DISUSUN OLEH
KELOMPOK I
PENDIDIKAN MATEMATIKA
BANJARMASIN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti layaknya sebuah pembelajaran bimbingan dan konseling juga
membutuhkan apa yang dinamakan strategi dalam pelaksanaanya. Dalam melayani klien,
seorang konselor tidak boleh mengambil langkah atau tindakan yang sembarangan. Oleh
karena itu, seorang konselor perlu mengetahui prinsip-prinsip bimbingan konseling dan
perlu mengatahui kode etik untuk menjalankan profesinya tersebut dalam proses konseling.
Konseling merupakan salah satu pekerjaan profesional yang salah satu ciri pekerjaan ini
memiliki kode etik. Setiap konselor harus itu harus mempelajari sekaligus melakukan
pekerjaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada kode etik.
Prinsip-prinsip pelayanan BK berkenaan dengan kondisi diri siswa, program
pelayanan, serta tujuan dan pelaksanaan pelayanan, mengacu pada pelayanan yang efektif
dan efisien, untuk berkehidupan yang cerdas dan berkarakter. Kode etik dibutuhkan ketika
seseorang konselor hendak membimbing seorang atau individu (konseli) kearah
pengembangan pribadinya. Peran kode etik yaitu sebagai acuan dan tuntunan dalam
memberikan masukan-masukan kepada konseli agar masukan yang diberikan oleh
konselor tidak menyeleweng atau keluar dari aturan-aturan, norma-norma yang berlaku
dimasyarakat maupun di kalangan konselor sendiri. Oleh karena itu, dalam makalah ini
akan dipaparkan mengenai Prinsip dan Kode Etik Bimbingan dan Konseling.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Bimbingan dan Konseling?
2. Apa yang dimaksud dengan Prinsip-prinsip dalam Bimbingan dan Konseling?
3. Apa saja Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling?
4. Apa saja Kode Etik dalam Bimbingan dan Konseling?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Bimbingan dan Konseling.
2. Mengetahui pengertian prinsip-prinsip Bimbingan dan Konsleing.
3. Mengetahui Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling.
4. Mengetahui Kode Etik dalam Bimbingan dan Konseling.
PEMBAHASAN
Bimbingan dan konseling berasal dari dua kata, yaitu bimbingan dan konseling. Secara
etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata guidance berasal dari kata kerja to
guide yang mempunyai beberapa makna. Sertzer dan stone (1966: 3) mengemukakan bahwa
guide mempunyai arti to direct, pilot, manager, or steer, artinya: menunjukkan, mengarahkan,
menentukan, mengatur, atau mengemudikan. (Victoria Neufeldt, Ed., 1988: 599).1
Jadi yang dimaksud dengan bimbingan adalah sebuah proses pemberian bantuan yang
berkelanjutan dari seorang pembimbing(orang yang ahli) kepada individu yang
membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara
optimal dengan menggunakan berbagai macam media dan teknik bimbingan sehingga individu
dapat bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungannya.2
Adapun istilah konseling berasal dari bahasa Latin to consilium yang secara etimologis
berarti dengan atau bersama yang dirangkai dengan menerima atau memahami. Sedangkan
dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah konseling berasal dari sellan yang berarti menyerahkan
atau menyampaikan.
Kemudian muncul pertanyaan dibenak kita, apakah yang dimaksud dengan konseling?
Konseling adalah proses pemberian bantuan berkelanjutan yang dilakukan melalui wawancara
dan tatap muka konselor kepada individu(klien) yang sedang mengalami sesuatu masalah yang
bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.3
1
Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), h. 13.
2
Hallen A., Bimbingan & Konseling, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h. 8-9.
3
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2009), h. 105
UIN Antasari Banjarmasin | 3
B. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
Pada dasarnya bimbingan dan konseling juga merupakan upaya bantuan untuk
menunjukkan perkembangan manusia secara optimal, baik secara kelompok maupun individu
sesuai dengan hakikat kemanusiaannya dengan berbagai potensi, kelebihan dan kekurangan,
kelemahan serta permasalahannya
Selanjutnya, Imran Fauzi menguraikan lebih jauh bahwa dalam dunia pendidikan,
bimbingan dan konseling juga sangat diperlukan karena dapat mengantarkan siswa pada
pepncapaiaan standard dan kemampuan professional dan akademis, serta perkembangan diri
yang sehat dan produktif. Dalam bimbingan dan konseling, selain ada pelayanan, ada pula
prinip-prinsip berikut.
