KONSELING
MAKALAH
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bimbingan
dan Konseling
Dosen Pengampu:
Wahyuni Handayani, MT
Herni Yuniarti Suhendi, M.Pd
Disusun Oleh :
Semester/Kelas : IV/A
1
KATA PENGANTAR
Bandung, 20 Maret
2020
Penulis
i
Daftar Isi
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bimbingan dan konseling merupakan sebuah proses untuk
membantu siswa baik secara indidvidu maupun kolompok agar siswa
mandiri dan berkembang secara optimal baik dalam hubungan sosial,
pribadi, belajar, karier. Bimbingan konseling dilakukan melalui berbagai
jenis layanan dan kegiatan pendukung yang berlandaskan norma-norma
yang berlaku.
Bimbingan dan konseling disekolah sangat diperlukan karena
setiap siswa disekolah dapat dipastikan memiliki masalah, baik masalah
pribadi maupun masalah dalam belajarnya, dan setiap masalah yang
dihadapi masing-masing siswa sudah pasti berbeda. Oleh sebab itu,
menurut PP No. 28 dan 29 tahun 1990 dan PP No. 72 tahun 1991 pada
dasarnya mengemukakan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang
diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi,
mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.
Bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan dimaksud
agar siswa, dapat mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang
masa depan dirinya, baik menyangkut Pendidikan, karir, budaya, dan
keluarga. Sedangkan untuk layanan bimbingan dan konseling yang
diberikan disekolah dimaksudkan untuk menunjang pengembangan
potensi siswa. Oleh sebab itu, agar layanan bimbingan dan konseling
berkembang secara baik maka layanan bimbingan dan konseling ini harus
diselenggarakan secara optimal dan professional, yang mengacu terhadap
aturan-aturan yang sudah ada dan diterapkan sesuai dengan situasin dan
kondisi sekolah masing-masing.
1
B. Rumusan masalah
a. Bagaimana dasar bimbingan dan konseling?
b. Bagaimana prinsip bimbingan dan konseling?
c. Bagaimana pendekatan bimbingan dan konseling?
C. Tujuan
a. Mengetahui dasar bimbingan dan konseling
b. Mengetahui prinsip bimbingan dan konseling
c. Mengetahui pendekatan dasar dan konseling
D. Manfaat
a. Dapat mengetahui dasar-dasar bimbingan konseling
b. Dapat mengetahui prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
c. Dapat mengetahui pendekatan-pendekatan bimbingan dan
konseling
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
sendiri antara lain: konseling perorangan (individual) dan konseling
kelompok.
Sedangkan menurut Abu Bakar M.Luddin (dalam Syafaruddin,
2019 :17) konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan
melalui wawancara dan Teknik pengubahan tingkah laku lainnya oleh
seorang ahli (konselor) kepada individu-individu yang sedang mengalami
masalah (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi
oleh klien.
Berdasarkan beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa
konseling merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang
yang kompoten baik segi ilmu pengetahuan, pengalaman maupun
Pendidikan. Serta mampu memberikan jalan dalam penyelesaian masalah
serta ada reaksi timbal balik antara individu.
4
f. Memperoleh bantuan secara tepat dari pihak-pihak di luar sekolah
untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang tidak dapat dipecahkan
disekolah.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan tujuan
bimbingan dan konseling yaitu untuk mengatasi masalah yang dialami
oleh peserta didik dalam pemecahan masalah.
b. Fungsi pencegahan
Fungsi pencegahan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari
berbagia permasalahan.
c. Fungsi pengetasan
5
Fungsi pengetasan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
akan menghasilkan teratasinya berbagai permasalahn yang dialami oleh
peserta didik.
6
e. Asas kemandirian
Asas yang mengarah terhadap tujuan bimbingan dan konseling,
dimana siswa sebagai objek dalam kegiatan bimbingan dan konseling
diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri.
f. Asas kekinian
Asas yang mengharapkan siswa mendapatkan bimbingan dan
konseling, terhadap permasalahan yang dihadapi siswa dalam kondisi
sekarang.
g. Asas kedinamisan
Asas yang menghendaki agar isi dalam layanan terhadap siswa
hendaknya selalu bergerak maju dan terus berkembang.
h. Asas keterpaduan
Asas yang memberikan berbagai layanan dalam kegiatan
bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing
maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu.
i. Asas kenormatifan
Asas yang mengharuskan seluruh layanan dalam kegaiatan
bimbingan dan konseling diselenggarakan berdasarkan norma-norma.
