Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang sudah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyusun tugas ini dengan baik serta tepat waktu.
Serta shalawat terangkaikan salam tak lupa kita hadiahkan kepada junjungan alam yang telah
membawa kita dari jaman jahiliyah hingga jaman terang benderang seperti sekarang ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika
Konseling mengenai Prinsip-prinsip etika dalam konseling. Makalah ini disusun dari hasil
diskusi kelompok yang hasilnya di peroleh dari buku dan dari media massa seperti artikel
jurnal yang berhubungan dengan pembahasan makalah ini, dan tak lupa penulis ucapkan
terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Etika Konseling atas bimbingan dan arahan
dalam penulisan makalah ini, juga rekan-rekan sesama pelajar. Semoga makalah ini dapat
member manfaat dan menambah wawasan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
belum sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik membangun yang
ditunjukan demi kesempurnaan makalah ini.
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan .............................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................................................ 14
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
Prinsip yang berasal dari asal kata ” PRINSIPRA” yang artinya permulan dengan
suatu cara tertentu melahirkan hal–hal lain, yang keberadaanya tergantung dari pemula itu,
prisip ini merupakan hasil perpaduan antara kajian teoritik dan teori lapangan yang
terarah yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan yang dimaksudkan.1
Prinsip bimbingan dan konseling menguraikan tentang pokok–pokok dasar pemikiran
yang dijadikan pedoman program pelaksanaan atau aturan main yang harus di ikuti dalam
pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan dapat juga dijadikan sebagai seperangkat
pemaduan hasil – hasil teori dan praktek yang dirumuskan dan landasan praktis atau
aturan main yang harus diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah.
Prayitno mengatakan: “Bahwa prinsip merupakan hasil kajian teoritik dan telaah
lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan” jadi
dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip–prinsip bimbingan dan konseling
merupakan dijadikan pedoman sekaligus dasar bagi peyelengaran pelayanan.2
1
Azizah, Nabila Nurul. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling. Universitas Negeri Padang, Padang.
2
Aniswita, dkk. 2021. KODE ETIK KONSELING: TEORITIK DAN PRAKSIS. Inovasi Pendidikan. 8(1a). 1-7.
3
Rahardjo, S. 2017. PELAKSANAAN KODE ETIK PROFESI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING
SMP/MTS KABUPATEN KUDUS. Jurnal Konseling GUSJIGANG. 3(2). 185-196.
3
kebutuhan yang dirasakan individu yang dibimbing.
f. Upaya pemberian bantuan harus dilakukan secara fleksibel
h. Implementasi program bimbingan dan konseling harus dipimpin oleh orang yang
memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan konseling dan pelaksanaannya
harus bekerjasama dengan berbagai pihak yang terkait, seperti dokter psikiater,
serta pihak- pihak yang terkait lainnnya.
i. Untuk mengetahui hasil yang diperoleh dari upaya pelayanan bimbingan dan
konseling, harus diadakan penilaian atau ekuivalensi secara teratur dan
berkesinambungan.
konseli agar mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi kesulitan atau
permasalahan yang dihadapinya.
➢ Dalam proses konseling keputusan yang diambil dan hendak dilakukan oleh
konseli hendaknya atas kemauan konseli sendiri, bukan karena kemauan atau
desakan dari konselor.
➢ Permasalahan khusus yang dialami konseli harus ditangani oleh tenaga ahli
dalam bidang yang relevan dengan permasalaha khusus tersebut.
➢ Bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional. Oleh karena itu
dilaksanakan oleh tenaga ahli yang telah memperoleh pendidikan dan latihan
latihan khusus dalam bidang bimbingan konseling.
➢ Guru dan orang tua memiliki tanggung jawab yang berkaitan dengan
pelayanan bimbingan konseling. Oleh karena itu kerjasama antar konselor dengan
orang tua dan guru sangat diperlukan.
➢ Guru dan konselor berada dalam satu kerangka upaya pelayanan. Oleh karena
itu keduanya harus mengembangkan peranan yang saling melengkapi untuk
mengurangi hambatan- hambatan yang menyebabkan terganggunya aktivitas
belajar mengajar disekolah maupun interaksi peserta didik terhadap lingkungan
dimana ia berada.
➢ Untuk mengelola pelayanan bimbingan dan konseling dengan baik dan sejauh
mungkin memenuhi tuntutan individu, sebaiknya didakan program penilaian dan
himpunan data yang memuat hasil pengukuran dan penilaian.
c. Prinsip Khusus yang berkaitan dengan Permasalahan
5
➢ Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya
masalah pada individu yang kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan BK.
d. Prinsip Khusus yang berkaitan dengan Pengorganisasian
(1) Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur
jenis kelamin, suku, agama dan status sosial ekonomi.
