Anda di halaman 1dari 11

REVIEW MATERI

AZAS-AZAS BIMBNGAN DAN KONSELING

Oleh :
Tina Ayu Rahma - 04020321084
Dosen Pengampu :
Meilina Purwandari Rahmi, M.Pd

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
TAHUN 2021

1
A. PENGERTIAN AZAS BIMBINGAN DAN KONSELING
Dalam kamus besar bahasa Indonesia azas berarti “Dasar”. Tetapi azas dalam pengertian
disini adalah bukan dasar tetapi “Rukun”.Jadi azas bimbingan dan konseling berarti “Rukun
yang harus dipegang teguh dan dikuasai oleh seorang guru pembimbing atau konselor dalam
menjalankan pelayanan atau kegiatan bimbingan dan konseling”. (hasil diskusi kelas : 25-03-
2012).Setiap kegiatan kadang-kadang ada azas yang dijadikan pegangan dalam melaksanakan
kegiatan tersebut.Demikian pula dalam layanan/ kegiatan bimbingan dan konseling, ada azas
yang dijadikan pegangan dalam menjalankan kegiatan itu. Menurut Prayitno ada dua belas azas
yang harus menjadi dasar pertimbangan dalam kegiatan pelayanan bimbingan dan koseling.
Azas adalah segala hal yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu kegiatan, agar kegiatan
tersebut dapat terlaksana dengan baik serta mendapatkan hasil yang memuaskan.
Penyelenggaraan bimbingan dan konseling harus memperhatikan azas-azas yang mendasari
tugas-tugas pembimbingan. Keberhasilan tugas pembimbingan sangat dipengaruhi oleh
kemampuan konselor dalam memenuhi azas-azas tersebut. Seorang konselor yang tidak
memperhatikan azas-azas bimbingan dan konseling akan menemui banyak hambatan atau
bahkan akan menemui kegagalan dalam melaksanakan tugas-tugas kepembibingannya (Satori,
dkk, 2007: 4.8-4.11). Azas-azas bimbingan dan konseling merupakan ketentuan-ketentuan yang
harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling (Tidjan dkk, 2000:
15).
Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional. Pekerjaan profesional
itu harus dilaksanakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang menjamin efisien dan efektivitas
proses dan hasil-hasilnya. Dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling kaidah-
kaidah tersebut dikenal dengan azas-azas bimbingan dan konseling, yaitu ketentuan-ketentuan
yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan itu. Apabila azas-azas itu diikuti dan
terselenggara dengan baik, sangat diharapkan proses pelayanan mengarah pada pencapaian
tujuan yang diharapkan. Sebaliknya, apabila azas-azas itu diabaikan atau dilanggar sangat
dikhawatirkan kegiatan yang terlaksana itu justru berlawanan dengan tujuan bimbingan dan
konseling, bahkan akan dapat merugikan orang-orang yang terlibat di dalam pelayanan, serta
profesi bimbingan dan konseling itu sendiri.

B. AZAS – AZAS BIMBINGAN KONSELING


Pelayanan bimbimngan dan konseling adalah pekerjaan profesional sesuai dengan makna apeksi,
dan perlakuan konselor terhadap kasus, pekerjaan profesional itu harus di laksanakan dengan
mengikuti kaidah–kaidah yang menjamin efisien dan efektivitas proses dan lainnya. Kaidah–
kaidah tersebut di dasarkan atas tuntutan keilmuan layanan di satu segi (antara lain bahwa
layanan harus di dasarkan atas data dan tingkat perkembangan klien), dan tuntunan oktimalisasi
proses penyelenggaraan pelayanan di segi lain (yaitu antara lain suasana konseling di tandai oleh
adanya kehangatan, pemahaman, penerimaan, kebebasan, dan keterbukaan, serta sebagai sumber
daya yang perlu di aktifkan. Dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling

2
kaidah–kaidah tersebut di kenal dengan azas bimbingan dan konseling, yaitu ketentuan–
ketentuan yang harus di terapkan dalam peyelenggaraan pelayanan itu.
Menurut Slameto (1986) yang dikutip dalam buku Bimbingan dan konseling di Madrasah azas-
azas bimbingan dan konseling karya Tohirin (2007) dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1. Azas-Azas Bimbingan dan Konseling yang Berhubungan dengan Siswa

a. Tiap-tiap siswa mempunyai kebutuhan


Tiap-tiap siswa sebagai individu mempunyai kebutuhan yang berbeda baik jasmani dan
rohaniah. Tingkah laku individu pada umumnya dalam rangka memenuhi kebutuhan. Apabila
kebutuhan tidak tercapai, akan menimbulkan kecemasan dan kekecewaan, sehingga pada
akhirnya menimbulkan perilaku menyimpang. Guru Bimbingan dan Konseling di sekolah dan
madrasah harus bisa memahami berbagai kebutuhan siswa, sehingga pelayanan bimbingan dan
konseling diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan siswa terutama kebutuhan psikis seperti
kasih sayang, memperoleh rasa aman, kebutuhan untuk sukses dalam belajar, memperoleh harga
diri, kebutuhan untuk diakui dan diterima oleh kelompok, kebutuhan untuk melaukan eksistensi
diri, dan lain-lain.
b. Ada perbedaan di antara siswa (azas perbedaan siswa)
Dalam teori individualitas ditegaskan bahwa tiap-tiap individu berbeda. Demikian halnya
siswa sebagai individu jelas mempunyai perbedaan. Tiap-tiap siswa memepunyai karakteristik
yang berbeda baik fisik maupun psikisnya. Setiap siswa berbeda dalam hal kemampuan, bakat,
minat, kebutuhan, cita-cita, sikap atau pandangan hidup dan ciri-ciri pribadi lainnya. Perbedaan-
perbedaan siswa tersebut harus mendapat perhatian secara lebih spesifik dari pembimbing atau
konselor di sekolah dan madrasah sehingga siswa dapat berkembang sesuai dengan karakteristik
pribadinya masing-masing.
c. Tiap-tiap individu (siswa) ingin menjadi dirinya sendiri
Relevan dengan azas-azas perbedaan individu di atas, tiap-tiap individu ingin menjadi
dirinya sendiri sesuai dengan ciri-ciri atau karakteristik pribadinya masing-masing. Pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah atau madrasah harus dapat mengantarkan siswa berkembang
menjadi dirinya sendiri. Guru pembimbing atau konselor di sekolah atau madrasah tidak boleh
mengarahkan perkembangan siswa kearah yang pembimbing atau konselor inginkan. Dalam
kaitan dengan peran siswa di tengah masyarakat kelak, pelayanan bimbingan dan konseling
harus diarahkan agar siswa menjadi ”baik” menurut ukuran masyarakat tanpa kehilangan
kepribadiannya sendiri.
d. Tiap-tiap individu (siswa) mempunyai dorongan untuk menjadi matang
Dalam tiap-tiap tahapan perkembangannya, setiap siswa mempunyai dorongan yang kuat
untuk menjadi matang, produktif, ddan berdiri sendiri. Kematangan yang dimaksud disini adalah
kematangan kejiwaan, emosi, dan sosial. Pelayanan bimbingan dan konseling kepada para siswa
di sekolah dan madrasah harus berorientasi kepada kematangan di atas sehingga siswa dapat
berkembang sesuai dengan kecenderungan-kecenderungannya.
e. Tiap-tiap siwa mempunyai masalah dan mempunyai dorongan untuk menyelesaikannya
Tidak ada individu (siswa) yang tidak memiliki masalah.Mungkin tidak ada pula individu
yang tidak ingin masalahnya terselesaikan. Apalagi individu (siswa) yang sedang dalam proses
perkembangan, pasti memiliki masalah. Yang berbeda adalah kompleksitas masalah yang
dialami oleh tiap-tiap siswa, artinya ada siswa yang mengalami masalah kompleks dan ada yang