Prinsip berasal dari asal kata “prinsipra” dapat diartikan “sebagai permulaan yang dengan
suatu cara tertentu melahirkan hal-hal lain” (M.I Soelaeman: 1989: 15). Prinsip ini merupakan
hasil perpaduan antara kajian teoritis dan teori lapangan yang terarah dan digunakan sebagai
pedoman dalam pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan. (Halaen, 2002:63)
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling , prinsip yang digunakan bersumber dari
kajian filosofis dari hasil penelitian dan pengakaman praktis tnetnag hakikat manusia,
perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks social budayanya, pengertian dan
tujuan, fungsi, dan proses penyele ngaraan bimbingan dan konseling.
a) Bimbingan adalah suatu proses membantu individu agar mereka dapat membantu
dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya
b) Bimbingan bertitik tolak (berfokus )pada individu yang dibimbing
c) Bimbingan diarahakan kepada individu dan tiap individu memeiliki karakteristik sendiri
d) Masalah yang dapat diselesaikan oleh tim pembimbing di lingkunan lembaga
hendaknya diserahkan kepada ahli atau lembaga yang berwenang menyelesaikannya.
e) Bimbingan dimuali dengan identifikasi kebutuhan yang diraskan oleh individu yang
akan dibimbing.
f) Bimbingan harus luwes dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu dan masyarajkat
g) Program bimbingan di lingkugngan lembaga pendidkan tertentu harus sesuai dengan
program pendidikan pada lembaga yang bersangkutan.
h) Hendaknya pelaksanaan program bimbingan dikelola oleh ornag yang memiliki
keahlian dalam bidang bimbingan, dapat bekerja sama dan menggunakan sumber-
sumber yang relevan yang berda di dalam ataupun di luar lembaga penyelenggara
pendidikan
i) Program bimbingan di evaluasi untuk mengetahui hasil dan pelaksanaan program.
(Nurihsan, 2006:9)
BK melaani seua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin suku, agama, ,dan
status social ekonomi
BK berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis
BK memerhatikan sepenuhnya tahap-tahapdan berbagai aspek perkembangan
individu
BK memberikan perhatian utama pada perbedeaan individual yang menjadi
orientasipokok pelayanannya.
Berbagai factor yang memengaruhi perkembangan dan kehidupan indivdu tidaklah selalu
positif, tetapi ada pula factor-faktor negative yang berpengaruh dan dapat menimbulkan
hambatan-hambatan terhadap kelangsungan perkembangan dan kehidupan individu yang
berupa masalah. Pelayanan BKhanya mamapu menangani maslaah klien secara terbatas yang
berkenaan dengan :
BK berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental atau fisisk
individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah , sekolah, serta dalam kaitannya
Adapun menurut Sutirna (Bimbingan dan Konseling, 2013: 24) terdapat beberapa prinsip
dasar yang dipandang sebagai fondasi atau landasan bagi pelayanan bimbingan. Prinsip-
prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi
pemberian pelayanan bantuan atau bimbingan, baik di sekolah/madrasah maupun luar
sekolah. Prinsip-prinsip itu dikutipnya dari AKBIN (2008: 202-204) yang berbunyi sebagai
berikut:
1. Bimbingan dan Konseling diperuntukkan bagi semua konseli. Prinsip ini berarti bahwa
bimbingan diberikan kepada semua konseli, baik yang bermasalah maupun yang tidak
bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal
ini pendekatan yang digunakan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada
penyembuhan (kuratif), dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan.
2. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap konseli bersifat unik (berbeda
satu sama lainnya) dan melalui bimbingan, konseli dibantu untuk memaksimalkan
perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus
4
Anas Salahudin, op.cit., h. 42-47.
UIN Antasari Banjarmasin | 9
sasaran bantuan adalah konseli, meskipun hanya pelayanan bimbingannya menggunakan
teknik kelompok.
3. Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataannya masih ada konseli yang
memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, kerena bimbingan dipandang satu cara
yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya
merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan
merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri,
memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang.
