Anda di halaman 1dari 29

TUGAS KELOMPOK DOSEN PENGAMPU

Bimbingan dan Konseling Ibu Miftahul Aula Sa’adah, M. Pd.

PRINSIP-PRINSIP DAN KODE ETIK


DALAM BIMBINGAN KONSELING

DISUSUN OLEH

KELOMPOK I

Elok Rizqi Mubarokah : 1501250572

M. Bayu Febria : 1601250856

Nindi Lestia Wulan : 1601250814

Rizka Liandes : 1601251877

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PENDIDIKAN MATEMATIKA

BANJARMASIN

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti layaknya sebuah pembelajaran bimbingan dan konseling juga
membutuhkan apa yang dinamakan strategi dalam pelaksanaanya. Dalam melayani klien,
seorang konselor tidak boleh mengambil langkah atau tindakan yang sembarangan. Oleh
karena itu, seorang konselor perlu mengetahui prinsip-prinsip bimbingan konseling dan
perlu mengatahui kode etik untuk menjalankan profesinya tersebut dalam proses konseling.
Konseling merupakan salah satu pekerjaan profesional yang salah satu ciri pekerjaan ini
memiliki kode etik. Setiap konselor harus itu harus mempelajari sekaligus melakukan
pekerjaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada kode etik.
Prinsip-prinsip pelayanan BK berkenaan dengan kondisi diri siswa, program
pelayanan, serta tujuan dan pelaksanaan pelayanan, mengacu pada pelayanan yang efektif
dan efisien, untuk berkehidupan yang cerdas dan berkarakter. Kode etik dibutuhkan ketika
seseorang konselor hendak membimbing seorang atau individu (konseli) kearah
pengembangan pribadinya. Peran kode etik yaitu sebagai acuan dan tuntunan dalam
memberikan masukan-masukan kepada konseli agar masukan yang diberikan oleh
konselor tidak menyeleweng atau keluar dari aturan-aturan, norma-norma yang berlaku
dimasyarakat maupun di kalangan konselor sendiri. Oleh karena itu, dalam makalah ini
akan dipaparkan mengenai Prinsip dan Kode Etik Bimbingan dan Konseling.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Bimbingan dan Konseling?
2. Apa yang dimaksud dengan Prinsip-prinsip dalam Bimbingan dan Konseling?
3. Apa saja Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling?
4. Apa saja Kode Etik dalam Bimbingan dan Konseling?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Bimbingan dan Konseling.
2. Mengetahui pengertian prinsip-prinsip Bimbingan dan Konsleing.
3. Mengetahui Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling.
4. Mengetahui Kode Etik dalam Bimbingan dan Konseling.

UIN Antasari Banjarmasin | 2


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling berasal dari dua kata, yaitu bimbingan dan konseling. Secara
etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata guidance berasal dari kata kerja to
guide yang mempunyai beberapa makna. Sertzer dan stone (1966: 3) mengemukakan bahwa
guide mempunyai arti to direct, pilot, manager, or steer, artinya: menunjukkan, mengarahkan,
menentukan, mengatur, atau mengemudikan. (Victoria Neufeldt, Ed., 1988: 599).1

Jadi yang dimaksud dengan bimbingan adalah sebuah proses pemberian bantuan yang
berkelanjutan dari seorang pembimbing(orang yang ahli) kepada individu yang
membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara
optimal dengan menggunakan berbagai macam media dan teknik bimbingan sehingga individu
dapat bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungannya.2

Adapun istilah konseling berasal dari bahasa Latin to consilium yang secara etimologis
berarti dengan atau bersama yang dirangkai dengan menerima atau memahami. Sedangkan
dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah konseling berasal dari sellan yang berarti menyerahkan
atau menyampaikan.

Kemudian muncul pertanyaan dibenak kita, apakah yang dimaksud dengan konseling?
Konseling adalah proses pemberian bantuan berkelanjutan yang dilakukan melalui wawancara
dan tatap muka konselor kepada individu(klien) yang sedang mengalami sesuatu masalah yang
bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.3

1
Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), h. 13.
2
Hallen A., Bimbingan & Konseling, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h. 8-9.
3
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2009), h. 105
UIN Antasari Banjarmasin | 3
B. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling

Dalam menguraikan prinsip-prinsip Bimbingan dan konseling, Anas Salahudin mengutip


dari blog Imran Fauzi (imronfauzi.wordpress.com), yang menyatakan bahwa manusia adalah
mahluk filosofis, artinya manusia mempunyai pengetahuan dan berpikir. Manusia juga
memiliki sifat yang unik, berbeda dengan mahkuk lain dalam perkembangannya. Implikasi
dari keragaman ini ialah bahwa individu memiliki kebebasan dan kemerdekaan untuk memilih
dan mengembangkan diri sesuai dengan keunakan atas tiap-tiap potensi tanpa menimbulkan
konflik dengan lingkungannya. Dari sisi keunikan dan keragaman individu, diperlukan
bimbingan untuk membantu setiap individu mencapai perkembangnnya yang sehat di dalam
lingkungannya.

Pada dasarnya bimbingan dan konseling juga merupakan upaya bantuan untuk
menunjukkan perkembangan manusia secara optimal, baik secara kelompok maupun individu
sesuai dengan hakikat kemanusiaannya dengan berbagai potensi, kelebihan dan kekurangan,
kelemahan serta permasalahannya

Selanjutnya, Imran Fauzi menguraikan lebih jauh bahwa dalam dunia pendidikan,
bimbingan dan konseling juga sangat diperlukan karena dapat mengantarkan siswa pada
pepncapaiaan standard dan kemampuan professional dan akademis, serta perkembangan diri
yang sehat dan produktif. Dalam bimbingan dan konseling, selain ada pelayanan, ada pula
prinip-prinsip berikut.

1. Pengertian Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling

Prinsip berasal dari asal kata “prinsipra” dapat diartikan “sebagai permulaan yang dengan
suatu cara tertentu melahirkan hal-hal lain” (M.I Soelaeman: 1989: 15). Prinsip ini merupakan
hasil perpaduan antara kajian teoritis dan teori lapangan yang terarah dan digunakan sebagai
pedoman dalam pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan. (Halaen, 2002:63)

Prinsip Bimbingan dan konseling menguraikan pokok-pokok dasar pemikiran yang


dijadikan pedoman program pelaksanaan atau aturan main yang harus diikuti dalam
pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan dapat juga dijadikan sebagai perangkat
landasan praktis atau peraturan main yang harus diikuti dalam pelaksanaan bimbingan dan
sekolah.

UIN Antasari Banjarmasin | 4


Prayitno mengatakan, “Prinsip Merupakan hasil kajian teoritis dan telaah lapangan yang
digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan,” Dari Pendapat ini dapat
dinyatkaan bahwa prinsip-prinsip bimbingan dan konseling merupakan pemaduan hasil-hasil
teori dan praktik yang dirumuskan dan dijadikan pedoman, sekaligus dasr bagi penyelengaraan
pelayanan.

