Anda di halaman 1dari 12

Makalah Azas-Azas Bimbingan dan Konseling

Diposkan oleh Adnan Ganteng  pada tanggal November 12, 2019


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai salah satu lembaga pendidikan, sekolah membutuhkan pelayanan BK dalam
penyelenggaraan dan peningkatan kondisi kehidupan di sekolah demi tercapainya tujuan
pendidikan yang berjalan seiring dengan visi profesi konseling yaitu terwujudnya kehidupan
kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam memberikan
dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar individu berkembang secara optimal,
mandiri dan bahagia.

Namun untuk mencapai tujuan tersebut Konselor haruslah memenuhi Asas Bimbingan dan
Konseling. Pemenuhan asas-asas bimbingan itu akan memperlancar pelaksanaan dan lebih
menjamin keberhasilan layanan/kegiatan, sedangkan pengingkarannya akan dapat menghambat
atau bahkan menggagalkan pelaksanaan, serta mengurangi atau mengaburkan hasil
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri.

Betapa pentingnya asas-asas bimbingan konseling ini sehingga dikatakan sebagai jiwa dan nafas
dari seluruh kehidupan layanan bimbingan dan konseling. Apabila asas-asas ini dijalankan
dengan tidak baik, penyelenggaraan bimbingan dan konseling akan berjalan tersendat-sendat
atau bahkan terhenti sama sekali.

Pelayanann bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional, oleh sebab itu, harus
dilaksanakan dengan mengikuti kaidah-kadah atau asas-asas tertentu. Dengan mengikuti kaidah-
kaidah asas-asas tersebut diharapkan efektivitas dan efisiensi proses bimbingan dan konseling
dapat tercapai.

2.2 Rumusan Masalah


Adapun perumusan masalah dari makalah yang akan dibahas yaitu;
1. Apa yang dimaksud dengan azas BK?
2. Bagaimana asas bimbingan dan konseling yang berhubungan dengan siswa?
3. Apa sajakah asas-asas dan peranan BK di sekolah ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari rumusan masalah yang akan dibahas yaitu;
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan azas BK
2. Untuk mengetahui asas bimbingan dan konseling yang berhubungan dengan siswa
3. Untuk mengetahui asas-asas peranan BK di sekolah
BAB II
PEMBAHASAN

 2.1 Pengertian Azas-Azas Bimbingan dan Konseling


Asas adalah segala hal yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu kegiatan, agar kegiatan
tersebut dapat terlaksana dengan baik serta mendapatkan hasil yang memuaskan.
Penyelenggaraan bimbingan dan konseling harus memperhatikan azas-azas yang mendasari
tugas-tugas pembimbingan. Keberhasilan tugas pembimbingan sangat dipengaruhi oleh
kemampuan konselor dalam memenuhi azas-azas tersebut. Seorang konselor yang tidak
memperhatikan azas-azas bimbingan dan konseling akan menemui banyak hambatan atau
bahkan akan menemui kegagalan dalam melaksanakan tugas-tugas kepembibingannya (Satori,
dkk, 2007: 4.8-4.11). Asas-asas bimbingan dan konseling merupakan ketentuan-ketentuan yang
harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling (Tidjan dkk, 2000:
15).

Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional. Pekerjaan profesional itu
harus dilaksanakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang menjamin efisien dan efektivitas
proses dan hasil-hasilnya. Dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling kaidah-
kaidah tersebut dikenal dengan asas-asas bimbingan dan konseling, yaitu ketentuan-ketentuan
yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan itu. Apabila asas-asas itu diikuti dan
terselenggara dengan baik, sangat diharapkan proses pelayanan mengarah pada pencapaian
tujuan yang diharapkan. Sebaliknya, apabila asas-asas itu diabaikan atau dilanggar sangat
dikhawatirkan kegiatan yang terlaksana itu justru berlawanan dengan tujuan bimbingan dan
konseling, bahkan akan dapat merugikan orang-orang yang terlibat di dalam pelayanan, serta
profesi bimbingan dan konseling itu sendiri.

