Anda di halaman 1dari 18

PRINSIP, KODE ETIK, PENDEKATAN DALAM BP/BK DI MADRASAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah BP di Madrasah

Dosen Pengampu:

Zaini Tamim M.Pd.I

Tim Penyusun:

1. Aish Marlita Puspita Ningrum (D01219005)


2. Eka Putri Nur Habibah (D01219019)
3. Miftahul Jannah (D91219124)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat, nikmat, dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah BP
Di Madrasah, yang membahas tentang prinsip, kode etik, pendekatan dalam Bp/Bk madrasah.
Makalah ini kami susun berdasarkan referensi-referensi yang kami dapatkan. Kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Ucapan terima kasih tidak lupa kami sampaikan kepada dosen pengampu yang juga ikut
menyempurnakan makalah ini. Selain itu, ucapan terimakasih juga kami ucapkan kepada rekan-
rekan yang telah membantu untuk menyelesaikan makalah ini.

Demikianlah, semoga apa yang kami harapkan dapat terwujud dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semuanya. Kami sebagai penyusun hanyalah manusia biasa yang tidak
terlepas dari salah dan khilaf. Untuk itu, kami memohon maaf jika terdapat banyak kekurangan
dalam makalah ini.

Surabaya 19 April 2022

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Prinsip- Prinsip dalam Bimbingan dan Konseling...............................................2
B. Kode etik bimbingan dan Konseling....................................................................5
C. Pendekatan Bimbingan dan Konseling ...............................................................7
D. Strategi layanan Bimbingan dan Konseling…………………………………….9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan bimbingan dan konseling secara profesional di Indonesia sampai saat ini
masih terfokus pada generasi muda yang masih duduk dibangku pendidikan formal atau
di sekolah. itupun nampaknya yang paling terrealisasi hanyalah pada jenjang pendidikan
sekolah menegah dan perguruan tinggi saja. Hampir semua tenaga bimbingan konseling
profesional yang telah mendapat pendidikan formal di bidang bimbingan dan konseling,
bertugas dilembaga-lembaga pendidikan di atas jenjang pendidikan dasar.
Diantara tenaga-tenaga bimbingan dan konseling itu sebagian terbesar terlibat
didalam jenjang pendidikan menegah. Kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling yang
diwujudkan dalam suatu program bimbingan dan konseling yang terorganisasi dan
terencana, sampai saat ini lebih banyak dikembangkan untuk jenjang pendidikan
ditingkat menengah. sehingga seakan-akan ia menjadi urutan yang pertama. Kegiatan-
kegiatan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan oleh tenaga-tenaga profesional
dijenjang pendidikan tinggi menempati urutan ke dua dan kegiatan bimbingan konseling
yang dilaksanakan di jenjang pendidikan dasar menempati urutan ketiga. Kenyataan ini
hendaknya tidak harus berarti bahwa, urutan prioritas yang terdapat dilapangan,
sebagaimana dijelaskan di atas, tidak dapat diubah menjadi urutan prioritas yang berbeda.
B. Rumusan Masalah
1. Apa prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling?
2. Apa Kode Etik Bimbingan dan Konseling?
3. Apa Pendekatan Bimbingan dan Konseling?
4. Bagaimana Strategi Pelayanan Bimbingan dan Konseling?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui prinsip prinsip bimbingan dan konseling.
2. Untuk mengetahui kode etik bimbingan dan konseling
3. Untuk mengetahui pendekatan bimbingan dan konseling
4. Untuk mengetahui startegi pelayanan bimbingan dan konseling

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsi-Prinsip Bimbingan Konseling