2. Macam-macam Prinsip Bimbingan dan Konseling

Dalam pelayanan bimbingan dan konseling , prinsip yang digunakan bersumber dari
kajian filosofis dari hasil penelitian dan pengakaman praktis tnetnag hakikat manusia,
perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks social budayanya, pengertian dan
tujuan, fungsi, dan proses penyele ngaraan bimbingan dan konseling.

Dalam bukunya, Anas Salahudin mengutarakan beberapa prinsip pelaksanaan bimbingan


dan konseling. Diantaranya sebagai berikut.

a) Bimbingan adalah suatu proses membantu individu agar mereka dapat membantu
dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya
b) Bimbingan bertitik tolak (berfokus )pada individu yang dibimbing
c) Bimbingan diarahakan kepada individu dan tiap individu memeiliki karakteristik sendiri
d) Masalah yang dapat diselesaikan oleh tim pembimbing di lingkunan lembaga
hendaknya diserahkan kepada ahli atau lembaga yang berwenang menyelesaikannya.
e) Bimbingan dimuali dengan identifikasi kebutuhan yang diraskan oleh individu yang
akan dibimbing.
f) Bimbingan harus luwes dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu dan masyarajkat
g) Program bimbingan di lingkugngan lembaga pendidkan tertentu harus sesuai dengan
program pendidikan pada lembaga yang bersangkutan.
h) Hendaknya pelaksanaan program bimbingan dikelola oleh ornag yang memiliki
keahlian dalam bidang bimbingan, dapat bekerja sama dan menggunakan sumber-
sumber yang relevan yang berda di dalam ataupun di luar lembaga penyelenggara
pendidikan
i) Program bimbingan di evaluasi untuk mengetahui hasil dan pelaksanaan program.
(Nurihsan, 2006:9)

UIN Antasari Banjarmasin | 5


Rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya berkenaan dengan
sesaran pelayanan, maslah klien tujuan dan proses penaganan masalah , program pelayanan,
penyelenggaraan pelayanan.

Di antara prinsip-prinsip tersebut adlaah sebagai berikut.

a) Prinsip-Prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan

Sasaran pelayann bombingan dan konseling adlaah individu-individu. Baik secara


perserongan ataupun kelompok. Pada umumnya, sasaran pelayanan ini adlaah perkembangan
dan perikehidupan individu, namun sasaran yang lebih nyata dan langsung adlaah sikap dan
tingkah lakunya yang dipengaruhi oleh aspek aspek kepribadian dan kondisi diri sendir serta
kondisi lingkunngannya. Sikap dan tingkah laku damalam perkembangan dan kehidupan
tersebut mendorong dirumuskannya prinsip-prinsip bimbingan dan konseling sebagai
berikut..

 BK melaani seua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin suku, agama, ,dan
status social ekonomi
 BK berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis
 BK memerhatikan sepenuhnya tahap-tahapdan berbagai aspek perkembangan
individu
 BK memberikan perhatian utama pada perbedeaan individual yang menjadi
orientasipokok pelayanannya.

b) Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah individu

Berbagai factor yang memengaruhi perkembangan dan kehidupan indivdu tidaklah selalu
positif, tetapi ada pula factor-faktor negative yang berpengaruh dan dapat menimbulkan
hambatan-hambatan terhadap kelangsungan perkembangan dan kehidupan individu yang
berupa masalah. Pelayanan BKhanya mamapu menangani maslaah klien secara terbatas yang
berkenaan dengan :

 BK berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental atau fisisk
individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah , sekolah, serta dalam kaitannya

UIN Antasari Banjarmasin | 6


dengan kontak social dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap
kondisi mental dan fisik individu;
 Kesenjangan social, ekonomi, dan kebudayaaan merupakan factor timbulnya
masalah pada individu yang semuanya menjadi perhatian utam pelayanan BK.

c) Prinsip-prinsip berkenaan dengan program pelayanan


 BK merupakan bagian integrasi dari proses pendidikan dan pengembanga. Oleh
karena itu, BK harus diselaraskan dan dipadukan dengan program pendidikan serta
pengembangan siswa.
 Program BK harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat,
dan kondisi lembaga
 Program bimbingan dan konseling disusn secara berkelanjutan dari jenjang
pendidkan terendah sampai tertinggi.

d) Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan

Pelaksanaan pelayanan BK baik yang bersifat incidental maupun terprogram, dimulai


dengan pemahaman tujuan layanan. Tujuan ini diwujudkan melaliui proses tertentu yang
dilaksanakan oleh tenag ahli dalam bidangnya , yaitu konselor professional.

Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan tersebut adalah:

 BK harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu


membimbing diri sendiri dalam menghadapi permaaslaahannya.
 Keputusan yang dan akan dilakukan oleh individu hendaknya atas kemajan individu
itu sendiri, bukan karena kemauaan ataua desakan dari pihak lain
 Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan
dengan permasalahan yang dihadapi
 Kerja sam antara guru pembimbing, guru-guru lain , dan orang tua peserta didik
sangat menetukan hasil pelayann bimbingan
 Pengembangan program layanna BK ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal
dari hasil pengukuran dan penilaiaan terhadap individu yang terlibat dalam proses
pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.

UIN Antasari Banjarmasin | 7


e) Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling di sekolah dalam lapangan operasional
bimbingan dan konseling

Pelayanan bimbingan dan kkonseling di sekolah diharapakan dapat tumbuh dan


berkembang dengan baik karena sekolah merupakan lahan yang potensial dan memiliki
kondisi dasar yang menuntut adanya pelyanan ini pada kadar yang tinggi. Pelayanan BK
secara resmi memang ada di sekolah. Tetapi keberadaanya belum maksimal. Dlaam kaitan
ini , Belkin( dalam prayitno, 1994) mengaskan enam prinsip untuk menumbuhkan
kembangkan pelayanan BK di sekolah.

Ringkasnya, prinsip-prinsip dalam bimbingan konseling, antara lain sebagai berikut.

a) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan:


 Melayani semua individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, suku, agama, dan
status sosial;
 Berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis
 Memerhatikan tahapan perkembangan
 Memerhatikan perbedaaan individu dan layanan
b) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan permaslahan yang dialami individu:
 Menyangkut pengaruh kondisi mental maupun fisik individu terhadap penyesuaian
pengaruh lingkungan, baik di rumah, sekolah, dan masyarakat sekitar.
 Timbulnya masalah pada individu karena adanya kesenjangan social, ekonomi dan
budaya.
c) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan bimbingan dan konseling;
 Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidkan dan
pengembangan individu, sehingga program bimbingan dan konseling diselaraskan
dengan program pendidikan dengan pengembagan diri siswa ;
 Program bimbingan dan konseling haruu fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan
siswa maupun lingkungan
 Program bimbingan dan konseling disusundnegan mempertimbangkan adanya tahap
perkembangan individu

UIN Antasari Banjarmasin | 8


 Program pelayanan bimbingan dan konseling perlu memberikan penilaian hasil
layanan

d) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelyanannya;


 Diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu secara mandiri
membimbing diri sendiri;
 Pengambilan keputusan yang diambil oleh individu hendaknya atau kemauan diri
sendiri
 Permasaahan individu dilayani oleh tenaga ahli/professional yang relevan dengan
permasalahan individu
 Perlu adanya kerja sama dengan personal sekolah dan ornag tua dan bila perlu dengan
pihak lain yang berwenang dalam permasalahan individu; dan
 Proses pelayanan bimbingan dan konseling melibatkan individu yang telah
memperoleh hasil pengukuran dan penilaian layanan (wawan junaid , 2009).4

Adapun menurut Sutirna (Bimbingan dan Konseling, 2013: 24) terdapat beberapa prinsip
dasar yang dipandang sebagai fondasi atau landasan bagi pelayanan bimbingan. Prinsip-
prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi
pemberian pelayanan bantuan atau bimbingan, baik di sekolah/madrasah maupun luar
sekolah. Prinsip-prinsip itu dikutipnya dari AKBIN (2008: 202-204) yang berbunyi sebagai
berikut:

1. Bimbingan dan Konseling diperuntukkan bagi semua konseli. Prinsip ini berarti bahwa
bimbingan diberikan kepada semua konseli, baik yang bermasalah maupun yang tidak
bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal
ini pendekatan yang digunakan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada
penyembuhan (kuratif), dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan.
2. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap konseli bersifat unik (berbeda
satu sama lainnya) dan melalui bimbingan, konseli dibantu untuk memaksimalkan
perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus

4
Anas Salahudin, op.cit., h. 42-47.
UIN Antasari Banjarmasin | 9
sasaran bantuan adalah konseli, meskipun hanya pelayanan bimbingannya menggunakan
teknik kelompok.
3. Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataannya masih ada konseli yang
memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, kerena bimbingan dipandang satu cara
yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya
merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan
merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri,
memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang.
4. Bimbingan dan konseling merupakan usaha bersama. Bimbingan bukan hanya tugas atau
tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru (tutor) dan kepala sekolah/madrasah
sesuai dengan tugas dan peran masing-masing. Mereka bekerja sebagai team work.
5. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan dan konseling.
Bimbingan diarahkan membantu konseli agar dapat melakukan pilihan dan mengambil
keputusan. Bimbingan menpunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasihat
kepada konseli, yang itu semua sangat penting baginya dalam mengambil keputusan.
Kehidupan konseli diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi konseli untuk
mempertimbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui
pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat
bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama
bimbingan mengembangkan kemampuan konseli untuk memecahkan masalahnya dan
mengambil keputusan.
6. Bimbingan dan konseling berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan.
Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung disekolah/madrasah saja, tetapi
juga dilingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta,
dan masyarakat pada umumnya. Bidang pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek,
yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan.5

5
Sutirna, Bimbingan dan Konseling, (CV. ANDI OFFSET: Yogyakarta, 2013), h. 24-27.
UIN Antasari Banjarmasin | 10
C. Kode Etik Bimbingan dan Konseling

Kode etik merupakan etika profesi yang harus dipegang kuat oleh setiap konselor. Kode
etik juga merupakan moralitas para konselor dalam menjalankan profesinya.

Bagaimana kode etik profesi bimbingan dan konseling, sesungguhnya, dan berkaitan
dengan apa saja yang menyangkut etika profesi tersebut ?. Asosiasi Bimbingan dan Konseling
Indonesia (ABKIN) yang kemudian diadopsi oleh kelompok guru bimbingan konseling (MGP
BK) di kalangan, sekolah menengah, baik SMA maupun madrasah Aliyah, di Kulon Progo
Yogyakarta menjelaskan sebagai berikut :

1. Dasar/Landasan

Landasan kode etik konselor adalah a) Pancasila, mengingat bahwa profesi konseling
merupakan usaha layanan terhadap sesama manusia dalam rangka ikut membina warga negara
yang bertanggung jawab. b) tuntunan profesi, mengacu pada kebutuhan dan kebahagian klien
sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

2. Kualifikasi dan kegiatan profesional konselor


a. Kualifikasi
Konselor harus memiliki 1) nilai, sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam bidang
profesi konseling, dan 2) pengakuan atas kewenangannya sebagai konselor.
b. Kegiatan profesional konselor
1) Nilai, sikap, keterampilan, dan pengetahuan
a) Untuk memahami orang lain dengan sebaik-baiknya, konseor harus terus-
menerus berusaha menguasai dirinya. Ia harus mengerti kekurangan-
kekurangan dan prasangka-prasangka pada dirinya sendiri yang dapat
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain dan mengakibatkan rendahnya
mutu layanan profesional serta merugikan klien.
b) Dalam melakukan tugasnya membantu klien, konselor harus memperhatikan
sifat-sifat sederhana, rendah hati, sabar, menepati janji, dapat dipercaya, jujur,
dan tertib.
c) Konselor harus memilki rasa tanggungjawan terhadap saran ataupun peringatan
yang diberikan kepadanya, khususnya dari rekan-rekan seprofesi dalam