(2) Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu dan
memperhatikan tahap-tahap atau berbagai aspek perkembangan individu,
serta memberikan perhatian utama kepada perbedaan invidual yang menjadi
orientasi pokok pelayanan.
b. Prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu
5
Sujadi, E. (2018). Kode etik profesi konseling serta permasalahan dalam penerapannya. Tarbawi: Jurnal ilmu
pendidikan, 14(2), 69-77.
6
kondisi mental atau fisus individu terhadap penyesuaian dirinya dirumah maupun
disekolah, dan yang menjadi faktor timbulnya masalah pada individu adalah kesenjangan
sosial,
ekonomi dan kebudayaan.
Secara etimologi atau asal kata, padanan kata ”etika” adalah ”ethics” (dalam bahasa
Inggris), memiliki arti ilmu tentang moral, akhlak, tingkah laku dan kesusilaan.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) etika adalah, ilmu tentang
sesuatu yang baik atau buruk serta tentang hak dan kewajiban moral (akhlaq). Menurut
Van Hoose & Kottler (1985) dalam Gladding (2012), etika (ethics) merupakan ilmu
filsafat tentang tingkah laku manusia. Jadi, dapat disimpulkan bahwa etika adalah sebuah
7
ilmu tentang moral dan tingkah laku manusia.
Etika merupakan sesuatu yang penting dalam konseling, seperti yang dikatakan oleh
Franz Mgnis-Suseno (1987) yaitu:
1) Tidak adanya kesatuan tatanan normatif, sehingga etika menjadi salah satu acuan
yang dapat digunakan dalam memberi pelayanan;
2) Etika diperlukan untuk memberi bekal ketika terjadi transformasi di bidang
ekonomi, sosial, intelektual dan budaya tradisional ke modern;
3) Etika menjadikan seseorang kritis dan objektif serta mampu memberi penilaian
terhadap ideologi baru. Secara umum dapat dikatakan bahwa etika menjadi acuan
moral bagi konselor dalam memberikan layanan.
Kode Etik Bimbingan dan Konseling Berdasarkan keputusan pengurus besar
asosiasi bimbingan dan konseling Indonesia (PBABKIN) nomor 010 tahun 2006
tentang penetapan kode etikprofesi bimbingan dan konseling, maka sebaian dari kode
etik itu adalah sebagai berikut:
a. Catatan tentang diri klien yang meliputi data hasil wawancara, testing, surat
8
menyurat, perekaman dan data lain, semuanya merupakan informasi yang bersifat
rahasia dan hanya boleh digunakan untuk kepentingan klien. Penggunaan data/
informasi untuk keperlian riset atau Pendidikan calon konselor dimungkinkan,
sepanjang identitas kien di rahasiakan.
b. Penyampaian informasi klien kepada keluarga atau kepada anggota profesi
lain membutuhka persetujuan klien.
c. Penggunaan informasi tentang klien dengan anggota profesi yang sama atau
yang lain dapat dibenarkan, asalkan untuk kepentingan klien dan tidak meruikan
klien.
d. Keterangan mengenai informasi profesional hanya boleh diberikan kepada
orang yang berwenang menafsirkan dan menggunakanya.
3. Hubungan dengan Penberian pada Pelayanan.
9
h. Konselor wajib mengutamakan perhatian kepada klien, apabila timbul
masalah dalam kesitiaan ini, maka wajib diperhatikan kepentingan pihak-pihak
yang terlibat dan juga tuntutan profesinya sebagai konselor.
i. Konselor tidak bisa memberikan bantuan kepada sanak keluarga, teman-
teman karibnya, sepanjang hubunganya profesional.
5. Konsultasi dengan Rekan Sejawat. Dalam rangka pemberian pelayanan kepada
seorang
klien, kalau konselor merasa ragu-ragu tentang suatu hal, maka ia wajib berkonsultasi
dengan sejawat selingkungan profesi. Untuk hal itu ia harus mendapat izin terlebih
dahulu dari kliennya.
6. Alih Tangan Kasus Yaitu kode etik yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak
mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas
atas suatu permasalahan peserta didik (klien) kiranya dapat mengalih- tangankan
kepada pihak yang lebih ahli.
Kode etik profesi bimbingan dan konseling merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari kehidupan dan pekerjaan guru bimbingan dan konseling (konselor). Setiap konselor
sejak di bangku kuliah sudah dibekali kode etik profesi konselor baik secara teoretik dan
praktik. Ketika calon konselor praktik di kelas, di laboratorium, di sekolah, di luar
sekolah; mereka harus melaksanakan kode etik tersebut sehingga terinternalisasikan
dalam setiap kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.Pada hakikatnya untuk
menjadikan profesi bimbingan dan konseling lebih bermartabat, di mana kode etik
profesi ditegakkan, harus dimulai dari kesadaran pada diri pelaksana pelayanan
bimbingan dan konseling.