Prinsip merupakan paduan hasil kajian teoritik dan telaah lapangan yang
digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan. Dengan perkataan
lain dapat dikatakan bahwa prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling adalah seperangkat
landasan praktis atau aturan main yang harus diikuti dalam pelaksanaan program
pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. 1
Sherztzer dan Stone (1981) menyatakan bahwa prinsip merupakan cara
bimbingan dan konseling bekerja, menerangkan bentuk kegiatannya yang utama dan
menjelaskan tentang andaian falsafahnya:
Prinsip 1, bimbingan bertanggung jawab tentang system perkembangan pribadi
seseorang. Prinsip ini menekankan terhadap perkembangan pribadi, maksudnya agar
individu dapat menggunakan persoalan secara pribadi dan bersistem untuk untuk
mengontrol kecerdasan individu.
Prinsip 2, cara utama bimbingan dikendalikan dengan menggunakan proses
tingkah laku individu, bimbingan dan konseling membahas tentang perkembangan
pribadi, bimbingan dan konseling bekerja dengan urutan kejadian yang terdapat dalam
koteks kehidupan mereka. Oleh karena itu, proses dan kegiatan yang digunakan oleh
personil bimbingan konseling diracang untuk membantu individu itu lebih memahami
keadaan mereka yang subjektif dan keadaan social.
Prinsip 3 bimingan dioreientasikan kearah tolong menolong dan bukan paksaan.
Pelajar tidak boleh dipaksa untuk tunduk kepada bimbingan dan konseling. Bimbingan
dan konseling dilaksanakan dengan kesanggupan Bersama individu yang terlibat.
Bimbingan dan konseling tergantung pada motivasi internal dan persetujuan untuk
berubah, bukan berasaskan paksaan dan ancaman.
Prinsip 4, manusia mempunyai kemampuan untuk perkembangan dirinya.
Konselor cenderung percaya bahwa setiap orang mempunyai kemmapuan untuk

1
Safrinus Haryanto Djahut, Bimbingan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta: Absolut Media, 2010), h. 33.

2
mewujudkan sikap diri yang lebih baik dan perlakuan dan sikap yang khusus
mempengaruhi da dopemgaruhi oleh aspek-aspek individu.
Prinsip 5, bimbingan dan konseling berdasarkan pada harga diri dan nilai individu
yang sama dengan hak mereka untuk memilih. Penghormatan diberikan kepada seseorang
karena mereka adalah individu yang mempunyai harga diri sebagai manusia.
Prinsip 6, bimbingan dan konseling suatu proses pendidkan yang
berkesinambungan. Bimbingan dan konseling dimulai dari sekolah dasar sampai
keperguruan tinggi, sepantasnya, Bersatu dibawah satu tema dan diintegrasikan kedalam
keseluruhan program sekolah. 2
Menurut Prayitno dan Eman Amti, rumusan prinsip-prinsip Bimbingn dan
Konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan
dan proses penanganan masalah,program pelayanan dan penyelenggaraan pelayanan.
Uraian berikut ininakan mengemukakan sejumlah prinsip Bimbingan dan Konseling
dirumuskan oleh Prayitno dkk dalam buku seri panduan pelaksanaan bimbingan dan
konseling disekoah.
a. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sarana layanan
1. Bimbingan dan konseling melayani individu tanpa memandang umur, jenia
kelamin, suku, agama dan status social ekonomi
2. Bimbingan dan Konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu
yang unik dan dinamis
3. Bimbingan dan Konseling memperhatikan sepenuhnya tahap-tahap dan berbagai
aspek perkembangan individu
4. Bimbingan dan Konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan
individu yang menjadi orientasi pokok pelayanannya
b. Prinsip yang berkenaan dengan permasalahn individu:
1. Bimbingan dan Konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh
kondisi mental / fisik individu terhadap penyesuaian dirinya dirumah, disekolah
serta dalam kaitannya kontak social dan pekerjaan dan sebaliknya pengaruh
lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu

2
Abu Bakar M Luddin, Dasar-Dasar Konseling, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2010), h. 33-36

3
2. Kesenjangan social, ekonomi, dan kebudayaan merupakan factor timbulnya
masalah pada individu yang kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan
Bimbingan dan Konseling
c. Prinsip- Prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan
1. Bimbingan dan Konseling merupakan bagian integral dari upaya Pendidikan dan
perkembangan individu; oleh karema itu program imbingan dan konseling harus
diselaraskan dan dipadukan dengan program Pendidikan serta pegembangan
peserta didik
2. Program Bimbingan dan Konseling harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan
individu, masyarakat dan kondisi Lembaga
3. Program Bimbingan dan Koseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang
Pendidikan terendah sampai tertinggi.
d. Prinsip-Prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan
1. Bimbingan dan Konseling harus diarahkan untuk pengembanga individu yang
akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahn
2. Dalam proses Bimbingan dan Konseling keputusan yang diambil dan akan
dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri, bukan
karena kemauan atau desakan dari prmbimbnga atu pihak lain
3. Permasalahn individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan
dengan permasalahn yang dihadapi
4. Kerja sama antara guru pembimbing, guru-guru lain dan orang tua anak amat
menentukan hasil pelayanan bimbingan.
5. Pengembangan program pelayanan Bimbingan dan Konseling ditempuh melalui
pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap
individu yang terlibat dalam proses pelayanan dan program Bimbingan dan
Konseling itu sendiri.3