2.2. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling yang Berhubungan dengan Siswa


Tiap-tiap Individu (siswa) membutuhkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah
dikarenakan :
1. Tiap-tiap siswa mempunyai kebutuhan
Tiap-tiap siswa sebagai individu mempunyai kebutuhan yang berbeda baik jasmaniah (fisik)
maupun rohaniah (psikis). Tingkah laku individu pada umumnya dalam rangka memenuhi
kebutuhan. Apabila kebutuhan tidak tercapai, akan menimbulkan perilaku menyimpang. Guru
BK di sekolah dan madrasah harus bisa memahami berbagai kebutuhan siswa, sehingga
pelayanan bimbingan dan konseling diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan siswa
terutama kebutuhan psikis seperti memperolah kasih sayang, memperoleh rasa aman, kebutuhan
untuk sukses dalam belajar, memperoleh harga diri, kebutuhan untuk diakui dan diterima oleh
kelompok, kebutuhan untuk melakukan eksistensi diri, dan lain-lain.

2.      Ada perbedaan di antara siswa (asas perbedaan siswa)


Dalam teori individualitas ditegaskan bahwa tiap-tiap individu berbeda. Demikian halnya siswa
sebagai individu jelas mempunyai perbedaan. Tiap-tiap siswa mempunyai karakteristik yang
berbeda baik fisik maupun psikisnya. Setiap siswa berbeda dalam hal kemampuan, bakat, minat,
kebutuhan, cita-cita, sikap atau pandangan hidup, dan ciri-ciri pribadi lainnya. Perbedaan-
perbedaan siswa tersebut harus mendapat perhatian secara lebih spesifik dari pembimbing atau
konselor di sekolah dan madrasah sehungga siswa dapat berkembang sesuai dengan karakteristik
pribadinya masing-masing.

3.      Tiap-tiap individu (siswa) ingin menjadi dirinya sendiri


Relevan dengan asas perbedaan individu di atas, tiap-tiap individu ingin menjadi dirinya sendiri
sesuai dengan ciri-ciri dan karakteristik pribadinya masing-masing. Pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah atau madrasah harus dapat mengantarkan siswa berkembang menjadi
dirinya sendiri. Guru pembimbing atau konselor di sekolah dan madrasah tidak boleh
mengarahkan perkembangan siswa ke arah yang pembimbing atau konselor inginkan. Dalam
kaitan dengan peran siswa di tengah masyarakat, pelayanan bimbingan dan konseling harus
diarahkan agar siswa menjadi baik menurut ukuran masyarakat tanpa kehilangan kepribadiannya
sendiri.

4.      Tiap-tiap individu (siswa) mempunyai dorongan untuk menjadi matang


Dalam tiap-tiap tahapan perkembangannya, setiap siswa mempunyai dorongan yang kuat untuk
menjadi matang, produktif, dan berdiri sendiri (mandiri). Kematangan yang dimaksud disini
adalah kematangan kejiwaan, emosi dan sosial. Pelayanan bimbingan dan konseling kepada para
siswa di sekolah atau madrasah harus berorientasi kepada kematangan di atas sehingga siswa
dapat berkembang sesuai dengan kecenderungannya.

5.      Tiap-tiap siswa mempunyai masalah dan mempunyai dorongan untuk menyelesaikannya


Tidak ada individu (siswa) yang tidak memiliki masalah. Mungkin tidak ada pula individu yang
tidak ingin masalahnya terselesaikan. Apalagi individu (siswa) yang sedang dalam proses
perkembangan, pasti memiliki masalah. Yang berbeda adalah kompleksitas masalah yang
dialami oleh tiap-tiap siswa; artinya ada siswa yang mengalami masalah kompleks dan ada yang
kurang kompleks. Pada dasarnya setiap individu (siswa) mempunyai dorongan-dorongan untuk
memecahkan masalahnya, namun karena keterbatasannya adakalanya siswa tidak selalu berhasil.
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah harus diarahkan dalam rangka
membantu siswa menghadapi dan memecahkan masalah-masalahyang dihadapi dalam hidupnya
dengan memanfaatkan sebaik-baiknya dorongan-dorongan yang ada pada setiap siswa.

