Tiap-tiap individu ingin menjadi dirinya sendiri; d. Tiap-tiap
individu (siswa) mempunyai dorongan untuk menjadi matang; e. Tiap-tiap siswa
mempunyai masalah dan dorongan untuk menyelesaikannya.
Menurut Prayitno asas-asas BK yaitu :
Asas Kerahasiaan
Asas Kesukarelaan
Asas Keterbukaan
Asas Kekinian
Asas Kemandirian
Asas Kegiatan
Asas Kedinamisan
Asas Keterpaduan
Asas Kenormatifan
Asas Keahlian
Asas Alih Tangan
Asas Tut Wuri Handayani
III. Daftar pustaka
Abu Bakar M. Luddin.2011. Dasar – dasar konseling.Bandung: Citapustaka Media Printis.

Satori, Djam’an, dkk, 2007, Profesi Keguruan, Jakarta: Universitas Terbuka.

Tidjan, dkk. 2000. Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah. Yogyakarta: UNY Press.

Anda mungkin juga menyukai