B. Kode Etik Bimbingan dan Konseling


3
Safrinus Haryanto Djahut, Bimbingan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta: Absolut Media, 2010), h. 33-35.

4
Berdasarkan keputusan pengurus besar asosiasi bimbingan dan konseling
Indonesia (PBABKIN) nomor 010 tahun 2006 tentang penetapan kode etik profesi
bimbingan dan konsseling, maka sebagian dari kode etik itu adalah sebagai berikut:

1. Kualifikasi konselor dalam nilai, sikap,keterampilan, pengetahuan dan wawasan.


a. Konselor wajib terus menerus mengembangkan dan menguasai dirinya. Ia wajib
mengerti kekurangan-kekurangan dan prasangka-prasangka pada dirinya sendiri,
yang dapat mempengarui hubunganya dengan orang lain dan mengakibatkan
rendahnya mutu pelayanan profesional serta merugikan klien.
b. Konselor wajib memperlihatkan sifat-sifat sederhana, rendah hati, sabar, menepati
jajni, dapat dipercaya, jujur,tertib dan hormat.
c. Konselor wajib memiliki rasa tangggung jawab terhadap saran maupun peringatan
yang diberikan kepadanya, khususnya dari rekan –rekan seprofesi dalam
hubunyanga dengan pelaksanaan ketentuan-keteentuaan tingkah laku profesional
sebagaimana di atur dalam Kode Etik ini.
d. Konselor wajib mengutamakan mutu kerja setinggi mungkin dan tidak
mengutamakan kepentingan pribadi, termasuk keuntungan material, finansial, dan
popularitas.
e. Konselor wajib memiiki keterampilan menggunakan tekhnik dan prosedur khusus
yang dikembangkan ataas dasar wawasan yang luas dan kaidah-kaidah ilmiah.
2. Penyimpanan dan Penggunann Informasi.
a. Catatan tentang diri klien yang meliputi data hasil wawancara, testing, surat
menyurat, perekaman dan data lain, semuanya merupakan informasi yang bersifat
rahasia dan hanya boleh digunakan untuk kepentingan klien. Penggunaan data/
informasi untuk keperlian riiset atau pendidikan calon konselor dimungkinkan,
sepanjang identitas kien di rahasiakan.
b. Penyampaian informasi klien kepada keluarga atau kepada anggota profesi lain
membutuhka persetujuan klien.
c. Penggunaan informasi tentang klien dengan anggota profesi yang sama atau yang
lain dapat dibenarkan, asalkan untuk kepentingan klien dan tidak meruikan klien.
d. Keterangan mengenai informasi profesional hanya boleh diberikan kepada orang
yang berwenang menafsirkan dan menggunakanya.