2.3 Azas-Azas Perana Bimbingan dan Konseling di Sekolah


Penyelenggaraan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling selain dimuati oleh
fungsi dan didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu, juga dituntut untuk memenuhi sejumlah asas
bimbingan. Pemenuhan asas – asas bimbingan itu akan memperlancar pelaksanaan dan lebih
menjamin keberhasilan layanan/kegiatan, sedangkan pengingkarannya akan dapat menghambat
atau bahkan menggagalkan pelaksanaan, serta mengurangi atau mengaburkan hasil
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri. Menurut Prayitno ada dua belas asas yang
harus menjadi dasar pertimbangan dalam kegiatan pelayanan bimbingan dan koseling. Adapun
asas – asas dari bimbingan dan konseling tersebut adalah :
1. Asas Kerahasiaan
Asas-asas kerahasian yaitu menuntun dirahasiakanya segenap data dan keterangan peserta didik
yang menjadi sasaran layanan , yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak
diketahui oleh orang lain. Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam kegiatan bimbingan dan
koseling, kadang-kadang konseli harus menyampaikan hal-hal yang sangat pribadi/ rahasia
kepada konselor.Oleh karena itu konselor harus menjaga kerahasiaan data yang diperolehnya
dari konselinya.

Sebagai konselor berkewajiban untuk menjaga rahasia data tersebut, baik data yang diperoleh
dari hasil wawancara atau konseling, karena hubungan menolong dalam bimbingan dan
konseling hanya dapat berlangsung dengan baik jika data informasi yang dipercayakan kepada
konselor atau guru pembimbing dapat dijamin kerahasiaannya. Asas ini bisa dikatakan
sebagai “Asas Kunci” dalam kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling, karena dengan
adanya asas kerahasiaan ini dapat menimbulkan rasa aman dalam diri konseli. Segala sesuatu
yang dibicarakan  klien (peserta didik) kepada konselor (guru pembimbing) tidak boleh
disampaikan kepada orang lain, atau lebih-lebih hal atau keterangan yang tidak boleh atau tidak
layak diketahui oleh orang lain.

Jika asas ini benar-benar dilaksanakan, maka penyelenggara atau pemberi bimbingan akan
mendapat kepercayaan dari semua pihak, terutama penerima bimbingan klien, sehingga mereka
akan mau memanfaatkan jasa bimbingan dan konseling dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, jika
konselor tidak dapat memegang asas kerahasiaan dengan baik, maka hilanglah kepercayaan
klien, sehingga akibatnya pelayanan bimbingan tidak dapat tempat di hati klien dan para calon
klien. Mereka takut meminta bantuan sebab khawatir masalah dan diri mereka akan menjadi
bahan gunjingan. Apabila hal terakhir itu terjadi, maka tamatlah pelayanan bimbingan dan
konseling ditangan konselor yang tidak dapat dipercaya oleh klien itu.

Berdasarkan apa yang dikemukakan di atas, maka apa yang terjadi saat pelayanan bimbingan dan
konseling yang dilakukan oleh konselor dan konseli baik itu isi pembicaraan atau pun sikap
konseli, kerahasiaanya perlu dihargai dan dijaga dengan baik. Demikian pula catatan-catatan
yang dibuat sewaktu atau pun sesudah wawancara atau konseling perlu disimpan dengan baik
dan kerahasiaanya dijaga dengan cermat oleh konselor.

Contoh asas kerahasian :ada seorang konseli yang menceritakan kepada konselor bahwa seorang
konseli itu memiliki penyakit HIV yang didapatnya sejak lama maka seorang konselor harus bisa
menjaga kerahasian tersebut agar penyakit konseli itu tidak di ketahui oleh orang banyak .
2. Asas Kesukarelaan
Asas kesukarelaan yaitu asas bimbingan konseling yang menghendaki adanya kesukaaan dan
kerelaan peserta didik mengikuti atau menjalankan layanan atau kegiatan yang di peruntukan
baginya . Telah dikemukakan bahwa bimbingan merupakan proses membantu individu.