4. Bimbingan dan konseling merupakan usaha bersama. Bimbingan bukan hanya tugas atau
tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru (tutor) dan kepala sekolah/madrasah
sesuai dengan tugas dan peran masing-masing. Mereka bekerja sebagai team work.
5. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan dan konseling.
Bimbingan diarahkan membantu konseli agar dapat melakukan pilihan dan mengambil
keputusan. Bimbingan menpunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasihat
kepada konseli, yang itu semua sangat penting baginya dalam mengambil keputusan.
Kehidupan konseli diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi konseli untuk
mempertimbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui
pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat
bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama
bimbingan mengembangkan kemampuan konseli untuk memecahkan masalahnya dan
mengambil keputusan.
6. Bimbingan dan konseling berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan.
Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung disekolah/madrasah saja, tetapi
juga dilingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta,
dan masyarakat pada umumnya. Bidang pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek,
yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan.5
5
Sutirna, Bimbingan dan Konseling, (CV. ANDI OFFSET: Yogyakarta, 2013), h. 24-27.
UIN Antasari Banjarmasin | 10
C. Kode Etik Bimbingan dan Konseling
Kode etik merupakan etika profesi yang harus dipegang kuat oleh setiap konselor. Kode
etik juga merupakan moralitas para konselor dalam menjalankan profesinya.
Bagaimana kode etik profesi bimbingan dan konseling, sesungguhnya, dan berkaitan
dengan apa saja yang menyangkut etika profesi tersebut ?. Asosiasi Bimbingan dan Konseling
Indonesia (ABKIN) yang kemudian diadopsi oleh kelompok guru bimbingan konseling (MGP
BK) di kalangan, sekolah menengah, baik SMA maupun madrasah Aliyah, di Kulon Progo
Yogyakarta menjelaskan sebagai berikut :
1. Dasar/Landasan
Landasan kode etik konselor adalah a) Pancasila, mengingat bahwa profesi konseling
merupakan usaha layanan terhadap sesama manusia dalam rangka ikut membina warga negara
yang bertanggung jawab. b) tuntunan profesi, mengacu pada kebutuhan dan kebahagian klien
sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
Modal dasar sebagai ciri personal yang harus dimiliki oleh guru pembimbing diantaranya
sebagai berikut :
a. Berwawasan Luas
Memilki pandangan dan pengetahuan yang luas, terutama tentanb perkembangan siswa
pada usia sekolahnya, perkembangan ilmu pengetahuan/teknologi/kesenian dan proses
pembelajarannya, serta pengaruh lingkungan dan modernisasi terhadap siswa.
b. Menyayangi anak
Memiliki kasih sayang yang mendalam terhadap siswa. Rasa kasih sayanng ini
ditampilkan dari hati sanubarinya (tidak bepura-pura) sehingga siswa secara langsung
merasakan kasih sayang itu.
c. Sabar dan bijaksana
Tidak mudah marah dan atau mengambil tindakan keras dan emosional yang merugikan
siswa serta tidak sesuai dengan kepentingan perkembangan mereka. Segala tindakan yang
diambil oleh guru pembimbing didasarkan pada pertibangan yang matang.
d. Lembut dan baik hati
Tutur kata dan tindakan guru pembimbing selalu mengenakan hati, hangat, dan siap
menolong.
e. Tekun dan teliti
Guru pembimibing setia mengikuti tingkah laku dan perkembangan siswa sehari-hari dari
waktu-kewaktu , dengan memperhatikan berbagai aspek menyertai tingkah dan
perkembangan tersebut.