5
3. Hubungan dengan Penberian pada Pelayanan.
a. Konselor wajib menangani klien selama ada kesempatan dalam hubungan antara
klien dengan konselor.
b. akonseling belum mencapai suatu hasil yang kongkrit. Sebaliknya konselor tidak
akan melanjutkan hubugan apabila klien ternyata tidak memperoleh manfaat dari
hubungan itu.
4. Hubungan dengan Klien.
a. Konselor wajib menghormati harkat, martabat, integritas dan keyakinan klien.
b. Konselor wajib menempatkan kepetingan klienya di atas kepentingan pribadinya.
c. Dalam melakukan tugasnya konselor tidak mengadakan pembedaan klien atas
dasar suku, bangsa, warna kulit, agama atau status sosial ekonomi.
d. Konselor tidak akan memaksa untuk memberikan bantuan kepada seseorang tanpa
izin dari orang yang bersangkutan.
e. Konselor wajib memberikan bantuan kkepada siapapun lebih-lebih dalam keadaan
darurat atau banyak orang yang menghendaki.
f. Konselor wajib memberikan pelayanan hingga tuntas sepanjang dikehendaki oleh
klien.
g. Konselor wajib menjelaskan kepasa klien sifat hubungan yang sedang dibinadan
batas-batas tanggung jawab masig-masing dalam hubungan profesional.
h. Konselor wajib mengutamakan perhatian kepada klien, apabila timbul masalah
dalam kesitiaan ini, maka wajib diperhatikan kepentingan pihak-pihak yang
terlibat dan juga tuntutan profesinya sebagai konselor.
i. Konselor tidak bisa memberikan bantuan kepada sanak keluarga, teman-teman
karibnya, sepanjang hubunganya profesional.
5. Konsultasi dengan Rekan Sejawat.
Dalam rangka pemberian pelayanan kepada seorang klien, kalau konselor
merasa ragu-ragu tentang suatu hal, maka ia wajib berkonsultasi dengan sejawat
selingkungan profesi. Untuk hal itu ia harus mendapat izin terlebih dahulu dari
kliennya.
6. Alih Tangan Kasus

6
Yaitu kode etik yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu
menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas
suatu permasalahan peserta didik (klien) kiranya dapat mengalih-tangankan kepada
pihak yang lebih ahli.
C. Pendekatan Bimbingan dan Konseling
Jika kita memahami bahwa pendidikan sebagai bantuan yang diberikan oleh orang
dewasa kepada yang belum dewasa dalam proses perkembangan menuju kekedewasaan.
Dalam hal insangat diperlukan bimbingan, dan perlu ada pendekatan dalam bimbingan
tersebut. Ada tiga macam pendekatan yaitu:
1. Bimbingan preventif
Pendekatan bimbingan ini menolong seseorang sebelum seseorang menghadapi
masalah. Caranya ialah dengan menghindari masalah itu (jika memungkinkan),
mempersiapkan orang tersebut untuk menghadapi masalah yang pasti akan dihadapi
dengan memberi bekal pengetahuan, pemahaman, sikap dan ketrampilan untuk
menghadapi masalah itu.
2. Bimbingan kuratif atau korektif
Dalam pendekataan ini pembimbing menolong seseorang jika orang itu menghadapi
masalah yang cukup berat hingga tidak dapat diselesaikan sendiri.
3. Bimbingan perseveratif
Bimbingan ini bertujuan meninngkatkan yang sudah baik, yang mencakup sifat-sifat
dan sikap-sikap yang menguntungkan tercapainya penyesuaian diri dan terhadap
lingkungan, kesehatan jiwa yang telah dimilikinya, kesehatan jasmani dan kebiasan-
kebiasaan hidup yang sehat, kebiasaan cara belajar atau bergaul yang baik dan
sebagainya.4

Bimbingan dapat dilakukan secara individual dan kelompok, sehingga ada pendekatan
individu dan pendekatan kelompok.

1. Pendekatan individu
4
Fenti Hikmawati, Bimbingan dan Konseling, (Depok: PT.Raja Grafindo Media, 2014), hlm.75

7
Pendekatan bimbingan individu dilakukan dengan pendekatan perseorangan. Tiap
orang dicoba didekati, dipahami, ditolong secara perseorangan. Pendekatan ini
dilaksanakan melalui wawancara langsung dengan individu. Dalam pendekatan ini
terdapat hubungan yang dinamis. Individu merasa diterima dan dimengerti oleh
pembimbing.
Dalam hubungan tersebut pembimbing menerima individu secara pribadi dan tidak
memberikan penilaian. Individu merasakan ada orang yang mengerti masalah pribadinya,
mau mendengarkan keluhanya dan curahan perasaannya.
Pendekatan bimbingan individu mencakup:
a. Informasi individual
b. Penasehat individual
c. Pengajaran remidial individu
d. Penyuluhan individual
2. Pendekatan kelompok
Pendekatan bimbingan kelomok diberikan oleh pembimbing per kelompok. Beeberapa
orang yang bermasalah sama,atau yang dapat memperoleh manfaat dari pembimbingan
kelompok. Bimbingan kelompok diaksanakan dalam tiga kelompok, yaitu kelompok
kecil (2-6 orang), kelompok sedang (7-12 orang) dan kelompok besar (13-20 orang)
ataupun kelas (20-40 orang).5
Pendekatan bimbingan kelompok mencakup:
a. Informasi kelompok
b. Penasihatan kelompok
c. Pengajaran remidial kelompok
d. Penyuluhan kelompok
e. Home room
f. Sosiodrama
g. Karya wisata
h. Belajar kelompok
i. Kerja kelompok
j. Diskusi kelompok