3
kurang kompleks. Pada dasarnya setiap individu (siswa) mempunyai dorongan-dorongan untuk
memecahan masalahnya, namun karena keterbatazasnya ada kalanya siswa tidak selalu berhasil.
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah harus diarahkan dalam rangaka
membantu siswa menghadapi dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam hidupnya
dengan memanfaatkan sebaik-baiknya dorongan-dorongan yang ada pada setiap siswa.
2. Azas-Azas Bimbingan dan Konseling Secara Keseluruhan
a. Azas Kerahasiaan
Azas-azas kerahasian yaitu menuntun dirahasiakanya segenap data dan keterangan
peserta didik yang menjadi sasaran layanan , yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan
tidak layak diketahui oleh orang lain. Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam kegiatan
bimbingan dan koseling, kadang-kadang konseli harus menyampaikan hal-hal yang sangat
pribadi/ rahasia kepada konselor.Oleh karena itu konselor harus menjaga kerahasiaan data yang
diperolehnya dari konselinya. Sebagai konselor berkewajiban untuk menjaga rahasia data
tersebut, baik data yang diperoleh dari hasil wawancara atau konseling, karena hubungan
menolong dalam bimbingan dan konseling hanya dapat berlangsung dengan baik jika data
informasi yang dipercayakan kepada konselor atau guru pembimbing dapat dijamin
kerahasiaannya. Azas ini bisa dikatakan sebagai “Azas Kunci” dalam kegiatan pelayanan
bimbingan dan konseling, karena dengan adanya azas kerahasiaan ini dapat menimbulkan rasa
aman dalam diri konseli. Berdasarkan apa yang dikemukakan di atas, maka apa yang terjadi saat
pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh konselor dan konseli baik itu isi
pembicaraan atau pun sikap konseli, kerahasiaanya perlu dihargai dan dijaga dengan baik.
Demikian pula catatan-catatan yang dibuat sewaktu atau pun sesudah wawancara atau konseling
perlu disimpan dengan baik dan kerahasiaanya dijaga dengan cermat oleh konselor. Contoh azas
kerahasian : ada seorang konseli yang menceritakan kepada konselor bahwa seorang konseli itu
memiliki penyakit HIV yang didapatnya sejak lama maka seorang konselor harus bisa menjaga
kerahasian tersebut agar penyakit konseli itu tidak di ketahui oleh orang banyak .
b. Azas Kesukarelaan
Azas kesukarelaan yaitu azas BK yang menghendaki adanya kesukaaan dan kerelaan
peserta didik mengikuti atau menjalankan layanan atau kegiatan yang di peruntukan baginya .
Telah dikemukakan bahwa bimbingan merupakan proses membantu individu. Perkataan
membantu disini mengandung arti bahwa bimbingan bukan merupakan suatu paksaan, akan
tetapi merupakan suatu binaan. Oleh karena itu dalam kegiatan bimbingan dan konseling
diperlukan adanya kerjasama yang demokratis antara konselor/ guru pembimbing dengan
konselinya. Kerjasama akan terjalin bilamana konseli dapat dengan suka rela menceritakan serta
menjelaskan masalah yang dialaminya kepada konselor. Contoh azas kesukarelaan : ada seorang
peserta didik yang selalu tidak masuk dikarenakan tidak suka pada pada salah satu mata
pelajaran di sekolahnya, sebagai guru konselor seharusnya kita harus mengubah sikap/perilaku
konseli tersebut agar dapat suka pada mata pelajaran tersebut dengan selalu membina dan
mengembangkanya.
c. Azas Keterbukaan

