Anda di halaman 1dari 18

PRINSIP-PRINSIP ETIKA DALAM KONSELING

Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah etika konseling

Dosen Pengampuh : Muhammad Amin Nasution, S.Pd, M.A

Disusun Oleh : kelompok 2

M. FARHAN AZMI 0303212033


FYARISA 0303213056
MISWATI 0303213087
ULFA FADHILLAH THOHIR 0303213043

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang sudah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyusun tugas ini dengan baik serta tepat waktu.
Serta shalawat terangkaikan salam tak lupa kita hadiahkan kepada junjungan alam yang telah
membawa kita dari jaman jahiliyah hingga jaman terang benderang seperti sekarang ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika
Konseling mengenai Prinsip-prinsip etika dalam konseling. Makalah ini disusun dari hasil
diskusi kelompok yang hasilnya di peroleh dari buku dan dari media massa seperti artikel
jurnal yang berhubungan dengan pembahasan makalah ini, dan tak lupa penulis ucapkan
terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Etika Konseling atas bimbingan dan arahan
dalam penulisan makalah ini, juga rekan-rekan sesama pelajar. Semoga makalah ini dapat
member manfaat dan menambah wawasan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
belum sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik membangun yang
ditunjukan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, Maret 2024

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ................................................................................................................. 1

B. Rumusan masalah ............................................................................................................ 1

C. Tujuan .............................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling ........................................................................ 3

B. Kode etik bimbingan dan konseling ................................................................................ 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 14

B. Saran ................................................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 15

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seperti layaknya sebuah pembelajaran bimbingan dan konseling juga


membutuhkan apa yang dinamakan setrategi dalam pelaksanaanya. Dalam hal untuk
mengetahui strategi apa yang tepat untuk digunakan kepada seorang yang hendak
dibimbing (konseli) itulah seorang yang hendak membimbing (konselor)
membutuhkan prinsip dan kode etik untuk menjalankan profesinya tersebut. Dalam
masalah bimbingan dan konseling, prinsip- prinsip dan kode etik sangat dibutuhkan.

Prinsip-prinsip dalam bimbingan dan konseling dapat bersumber dari kajian


filosofis, hasil-hasil penelitian dan pengalaman praktis tentang hakikat manusia,
perkembangan dan hakikat manusia dalam konteks sosial budayanya, pengertian,
tujuan, fungsi, dan proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Kode etik
dapat dibutuhkan ketika seseorang (konselor) hendak membimbing seorang atau
individu (konseli) kearah pengembangan pribadinya. peran kode etik yaitu sebagai
acuan dan tuntunan dalam memberikan masukan-masukan kepada konseli agar
masukan yang diberikan oleh konselor tidak menyeleweng atau keluar dari aturan-
aturan, norma-norma yang berlaku dimasyarakat maupun di kalangan konselor
sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja prinsip BK?
2. Apa saja kode etik dalam BK?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui prinsip-prinsip BK
2. Untuk mengetahui kode etik BK

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling

Prinsip yang berasal dari asal kata ” PRINSIPRA” yang artinya permulan dengan
suatu cara tertentu melahirkan hal–hal lain, yang keberadaanya tergantung dari pemula itu,
prisip ini merupakan hasil perpaduan antara kajian teoritik dan teori lapangan yang
terarah yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan yang dimaksudkan.1
Prinsip bimbingan dan konseling menguraikan tentang pokok–pokok dasar pemikiran
yang dijadikan pedoman program pelaksanaan atau aturan main yang harus di ikuti dalam
pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan dapat juga dijadikan sebagai seperangkat
pemaduan hasil – hasil teori dan praktek yang dirumuskan dan landasan praktis atau
aturan main yang harus diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah.
Prayitno mengatakan: “Bahwa prinsip merupakan hasil kajian teoritik dan telaah
lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan” jadi
dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip–prinsip bimbingan dan konseling
merupakan dijadikan pedoman sekaligus dasar bagi peyelengaran pelayanan.2

Macam-macam Prinsip Bimbingan dan Konseling3:

1) Prinsip-Prinsip Umum Bimbingan Dan Konseling

a. Bimbingan harus berpusat pada individu yang di bimbingnya.