5
Ibid.,hlm.76-77

8
k. Kegiatan club/pramuka
D. Strategi Layanan Bimbingan Konseling
Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategos, yang merupakan gabungan
dari kata stratos yang artinya militer dan ago yang artinya memimpin. Strategos juga bisa
bermakna merencanakan ketika sebagai kata kerja. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, strategi memiliki beberapa pengertian diantaranya yaitu (1) ilmu dan seni
menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu
dalam perang dan damai, (2) ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi
musuh, (3) rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus, (4)
tempat yang baik menurut siasat perang.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa strategi adalah
suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan
atau tindakan. Adapun strategi yang diterapkan dalam layanan bimbingan dan konseling
bisa disebut dengan istilah strategi layanan bimbingan dan konseling. Berikut merupakan
strategi-strategi yang dapat digunakan dalam beberapa layanan yang ada di dalam
bimbingan dan konseling.
1. Strategi dalam Layanan Dasar Bimbingan Konseling
a. Bimbingan Kelompok
Konselor memberikan layanan bimbingan kepada siswa melalui kelompok-
kelompok kecil (5 sampai dengan 10 orang). Bimbingan ini ditujukan untuk
merespon kebutuhan dan minat para siswa. Topik yang didiskusikan dalam
bimbingan kelompok ini, adalah masalah yang bersifat umum (common problem) dan
tidak ada rahasia, seperti: cara-cara belajar yang efektif, kiat-kiat menghadapi ujian,
dan mengelola stress. Layanan bimbingan kelompok ditujukan untuk
mengembangkan keterampilan atau perilaku baru yang lebih efektif dan produktif.6
b. Bimbingan Klasikal
Layanan dasar diperuntukkan bagi semua siswa. Hal ini berarti bahwa dalam
peluncuran program yang telah dirancang menuntut kelas. Secara terjadwal, konselor
memberikan layanan bimbingan kepada para siswa. Kegiatan layanan dilaksanakan
melalui pemberian layanan orientasi dan informasi tentang berbagai hal yang

6
Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), cet ket-1, hal. 2

9
dipandang bermanfaat bagi siswa. Layanan orientasi pada umumnya dilaksanakan
pada awal pelajaran, yang diperuntukan bagi para siswa baru, sehingga memiliki
pengetahuan yang utuh tentang sekolah yang dimasukinya. Kepada siswa
diperkenalkan tentang berbagai hal yang terkait dengan sekolah, seperti: kurikulum,
personel (pimpinan, para guru, dan staf administrasi), jadwal pelajaran, perpustakaan,
laboratorium, tata-tertib sekolah, jurusan (untuk SLTA), kegiatan ekstrakurikuler, dan
fasilitas sekolah lainnya. Sementara layanan informasi merupakan proses bantuan
yang diberikan kepada para siswa tentang berbagai aspek kehidupan yang dipandang
penting bagi mereka, baik melalui komunikasi langsung, maupun tidak langsung
(melalui media cetak maupun elektronik, seperti: buku, brosur, leaflet, majalah, dan
internet). Layanan informasi untuk bimbingan klasikal dapat mempergunakan jam
pengembangan diri. Agar semua siswa terlayani kegiatan bimbingan klasikal perlu
terjadwalkan secara pasti untuk semua kelas.7
c. Berkolaborasi dengan guru mata pelajaran atau wali kelas
Konselor berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka memperoleh
informasi tentang siswa (seperti prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya),
membantu memecahkan masalah siswa, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan
yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran. Aspek-aspek itu di antaranya :
a) menciptakan sekolah dengan iklim sosio-emosional kelas yang kondusif bagi
belajar siswa;
b) memahami karakteristik siswa yang unik dan beragam;
c) menandai siswa yang diduga bermasalah;
d) membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar melalui program remedial
teaching;
e) mereferal (mengalihtangankan) siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan
konseling kepada guru pembimbing;
f) memberikan informasi tentang kaitan mata pelajaran dengan bidang kerja yang
diminati siswa;

7
Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), cet. 1, hal. 98.