Baik norma agama, hukum, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan
kebiasaan-kebiasaan yang berlaku.
j. Asas keahlian
Asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan dalam proses
bimbingan dan konseling dilakukan oleh orang yang professional.
k. Asas alih tangan kasus
Asas yang apabila pihak-pihak penyelenggara layanan tidak
mampu memberikan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan
tuntas atas permasalahan siswa dapat mengalih tangankan kepada pihak
lain yang lebih ahli.
l. Asas Tut Wuri Handayani
Asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan
konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi
7
(memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan
memberikakn rangsangan dan dorongan serat memberikan kesempatan
kepada siswa untuk maju.
8
c. Program BK disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan yang
terendah sampai yang tertinggi.
d. Terhadap isi dan pelaksanaan program BK perlu dilakukannya penilaian
yang teratur dan terarah.
9
remedial, klinis, dan terpusat pada konselor, kepada pendekatan yang
berorientasi perkembangan dan preventif.
10
1. Pendekatan Psikoanalitik
Psikoanalisi adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat
tentang sifat manusia. Aliran ini memandang bahwa struktur kejiwaan
manusia sebagian besar terdiri dari alam ketaksadaran, sedangkan alam
kesadarannya dapat di umpamakan puncak gunung es yang muncul di
tengah laut, sebagian besar gunung es yang terbenam itu di ibaratkan alam
ketaksadaran manusia (Syarifuddin, 2014:48).
Menurut pandangan psikoanalistis, struktur kepribadian terdiri
atas Id, ego, dan super ego, Id merupakan aspek biologis yang mempunyai
energy yang dapat mengaktifkan ego dan super ego. Energy yang
meningkat dari Id sering menimbulkan ketegangan dan rasa tak enak.
Dorongan –dorongan untuk memuaskan hawa nafsu manusia bersumber
dari Id. Kadang-kadang dorongan itu tak terkendali dan tidak sesuai dengan
kenyataan sehingga ego terpaksa menekan dorongan-dorongan tersebut.
Sedangkan super ego berperan untuk mengatur agar ego bertindak sesuai
moral masyarakat. Di samping itu super ego berfungsi untuk merintangi
dorongan-dorongan (implus) Id terutama dorongan seksual dan agresivitas
yang bertentangan dengan moral dan agama ( Syarifuddin, 2014: 49).
Ada tiga macam kecemasan yang dikenal oleh aliran ini, yaitu:
(1) Kecemasan Realistis: takut akan bahaya yang datang dari luar; cemas
atau takut jenis ini bersumber dari ego, (2) Kecemasan Neorutis: bersumber
dari Id, khawatir kalau insting tidak dapat dikendalikan sehingga
menyebabkan orang berbuat sesuatu yang dapat dihukum, (3) Kecemasan
Moral, atau kecemasan kata hati: bersumber pada ego yang disebabkan oleh
pertentangan moral yang sudah baik dengan perbuatan-perbuatan yang
mungkin menentang norma-norma moral itu.
Konselor penganut model ini mengakui bahwa perkembangan
kepribadian individu banyak dipengaruhi oleh pengalaman hidup masa kecil.
Perkembangan kepribadian individu terjadi melalui respon terhadap sumber-
sumber ketegangan yaitu:
1) sumber ketegangan dari proses perkembangan fisiologis,
11
2) frustasi,
3) konflik, dan
4) ancaman.
Tujuan-tujuan konseling yang menggunakan model psikoanalistis
adalah membantu konseli: membuat hal-hal yang tak disadari menjadi
disafari, membentuk kembali struktur kepribadian konseli dengan jalan
mengembalikan hal yang tak disadarinya menjadi disadari, menghidupkan
kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak dini dengan menembus
konflik-konflik yang diresepsi, membangkitkan kesadaran intelektual.