4
Azas keterbukaan yaitu azas BK yang menghendaki agar peserta didik yang menjadi
sasaran layanan atau kegiataan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam
memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan
materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya . Azas keterbukaan merupakan azas
yang sangat penting bagi konselor/ guru pembimbing, karena hubungan tatap muka antara
konselor dan konseli merupakan pertemuan bathin tanpa tedeng aling-aling.Dengan adanya
keterbukaan ini dapat ditumbuhkan kecenderungan pada konseli untuk membuka dirinya, untuk
membuka kedok hidupnya yang menjadi penghalang bagi perkembangan psikisnya.Konselor
yang sukses adalah konselor yang bisa memudahkan konseli untuk membuka dirinya dan
berusaha memahami lebih jauh tentang dirinya sendiri. Truax dan Carkhuff menyimpulkan
bahwa “ada hubungan yang erat antara keterbukaan konselor dan kemampuan klien membuka
diri (self exploration).” Azas ini menghendaki agar konseli bersifat terbuka dan tidak berpura-
pura dalam memberikan keterangan maupun informasi.Dalam hal ini konselor/ guru pembimbing
berkewajiban mengembangkan keterbukaan konseli.Agar konseli dapat terbuka, guru
pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. Hal demikian akan
mendorong konseli mengekspresikan pengalaman pribadinya. Keterusterangan dan kejujuran si
terbimbing akan terjadi jika si terbimbing tidak lagi mempersoalkan azas kerahasiaan dan kesuka
relaan ; maksudnya , si terbimbing telah betul-betul telah mempercayai konselornya lebih jauh,
keterbukaan akan semakin berkembang apabila klien tahu bahwa konselornya terbuka.
Keterbukaan di sini di tinjau dari dua arah. Dari pihak klien di harapkan pertama-tama mau
membuka diri sendiri sehingga apa yang ada pada dirinya dapat di ketahui oleh orang lain, dan
kedunya mau membuka diri dalam arti mau menerima saran-saran dan masukan lain lainya dari
pihak luar. Contoh azas keterbukaan : ada seorang konseli yang memiliki sifat tertutup sebagai
konselor kita harus dapat mengubah konseli untuk bicara secara terbuka dan tidak berpura-pura
dalam menceritakan maslah pribadinya sendiri ,sehingga konseli dapat berbicara jujur dan
merasa nyaman dalam menyampaikan masalahhnya.
d. Azas Kekinian
Azas kekinian yaitu azas bimbingan yang mengkehendaki agar obyek sasaran layanan
BK ialah permasalahan peserta didik dalam kondisi masa sekarang. Layanan yang berkenan
dengan masa depan atau masa lamoau dilihat dampak atau kaitan dengan kondisi yang ada dan
apa yang dapat diperbuat sekarang .Pada umumnya pelayanan bimbingan dan konseling bertitik
tolak dari masalah yang dirasakan konseli saat kini atau sekarang, namun pada dasarnya
pelayanan bimbingan dan konseling itu sendiri menjangkau dimensi waktu yang lebih luas, yaitu
masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang. Permasalahan yang dihadapi oleh konseli
sering bersumber dari rasa penyesalannya terhadap apa yang terjadi pada masa lalu, dan
kekhawatiran dalam menghadapi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang, sehingga ia
lupa dengan apa yang harus dan dapat dikerjakannya pada saat ini. Sesuai apa yang terkemukan
di atas, maka diharapkan konselor dapat mengarahkan konseli untuk memecahkan masalah.