f. Menjadi contoh
7. Asesmen Lingkungan
a. Terampil menghimpun dan menganalisa data atau informasi individu
b. Mengakses factor lingkungan yang berkontribusi terhadap perkembangan kesehatan
mental
c. Memberi pengaruh terhadap kebijakan dan prosedur kelembagaan yang dapat
menumbuhkan kesempatan bagi para anggotanya
d. Memahami organisasi formal dan informal dalam berbagai pola sistem sosial
e. Mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan sistem sosial yang perlu diperbaiki
f. Mendeskripsikan hal-hal perkembangan yang relevan dengan masalah konseling
individu
g. Mendeskripsikan dampak interaktif berbagai masalah perkembangan di dalam proses
kelompok
8. Asesmen Individual
a. Mengidentifikasi secara tepat kriteria dan sumber instrument asesmen untuk pengkuran
kelompok dan individual
b. Mengidentifikasi tes bakat, prestasi, kepribadian yang cocok untuk kepentingan
sekolah dan lembaga lain sesuai dengan individu atau populasi yang akan dilayani
c. Mengembangkan instrument asesmen untuk kepantingan pemahaman individu dala
konteks layanan bimbingan dan konseling
d. Meampilkan kecakapan meng administrasikan instrument tes baku sesuai dengan
standar pelaksanaan tes
e. Menganalisis, mengorganisasikan, dan menyisintesikan hasil tes yang diperoleh dari
tes baku baik, secara verbal maupun tertulis
f. Mengaitkan hasil tes dengan tujuan, aspirasi, kecakapan, dan lingkungan klien
Zainal Aqib dalam bukunya yang berjudul ikhtisar Bimbingan dan Konseling di sekolah
yang dikutipnya dari Winkel (1992) menyatakan bahwa “Kode etik ialah pola
ketentuan/aturan/tata cara yang menjadi pedoman dalam menjalankan tugas dan aktivitas suatu
profesi”. Kode etik dalam suatu jabatan bukan merupakan hal baru. Tiap-tiap jabatan pada
umumnya mempunyai kode etik sendiri-sendiri, sekalipun tetap ada kemungkinan bahwa kode etik
itu tidak secara formal diadakan.7
Kode etik dalam bimbingan dan konseling dimaksudkan agar bimbingan dan konseling
tetap dalam keadaan baik, serta diharapkan akan menjadi semakin baik, lebih-lebih di Indonesia
di mana bimbingan dan konseling masih relatif baru. Kode etik ini mengandung ketentuan-
ketentuan yang tidak boleh dilanggar atau diabaikan tanpa membawa akibat yang tidak
menyenangkan.
Berikut beberapa rumusan kode etik yang dikutip dari Bimo Walgito (1980).
1. Pembimbing atau pejabat lain yang memegang jabatan dalam bidang bimbingan dan konseling
harus memegang teguh prinsip-prinsip bimbingan dan konseling.
6
Anas Salahudin, op.cit., h. 48-61.
7
Bimo Walgito, bimbingan+konseling (Studi & Karier), (Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET, 2010), hlm. 36
UIN Antasari Banjarmasin | 23
2. Pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mencapai hasil yang sebaik-
baiknya, dengan membatasi diri pada keahliannya atau wewenangnya. Oleh karena itu,
pembimbing jangan sampai mencampuri wewenang dan tanggung jawab yang bukan
wewenang atau tanggung jawabnya.
3. Karena pekerjaan pembimbing berhubungan langsung dengan kehidupan pribadi orang, maka
seorang pembimbing harus:
a. Dapat memegang atau menyimpan rahasia klien dengan sebaik-baiknya.
b. Menunjukkan sikap hormat kepada klien.
c. Menghargai bermacam-macam klien. Jadi, dalam menghadapi klien, pembimbing harus
menghadapi klien dalam derajat yang sama.
d. Pembimbing tidak diperkenankan:
Menggunakan tenaga pembantu yang tidak ahli atau tidak terlatih.
Menggunakan alat-alat yang kurang dapat dipertanggungjawabkan.
Mengambil tindakan-tindakan yang mungkin dapat menimbulkan hal-hal yang tidak
baik bagi klien.
Mengalihkan klien kepada konselor lain tanpa persetujuan klien.
e. Meminta bantuan kepada ahli dalam bidang lain di luar kemampuan dan keahliannya atau
di luar keahlian stafnya yang diperlukan dalam bimbingan dan konseling.
f. Pembimbing harus selalu menyadari tanggung jawabnya yang berat, yang memerlukan
pengabdian sepenuhnya.
Disamping rumusan tersebut, berikut ini dikemukakan rumusan kode etik bimbingan dan
konseling yang dirumuskan oleh Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia, yang dikutip oleh Syahril
dan Riska Ahmad (1986), yaitu:
a. Pembimbing/Konselor menghormati harkat pribadi, integritas, dan keyakinan klien.
b. Pembimbing/Konselor menempatkan kepentingan klien diatas kepentingan pribadi
Pembimbing/Konselor sendiri.
c. Pembimbing/Konselor tidak membedaakan klien atas dasar suku bangsa, warna kulit,
kepercayaan atau status sosial ekonominya.
d. Pembimbing/Konselor dapat menguasai dirinya dalam arti kata berusaha untuk mengerti
kekurangan-kekurangannya dan prasangka-prasangkanya yang ada pada dirinya yang dapat
mengakibatkan rendahnya mutu layanan yang akan diberikan serta merugikan klien.