UIN Antasari Banjarmasin | 11


hubungannya dengan pelaksanaan ketentuan-ketentuan tingkah laku
profesional sebagaimana diatur dalam Kode Etik ini.
d) Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus mengusahakan mutu kerja
yang setinggi mungkin. Untuk itu, ia harus menggunakan teknik-teknik dan
prosedur-prosedur khusus yang dikembangkan atas dasar kaidah-kaidah
ilmiah.
2) Pegakuan kewenangan
Untuk bekerja sebagai konselor, diperlukan pengakuan, keahlian, kewenangan oleh
organisasi profesi atas dasar wewenang yang diberikan kepadanya oleh pemerintah.
3) Kegiatan Profesional
a) Penyimpanan dan penggunaan informasi
Catatan tentang klien yang meliputi data hasil wawancara, testing, surat-
menyurat, perekaman, dan data lain, merupakan informasi yang bersifat rahasia
dan hanya boleh digunakan untuk kepentingan klien. Pengguna data/informasi
untuk keperluan riset atau pendidikan calon konselor dimungkinkan sepanjang
identitas dirahasikan. Penyampaian informasi mengenai klien kepada keluarga
atau kepada anggota profesi lain, harus atau persetujuan klien atau pihak lain
untuk kepentingan klien dan tidak merugikan klien.
b) Keterangan mengenai bahan profesional hanya boleh diberikan kepada orang
yang berwenang menafsirkan dan menggunakannya.
c) Kewajiban konselor untuk menangani klien berlangsung selama ada
kesempatan antara klien dan konselor. Kewajiban berakhir jika hubungan
konseling berakhir, klien mengakhiri hubungan kerja, atau konselor tidak lagi
bertugas sebagai konselor.
4) Testing
a) Suatu jenis tes hanya diberikan oleh petugas yang berwenang menggunakan dan
menafsirkan hasilnya. Konselor harus selalu memeriksa dirinya apakah ia
mempunyai wewenang yang dimaksud.
b) Testing diperlukan bila dibutuhkan data tentang sifat atau ciri kepribadian yang
menuntut adanya perbandingan dengan sampel yang lebih luas.
c) Data yang doperlukan dari hasil testing itu harus diintegrasikan dengan
informasi lain yang telah diperoleh dari klien sendiri atau dari sumber lain.
UIN Antasari Banjarmasin | 12
d) Data hasil testing harus diperlakukan setaraf data dan informasi lain tentang
klien.
e) Konselor harus memberikan orientasi yang tepat kepada klien mengenai alasan
digunakannya tes dan apa hubungannya dengan masalah. Hasilnya harus
disampaikan dengan klien dengan disertai penjelasan arti dan kegunaannya.
f) Hasil testing hanya dapat diberitahukan kepada pihak lain sejauh pihak yang
diberi tahu itu ada hubungannya dengan usaha bantuan kepada klien dan tidak
merugikan klien.
g) Pemberian suatu jenis tes harus mengikuti pedoman atau petunjuk yang berlaku
bagi tes yang diberlakukan.
5) Riset
a) Dalam melakukan riset, karena menyangkut manusia dengan masalahnya
sebagai subjek, hal-hal yang dapat merugikan subjek yang bersangkutan harus
dihindari.
b) Dalam melakukan hasil riset, karena menyangkut klien sebagai subjek, identitas
subjek harus dirahasiakan.
6) Layanan individual : hubungan dengan klien
a) Konselor harus menghormati harkat pribadi, integritas, dan keyakinan klien.
b) Konselor harus menempatkan kliennya diatas kepentingan pribadinya.
c) Konselor tidak mengadakan pembedaan atas dasar suku, bangsa, warna kulit,
kepercayaan, atau status sosial ekonomi.
d) Konselor tidak memaksa untuk memberikan bantuan kepada seseorang dan
tidak boleh mencampuri urusan pribadi orang lain, tanpa izin dari orang yang
bersangkutan
e) Konselor boleh memilih siapa yang akan diberi bantuan, tetapi di ahrus
memerhatikan setiap permintaan bantuan, lebih-lebih dalam keadaan darurat
atau apabila banyak orang yang menghendakinya.
f) Konselor tidak akan melalaikan klien, walinya atau orang yang bertanggung
jawab pada klien ketika sudah turun tangan membantu seseorang.
g) Konselor harus menjelaskan kepada klien sifat hubungan yang sedang dibina
dan batas-batas tanggungjawab masing-masing, khususnya sejauh mana dia
memikul tanggungjawab terhadap klien.
UIN Antasari Banjarmasin | 13
h) Hubungan konselor mengandung kesetiaan ganda kepada klien, masyarakat,
atasan, dan rekan-rekan sejawat. Apabila timbul masalah dalam soal kesetiaan
ini, konselor harus memperhatikan kepentingan pihak-pihak yang terlibat dan
juga tuntutan profesinya sebagai konselor. Dalam hal ini, terutama sekali, harus
diperhatikan kepentingan klien.
i) Apabila timbul masalah antara kesetiaan kepada klien dan lembaga tempat
konselor bekerja, konselor harus menyampaikan situasinya kepada klien dan
atasannya. Dalam hal ini, klien harus diminta untuk mengambil keputusan
apakah dia akan meneruskan hubungan konseling dengannya.
j) Konselor tidak akan memberikan bantuan profesional kepada sanak keluarga,
teman-teman karibnya, sehingga hubungan profesioanl dengan orang-orang
tersebut mungkin dapat terancam oleh mengaburkan peranan masing-masing.
k) Klien sepenuhnya berhak untuk mengakhiri hubungan dengan konselor,
meskipun proses konseling belum mencapai suatu hasil yang konkret.
Sebaliknya, konselor tidak akan melanjutkan hubungan dengan klien apabila
klien tidak memperoleh manfaat dari hubungan itu.
7) Konsultasi dan hubungan dengan rekan atau ahli lainnya
a) Dalam rangka pemberian layanan kepada klien, kalau konselor merasa ragu-
ragu tentang sutu hal, ia harus berkonsultasi dengan rekna-rekan selingkungan
profesii. Akan tetapi, ia harus mendapat izin terlebih dahulu dari kliennya.
b) Konselor harus mengakhiri hubungan konseling dengan seseorang klien bila
pada akhirnya dia menyadari bahwa dia tidak dapat memberika pertolongan
kepada klien tersebut, baik karena kurangnya kemampuan/keahlian maupun
keterbatasan pribadinya.
c) Bila pengirim disetujui klien, konselor bertanggungjawab untuk menyarankan
kepada klien, orang atau badan yang mempunyai keahlian tersebut.
d) Bila konselor berpendapat klien perlu dikirim ke ahli lain, tetapi klien menolak
kepada alhi yang disarankan oleh konselor, konselor mempertimbangkan baik
buruknya kelau hubungan tersebut diteruskan lagi.

3. Hubungan kelembagaan dan hak serta kewajiban konselor

UIN Antasari Banjarmasin | 14


a. Jika konselor bertindak sebagai konsultan pada suatu keluarga, harus ada pengertian
dan kesepakatan yang jelas antara konselor dan pihak lembaga, dan juga dengan klien
yang menghubungi konselor ditempat lembaga itu. Sebagai seorang konslutam,
konselor harus mengikuti dasar-dasar pokok profesi dan tidak bekerja tas dasar
komersil.
b. Prinsip-prinsip yang berlaku dalam layanan individual, khususnya tentang
penyimpangan serta penyebaran informasi tentang klien dan hubungan konfidensial
antara konselor dank lien, berlaku juga bile konselor dalam hubungan kelembagaan.
c. Setiap konselor yang bekerja dalam hubungan kelembagaan turut bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan peraturan kerja sama dengan pihak atasan atau bawahannya,
terutama dalam rangka layanan konseling dengan menjaga rahsia pribadi yang
dipercayakan kepadanya.
d. Peraturan-peraturan kelembagaan yang diikuti oleh semua petugas dalam lembaga
harus dianggap mencerminkan kebijaksanaan lembaga itu dan bukan atas
pertimbangan pribadi. Konselor harus mempertanggungjawabkan pekerjaannya
kepada atasannya. Sebaliknya, dia berhak pula mendapat perlindungan dari lembaga
itu dalam menjalanlan profesinya.
e. Setiap konselor yang menjadi staf suatu lembaga harus mengetahui program-program
yang berorientasii pada kegiatan-kegiatan dari lembaga itu dari pihak lain. Pekerjaan
konselor harus dianggap sebagai sumbangan khas dalam mencapai tujuan lembaga
tersebut.
f. Jika dalam rangka pekerjaan dalam suatu lembaga, konselor tidak cocok dengan
ketentuan-ketentuan atau kebijaksanaan-kebijaksanaan yang erlaku dilembaga
tersebut, dia harus mengundurkan diri dari lembaga tersebut.
g. Konselor yang tidak bekerja dalam hubungan kelembagaan diharapkan menaatii kode
etik jalannya sebagai konselor dan berhak untuk mendapat dukungan serta
perlindungan dari rekan-rekan seprofesi.
h. Kalau konselor merasa perlu untuk melapirkan suatu hal tentang klien kepada pihak
lain (misalnya pimpinan badan tempat ia bekerja), atau kalau dia diminta keterangan
tentang klien oleh petugas sutau badan diluar perofesinya, dan ia harus juga
memberikan informasi itu, dalam memberikan informasi tersebut, konselor harus