Perkataan membantu disini mengandung arti bahwa bimbingan bukan merupakan suatu paksaan,
akan tetapi merupakan suatu binaan. Oleh karena itu dalam kegiatan bimbingan dan konseling
diperlukan adanya kerjasama yang demokratis antara konselor/ guru pembimbing dengan
konselinya. Kerjasama akan terjalin bilamana konseli dapat dengan suka rela menceritakan serta
menjelaskan masalah yang dialaminya kepada konselor. Klien diharapkan secara sukarela dan
rela tanpa ragu-ragu ataupun merasa terpaksa menyampaikan masalah yang dihadapinya serta
mengungkapkan segenap fakta, data, dan seluk-beluk berkenaan dengan masalahnya itu kepada
konselor. Konselor hendaknya dapat memberikan bantuan dengan tidak terpaksa, atau dengan
kata lain konselor memberikan bantuan dengan ikhlas.

Contoh asas kesukarelaan : ada seorang peserta didik yang selalu tidak masuk dikarenakan tidak
suka pada pada salah satu mata pelajaran di sekolahnya , sebagai guru konselor seharusnya kita
harus mengubah sikap/perilaku konseli tersebut agar dapat suka pada mata pelajaran tersebut
dengan selalu membina dan mengembangkanya.

3.       Asas Keterbukaan
Asas keterbukaan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik yang
menjadi sasaran layanan atau kegiataan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam
memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan
materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya .

Related:Makalah Azas-Azas Bimbingan dan Konseling


Asas keterbukaan merupakan asas yang sangat penting bagi konselor/ guru pembimbing, karena
hubungan tatap muka antara konselor dan konseli merupakan pertemuan bathin tanpa tedeng
aling-aling. Dengan adanya keterbukaan ini dapat ditumbuhkan kecenderungan pada konseli
untuk membuka dirinya, untuk membuka kedok hidupnya yang menjadi penghalang bagi
perkembangan psikisnya.Konselor yang sukses adalah konselor yang bisa memudahkan konseli
untuk membuka dirinya dan berusaha memahami lebih jauh tentang dirinya sendiri.Truax dan
Carkhuff menyimpulkan bahwa “ada hubungan yang erat antara keterbukaan konselor dan
kemampuan klien membuka diri (self exploration).”

Asas ini menghendaki agar konseling bersifat terbuka dan tidak berpura-pura dalam memberikan
keterangan maupun informasi.Dalam hal ini konselor/ guru pembimbing berkewajiban
mengembangkan keterbukaan konseli. Agar konseli dapat terbuka, guru pembimbing terlebih
dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. Hal demikian akan mendorong konseli
mengekspresikan pengalaman pribadinya.
Keterusterangan dan kejujuran klien akan terjadi jika klien tidak lagi mempersoalkan asas
kerahasiaan dan kesukarelaan. Maksudnya, klien telah betul-betul mempercayai konselornya dan
benar-benar mengharapkan bantuan dari konselornya. Lebih jauh keterbukaan akan semakin
berkembang apabila klien tahu bahwa konselornya terbuka.

Keterbukaan disini ditinjau dari dua arah. Dari pihak klien diharapkan pertama-tama mau
membuka diri sendiri, sehingga apa yang ada pada dirinya dapat diketahui oleh orang lain
(konselor) dan keduanya mau membuka diri dalam arti mau menerima saran-saran dan masukan
lainnya dari pihak luar. Dari pihak konselor, keterbukaan terwujud dengan ketersediaan konselor
menjawab pertanyaan-pertanyaan klien dan mengungkapkan diri konselor sendiri jika hal itu
dikehendaki oleh klien. Dalam hubungan yang bersuasana seperti itu masing-masing pihak
bersifat transparan (terbuka) terhadap pihak lain.

Contoh asas keterbukaan : ada seorang konseli yang memiliki sifat tertutup sebagai konselor kita
harus dapat mengubah konseli untuk bicara secara terbuka dan tidak berpura-pura dalam
menceritakan maslah pribadinya sendiri ,sehingga konseli dapat berbicara jujur dan merasa
nyaman dalam menyampaikan masalahhnya.

4.      Asas Kekinian
Asas kekinian yaitu asas bimbingan yang mengkehendaki agar obyek sasaran layanan BK ialah
permasalahan peserta didik dalam kondisi masa sekarang. Layanan yang berkenan dengan masa
depan atau masa lamoau dilihat dampak atau kaitan dengan kondisi yang ada dan apa yang dapat
diperbuat sekarang .Pada umumnya pelayanan bimbingan dan konseling bertitik tolak dari
masalah yang dirasakan konseli saat kini atau sekarang, namun pada dasarnya pelayanan
bimbingan dan konseling itu sendiri menjangkau dimensi waktu yang lebih luas, yaitu masa lalu,
sekarang, dan masa yang akan datang.