UIN Antasari Banjarmasin | 24
e. Pembimbing/Konselor mempunyai serta memperlihatkan sifat-sifat rendah hati, sederhana,
sabar, tertib dan percaya pada paham hidup sehat.
f. Pembimbing/Konselor terbuka terhadap saran atau pandangan yang diberikan kepadanya,
dalam hubungannya dengan ketentuan-ketentuan tingkah laku profesional sebagaimana
dikemukakan dalam kode etik bimbingan dan konseling.
g. Pembimbing/Konselor Memiliki sifat tanggung jawab, baik terhadap lembaga dan orang-
orang yang dilayani maupun terhadap profesinya
h. Pembimbing/Konselor mengusahakan mutu kerjanya setinggi mungkiin. Dalam hal ini dia
perlu menguasai keterampilan dan menggunakan teknik-teknik dan prosedur-prosedur khusus
yang dikembangkan atas dasar ilmiah.
i. Pembimbing/Konselor menguasai pengetahuan dasar yang memadai tentang hakikat dan
tingkah laku orang, serta tentang teknik dan prosedur layanan bimbingan guna memberikan
layanan dengan sebaik-baiknya.
j. Seluruh catatan tentang diri klien merupakan informasi yang bersifat rahasia, dan
pembinmbing menjaga kerahasiaan ini. data ini hanya dapat disampaikan kepada orang yang
berwenang menafsirkan dan menggunakannya, dan hanya dapat diberikan atas dasar
persetujuan klien.
k. Sesuatu tes hanya boleh diberikan oleh petugas yang berwenang menggunaan dan
menafsirkan hasilnya.
l. Testing psikologi baru boleh diberikan dalam penanganan kasus dan keperluan lain yang
membutuhkan data tentang sifat atau diri kepribadian seperti taraf intelegnsi, minat, bakat dan
kecenderungan-kecenderungan dalam diri pribadi seseorang.
m. Data hasil tes psikologi harus diintegrasikan dengan informasi lainnya yang diperoleh dari
sumber lain, serta harus diperlakukan setaraf dengan informasi lainnya itu.
n. Konselor memberikan orientasi yang tepat kepada klien mengenai alasan digunakannya tes
psikologi dan hubungannya dengan masalah yang dihadapi klien.
o. Hasil tes psikologi harus diberitahukan kepada klien dengan disertai alasan-alasan tentang
kegiatannya dan hasil tersebut dapat diberitahukan pada pihak lain, sejauh pihak yang
diberitahu itu ada hubungannya dengan usaha bantuan pada klien dan tidak merugikan klien
sendiri. (Soetjipto, 1999: 82-85)
PENUTUP
A. Simpulan
1. Bimbingan dan konseling merupakan dua hal yang saling terikat, namun memiliki sedikit
perbedaan. Adapun pengertian dari bimbingan yaitu sebuah proses pemberian bantuan yang
berkelanjutan dari seorang pembimbing(orang yang ahli) kepada individu yang
membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara
optimal dengan menggunakan berbagai macam media dan teknik bimbingan sehingga
individu dapat bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungannya. Sedang
pengertian dari konseling adalah proses pemberian bantuan berkelanjutan yang dilakukan
melalui wawancara dan tatap muka konselor kepada individu(klien) yang sedang mengalami
sesuatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
2. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling berbicara tentang pokok-pokok dasar pemikiran
yang dijadikan pedoman/landasan dalam program pelaksanaan atau aturan main yang harus
diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan. Beberapa Rumusan prinsip-
prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya yaitu:
a) Sasaran pelayanan
b) Permasalahan klien/individu
c) Program pelayanan
d) Tujuan dan pelaksanaan pelayanan
3. Kode etik merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu kelompok
masyarakat sehingga dalam bimbingan dan konseling kode etik merupakan etika profesi
yang harus dipegang kuat oleh setiap konselor. Kode etik juga merupakan moralitas para
konselor dalam menjalankan profesinya.