b. Bimbingan diberikan kepada memberikan bantuan agar individu yang


dibimbing mampu mengarahkan dirinya dan menghadapi kesulitan- kesulitan
dalam hidupnya.
c. Pemberian bantuan disesuaikan dengan kebutuhan individu yang dibimbing.

d. Bimbingan berkenaan dengan sikap dan tingkah laku individu.

e. Pelaksanaan bimbingan dan konseling dimulai dengan mengidentifikasi

1
Azizah, Nabila Nurul. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling. Universitas Negeri Padang, Padang.
2
Aniswita, dkk. 2021. KODE ETIK KONSELING: TEORITIK DAN PRAKSIS. Inovasi Pendidikan. 8(1a). 1-7.
3
Rahardjo, S. 2017. PELAKSANAAN KODE ETIK PROFESI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING
SMP/MTS KABUPATEN KUDUS. Jurnal Konseling GUSJIGANG. 3(2). 185-196.
3
kebutuhan yang dirasakan individu yang dibimbing.
f. Upaya pemberian bantuan harus dilakukan secara fleksibel

g. Program bimbingan dan konseling harus dirumuskan sesuai dengan


program pendidikan dan pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.

h. Implementasi program bimbingan dan konseling harus dipimpin oleh orang yang
memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan konseling dan pelaksanaannya
harus bekerjasama dengan berbagai pihak yang terkait, seperti dokter psikiater,
serta pihak- pihak yang terkait lainnnya.
i. Untuk mengetahui hasil yang diperoleh dari upaya pelayanan bimbingan dan
konseling, harus diadakan penilaian atau ekuivalensi secara teratur dan
berkesinambungan.

2) Prinsip-Prinsip Khusus Bimbingan Dan Konseling4

a. Prinsip Khusus yang berkaitan dengan peserta didik

➢ BK melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku,


agama dan status social ekonomi.
➢ BK berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis.

➢ BK memperhatikan sepenuhnya tahap-tahap dan berbagai apek


perkembangan individu.
➢ BK memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang
menjadi orientasi pokok pelayanannya.
➢ Pelayanan BK harus diberikan kepada semua sisiwa.

➢ Harus ada kriteria untuk mengatur prioritas pelayanan bimbingan dan


konseling kepada individu atau siswa.
➢ Program pemberian bimbingan dan konseling harus berpusat pada siswa.

➢ Pelayanan dan bimbingan konseling di sekolah dan madrasah harus dapat


memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu yang bersangkutan beragam dan luas.
➢ Keputusan akhir dalam proses BK dibentuk oleh siswa sendiri.

➢ Siswa yang telah memperoleh bimbingan, harus secara berangsur-angsur


4
Kurniati, E. (2018). Bimbingan dan konseling di sekolah; prinsip dan asas. Ristekdik: Jurnal Bimbingan Dan
Konseling, 3(2), 54-60.
4
dapat menolong dirinya sendiri.
b. Prinsip Khusus yang berkaitan dengan Tujuan Pendidikan

➢ Tujuan akhir bimbingan dan konseling adalah kemandirian setiap individu.


Oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk
mengembangkan

konseli agar mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi kesulitan atau
permasalahan yang dihadapinya.
➢ Dalam proses konseling keputusan yang diambil dan hendak dilakukan oleh
konseli hendaknya atas kemauan konseli sendiri, bukan karena kemauan atau
desakan dari konselor.
➢ Permasalahan khusus yang dialami konseli harus ditangani oleh tenaga ahli
dalam bidang yang relevan dengan permasalaha khusus tersebut.
➢ Bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional. Oleh karena itu
dilaksanakan oleh tenaga ahli yang telah memperoleh pendidikan dan latihan
latihan khusus dalam bidang bimbingan konseling.
➢ Guru dan orang tua memiliki tanggung jawab yang berkaitan dengan
pelayanan bimbingan konseling. Oleh karena itu kerjasama antar konselor dengan
orang tua dan guru sangat diperlukan.
➢ Guru dan konselor berada dalam satu kerangka upaya pelayanan. Oleh karena
itu keduanya harus mengembangkan peranan yang saling melengkapi untuk
mengurangi hambatan- hambatan yang menyebabkan terganggunya aktivitas
belajar mengajar disekolah maupun interaksi peserta didik terhadap lingkungan
dimana ia berada.
➢ Untuk mengelola pelayanan bimbingan dan konseling dengan baik dan sejauh
mungkin memenuhi tuntutan individu, sebaiknya didakan program penilaian dan
himpunan data yang memuat hasil pengukuran dan penilaian.
c. Prinsip Khusus yang berkaitan dengan Permasalahan

➢ BK berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental atau


fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah serta dalam
kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh
lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu.