Permasalahan yang dihadapi oleh konseli sering bersumber dari rasa  penyesalannya terhadap
apa yang terjadi pada masa lalu, dan kekhawatiran dalam menghadapi apa yang akan terjadi pada
masa yang akan datang, sehingga ia lupa dengan apa yang harus dan dapat dikerjakannya pada
saat ini.

Asas kekinian juga mengandung pengertian bahwa konselor tidak boleh menunda-nunda
pemberian bantuan. Jika diminta bantuan oleh klien atau jelas-jelas terlihat misalnya adanya
siswa yang mengalami masalah, maka konselor hendaklah segera memberikan bantuan. Konselor
tidak selayaknya menunda-nunda memberi bantuan dengan berbagai dalih. Konselor harus
mendahulukan kepentingan klien daripada yang lain-lain. Jika dia benar-benar memiliki alasan
yang kuat untuk tidak memberikan batuannya kini, maka konselor harus dapat
mempertanggungjawabkan bahwa penundaan yang dilakukan itu justru untuk kepentingan klien.
Sesuai apa yang terkemukan di atas, maka diharapkan konselor dapat mengarahkan konseli
untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapinya sekarang. Sebagaimana firman Allah
SWT
Artinya :
“Demi masa.Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.Kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al Ashr : 1-3).

Contoh asaa kekinian ; konselor tidak banyak fokus pada masalah yang telah di hadapi , tetapi
konselor harus terus memantau perkembangan konseli baik fisik dan psikisnya.

5.      Asas Kemandirian
Asas kemandirian yaitu asas BK yang menunjuk pada tujuan umum BK,yaitu : peserta didik
sebagai sasaran layanan BK diharapkan menjadi individu –individu yang mandiri dengan ciri-ciri
mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil
keputusan ,mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri.

Salah satu tujuan pemberian layanan bimbingan dan konseling adalah agar konselor berusaha
menghidupkan kemandirian di dalam diri konseli.Ciri-ciri kemandirian tersebut yaitu mengenal
dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta
mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap pelayanan
bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian konseli.
Agar dapat tumbuh sikap kemandirian tersebut, maka konselor harus memberikan respon yang
cermat terhadap konseli atas keluhan-keluhan yang diungkapkan.Individu yang terbimbing
setelah dibantu diharapkan dapat mandiri dengan ciri-ciri pokok mampu:
1. Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya.
2. Menerima diri sendiri secara positif dan dinamis.
3. Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri.
4. Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu.
5. Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat, dan   kemampuan-
kemampuan yang dimilikinya.
Kemandirian dengan ciri-ciri umum di atas haruslah disesuaikan dengan tingkat perkembangan
dan peranan klien dalam kehidupan sehari-hari. Kemandirian sebagai hasil konseling menjadi
arah dari keseluruhan proses konseling dan hal itu disadari baik oleh konselor maupun klien.

Contoh asaa kemandirian : ada seorang konseli yang cacat fisik datang pada kita dia
menceritakan bahwa dia tidak memiliki semangat untuk meluruskan hidupnya, sebagai konselo
yang profesional kita harus bisa menumbuhkan rasa semangat hidup dengan cara memberikan
pemahaman agar konseli tersebut mengenal dan menerima dirinya dan lingkungan ,dan mampu
mengambil sebuah keputusan agar konseli tersebut menjadi diri yang mandiri.
6. Asas Kegiatan
Asas kegiatan yaitu asa BK yang mengkehendaki agar peserta didik yang menjadi sasaran
layanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan layanan atau kegiatan BK. Dalam
proses pelayanan bimbingan dan konseling kadang-kadang konselor memberikan beberapa tugas
dan kegiatan pada konslinya. Dalam hal ini konseli harus mampu melaksanakan sendiri kegiatan-
kegiatan tersebut dalam rangka mencapai tujuan bimbingan dan konseling yang telah
ditetapkan.Asas ini menghendaki agar konseli bisa berpartisipasi secara aktif atas kegiatan yang
diselenggarakan oleh konselor. Di pihak lain konselor harus berusaha/ mendorong agar konseli
mampu melaksanakan kegiatan yang telah ditetapkan tersebut.