UIN Antasari Banjarmasin | 15


bertindak bijaksana mungkin dengan berpedoman pada prinsip bahwa dengan berbuat
begitu, klien tetap dilindungi dan tidak dirugikan
i. Konselor tidak dibenarkan menyalahgunakan jabatannya untuk maksud mencari
keuntungan pribadi atau maksud-maksud lain yang dapat merugikan klien, atau
menerima komisi atau balas jasa dalam bentuk yang kurang wajar.
j. Konselor harus selalu mengkaji tingkah laku dan perbuatannya agar tidak melanggat
kode etik ini.
4. Personlity Guru Pembimbing

Modal dasar sebagai ciri personal yang harus dimiliki oleh guru pembimbing diantaranya
sebagai berikut :

a. Berwawasan Luas
Memilki pandangan dan pengetahuan yang luas, terutama tentanb perkembangan siswa
pada usia sekolahnya, perkembangan ilmu pengetahuan/teknologi/kesenian dan proses
pembelajarannya, serta pengaruh lingkungan dan modernisasi terhadap siswa.
b. Menyayangi anak
Memiliki kasih sayang yang mendalam terhadap siswa. Rasa kasih sayanng ini
ditampilkan dari hati sanubarinya (tidak bepura-pura) sehingga siswa secara langsung
merasakan kasih sayang itu.
c. Sabar dan bijaksana
Tidak mudah marah dan atau mengambil tindakan keras dan emosional yang merugikan
siswa serta tidak sesuai dengan kepentingan perkembangan mereka. Segala tindakan yang
diambil oleh guru pembimbing didasarkan pada pertibangan yang matang.
d. Lembut dan baik hati
Tutur kata dan tindakan guru pembimbing selalu mengenakan hati, hangat, dan siap
menolong.
e. Tekun dan teliti
Guru pembimibing setia mengikuti tingkah laku dan perkembangan siswa sehari-hari dari
waktu-kewaktu , dengan memperhatikan berbagai aspek menyertai tingkah dan
perkembangan tersebut.
f. Menjadi contoh

UIN Antasari Banjarmasin | 16


Tingkah laku, pemikiran, pendapat, dan ucapan-ucapan guru pembimbing tidak tercela
dan mampu menarik siswa untuk mengikutinya dengan senang hati dan sukarela.
g. Tanggap dan mampu mengambil tindakan
Guru cepat memberikan perhatian terhadap yang terjadi dana atau mungkin terjadi pada
diri siswa, serta mengambil tindakan secara tepat untuk mengatasi dana atau
mengantisipasi yang akan terjadi dana atau mungkin terjadi.
h. Memahami dan bersikap positif terhadap pelayanan bimbingan dan konseling
Guru memahami fungsi dan tujuan serta seluk-beluk pelayanan bimbingan dan konseling,
dan dengan senang hati berusaha sekuat tenaga melaksanakannya secara profesional
sesuai dengan kepentingan dan perkembangan siswa.
i. Mempunyai modal profesional
Mencakup kemantapan wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap dalam
bidang kajian bimbingan dan konseling. Semua itu dapat diperoleh melalui pendidikan
dana tau pelatihan khusus dalam program bimbingan dan konseling. Dengan modal
profesional tersebut, seorang guru pembimbing akan mampu secara nyata melaksanakan
kegiatan pembimbing dan konseling menurut kaidah-kaidah keilmuan, teknologi, dank
ode etik profesinya.

5. Kompetensi Guru Pembimbing/Konselor Sekolah


a. Kompetensi Personal
1) Betakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2) Mengahayati kode etik dan proses pemnagmbilan keputusan secara etis.
3) Menampilkan rasa hrmat terhadapt keragaman individu.
4) Menampilkan struktur nilai dan sistem keyakinan pribadi.
5) Menampilkan keterbukaan, fleksibilitas, sikap mengasihani, dan toleran di dalam
melakukan interaksi profesional yang mengarah kepada pertumbuhan dan
perkembangan diri sendiri dan orang lain.
6) Menampilkan arah diri dan otonomi kedirian yang mantap.
7) Bertindak secara konsisten dengan sistem nilai etis pribadi dank ode etik
profesional dalam hbungan profesionalnya.
8) Menunjukkan penampilan diri yang menarik.
9) Mampu menyesuaikan diri secara edukat.
UIN Antasari Banjarmasin | 17
10) Memiliki keprcayaan dan keyakinan diri untuk bisa memberikan layanan bantuan.
11) Memilki keikhlasan dalam menyelenggarakan pelayanan.
b. Kompetensi keilmuan
1) Wawasan kependidikan dan profesi
a) Memilki wawasan pedagogis dalam melaksanakan layanan profesional
konseling
b) Memahami dengan baik landasan-landasan keimuan bimbingan dan konseling
c) Menghayati kode etik dan proses pengambilan keputusan secara etis
d) Mengetahui dengan baik standard an prosedur legal yang relevan dengan setting
kerjanya
e) Aktif melakukan kolaborasi profesional dan mempelajari litelaturnya
f) Menunjukkan komitmen dan dedikasi pengembangan profesional dalam
berbagai setting dan kegiatan
g) Menampilan sikap open minded dan profesional dalam mengjadapai masalah
klien
h) Memantapkan prioritas (bidang layanan) profesionalnya
i) Mengorganisasikan kegiatan sebagai wujud prioritas profesionalnya
j) Merumuskan perannya sendiri sesuai dengan setting dan situasi kerja yang
dihadapi
2) Pemahaman individu dalam membangun interaksi efektif
a) Memahami teori-teori perkembangan manusia
b) Mengidentifikasi komponen promer nilai-nilai orang lain
c) Memilahkan/membedakan wilayah sruktur nilai pribadi yang tidak sejalan
dengan struktur nilai kelompok yang teridentifikasi
d) Merespos dan berinteraksi dengan orang lain atas dasar kesadaran pikiran serta
perasaan sendiri, keterbukaan, kepekaan terhadap pikiran dan orang lain.
c. Konseling
1) Menghayati dan menerapkan teori konseling
2) Mengembangkan kerangka piker manusia efektif sejalan dengan kerangka piker
profesionalnya
3) Menunjukkan kecakapan mengkaji hubungan antara teori konseling, kepribadian,
belajar dan asesmen psikologis
UIN Antasari Banjarmasin | 18
4) Menguasai berbagai metode dan rasional untuk mengawali proses konseling yang
sesuai dengan kepedulian klien
5) Menyadari berbagai variabel kepribadian dirinya yang mempengaruhi proses
konseling
6) Mengkomunikasikan kepada klien tentang masalah perkembangan perilaku
7) Mendikripsikan proses konseling yang dipahami klien
8) Menyatakan kembali masalah klien dalam cara yang akurat dan dapat diterima klien
9) Memilih dan melakukan kemungkinan tindakan berikut dalam menghadapi klien:
a) Melanjutkan dan memilih stategi konseling tertentu
b) Merujuk kepada sumber-sumber nonkonseling
c) Merujuk kepada konselor lain
d) Mengakhiri konseling
10) Menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam mengembangkan situasi belajar untuk
klien tertentu
11) Menunjukkan arah tindakan dalam menghadapi masalah resistensi, permusuhan,
depedendim keengganan klien
12) Menerapkan gaya konseling yang menyenangkan dalam menghdapai klien tertentu
13) Mempertahankan pendekatan konseling pilihannya atas dasar pengalaman dan
pengetahuannya sendiri
14) Merespons secara tepat ekspresi perasaan klien

