BIMBINGAN KONSELING
“Azaz-azaz bimbingan konseling (lanjutan)”
Disusun Oleh:
Prasetyo Pramono
20063018
SESI:
202121270148
Dosen pembimbing:
Dr. Yeni Karneli, M.Pd, Kons
2. Asas Kedinamisan
Asas kedinamisan yaitu asas BK yang mengkehendaki agar isi layanan terhadap
sasaran layanan yang sama kehendaknya selalu bergerak maju,tidak monoton,dan terus
berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembanganya
dari waktu ke waktu. Keberhasilan usaha pelayanan bimbingan dan konseling ditandai
dengan terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku konseli ke arah yang lebih baik.
Untuk mewujudkan terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku itu
membutuhkan proses dan waktu tertentu sesuai dengan kedalaman dan kerumitan
masalah yang dihadapi konseli. Isi layanan bimbingan dan konseling dari asas ini adalah
selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai
dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.Konselor dan pihak-
pihak lain diminta untuk memberikan kerjasama sepenuhnya agar pelayanan bimbingan
dan konseling yang diberikan dapat dengan cepat menimbulkan perubahan dalam sikap
dan tingkah laku konseli.Asas kedinamisan mengacuh pada hal-hal baru yang hendaknya
terdapat pada dan menjadi ciri-ciri dari proses konseling dan hasil-hasil nya.
Contoh asas kedinamisan : Seorang konselor harus mampu mengikuti pergerakan
zaman , agar konselor dapat menyelesaikan suatu permasalahn yang pada seorang konseli
yang semakin kompleks misalnya keluarga broken serta pergaulan bebas dikalangan
pemuda.
3. Asas Keterpaduan
Asas keterpaduan yaitu asas BK yang mengkenhendaki agar berbagai layanan dan
kegiatan BK , baik yang di lakuakn oleh guru BK/konselor maupun pihak lain ,saling
menunjang ,harmonis dan terpaduan. Pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki
terjalin keterpaduan berbagai aspek dari individu yang dibimbing. Untuk itu konselor
perlu bekerja sama dengan orang-orang yang diharapkan dapat membantu
penanggulangan masalah yang dihadapi konseli. Dalam hal ini peranan guru, orang tua,
dan siswa-siswa yang lain sering kali sangat menentukan. Konselor harus pandai
menjalin kerja sama yang saling mengerti dan saling membantu demi terbantunya konseli
yang mengalami masalah.
Untuk terselenggaranya asas keterpaduan, konselor perlu memiliki wawasan yang
luas tentang perkembangan klien dan aspek-aspek lingkungan klien, serta berbagai
sumber yang dapat diaktifkan untuk menangani masalah klien.Kesemuanya itu dipadukan
dalam keadaan serasi dan saling menunjang dalam upaya layanan bimbingan dan
konseling.
Asas bimbingan dan konseling ini menghendaki agar berbagai pelayanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun
pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara
konselor dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan
dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap pelayanan/ kegiatan
bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Contoh asas keterpaduan : seorang konseli melakuakn kerjasama dengan seorang
psikologi seks mupun dokter kandungan ,dan mengundang kesekolah untuk memberikan
pemahaman kepada peserta didik di sekolah agar konseli/peserta didik memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang lebih jelas tentang seks, upayah mereka tidak terjerat
dalam pergaulan besar.
4. Asas Kenormatifan
Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-norma
yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama, norma adat, norma hukum/ negara, norma
ilmu, maupun kebiasaan sehari-hari. Asas kenormatifan ini diterapkan terhadap isi
maupun proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Seluruh isi dan layanan harus
sesuai dengan norma yang ada. Demikian pula prosedur, teknik, dan peralatan yang
dipakai tidak menyimpang dari norma-norma yang dimaksudkan. Bukanlah layanan atau
kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan jika isi dan
pelaksanaannya tidak berdasarkan norma-norma yang dimaksudkan itu.
Ditilik dari permasalahan klien barangkali pada awalnya ada materi bimbingan
dan konseling yang tidak bersesuaian dengan norma (misalnya klien mengalami masalah
melanggar norma tertentu), tetapi justru dengan pelayanan bimbingan dan konselinglah
tingkah laku yang melanggar norma itu diarahkan kepada lebih bersesuaian dengan
norma. Lebih jauh, layanan meningkatkan kemampuan klien memahami, menghayati,
dan mengamalkan norma-norma tersebut.
Contoh asas kenormatifan : seorang konselor dalam menjalankan tugasnya , harus
sesui dengan norma, hukum , adat istiadat sehingga terciptanya suasana yang harmonis
diantara konseli dan konselor karena seorang konselor yang profesional harus bisa
menciptakan suasana yang nyaman bagi seorang konseli.
5. Asas Keahlian
Asas keahlian yaitu asas BK yang mengkehendaki agar layanan dan kegiatan BK
diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional .
Untuk menjamin keberhasilan usaha bimbingan dan konseling, para petugas harus
mendapatkan pendidikan dan latihan yang memadai. Pengetahuan, keterampilan, sikap
dan kepribadian yang ditampilkan oleh konselor/ guru pembimbing akan menunjang hasil
konseling. Pendek kata bahwa para pelaksana layanan bimbingan dan konseling ini harus
benar-benar ahli dibidang bimbingan dan konseling, atau dalam istilah lain adalah
profesional.
Asas keahlian selain mengacu kepada kualifikasi konselor (misalnya pendidikan
sarjana bidang bimbingan dan konseling), juga kepada pengalaman.Teori dan praktek
bimbingan dan konseling perlu dipadukan.Oleh karena itu, seorang konselor ahli harus
benar-benar menguasai teori dan praktek konseling secara baik.Keprofesionalan konselor
harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan
konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
Contoh asas keahlian : apabila ada seorang peserta didik/konselor yang datang
pada seorang konselor , seorang harus bersikap seprti konselor bukan bersikap seperti
dokter maupun yang lainya yaitu memberikan sepenuhnya semua keputusan pada konseli
.
Tidjan, dkk. 2000. Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah. Yogyakarta: UNY Press.