10
g) memahami perkembangan dunia industri atau perusahaan, sehingga dapat
memberikan informasi yang luas kepada siswa tentang dunia kerja (tuntutan
keahlian kerja, suasana kerja, persyaratan kerja, dan prospek kerja);
h) menampilkan pribadi yang matang, baik dalam aspek emosional, sosial, maupun
moral-spiritual (hal ini penting, karena guru merupakan “figur central” bagi
siswa); dan
i) memberikan informasi tentang cara-cara mempelajari mata pelajaran yang
diberikannya secara efektif.
d. Berkolaborasi dengan orang tua
Kerjasama ini penting agar proses bimbingan terhadap siswa tidak hanya
berlangsung di sekolah, tetapi juga oleh orang tua di rumah. Melalui kerjasama ini
memungkinkan terjadinya saling memberikan informasi, pengertian, dan tukar pikiran
antar konselor dan orang tua dalam upaya mengembangkan potensi siswa atau
memecahkan masalah yang mungkin dihadapi siswa. Untuk melakukan kerjasama
dengan orang tua ini, dapat dilakukan beberapa upaya, seperti :
1) kepala sekolah atau komite sekolah mengundang para orang tua untuk datang ke
sekolah (minimal satu semester satu kali), yang pelaksanaannnya dapat bersamaan
dengan pembagian rapor,
2) sekolah memberikan informasi kepada orang tua (melalui surat) tentang kemajuan
belajar atau masalah siswa, dan
3) orang tua diminta untuk melaporkan keadaan anaknya di rumah ke sekolah,
terutama menyangkut kegiatan belajar dan perilaku sehari-harinya.
2. Strategi Layanan Responsif
a. Konsultasi
Konselor memberikan layanan konsultasi kepada guru, orang tua, atau pihak
pimpinan sekolah dalam rangka membangun kesamaan persepsi dalam memberikan
bimbingan kepada para siswa.8
b. Konseling Individual atau Kelompok
Pemberian layanan konseling ini ditujukan untuk membantu para siswa yang
mengalami kesulitan, mengalami hambatan dalam mencapai tugas-tugas
8
Ahmad Jundika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Reflika Aditama, 2012), Op.
Cit. hal.16

11
perkembangannya. Melalui konseling, siswa (klien) dibantu untuk mengidentifikasi
masalah, penyebab masalah, penemuan alternatif pemecahan masalah, dan
pengambilan keputusan secara lebih tepat. Konseling ini dapat dilakukan secara
individual maupun kelompok. Konseling kelompok dilaksanakan untuk membantu
siswa memecahkan masalahnya melalui kelompok. Dalam konseling kelompok ini,
masing-masing siswa mengemukakan masalah yang dialaminya, kemudian satu sama
lain saling memberikan masukan atau pendapat untuk memecahkan masalah tersebut.9
c. Referral (rujukan atau alih tangan)
Apabila konselor merasa kurang memiliki kemampuan untuk menangani
masalah klien, maka sebaiknya dia mereferal atau mengalihtangankan klien kepada
pihak lain yang lebih berwenang, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan kepolisian.
Klien yang sebaiknya direferal adalah mereka yang memiliki masalah, seperti depresi,
tindak kejahatan (kriminalitas), kecanduan narkoba, dan penyakit kronis.
d. Bimbingan teman sebaya (peer guidance)
Bimbingan teman sebaya ini adalah bimbingan yang dilakukan oleh siswa
terhadap siswa yang lainnya. Siswa yang menjadi pembimbing sebelumnya diberikan
latihan atau pembinaan oleh konselor. Siswa yang menjadi pembimbing berfungsi
sebagai mentor atau tutor yang membantu siswa lain dalam memecahkan masalah
yang dihadapinya, baik akademik maupun non-akademik. Di samping itu dia juga
berfungsi sebagai mediator yang membantu konselor dengan cara memberikan
informasi tentang kondisi, perkembangan, atau masalah siswa yang perlu mendapat
layanan bantuan bimbingan atau konseling.
3. Strategi Pelayanan Perencanaan Individual
a. Pelayanan Individual atau Kelompok
Yang dimaksud dengan penilaian ini adalah konselor bersama siswa
menganalisis dan menilai kemampuan, minat, keterampilan, dan prestasi belajar
siswa. Dapat juga dikatakan bahwa konselor membantu siswa menganalisis kekuatan
dan kelemahan dirinya, yaitu yang menyangkut pencapaian tugas-tugas
perkembangannya, atau aspek-aspek pribadi, sosial, belajar, dan karier.
b. Individual or smart group advisement