6. Konseling Multikultural dalam Konseling


a. Memahami dan menyadari kekuatan konteks kelutural dalam proses konseling
b. Mengidentifikasi dinamika psikologis (motivasi, kecemasan, orientasi nilai) dalam
berbagai konteks subcultural
c. Mendiskripsikan dinamika sosiologis dalam berbagai konteks subkultural(keluarga,
tradisi, bahasa, agama)
d. Mengokohkan hubungan antarpribadi secara profesioanl dalam berbagai konteks
subcultural
e. Memahami implikasi isu-isu sosial masa kini terhadap klien
f. Menampilkan sikap open minded dan profesional dalam menghadapi kepdulian dan
konflik sosial
UIN Antasari Banjarmasin | 19
g. Mengintervensi sistem sosial dalam perannya sebagai agen perubahan
h. Menunjukkan kesadaran akan pengaruh factor gender dalam pelayanan profesionalnya
i. Secara kritis menguji kekuatan dan kelemahan teknik dan metode konseling yang
dilakukannya
j. Menyadari kesulitan dalam menghadapi isu-isu social

7. Asesmen Lingkungan
a. Terampil menghimpun dan menganalisa data atau informasi individu
b. Mengakses factor lingkungan yang berkontribusi terhadap perkembangan kesehatan
mental
c. Memberi pengaruh terhadap kebijakan dan prosedur kelembagaan yang dapat
menumbuhkan kesempatan bagi para anggotanya
d. Memahami organisasi formal dan informal dalam berbagai pola sistem sosial
e. Mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan sistem sosial yang perlu diperbaiki
f. Mendeskripsikan hal-hal perkembangan yang relevan dengan masalah konseling
individu
g. Mendeskripsikan dampak interaktif berbagai masalah perkembangan di dalam proses
kelompok

8. Asesmen Individual
a. Mengidentifikasi secara tepat kriteria dan sumber instrument asesmen untuk pengkuran
kelompok dan individual
b. Mengidentifikasi tes bakat, prestasi, kepribadian yang cocok untuk kepentingan
sekolah dan lembaga lain sesuai dengan individu atau populasi yang akan dilayani
c. Mengembangkan instrument asesmen untuk kepantingan pemahaman individu dala
konteks layanan bimbingan dan konseling
d. Meampilkan kecakapan meng administrasikan instrument tes baku sesuai dengan
standar pelaksanaan tes
e. Menganalisis, mengorganisasikan, dan menyisintesikan hasil tes yang diperoleh dari
tes baku baik, secara verbal maupun tertulis
f. Mengaitkan hasil tes dengan tujuan, aspirasi, kecakapan, dan lingkungan klien

UIN Antasari Banjarmasin | 20


g. Menghimpun dan menyintesiskan informasi klien dengan menggunakan teknik
asesmen non tes

9. Proses dan Strategi Kelompok


Menampilkan respons sebagai berikut ;
a. Pemahaman empatik terhadap ekspresi masalah perasaan anggota
b. Meningkatkan kesadaran anggota akan perasaannya dan bagaimana perasaan itu
mempengaruhi perilakunya
c. Meningkatkan pemahamn anggota akan keadaan perasaan saat ini
d. Menampilakn ketepatan mengambil resiko sebagai pimpinan dan anggota kelompok
dalam kelompoj tertentu
e. Menganalisis aspek-aspek nonteknis proses kelompok dalam merespons keingintahuan
anggota
f. Melakukan kegiatan konseling kelompok untuk menyampaikan informasi pribadi,
pendidikan, dan pekerjaan
g. Menilai secara kritis,kekuatan dan kelemahan kepemimpinannya sendiri atas
kelompok yang dipilihnya
h. Memilih dan mempertahankan strategi intevensi kelompok yang dipilhnya
i. Memfasilitasi pertumbuhan pengambilan keputusan karir dalam berbagai kelompok
usia dengan menyediakan informasi karir dan menerapkan teori perkembangan
manusia
j. Memahami hakikat maslah keterampilan belajar dan mengembangkan startegi yang
tepat untuk penyembuhan dan pencegahan

10. Layanan Konsultasi dan Mediasi


a. Mendeskripsikan perilaku situasi konsultasi yang tepat dan memadai
b. Menyatakan rambu-rambu hubungan konsultatif
c. Melaporkan situasi dengan tingkatan pihak-pihak yang berkonsultasi
d. Menjelaskan metode atau prosedur untuk tindak lanjut perannya sebagai penyedia
layanan konsultasi

11. Riset dan Konseling


UIN Antasari Banjarmasin | 21
a. Mengidentifkasi rujukan yang bersumber pada hasil riset
b. Menganalisi hasil riset konseling, mengkaji hipotesis, keterbatasan, dan
kesimpulannya
c. Merancang riset, melaksanakan, dan menggunakan hasilnya
d. Mengidentifkasi wilayah profesi keonseling yang memerlukan riset untuk
mendalaminya
e. Mengembangkan satu atau dua alternative rancangan riset yang akan diterapkan dalam
pemecahan masalah
f. Mengembangkan strategi riset-riset yang relevan untuk pengembangan diri, profesi,
dan keberfungsian peran
g. Menerjemahkan atau memanfaatkan hasil riset ke dalam implikasi “praktis”

12. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Konseling


a. Memanfaatkan teknologi informasi sebagai sumber informasi bagi pengembangan diri
dan kemampuan profesional
b. Terampil menggunakan perangkat teknologi informasi untuk layanan bimbingan dan
konseling
c. Memanfaatkan teknologi informasi untuk layanan dan pengembangan profesionalnya
dengan berpegang kepada standar etik
d. Mengkomunikasikan prosedur dan langkah kerja yang dipilihnya kepada klien atau
populasi layanannya

13. Manajeman dan Sistem Pendukung


a. Mampu merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan menindaklanjuti layanan
bimbingan dan konseling
b. Mengorganisasikan dan mengaloksikan sumber daya (resources) bagi perkembangan
individu
c. Merancang program pembelajaran dan pelatihan staf
d. Terampil mengajar dan melatih staf lain dalam konteks layanan profesinya
e. Melakukan supervise dan evaluasi program pengajaran atau pelatihan
f. Mampu mengatur pekerjaan dan prosedur kerja
g. Melakukan supervise dan evaluasi program layanan bimbingan dan konseling
UIN Antasari Banjarmasin | 22
h. Melaporkan proses dan layanan bimbingan dan konseling