5
Sebagaimana firman Allah SWT Artinya : “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar
dalam kerugian.Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
(QS. Al Ashr : 1-3). Contoh azas kekinian : konselor tidak banyak fokus pada masalah yang
telah di hadapi , tetapi konselor harus terus memantau perkembangan konseli baik fisik dan
psikisnya.
e. Azas Kemandirian
Azas kemandirian yaitu azas BK yang menunjuk pada tujuan umum BK,yaitu : peserta
didik sebagai sasaran layanan BK diharapkan menjadi individu –individu yang mandiri dengan
ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan
,mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Salah satu tujuan pemberian layanan bimbingan
dan konseling adalah agar konselor berusaha menghidupkan kemandirian di dalam diri
konseli.Ciri-ciri kemandirian tersebut yaitu mengenal dan menerima diri sendiri dan
lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri.
Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap pelayanan bimbingan dan konseling
yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian konseli. Agar dapat tumbuh sikap
kemandirian tersebut, maka konselor harus memberikan respon yang cermat terhadap konseli
atas keluhan-keluhan yang diungkapkan.Individu yang terbimbing setelah dibantu diharapkan
dapat mandiri dengan ciri-ciri pokok mampu:
1) mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana mestinya.
2) menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis.
3) mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri.
4) mengarahkan diri sesui dengan keputusan itu.
5) mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi,minat dan kemampuan -kemampuan
yang di miliki.

Kemandirian dengan ciri-ciri umum di atas haruslah disesuikan dengan tingkat perkembangan
dan peranan klien dalam kehidupan sehari-hari. Kemandiran sebagai hasil konseling menjadi
arah dari keseluruhan proses konseling, dan hal itu didasari baik oleh konselor maupun klien.
Contoh azas kemandirian : ada seorang konseli yang cacat fisik datang pada kita dia
menceritakan bahwa dia tidak memiliki semangat untuk meluruskan hidupnya, sebagai konselo
yang profesional kita harus bisa menumbuhkan rasa semangat hidup dengan cara memberikan
pemahaman agar konseli tersebut mengenal dan menerima dirinya dan lingkungan ,dan mampu
mengambil sebuah keputusan agar konseli tersebut menjadi diri yang mandiri .
f. Azas Kegiatan
Azas kegiatan yaitu asa BK yang mengkehendaki agar peserta didik yang menjadi
sasaran layanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan layanan atau kegiatan BK.
Dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling kadang-kadang konselor memberikan

6
beberapa tugas dan kegiatan pada konslinya. Dalam hal ini konseli harus mampu melaksanakan
sendiri kegiatan-kegiatan tersebut dalam rangka mencapai tujuan bimbingan dan konseling yang
telah ditetapkan.Azas ini menghendaki agar konseli bisa berpartisipasi secara aktif atas kegiatan
yang diselenggarakan oleh konselor. Di pihak lain konselor harus berusaha/ mendorong agar
konseli mampu melaksanakan kegiatan yang telah ditetapkan tersebut. Azas ini merujuk pada
pola konseling”multidimensional” yang tidak hanya mengandalkan transaksi perbal antara klien
dan konselor. Dalam selenggara, yaitu klien aktif menjalani proses konseling dan aktif pula
melaksanakan/menerapkan hasil-hasil konseling. Contoh azas kegiatan : seorang konselor harus
bisa membuat suatu program kegiatan seperti ospek maupun MOS (siswa baru ) agar konseli
/peserta didik dapat mengenali lingkungan yang baru serta mampu untuk mnyesuaikan dirinya
dengan lingkungan yang baru.
g. Azas Kedinamisan
Azas kedinamisan yaitu azas BK yang mengkehendaki agar isi layanan terhadap sasaran
layanan yang sama kehendaknya selalu bergerak maju,tidak monoton,dan terus berkembang serta
berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembanganya dari waktu ke waktu.
Keberhasilan usaha pelayanan bimbingan dan konseling ditandai dengan terjadinya perubahan
sikap dan tingkah laku konseli ke arah yang lebih baik. Untuk mewujudkan terjadinya perubahan
sikap dan tingkah laku itu membutuhkan proses dan waktu tertentu sesuai dengan kedalaman dan
kerumitan masalah yang dihadapi konseli. Isi layanan bimbingan dan konselidari azas ini adalah
selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan
kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.Konselor dan pihak-pihak lain
diminta untuk memberikan kerjasama sepenuhnya agar pelayanan bimbingan dan konseling yang
diberikan dapat dengan cepat menimbulkan perubahan dalam sikap dan tingkah laku
konseli.Azas kedinamisan mengacuh pada hal-hal baru yang hendaknya terdapat pada dan
menjadi ciri-ciri dari proses konseling dan hasil-hasilnya. Contoh azas kedinamisan :seorang
konselor harus mampu mengikuti pergerakan zaman, agar konselor dapat menyelesaikan suatu
permasalahn yang pada seorang konseli yang semakin kompleks misalnya keluarga broken serta
pergaulan bebas dikalangan pemudang
h. Azas Keterpaduan
Azas keterpaduan yaitu azas BK yang mengkenhendaki agar berbagai layanan dan
kegiatan BK , baik yang di lakuakn oleh guru BK/konselor maupun pihak lain ,saling menunjang
,harmonis dan terpaduan. Pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjalin keterpaduan
berbagai aspek dari individu yang dibimbing. Untuk itu konselor perlu bekerja sama dengan
orang-orang yang diharapkan dapat membantu penanggulangan masalah yang dihadapi konseli.
Dalam hal ini peranan guru, orang tua, dan siswa-siswa yang lain sering kali sangat menentukan.
Konselor harus pandai menjalin kerja sama yang saling mengerti dan saling membantu demi
terbantunya konseli yang mengalami masalah. Untuk terselenggaranya azas keterpaduan,
konselor perlu memiliki wawasan yang luas tentang perkembangan klien dan aspek-aspek
lingkungan klien, serta berbagai sumber yang dapat diaktifkan untuk menangani masalah klien.
Kesemuanya itu dipadukan dalam keadaan serasi dan saling menunjang dalam upaya bimbingan