5
➢ Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya
masalah pada individu yang kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan BK.
d. Prinsip Khusus yang berkaitan dengan Pengorganisasian

➢ Bimbingan dan konseling harus dilaksanakan secara sistematis dan


berkelanjutan.

➢ Pelaksanaan bimbingan dan konseling ada di kartu pribadi (commulative


record) bagi setiap siswa.

➢ Program pelayanan bimbingan dan konseling harus disusun sesuai dengan


kebutuhan sekolah atau madrasah yang bersangkutan.
➢ Harus ada pembagian waktu antar pembimbing, sehingga masing-masing
pembimbing mendapat kesempatan yang sama dalam memberikan bimbingan dan
konseling.
➢ Bimbingan dan konseling dilaksanakan dalam situasi individu atau kelompok
sesuai dengan masalah yang dipecahkan dan metode yang dipergunakan dalam
mememcahkan masalah terkait.
➢ Dalam menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling, sekolah dan
madrasah harus bekerja sama dengan berbagai pihak.
➢ Kepala sekolah atau madrasah merupakan penanggung jawab utama dalam
penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah.
Prinsip-prinsip BK merupakan pemanduan hasil-hasil teori dan praktek yang
dirumuskan dan dijadikan pedoman dan dasar bagi penyelenggaraan pelayanan.
a. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan 5:

(1) Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur
jenis kelamin, suku, agama dan status sosial ekonomi.
(2) Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu dan
memperhatikan tahap-tahap atau berbagai aspek perkembangan individu,
serta memberikan perhatian utama kepada perbedaan invidual yang menjadi
orientasi pokok pelayanan.
b. Prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu

Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh

5
Sujadi, E. (2018). Kode etik profesi konseling serta permasalahan dalam penerapannya. Tarbawi: Jurnal ilmu
pendidikan, 14(2), 69-77.
6
kondisi mental atau fisus individu terhadap penyesuaian dirinya dirumah maupun
disekolah, dan yang menjadi faktor timbulnya masalah pada individu adalah kesenjangan
sosial,
ekonomi dan kebudayaan.

c. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan

- Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari upaya pendidikan


dan pengembangan individu;

- Program bimbingan dan konseling harus fleksibel disesuaikan dngan


kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga serta disusun secara
berkelanjutan dari jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi.
d. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan tujuan pelaksanaan pelayanan

- Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk mengembangkan invidu


sehingga keputusan yang diambil dan akan dilakukan oleh individu hendaknya
atas kemauan individu itu sendiri.
- Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang
relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
e. Prinsip bimbingan dan konseling disekolah

Prinsip BK disekolah menegaskan bahwa penegakan dan penumbuh kembangan


pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah hanya mungkin dilakukan oleh
konselor profesional yang sadar akan profesinya, dan mampu menerjemahkan ke
dalam program dan hubungan dengan sejawat dan personal sekolah lainnya, memiliki
komitmen dan keterampilan untuk membantu siswa dengan segenap variasinya
disekolah, dan mampu bekerja sama serta membina hubungan yang harmonis-dinamis
dengan kepala sekolah.

B. Kode Etik Bimbingan dan Konseling

Secara etimologi atau asal kata, padanan kata ”etika” adalah ”ethics” (dalam bahasa
Inggris), memiliki arti ilmu tentang moral, akhlak, tingkah laku dan kesusilaan.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) etika adalah, ilmu tentang
sesuatu yang baik atau buruk serta tentang hak dan kewajiban moral (akhlaq). Menurut
Van Hoose & Kottler (1985) dalam Gladding (2012), etika (ethics) merupakan ilmu
filsafat tentang tingkah laku manusia. Jadi, dapat disimpulkan bahwa etika adalah sebuah
7
ilmu tentang moral dan tingkah laku manusia.
Etika merupakan sesuatu yang penting dalam konseling, seperti yang dikatakan oleh
Franz Mgnis-Suseno (1987) yaitu:
1) Tidak adanya kesatuan tatanan normatif, sehingga etika menjadi salah satu acuan
yang dapat digunakan dalam memberi pelayanan;
2) Etika diperlukan untuk memberi bekal ketika terjadi transformasi di bidang
ekonomi, sosial, intelektual dan budaya tradisional ke modern;