14. Kompetensi sosial


a. Berkomunikasi efektif dalam interaksi dengan pihak terkait dengan layanan bimbingan
konseling
b. Mengembangkan interksi produktif
c. Mengembangkan, mengokohkan dan memelihara hubungan kolaborasi dengan pihak
terkait dengan layanan bimbingan dan konseling
d. Memilki kemampuan untuk memahami orang lain
e. Mengembangkan hubungan dan jaringan kerja (net work) dengan berbagai pihak
terkait
f. Memanifestasikan kepekaan dan toleransi terhadap perasaan manusia dalam berbagai
setting interaksi.6

Zainal Aqib dalam bukunya yang berjudul ikhtisar Bimbingan dan Konseling di sekolah
yang dikutipnya dari Winkel (1992) menyatakan bahwa “Kode etik ialah pola
ketentuan/aturan/tata cara yang menjadi pedoman dalam menjalankan tugas dan aktivitas suatu
profesi”. Kode etik dalam suatu jabatan bukan merupakan hal baru. Tiap-tiap jabatan pada
umumnya mempunyai kode etik sendiri-sendiri, sekalipun tetap ada kemungkinan bahwa kode etik
itu tidak secara formal diadakan.7

Kode etik dalam bimbingan dan konseling dimaksudkan agar bimbingan dan konseling
tetap dalam keadaan baik, serta diharapkan akan menjadi semakin baik, lebih-lebih di Indonesia
di mana bimbingan dan konseling masih relatif baru. Kode etik ini mengandung ketentuan-
ketentuan yang tidak boleh dilanggar atau diabaikan tanpa membawa akibat yang tidak
menyenangkan.
Berikut beberapa rumusan kode etik yang dikutip dari Bimo Walgito (1980).
1. Pembimbing atau pejabat lain yang memegang jabatan dalam bidang bimbingan dan konseling
harus memegang teguh prinsip-prinsip bimbingan dan konseling.

6
Anas Salahudin, op.cit., h. 48-61.
7
Bimo Walgito, bimbingan+konseling (Studi & Karier), (Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET, 2010), hlm. 36
UIN Antasari Banjarmasin | 23
2. Pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mencapai hasil yang sebaik-
baiknya, dengan membatasi diri pada keahliannya atau wewenangnya. Oleh karena itu,
pembimbing jangan sampai mencampuri wewenang dan tanggung jawab yang bukan
wewenang atau tanggung jawabnya.
3. Karena pekerjaan pembimbing berhubungan langsung dengan kehidupan pribadi orang, maka
seorang pembimbing harus:
a. Dapat memegang atau menyimpan rahasia klien dengan sebaik-baiknya.
b. Menunjukkan sikap hormat kepada klien.
c. Menghargai bermacam-macam klien. Jadi, dalam menghadapi klien, pembimbing harus
menghadapi klien dalam derajat yang sama.
d. Pembimbing tidak diperkenankan:
 Menggunakan tenaga pembantu yang tidak ahli atau tidak terlatih.
 Menggunakan alat-alat yang kurang dapat dipertanggungjawabkan.
 Mengambil tindakan-tindakan yang mungkin dapat menimbulkan hal-hal yang tidak
baik bagi klien.
 Mengalihkan klien kepada konselor lain tanpa persetujuan klien.
e. Meminta bantuan kepada ahli dalam bidang lain di luar kemampuan dan keahliannya atau
di luar keahlian stafnya yang diperlukan dalam bimbingan dan konseling.
f. Pembimbing harus selalu menyadari tanggung jawabnya yang berat, yang memerlukan
pengabdian sepenuhnya.

Disamping rumusan tersebut, berikut ini dikemukakan rumusan kode etik bimbingan dan
konseling yang dirumuskan oleh Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia, yang dikutip oleh Syahril
dan Riska Ahmad (1986), yaitu:
a. Pembimbing/Konselor menghormati harkat pribadi, integritas, dan keyakinan klien.
b. Pembimbing/Konselor menempatkan kepentingan klien diatas kepentingan pribadi
Pembimbing/Konselor sendiri.
c. Pembimbing/Konselor tidak membedaakan klien atas dasar suku bangsa, warna kulit,
kepercayaan atau status sosial ekonominya.
d. Pembimbing/Konselor dapat menguasai dirinya dalam arti kata berusaha untuk mengerti
kekurangan-kekurangannya dan prasangka-prasangkanya yang ada pada dirinya yang dapat
mengakibatkan rendahnya mutu layanan yang akan diberikan serta merugikan klien.
UIN Antasari Banjarmasin | 24
e. Pembimbing/Konselor mempunyai serta memperlihatkan sifat-sifat rendah hati, sederhana,
sabar, tertib dan percaya pada paham hidup sehat.
f. Pembimbing/Konselor terbuka terhadap saran atau pandangan yang diberikan kepadanya,
dalam hubungannya dengan ketentuan-ketentuan tingkah laku profesional sebagaimana
dikemukakan dalam kode etik bimbingan dan konseling.
g. Pembimbing/Konselor Memiliki sifat tanggung jawab, baik terhadap lembaga dan orang-
orang yang dilayani maupun terhadap profesinya
h. Pembimbing/Konselor mengusahakan mutu kerjanya setinggi mungkiin. Dalam hal ini dia
perlu menguasai keterampilan dan menggunakan teknik-teknik dan prosedur-prosedur khusus
yang dikembangkan atas dasar ilmiah.
i. Pembimbing/Konselor menguasai pengetahuan dasar yang memadai tentang hakikat dan
tingkah laku orang, serta tentang teknik dan prosedur layanan bimbingan guna memberikan
layanan dengan sebaik-baiknya.
j. Seluruh catatan tentang diri klien merupakan informasi yang bersifat rahasia, dan
pembinmbing menjaga kerahasiaan ini. data ini hanya dapat disampaikan kepada orang yang
berwenang menafsirkan dan menggunakannya, dan hanya dapat diberikan atas dasar
persetujuan klien.
k. Sesuatu tes hanya boleh diberikan oleh petugas yang berwenang menggunaan dan
menafsirkan hasilnya.
l. Testing psikologi baru boleh diberikan dalam penanganan kasus dan keperluan lain yang
membutuhkan data tentang sifat atau diri kepribadian seperti taraf intelegnsi, minat, bakat dan
kecenderungan-kecenderungan dalam diri pribadi seseorang.
m. Data hasil tes psikologi harus diintegrasikan dengan informasi lainnya yang diperoleh dari
sumber lain, serta harus diperlakukan setaraf dengan informasi lainnya itu.
n. Konselor memberikan orientasi yang tepat kepada klien mengenai alasan digunakannya tes
psikologi dan hubungannya dengan masalah yang dihadapi klien.
o. Hasil tes psikologi harus diberitahukan kepada klien dengan disertai alasan-alasan tentang
kegiatannya dan hasil tersebut dapat diberitahukan pada pihak lain, sejauh pihak yang
diberitahu itu ada hubungannya dengan usaha bantuan pada klien dan tidak merugikan klien
sendiri. (Soetjipto, 1999: 82-85)