7
dan konseling. Contoh azas keterpaduan : seorang konseli melakuakn kerjasama dengan seorang
psikologi seks mupun dokter kandungan ,dan mengundang kesekolah untuk memberikan
pemahaman kepada peserta didik di sekolah agar konseli/peserta didik memiliki pengetahuan
dan pemahaman yang lebih jelas tentang seks, upayah mereka tidak terjerat dalam pergaulan
besar.
i. Azas Kenormatifan
Azas kenormatifan yaitu azas BK yang mengkehendaki agar segenap layanan dan
kegiatan BK didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma-norma yang
ada, yaitu norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat ilmu pengetahuan ,dan kebiazasn
yang berlaku. Pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan hendaknya tidak bertentangan
dengan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat dan lingkungannya. Dalam kegiatan
bimbingan dan konseling, konselor tentu akan menyertakan norma-norma yang dianutnya ke
dalam hubungan konseling, baik secara langsung atau tidak langsung. Tetapi harus diingat bahwa
konselor tidak boleh memaksakan nilai atau norma yang dianutnya itu kepada konselinya.
Seluruh layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling ini adalah didasarkan pada norma-norma
yang berlaku yaitu norma agama, hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan
kebiasan-kebiasan yang berlaku. Bahkan lebih jauh lagi, layanan/ kegiatan bimbingan dan
konseling ini harus dapat meningkatkan kemampuan siswa/ konseli dalam memahami,
menghayati, dan mengamalkan norma-norma tersebut. Contoh azas kenormatifan : seorang
konselor dalam menjalankan tugasnya , harus sesui dengan norma, hukum , adat istiadat
sehingga terciptanya suasana yang harmonis diantara konseli dan konselor karena seorang
konselor yang profesional harus bisa menciptakan suasana yang nyaman bagi seorang konseli.
j. Azas Keahlian