4. Dasar/landasan kode etik BK yaitu:
a) Pancasila, mengingat bahwa profesi konseling merupakan usaha layanan terhadap
sesama manusia dalam rangka ikut membina warga negara yang bertanggung jawab.
b) Tuntunan profesi, mengacu pada kebutuhan dan kebahagian klien sesuai dengan
norma-norma yang berlaku.
5. Beberapa rumusan kode etik bimbingan dan konseling yang dirumuskan oleh Ikatan Petugas
Bimbingan Indonesia, yaitu:
UIN Antasari Banjarmasin | 26
a) Pembimbing/Konselor menghormati harkat pribadi, integritas, dan keyakinan klien.
b) Pembimbing/Konselor menempatkan kepentingan klien diatas kepentingan pribadi
Pembimbing/Konselor sendiri.
c) Pembimbing/Konselor tidak membedaakan klien atas dasar suku bangsa, warna kulit,
kepercayaan atau status sosial ekonominya.
d) Pembimbing/Konselor dapat menguasai dirinya dalam arti kata berusaha untuk mengerti
kekurangan-kekurangannya dan prasangka-prasangkanya yang ada pada dirinya yang
dapat mengakibatkan rendahnya mutu layanan yang akan diberikan serta merugikan
klien.
e) Pembimbing/Konselor mempunyai serta memperlihatkan sifat-sifat rendah hati,
sederhana, sabar, tertib dan percaya pada paham hidup sehat.
f) Pembimbing/Konselor terbuka terhadap saran atau pandangan yang diberikan
kepadanya, dalam hubungannya dengan ketentuan-ketentuan tingkah laku profesional
sebagaimana dikemukakan dalam kode etik bimbingan dan konseling.
g) Pembimbing/Konselor Memiliki sifat tanggung jawab, baik terhadap lembaga dan
orang-orang yang dilayani maupun terhadap profesinya
h) Pembimbing/Konselor mengusahakan mutu kerjanya setinggi mungkiin. Dalam hal ini
dia perlu menguasai keterampilan dan menggunakan teknik-teknik dan prosedur-
prosedur khusus yang dikembangkan atas dasar ilmiah.
i) Pembimbing/Konselor menguasai pengetahuan dasar yang memadai tentang hakikat
dan tingkah laku orang, serta tentang teknik dan prosedur layanan bimbingan guna
memberikan layanan dengan sebaik-baiknya.
j) Seluruh catatan tentang diri klien merupakan informasi yang bersifat rahasia, dan
pembinmbing menjaga kerahasiaan ini. data ini hanya dapat disampaikan kepada orang
yang berwenang menafsirkan dan menggunakannya, dan hanya dapat diberikan atas
dasar persetujuan klien.
k) Sesuatu tes hanya boleh diberikan oleh petugas yang berwenang menggunaan dan
menafsirkan hasilnya.
l) Testing psikologi baru boleh diberikan dalam penanganan kasus dan keperluan lain yang
membutuhkan data tentang sifat atau diri kepribadian seperti taraf intelegnsi, minat,
bakat dan kecenderungan-kecenderungan dalam diri pribadi seseorang.
B. Saran
Pada era sekarang seorang guru bukan hanya dituntut untuk mengajar yaitu
mengedepankan kecapaian materi yang telah disampaikan kepada siswa. Namun, guru juga
sebaiknya menjadi seorang yang lebih bersahabat, karena tidak dapat dipungkiri seiring
berkembangnya zaman dan fasilitas yang ada akan membuat siswa lebih teralihkan
fokusnya kepada hal lain yang lebih mengasikkan dan cenderung akan membuat siswa
mempunyai kendala dalam belajar serta akan lebih sering membuat masalah. Sehingga
sebagai seorang guru pula kita dapat menempatkan Bimbingan dan Konseling menjadi
salah satu solusi guna memahami dan memberikan pendekatan kepada siswa yang
cenderung bermasalah tersebut.
Prayitno. dan Erman Amti. 2009. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Asdi
Mahasatya.
Walgito, Bimo. 2010. bimbingan+konseling (Studi & Karier). Yogyakarta: C.V ANDI
OFFSET.
Aqib, Zainal. 2012. Ikhtisar Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: YRAMA
WIDYA.