Asas ini merujuk pada pola konseling “multidimensional” yang tidak hanya mengandalkan
transaksi verbal antara klien dengan konselor. Dalam konseling yang berdimensi verbal pun asas
kegiatan masih harus terselenggara, yaitu klien mengalami proses konseling dan aktif pula
melaksanakan atau menerapkan hasil-hasil konseling.

Contoh asas kegiatan : seorang konselor harus bisa membuat suatu program kegiatan seperti
ospek maupun MOS (siswa baru ) agar konseli /peserta didik dapat mengenali lingkungan yang
baru serta mampu untuk mnyesuaikan dirinya dengan lingkungan yang baru.
7. Asas Kedinamisan
Asas kedinamisan yaitu asas BK yang mengkehendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan
yang sama kehendaknya selalu bergerak maju,tidak monoton,dan terus berkembang serta
berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembanganya dari waktu ke waktu.
Keberhasilan usaha pelayanan bimbingan dan konseling ditandai dengan terjadinya perubahan
sikap dan tingkah laku konseli ke arah yang lebih baik.

Untuk mewujudkan terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku itu membutuhkan proses dan
waktu tertentu sesuai dengan kedalaman dan kerumitan masalah yang dihadapi konseli. Isi
layanan bimbingan dan konseling dari asas ini adalah selalu bergerak maju, tidak monoton, dan
terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari
waktu ke waktu.Konselor dan pihak-pihak lain diminta untuk memberikan kerjasama
sepenuhnya agar pelayanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat dengan cepat
menimbulkan perubahan dalam sikap dan tingkah laku konseli.Asas kedinamisan mengacuh
pada hal-hal baru yang hendaknya terdapat pada dan menjadi ciri-ciri dari proses konseling dan
hasil-hasil nya.

Contoh asas kedinamisan : Seorang konselor harus mampu mengikuti pergerakan zaman , agar
konselor dapat menyelesaikan suatu permasalahn yang pada seorang konseli yang semakin
kompleks misalnya keluarga broken serta pergaulan bebas dikalangan pemuda.
8. Asas Keterpaduan
Asas keterpaduan yaitu asas BK yang mengkenhendaki agar berbagai layanan dan kegiatan BK ,
baik yang di lakuakn oleh guru BK/konselor maupun pihak lain ,saling menunjang ,harmonis dan
terpaduan. Pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjalin keterpaduan berbagai aspek
dari individu yang dibimbing. Untuk itu konselor perlu bekerja sama dengan orang-orang yang
diharapkan dapat membantu penanggulangan masalah yang dihadapi konseli. Dalam hal ini
peranan guru, orang tua, dan siswa-siswa yang lain sering kali sangat menentukan. Konselor
harus pandai menjalin kerja sama yang saling mengerti dan saling membantu demi terbantunya
konseli yang mengalami masalah.

Untuk terselenggaranya asas keterpaduan, konselor perlu memiliki wawasan yang luas tentang
perkembangan klien dan aspek-aspek lingkungan klien, serta berbagai sumber yang dapat
diaktifkan untuk menangani masalah klien.Kesemuanya itu dipadukan dalam keadaan serasi dan
saling menunjang dalam upaya layanan bimbingan dan konseling.

Asas bimbingan dan konseling ini menghendaki agar berbagai pelayanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling
menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara konselor dan pihak-pihak yang
berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan.
Koordinasi segenap pelayanan/ kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya.

Contoh asas keterpaduan : seorang konseli melakuakn kerjasama dengan seorang psikologi seks
mupun dokter kandungan ,dan mengundang kesekolah untuk memberikan pemahaman kepada
peserta didik di sekolah agar konseli/peserta didik memiliki pengetahuan dan pemahaman yang
lebih jelas tentang seks, upayah mereka tidak terjerat dalam pergaulan besar.
9. Asas Kenormatifan
Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku,
baik ditinjau dari norma agama, norma adat, norma hukum/ negara, norma ilmu, maupun
kebiasaan sehari-hari. Asas kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun proses
penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Seluruh isi dan layanan harus sesuai dengan norma
yang ada. Demikian pula prosedur, teknik, dan peralatan yang dipakai tidak menyimpang dari
norma-norma yang dimaksudkan. Bukanlah layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling
yang dapat dipertanggungjawabkan jika isi dan pelaksanaannya tidak berdasarkan norma-norma
yang dimaksudkan itu.