8
Azas keahlian yaitu azas BK yang mengkehendaki agar layanan dan kegiatan BK
diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Untuk menjamin keberhasilan usaha
bimbingan dan konseling, para petugas harus mendapatkan pendidikan dan latihan yang
memadai. Pengetahuan, keterampilan, sikap dan kepribadian yang ditampilkan oleh konselor/
guru pembimbing akan menunjang hasil konseling. Pendek kata bahwa para pelaksana layanan
bimbingan dan konseling ini harus benar-benar ahli dibidang bimbingan dan konseling, atau
dalam istilah lain adalah profesional. Contoh azas keahlian : apabila ada seorang peserta
didik/konselor yang datang pada seorang konselor , seorang harus bersikap seprti konselor bukan
bersikap seprti dokter maupun yang lainya yaitu memberikan sepenuhnya semua keputusan pada
konseli .
k. Azas Alih Tangan
Azas alih tangan yaitu azas BK yang mengkehendaki agar pihak –pihak yang tidak
mampu menyelenggarakan layanan BK secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta
didik mengalih tangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Bimbingan dan
konseling merupakan kegiatan profesional yang menangani masalah-masalah yang cukup pelik.
Berhubung hakekat masalah yang dihadapi konseli adalah unik (kedalamannya, keluasannya, dan
kedinamisannya), disamping pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh konselor adalah
terbatas, maka ada kemungkinan suatu masalah belum dapat diatasi setelah proses konseling
berlangsung. Dalam hal ini konselor perlu mengalih tangankan (referal) konseli pada pihak lain
(konselor) yang lebih ahli untuk menangani masalah yang sedang dihadapi oleh konseli tersebut.
Contoh azas alih tangan : ada seorang peserta didik/konseli yang mengalami tidak lulus
sekolah,seorang konselor tidak dapat bertindak sendiri dalam konteks ini ,seorang konselor harus
melakuakn kerjasama dengan pihak yang lebih kompeten dalam kasus ini seperti membawa
konseli tersebut pada seorang psikiater maupun dokter.
l. Azas Tut Wuri Handayani

9
Azas tutwuri handayani yaitu azas BK yang mengkehendaki agar pelayanan BK secara
keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi (memberi rasa aman),mengembangkan
keteladanan , memberikan ransangan dan dorongan serta kesempataan yang seluas-luasnya
kepada peserta didik untuk maju. Sebagaimana yang telah dipahami dalam pengertian bimbingan
dan konseling bahwa bimbingan dan konseling itu merupakan kegiatan yang dilakukan secara
sistematis, sengaja, berencana, terus menerus, dan terarah kepada suatu tujuan.Oleh karena itu
kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan adanya pada saat konseli
mengalami masalah dan menghadapkannya kepada konselor/ guru pembimbing saja.Kegiatan
bimbingan dan konseling harus senantiasa diikuti secara terus menerus dan aktif sampai sejauh
mana konseli telah berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Azas ini menghendaki agar
pelayanan bimbingan dan konseling Contoh azas tut wuri handayani : seorang konselor harus
menjadi guru teladan ,dan menyenangkan agar peserta didik/ konseli tidak takut menceritakan
masalahnya kepada kita dan mampu mengayomi secara keseluruhan dapat menciptakan suasana
mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan memberikan
rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada konseli untuk maju.

10
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar M. Luddin.2011. Dasar – dasar konseling.Bandung: Citapustaka Media Printis.
A, Hallen. 2005. Bimbingan & Konseling. Jakarta : Quantum Teaching.
Luddin, Abu Bakar. 2010. Dasar-Dasar Konseling Tinjauan Teori dan Praktik. Bandung:
Citapustaka Media Perintis.
Mugiarso, Heru dkk. 2010. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UNNES Press.
Prayetno.dasar-dasar bimbingan konseling.jakarta: Rineka Cipta
Salahudin, Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung : CV. Pustaka Setia.
Satori, Djam’an, dkk, 2007, Profesi Keguruan, Jakarta: Universitas Terbuka.
Tidjan, dkk. 2000. Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah. Yogyakarta: UNY Press

11

Anda mungkin juga menyukai