UIN Antasari Banjarmasin | 25


BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
1. Bimbingan dan konseling merupakan dua hal yang saling terikat, namun memiliki sedikit
perbedaan. Adapun pengertian dari bimbingan yaitu sebuah proses pemberian bantuan yang
berkelanjutan dari seorang pembimbing(orang yang ahli) kepada individu yang
membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara
optimal dengan menggunakan berbagai macam media dan teknik bimbingan sehingga
individu dapat bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungannya. Sedang
pengertian dari konseling adalah proses pemberian bantuan berkelanjutan yang dilakukan
melalui wawancara dan tatap muka konselor kepada individu(klien) yang sedang mengalami
sesuatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
2. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling berbicara tentang pokok-pokok dasar pemikiran
yang dijadikan pedoman/landasan dalam program pelaksanaan atau aturan main yang harus
diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan. Beberapa Rumusan prinsip-
prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya yaitu:
a) Sasaran pelayanan
b) Permasalahan klien/individu
c) Program pelayanan
d) Tujuan dan pelaksanaan pelayanan
3. Kode etik merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu kelompok
masyarakat sehingga dalam bimbingan dan konseling kode etik merupakan etika profesi
yang harus dipegang kuat oleh setiap konselor. Kode etik juga merupakan moralitas para
konselor dalam menjalankan profesinya.
4. Dasar/landasan kode etik BK yaitu:
a) Pancasila, mengingat bahwa profesi konseling merupakan usaha layanan terhadap
sesama manusia dalam rangka ikut membina warga negara yang bertanggung jawab.
b) Tuntunan profesi, mengacu pada kebutuhan dan kebahagian klien sesuai dengan
norma-norma yang berlaku.
5. Beberapa rumusan kode etik bimbingan dan konseling yang dirumuskan oleh Ikatan Petugas
Bimbingan Indonesia, yaitu:
UIN Antasari Banjarmasin | 26
a) Pembimbing/Konselor menghormati harkat pribadi, integritas, dan keyakinan klien.
b) Pembimbing/Konselor menempatkan kepentingan klien diatas kepentingan pribadi
Pembimbing/Konselor sendiri.
c) Pembimbing/Konselor tidak membedaakan klien atas dasar suku bangsa, warna kulit,
kepercayaan atau status sosial ekonominya.
d) Pembimbing/Konselor dapat menguasai dirinya dalam arti kata berusaha untuk mengerti
kekurangan-kekurangannya dan prasangka-prasangkanya yang ada pada dirinya yang
dapat mengakibatkan rendahnya mutu layanan yang akan diberikan serta merugikan
klien.
e) Pembimbing/Konselor mempunyai serta memperlihatkan sifat-sifat rendah hati,
sederhana, sabar, tertib dan percaya pada paham hidup sehat.
f) Pembimbing/Konselor terbuka terhadap saran atau pandangan yang diberikan
kepadanya, dalam hubungannya dengan ketentuan-ketentuan tingkah laku profesional
sebagaimana dikemukakan dalam kode etik bimbingan dan konseling.
g) Pembimbing/Konselor Memiliki sifat tanggung jawab, baik terhadap lembaga dan
orang-orang yang dilayani maupun terhadap profesinya
h) Pembimbing/Konselor mengusahakan mutu kerjanya setinggi mungkiin. Dalam hal ini
dia perlu menguasai keterampilan dan menggunakan teknik-teknik dan prosedur-
prosedur khusus yang dikembangkan atas dasar ilmiah.
i) Pembimbing/Konselor menguasai pengetahuan dasar yang memadai tentang hakikat
dan tingkah laku orang, serta tentang teknik dan prosedur layanan bimbingan guna
memberikan layanan dengan sebaik-baiknya.
j) Seluruh catatan tentang diri klien merupakan informasi yang bersifat rahasia, dan
pembinmbing menjaga kerahasiaan ini. data ini hanya dapat disampaikan kepada orang
yang berwenang menafsirkan dan menggunakannya, dan hanya dapat diberikan atas
dasar persetujuan klien.
k) Sesuatu tes hanya boleh diberikan oleh petugas yang berwenang menggunaan dan
menafsirkan hasilnya.
l) Testing psikologi baru boleh diberikan dalam penanganan kasus dan keperluan lain yang
membutuhkan data tentang sifat atau diri kepribadian seperti taraf intelegnsi, minat,
bakat dan kecenderungan-kecenderungan dalam diri pribadi seseorang.

UIN Antasari Banjarmasin | 27


m) Data hasil tes psikologi harus diintegrasikan dengan informasi lainnya yang diperoleh
dari sumber lain, serta harus diperlakukan setaraf dengan informasi lainnya itu.
n) Konselor memberikan orientasi yang tepat kepada klien mengenai alasan digunakannya
tes psikologi dan hubungannya dengan masalah yang dihadapi klien.
o) Hasil tes psikologi harus diberitahukan kepada klien dengan disertai alasan-alasan
tentang kegiatannya dan hasil tersebut dapat diberitahukan pada pihak lain, sejauh pihak
yang diberitahu itu ada hubungannya dengan usaha bantuan pada klien dan tidak
merugikan klien sendiri.

B. Saran
Pada era sekarang seorang guru bukan hanya dituntut untuk mengajar yaitu
mengedepankan kecapaian materi yang telah disampaikan kepada siswa. Namun, guru juga
sebaiknya menjadi seorang yang lebih bersahabat, karena tidak dapat dipungkiri seiring
berkembangnya zaman dan fasilitas yang ada akan membuat siswa lebih teralihkan
fokusnya kepada hal lain yang lebih mengasikkan dan cenderung akan membuat siswa
mempunyai kendala dalam belajar serta akan lebih sering membuat masalah. Sehingga
sebagai seorang guru pula kita dapat menempatkan Bimbingan dan Konseling menjadi
salah satu solusi guna memahami dan memberikan pendekatan kepada siswa yang
cenderung bermasalah tersebut.

UIN Antasari Banjarmasin | 28


DAFTAR PUSTAKA

Salahudin, Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung: CV Pustaka Setia.

A., Hallen. 2005. Bimbingan & Konseling. Jakarta: Quantum Teaching.

Prayitno. dan Erman Amti. 2009. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Asdi

Mahasatya.

Sutirna. 2013. Bimbingan dan Konseling. CV. ANDI OFFSET: Yogyakarta.

Walgito, Bimo. 2010. bimbingan+konseling (Studi & Karier). Yogyakarta: C.V ANDI

OFFSET.

Aqib, Zainal. 2012. Ikhtisar Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: YRAMA

WIDYA.

UIN Antasari Banjarmasin | 29

Anda mungkin juga menyukai