Ditilik dari permasalahan klien barangkali pada awalnya ada materi bimbingan dan konseling
yang tidak bersesuaian dengan norma (misalnya klien mengalami masalah melanggar norma
tertentu), tetapi justru dengan pelayanan bimbingan dan konselinglah tingkah laku yang
melanggar norma itu diarahkan kepada lebih bersesuaian dengan norma. Lebih jauh, layanan
meningkatkan kemampuan klien memahami, menghayati, dan mengamalkan norma-norma
tersebut.
Contoh asas kenormatifan : seorang konselor dalam menjalankan tugasnya , harus sesui dengan
norma, hukum , adat istiadat sehingga terciptanya suasana yang harmonis diantara konseli dan
konselor karena seorang konselor yang profesional harus bisa menciptakan suasana yang nyaman
bagi seorang konseli.
10. Asas Keahlian
Asas keahlian yaitu asas BK yang mengkehendaki agar layanan dan kegiatan BK
diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional .

Untuk menjamin keberhasilan usaha bimbingan dan konseling, para petugas harus mendapatkan
pendidikan dan latihan yang memadai. Pengetahuan, keterampilan, sikap dan kepribadian yang
ditampilkan oleh konselor/ guru pembimbing akan menunjang hasil konseling. Pendek kata
bahwa para pelaksana layanan bimbingan dan konseling ini harus benar-benar ahli dibidang
bimbingan dan konseling, atau dalam istilah lain adalah profesional.

Asas keahlian selain mengacu kepada kualifikasi konselor (misalnya pendidikan sarjana bidang
bimbingan dan konseling), juga kepada pengalaman.Teori dan praktek bimbingan dan konseling
perlu dipadukan.Oleh karena itu, seorang konselor ahli harus benar-benar menguasai teori dan
praktek konseling secara baik.Keprofesionalan konselor harus terwujud baik dalam
penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan konseling maupun dalam penegakan
kode etik bimbingan dan konseling.

Contoh asas keahlian : apabila ada seorang peserta didik/konselor yang datang pada seorang
konselor , seorang harus bersikap seprti konselor bukan bersikap seperti dokter maupun yang
lainya yaitu memberikan sepenuhnya semua keputusan pada konseli .
11. Asas Alih Tangan
Dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling, asas alihtangan jika konselor sudah
mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu individu, tetapi individu yang
bersangkutan belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka konselor dapat
mengirim individu kepada petugas atau badan yang lebih ahli. Disamping itu asas ini juga
mengisyaratkan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling hanya mengenai masalah-masalah
individu sesuai dengan kewenangan petugas yang bersangkutan dan setiap masalah ditangani
oleh ahli yang berwenang untuk itu.

Hal yang terakhir itu secara langsung mengacu kepada bimbingan dan konseling hanya
memberikan kepada individu-individu yang pada dasarnya normal (tidak sakit jasmani maupun
rohani) dan bekerja dengan kasus-kasus yang terbebas dari masalah-masalah kriminal maupun
perdata.Konselor dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain,
dan demikian pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata
pelajaran/ praktik dan lain-lain.
Contoh asas alih tangan :ada seorang peserta didik/konseli yang mengalami tidak lulus sekolah ,
seorang konselor tidak dapat bertindak sendiri dalam konteks ini ,seorang konselor harus
melakuakn kerjasama dengan pihak yang lebih kompeten dalam kasus ini seperti membawa
konseli tersebut pada seorang psikiater maupun dokter.
12. Asas Tut Wuri Handayani
Asas tut wuri handayani, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan
bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi
(memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, memberikan rangsangan dan dorongan,
serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada klien untuk maju.Demikian juga segenap layanan
atau kegiatan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan hendaknya disertai dan sekaligus
dapat membangun suasana pengayoman, keteladanan, dan dorongan seperti itu.