9
Ahmad Jundika Nurihsan, Op. Cit. hal. 20

12
Konselor memberikan nasihat kepada siswa untuk menggunakan atau
memanfaatkan hasil penilaian tentang dirinya, atau informasi tentang pribadi, sosial,
pendidikan dan karir yang diperolehnya untuk yang pertama, merumuskan tujuan, dan
merencanakan kegiatan (alternatif kegiatan) yang menunjang pengembangan dirinya,
atau kegiatan yang berfungsi untuk memperbaiki kelemahan dirinya; yang kedua
melakukan kegiatan yang sesuai dengan tujuan atau perencanaan yang telah
ditetapkan, dan yang ketiga mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukannya.
4. Strategi untuk dukungan sistem
a. Pengembangan professional
Konselor secara terus menerus berusaha untuk “meng-update” pengetahuan
dan keterampilannya melalui (1) in-service training, (2) aktif dalam organisasi
profesi, (3) aktif dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, seperti seminar dan workshop
(lokakarya), atau (4) melanjutkan studi ke program yang lebih tinggi (Pascasarjana).
b. Pemberian konsultasi dan berkolaborasi
Konselor perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan guru, orang tua,
staf sekolah lainnya, dan pihak institusi di luar sekolah (pemerintah, dan swasta)
untuk memperoleh informasi, dan umpan balik tentang layanan bantuan yang telah
diberikannya kepada para siswa, menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi
perkembangan siswa, melakukan referal, serta meningkatkan kualitas program
bimbingan dan konseling.10 Dengan kata lain strategi ini berkaitan dengan upaya
sekolah untuk menjalin kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang
relevan dengan peningkatan mutu layanan bimbingan.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

10
Yusuf, Syamsu, Achmad Jundika, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2006), Cet ke-1, hal 34

13
Prinsip merupakan paduan hasil kajian teoritik dan telaah lapangan yang digunakan
sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan. Dengan perkataan lain dapat
dikatakan bahwa prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling adalah seperangkat landasan praktis
atau aturan main yang harus diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan Bimbingan dan
Konseling di sekolaah. Menurut Prayitno dan Eman Amti, rumusan prinsip-prinsip Bimbingn
dan Konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan
proses penanganan masalah,program pelayanan dan oenyelenggaraan pelayanan.
Jika kita memahami bahwa pendidikan sebagai bantuan yang diberikan oleh orang
dewasa kepada yang belum dewasa dalam proses perkembangan menuju kekedewasaan. Dalam
hal insangat diperlukan bimbingan, dan perlu ada pendekatan dalam bimbingan tersebut. Ada
tiga macam pendekatan yaitu preventif, korektif, perseverative.
Strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk
melakukan kegiatan atau tindakan. Adapun strategi yang diterapkan dalam layanan bimbingan
dan konseling bisa disebut dengan istilah strategi layanan bimbingan dan konseling. Berikut
merupakan strategi-strategi yang dapat digunakan dalam beberapa layanan yang ada di dalam
bimbingan dan konseling.

DAFTAR PUSTAKA
Haryanto Djahut, Safrinus. 2010. Bimbingan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Absolut Media.

Hikmawati, Fenti. Bimbingan dan Konseling. Depok: PT.Raja Grafindo Media.

14
Jundika Nurihsan, Ahmad. 2012. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Reflika

Aditama.

M Luddin, Abu Bakar. Dasar-Dasar Konseling. Bandung: Citapustaka Media Perintis.

Salahudin, Anas. 2013. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Pustaka Setia.

Yusuf, Syamsu, Achmad Jundika. 2006. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

15

Anda mungkin juga menyukai