3) Etika menjadikan seseorang kritis dan objektif serta mampu memberi penilaian
terhadap ideologi baru. Secara umum dapat dikatakan bahwa etika menjadi acuan
moral bagi konselor dalam memberikan layanan.
Kode Etik Bimbingan dan Konseling Berdasarkan keputusan pengurus besar
asosiasi bimbingan dan konseling Indonesia (PBABKIN) nomor 010 tahun 2006
tentang penetapan kode etikprofesi bimbingan dan konseling, maka sebaian dari kode
etik itu adalah sebagai berikut:

1. Kualifikasi konselor dalam nilai, sikap, keterampilan,pengetahuan dan wawasan.

a. Konselor wajib terus menerus mengembangkan dan menguasai dirinya. Ia


wajib mengerti kekurangan-kekurangan dan prasangka-prasangka pada dirinya
sendiri, yang dapat mempengarui hubunganya dengan orang lain dan
mengakibatkan rendahnya mutu pelayanan profesional serta merugikan klien.
b. Konselor wajib memperlihatkan sifat-sifat sederhana, rendah hati, sabar,
menepati janji, dapat dipercaya, jujur,tertib dan hormat.
c. Konselor wajib memiliki rasa tangggung jawab terhadap saran maupun
peringatan yang diberikan kepadanya, khususnya dari rekan – rekan seprofesi
dalam hubungan dengan pelaksanaan ketentuan-ketentuaan tingkah laku
profesional sebagaimana di atur dalam Kode Etik ini.
d. Konselor wajib mengutamakan mutu kerja setinggi mungkin dan tidak
mengutamakan kepentingan pribadi, termasuk keuntungan material, finansial,
dan popularitas.
e. Konselor wajib memiiki keterampilan menggunakan tekhnik dan prosedur
khusus yang dikembangkan ataas dasar wawasan yang luas dan kaidah-kaidah
ilmiah.
2. Penyimpanan dan Penggunaan Informasi.

a. Catatan tentang diri klien yang meliputi data hasil wawancara, testing, surat

8
menyurat, perekaman dan data lain, semuanya merupakan informasi yang bersifat
rahasia dan hanya boleh digunakan untuk kepentingan klien. Penggunaan data/
informasi untuk keperlian riset atau Pendidikan calon konselor dimungkinkan,
sepanjang identitas kien di rahasiakan.
b. Penyampaian informasi klien kepada keluarga atau kepada anggota profesi
lain membutuhka persetujuan klien.

c. Penggunaan informasi tentang klien dengan anggota profesi yang sama atau
yang lain dapat dibenarkan, asalkan untuk kepentingan klien dan tidak meruikan
klien.
d. Keterangan mengenai informasi profesional hanya boleh diberikan kepada
orang yang berwenang menafsirkan dan menggunakanya.
3. Hubungan dengan Penberian pada Pelayanan.

a. Konselor wajib menangani klien selama ada kesempatan dalam hubungan


antara klien dengan konselor.
b. Klien sepenuhnya berhak mengakhiri hubungsn dengan konselor, meskipun
proses konseling belum mencapai suatu hasil yang kongkrit. Sebaliknya konselor
tidak akan melanjutkan hubugan apabila klien ternyata tidak memperoleh manfaat
dari hubungan itu.
4. Hubungan dengan Klien.

a. Konselor wajib menghormati harkat, martabat, integritas dan


keyakinan klien.
b. Konselor wajib menempatkan kepetingan klienya di atas kepentingan
pribadinya.

c. Dalam melakukan tugasnya konselor tidak mengadakan pembedaan klien atas


dasar suku, bangsa, warna kulit, agama atau status sosial ekonomi.
d. Konselor tidak akan memaksa untuk memberikan bantuan kepada seseorang
tanpa izin dari orang yang bersangkutan.
e. Konselor wajib memberikan bantuan kkepada siapapun lebih-lebih dalam
keadaan darurat atau banyak orang yang menghendaki.
f. Konselor wajib memberikan pelayanan hingga tuntas sepanjang dikehendaki
oleh klien.
g. Konselor wajib menjelaskan kepada klien sifat hubungan yang sedang dibina
dan batas-batas tanggung jawab masig-masing dalam hubungan profesional.