Guru BK/Konselor haruslah bersikap idealis dengan melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya secara benar. Mereka hendaknya menumbuhkan perilaku altruistik, yakni
keinginan membantu orang lain untuk menjadi yang lebih baik dibandingkan menuntut
haknya. Konselor hendaknya juga senantiasa meningkatkan kualitas kepribadian.
Ciri-ciri kepribadian yang seyogyanya harus dimiliki oleh Konselor menurut Sukartini
(2011:17) antara lain:
(1) beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa;
(2) berpandangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai makhluk spiritual,
bermoral, individual dan sosial;
10
(3) menghargai harkat dan martabat manusia dan hak asasinya serta sikap demokrtatis;
(4) menampilkan nilai, norma, dan moral yang beraku dan berakhlak mulia;
Sikap atau perilaku yang harus dimiliki oleh konselor diantaranya adalah sebagai berikut:
(3) Menentukan kerangka referensi atau perangkat kognitif yang dapat dipahami
konseli untuk memecahkan masalahnya;
(4) Konselor harus memiliki strategi untuk mengubah keyakinan konseli yang
tidak rasional atau gangguan emosi yang menyalahkan diri sendiri;
(5) Memberikan pemahaman tentang perilaku baru yang diperlukan konseli
dalam kehidupan kesehariannya;
(6) Menjadi contoh atau model yang memiliki sikap atau perilaku sehat dan normal;
(7) Menyadari kesalahan yang pernah dilakukan serta resiko yang dihadapi;
(9) Memiliki orientasi diri yang dinamis dan selalu berkembang; dan
(10) Ikhlas dalam menjalankan profesinya (Suherman dalam Eko Sujadi, 2018).
Selain itu, Maftu Holik (2016) juga menjelaskan etika yang harus di miliki
seorang konselor yaitu:
1) Menghormati konseli sebagai individu yang memiliki potensi untuk dapat
menghadapi permasalahannya;
2) Menjaga kerahasiaan permasalahan konseli, identitas maupun data;
11
dan pengembangan diri lainnya dalam bidang terkait;
7) Meningkatkan profesionalitas secara khusus sesuai dengan kebutuhan konseli;
8) Menjalin kemitraan atau kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait dalam
rangka pemberian layanan optimal kepada konseli;
9) Mengevaluasi kemampuan dan kinerja secara berkala sebagai
bahan dalam rangka pengembangan diri;
10) Menghindari memanfaatkan konseli untuk kepentingan
pribadi. Tujuan disusunnya kode etik konseling Indonesia yaitu:
1) Memberikan panduan sikap atau perilaku yang berkarakter dan profesional bagi
anggota dalam memberikan layanan;
2) Membantu dalam memberikan pelayanan yang profesional;
4) Menjadi landasan dalam menyelesaikan masalah yang datang dari anggota profesi;
5) Melindungi konselor dari konseli (PBABKIN, 2018). Kode etik konselor juga bisa
meningkatkan akuntabilitas dan integritas organisasi profesi konselor (Juhnke, dan
Nielsen dalam Masruri (2016)) dan pelaksanaan pelayanan konseling menjadi lebih
efektif.
Kode etik profesi bimbingan konseling Indonesia disusun oleh ABKIN dan
dituangkan dalam SK no: 009/SK/PBABKIN/VIII/2018. Kode etik tersebut memuat hal
sebagai berikut:
1) Kualifikasi dan kompetensi konselor yang mencakup;
c) praktek mandiri,
12
f) assesmen atau penilaian;
a) bentuk pelanggaran,
b) sanksi pelanggaran,
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Kami tahu selaku pemakalah masih kurangnya dan jauh dari kata sempurna untuk itu
kami mohon untuk kritik dan saran yang membangun guna sebagai perbaikan kepada kami
selaku pemakalah untuk kedepannya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Nabila Nurul. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling. Universitas Negeri Padang,
Padang.
Aniswita, dkk. 2021. KODE ETIK KONSELING: TEORITIK DAN PRAKSIS. Inovasi
Pendidikan. 8(1a). 1-7.
Kurniati, E. (2018). Bimbingan dan konseling di sekolah; prinsip dan asas. Ristekdik: Jurnal
Bimbingan Dan Konseling, 3(2), 54-60.
Sujadi, E. (2018). Kode etik profesi konseling serta permasalahan dalam penerapannya.
Tarbawi: Jurnal ilmu pendidikan, 14(2), 69-77.
15
16