Asas ini menunjuk pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka hubungan
keseluruhan antara konselor dan klien. Lebih-lebih di lingkungan sekolah, asas ini makin
dirasakan keperluannya dan bahkan perlu dilengkapi dengan “ing ngarso sung tulodo, ing madya
mangun karso”. Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya
dirasakan pada waktu klien mengalami masalah dan menghadap pada konselor saja, tetapi diluar
hubungan proses bantuan bimbingan dan konseling pun hendaknya dirasakan adanya manfaat
pelayanan bimbingan dan konseling itu.

Sebagaimana yang telah dipahami dalam pengertian bimbingan dan konseling bahwa bimbingan
dan konseling itu merupakan kegiatan yang dilakukan secara sistematis, sengaja, berencana,
terus menerus, dan terarah kepada suatu tujuan.Oleh karena itu kegiatan pelayanan bimbingan
dan konseling tidak hanya dirasakan adanya pada saat konseli mengalami masalah dan
menghadapkannya kepada konselor/ guru pembimbing saja.Kegiatan bimbingan dan konseling
harus senantiasa diikuti secara terus menerus dan aktif sampai sejauh mana konseli telah berhasil
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Asas ini menghendaki agar pelayanan bimbingan dan
konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa aman),
mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan
yang seluas-luasnya kepada konseli untuk maju.(Anas Salahudin.

Contoh asas tut wuri handayani : seorang konselor harus menjadi guru teladan ,dan
menyenangkan agar peserta didik/ konseli tidak takut menceritakan masalahnya kepada kita dan
mampu mengayomi paserta didik.
Selain asas-asas tersebut saling terkait satu sama lain, segenap asas itu perlu diselenggarakan
secara terpadu dan tepat waktu, yang satu tidak perlu dikedepankan atau dikemudiankan dari
yang lain. Begitu pentingnya asas-asas tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa asas-asas itu
merupakan jiwa dan nafas dari seluruh kehidupan pelayanan bimbingan dan konseling.Apabila
asas-asas itu tidak dijalankan dengan baik penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling
akan tersendat-sendat atau bahkan berhenti sama sekali. (Priyatno, 2004: 114-120)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Asas adalah segala hal yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu kegiatan, agar
kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik serta mendapatkan hasil yang memuaskan.
2. Asas-asas bimbingan dan konseling merupakan ketentuan-ketentuan yang harus
diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling.
3. Tiap-tiap Individu (siswa) membutuhkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah
dikarenakan : Tiap-tiap siswa mempunyai kebutuhan; b. Ada perbedaan di antara siswa
(asa perbedaan siswa); c. Tiap-tiap individu ingin menjadi dirinya sendiri; d. Tiap-tiap
individu (siswa) mempunyai dorongan untuk menjadi matang; e. Tiap-tiap siswa
mempunyai masalah dan dorongan untuk menyelesaikannya.
4. Menurut Prayitno asas-asas BK yaitu :
5. Asas Kerahasiaan
6. Asas Kesukarelaan
7. Asas Keterbukaan
8. Asas Kekinian
9. Asas Kemandirian
10. Asas Kegiatan
11. Asas Kedinamisan
12. Asas Keterpaduan
13. Asas Kenormatifan
14. Asas Keahlian
15. Asas Alih Tangan
16. Asas Tut Wuri Handayani
3.2 Saran       
Dari uraian di atas, maka saran yang dapat penulis sampaikan yaitu asas bimbingan dan
konseling merupakan hal yang sangat penting yang harus dipegang teguh oleh para konselor/
guru pembimbing dalam memberikan pelayanan pada konseli/ siswa, agar tujuan dari pelayanan
bimbingan dan konseling tersebut berjalan dengan sukses dan dapat mencetak siswa/konseli
memiliki kepribadian yang luhur.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar M. Luddin.2011. Dasar – dasar konseling.Bandung: Citapustaka Media Printis.


Satori, Djam’an, dkk, 2007, Profesi Keguruan, Jakarta: Universitas Terbuka.
Tidjan, dkk. 2000. Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah. Yogyakarta: UNY Press.

Anda mungkin juga menyukai