9
h. Konselor wajib mengutamakan perhatian kepada klien, apabila timbul
masalah dalam kesitiaan ini, maka wajib diperhatikan kepentingan pihak-pihak
yang terlibat dan juga tuntutan profesinya sebagai konselor.
i. Konselor tidak bisa memberikan bantuan kepada sanak keluarga, teman-
teman karibnya, sepanjang hubunganya profesional.
5. Konsultasi dengan Rekan Sejawat. Dalam rangka pemberian pelayanan kepada
seorang

klien, kalau konselor merasa ragu-ragu tentang suatu hal, maka ia wajib berkonsultasi
dengan sejawat selingkungan profesi. Untuk hal itu ia harus mendapat izin terlebih
dahulu dari kliennya.
6. Alih Tangan Kasus Yaitu kode etik yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak
mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas
atas suatu permasalahan peserta didik (klien) kiranya dapat mengalih- tangankan
kepada pihak yang lebih ahli.

Kode etik profesi bimbingan dan konseling merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari kehidupan dan pekerjaan guru bimbingan dan konseling (konselor). Setiap konselor
sejak di bangku kuliah sudah dibekali kode etik profesi konselor baik secara teoretik dan
praktik. Ketika calon konselor praktik di kelas, di laboratorium, di sekolah, di luar
sekolah; mereka harus melaksanakan kode etik tersebut sehingga terinternalisasikan
dalam setiap kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.Pada hakikatnya untuk
menjadikan profesi bimbingan dan konseling lebih bermartabat, di mana kode etik
profesi ditegakkan, harus dimulai dari kesadaran pada diri pelaksana pelayanan
bimbingan dan konseling.
Guru BK/Konselor haruslah bersikap idealis dengan melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya secara benar. Mereka hendaknya menumbuhkan perilaku altruistik, yakni
keinginan membantu orang lain untuk menjadi yang lebih baik dibandingkan menuntut
haknya. Konselor hendaknya juga senantiasa meningkatkan kualitas kepribadian.
Ciri-ciri kepribadian yang seyogyanya harus dimiliki oleh Konselor menurut Sukartini
(2011:17) antara lain:
(1) beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa;

(2) berpandangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai makhluk spiritual,
bermoral, individual dan sosial;

10
(3) menghargai harkat dan martabat manusia dan hak asasinya serta sikap demokrtatis;

(4) menampilkan nilai, norma, dan moral yang beraku dan berakhlak mulia;

(5) menamplkan integritas dan stabilitas kepribadian dan kematangan emosional;dan

(6) cerdas, kreatif, mandiri dan berpenampilan menarik.

Sikap atau perilaku yang harus dimiliki oleh konselor diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Menciptakan hubungan dan suasana yang kondusif dalam memberikan layanan;


Bersikap objektif terhadap konseli;

(2) Menggali faktor penyebab masalah psikologis konseli;

(3) Menentukan kerangka referensi atau perangkat kognitif yang dapat dipahami
konseli untuk memecahkan masalahnya;
(4) Konselor harus memiliki strategi untuk mengubah keyakinan konseli yang
tidak rasional atau gangguan emosi yang menyalahkan diri sendiri;
(5) Memberikan pemahaman tentang perilaku baru yang diperlukan konseli
dalam kehidupan kesehariannya;
(6) Menjadi contoh atau model yang memiliki sikap atau perilaku sehat dan normal;

(7) Menyadari kesalahan yang pernah dilakukan serta resiko yang dihadapi;

(8) Mampu menjaga kerahasiaan dan dapat dipercaya;

(9) Memiliki orientasi diri yang dinamis dan selalu berkembang; dan

(10) Ikhlas dalam menjalankan profesinya (Suherman dalam Eko Sujadi, 2018).

Selain itu, Maftu Holik (2016) juga menjelaskan etika yang harus di miliki
seorang konselor yaitu:
1) Menghormati konseli sebagai individu yang memiliki potensi untuk dapat
menghadapi permasalahannya;
2) Menjaga kerahasiaan permasalahan konseli, identitas maupun data;

3) Memberikan layanan konseling dalam ruang lingkup kualifikasi professional;

4) Memberikan bantuan yang disesuaikan dengan kemampuan;

5) Mengalihtangankan konseli kepada pihak lain jika kebutuhan konseli di luar


batas kesanggupannya;
6) Meningkatkan profesionalitas secara umum melalui workshop, penelitian,

11
dan pengembangan diri lainnya dalam bidang terkait;
7) Meningkatkan profesionalitas secara khusus sesuai dengan kebutuhan konseli;

8) Menjalin kemitraan atau kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait dalam
rangka pemberian layanan optimal kepada konseli;
9) Mengevaluasi kemampuan dan kinerja secara berkala sebagai
bahan dalam rangka pengembangan diri;
10) Menghindari memanfaatkan konseli untuk kepentingan
pribadi. Tujuan disusunnya kode etik konseling Indonesia yaitu:

1) Memberikan panduan sikap atau perilaku yang berkarakter dan profesional bagi
anggota dalam memberikan layanan;
2) Membantu dalam memberikan pelayanan yang profesional;

3) Mendukung visi dan misi organisasi profesi;

4) Menjadi landasan dalam menyelesaikan masalah yang datang dari anggota profesi;

5) Melindungi konselor dari konseli (PBABKIN, 2018). Kode etik konselor juga bisa
meningkatkan akuntabilitas dan integritas organisasi profesi konselor (Juhnke, dan
Nielsen dalam Masruri (2016)) dan pelaksanaan pelayanan konseling menjadi lebih
efektif.
Kode etik profesi bimbingan konseling Indonesia disusun oleh ABKIN dan
dituangkan dalam SK no: 009/SK/PBABKIN/VIII/2018. Kode etik tersebut memuat hal
sebagai berikut:
1) Kualifikasi dan kompetensi konselor yang mencakup;

a) nilai, sikap, keterampilan, pengetahuan dan wawasan dalam bidang bimbingan


konseling,
b) adanya pengakuan atau legitimasi kemampuan dan kewenanganya sebagai konselor;

2) Kegiatan profesional yang mencakup;

a) praktek pelayanan konseling secara umum,

b) praktek pada unit atau lembaga,

c) praktek mandiri,

d) dukungan teman sejawat,

e) informasi dan riset,

12
f) assesmen atau penilaian;

3) Pelaksanaan pelayanan memuat;

a) penghargaan dan keterbukaan,

b) kerahasiaan dan berbagi informasi,

c) setting layanan konseling,

d) tanggung jawab konselor;

4) Pelanggaran dan sanksi memuat;

a) bentuk pelanggaran,

b) sanksi pelanggaran,

c) mekanisme penerapan sanksi

13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Prinsip-prinsip etika merupakan landasan fundamental dalam praktik konseling.


Konselor harus memahami dan menerapkan prinsip-prinsip etika ini untuk membangun
hubungan profesional dengan klien, menjaga kerahasiaan, dan bertindak dengan integritas.

B. SARAN

Kami tahu selaku pemakalah masih kurangnya dan jauh dari kata sempurna untuk itu
kami mohon untuk kritik dan saran yang membangun guna sebagai perbaikan kepada kami
selaku pemakalah untuk kedepannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Nabila Nurul. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling. Universitas Negeri Padang,
Padang.

Aniswita, dkk. 2021. KODE ETIK KONSELING: TEORITIK DAN PRAKSIS. Inovasi
Pendidikan. 8(1a). 1-7.

Kurniati, E. (2018). Bimbingan dan konseling di sekolah; prinsip dan asas. Ristekdik: Jurnal
Bimbingan Dan Konseling, 3(2), 54-60.

Rahardjo, S. 2017. PELAKSANAAN KODE ETIK PROFESI GURU BIMBINGAN DAN


KONSELING SMP/MTS KABUPATEN KUDUS. Jurnal Konseling
GUSJIGANG. 3(2). 185-196.

Sujadi, E. (2018). Kode etik profesi konseling serta permasalahan dalam penerapannya.
Tarbawi: Jurnal ilmu pendidikan, 14(2), 69-77.

15
16

Anda mungkin juga menyukai