3. Pendekatan Client-Centered
Pendekatan ini memandang manusia secara positif bahwa manusia
memiliki suatu kecenderungan kearah berfungsi penuh. Dalam konteks
hubungan konseling, klien mengalami perasaan-perasaan yang sebelumnya
diingkari. Klien mengaktualkan potensi dan bergerak ke arah peningkatan
12
kesadaran, spontanitas, kepercayaan kepada diri, dan keterarahan ( Anas,
2010: 61).
Klien dianggap memiliki kemampuan untuk menjadi sadar atas
masalah-masalahnya serta cara-cara mengatasinya. Kepercayaan diletakkan
pada kesanggupan klien untuk mengarahkan dirinya sendiri.
Konseling yang dikembangkan berdasarkan pendekatan ini bertujuan
untuk menyediakan suatu iklim yang aman dan kondusif bagi eksplorasi diri
klien sehingga ia mampu menyadari penghambat-penghambat pertumbuhan
dan aspek-aspek pengalaman diri yang sebelumnyan diingkari atau
didistorsinya. Konselor membantu klien mampu bergerak ke arah
keterbukaan pengalaman serta meningkatkan spontanitas dan perasaan hidup
4. Pendekatan Gestalt
Manusia dipandang memiliki kesanggupan memikul tanggung jawab
pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi yang terpadu. Konseli
terdorong ke arah keseluruhan dan integrasi pemikiran perasaan serta
perilaku. Pandangannya anti deterministik dalam arti individu dipandang
memiliki kesanggupan untuk menyadari bagaimana pengaruh masa lampau
berkaitan dengan kesulitan-kesulitan sekarang.
Proses konseling jenis ini secara umum bertujuan membantu konseli
untuk memperoleh kesadaran atas pengalaman dari saat ke saat-nya.
Menantang konseli agar menerima tanggung jawab atas pengambilan
dukungan internal alih-alih dukungan eksternal (Anas, 2010: 62).
13
Tujuan konseling adalah membantu konseli agar bebas dari scenario,
bebes dari permainan, menjadi pribadi yang otonom yang sanggup memilih
posisi dan menentukan kehendak ingin menjadi apa dirinya. Oleh sebab itu,
konselor selalu bertugas membatu konseli dalam menguji putusan-putusan
dirinya dan membuat putusan-putusan baru berlandaskan kesadaran yang
muncul dalam diri konseli.
14
menilai, menganalisis, melakukan, dan memutuskan ulang modelnya adalah
didaktif, direktif, tetapi dilihat sebagai proses reduksi (Anas, 2010: 62).
Konseling rasional emotif bertujuan untuk menghapus pandangan
hidup konseli yang mengalahkan dirinya dan membantu konseli dalam
memperolah pandangan hidup yang lebih toleran dan rasional.
Pada saat proses konseling, konselor berfungsi sebagai guru dan
konseli sebagai murid. Sebagai guru, konselor senantiasa mengarahkan
konseli agar mempelajari perilaku yang mengalahkan dirinya. Hubungan
terapis dan konseli tidak esendial. Dalam konseling ini konseli diajak untuk
memperolah pemahaman atas masalah dirinya dan kemudian harus secara
aktif menjalankan pengubahan perilaku yang telah mengalahkan diri
(Syarifuddin, 2014: 61).
8. Pendekatan Realitas
Pendekatan realitas berlandaskan motivasi pertumbuhan dan anti
deterministik. Menurut Dedi Supriadi (2004:213), berdasarkan adegannya,
bimbingan dapat dilakukan secara individual dan kelompok
(group). Bimbingan dan konseling yang dilakukan secara individual disebut
bimbingan individual, dan yang dilakukan secara kelompok disebut
bimbingan kelompok.
15
belajar, (bimbingan belajar), misalnya pengajaran remedial untuk para siswa
yang prestasi belajarnya rendah; (c) bimbingan ektrakurikuler dan
pemanfaatan waktu luang, (misalnya perkemahan, widyawisata,
pembentukan kelompok diskusi; (d) bimbingan karier (pemberian informasi
mengenai prospek karier, peluang-peluang dan hambatannya); (e) pemberian
informasi mengenai berbagai hal, baik menganai hal-hal yang di dalam
maupuin di luar lingkungan sekolah ( misalnya mengenaai buku-buku,
majalah, kegiatan-kegiatan ilmiah, kebijaksaan baru, kurikulum, dan lain-
lain) (Anas, 2010: 62).
16
Pendekatan yang akan digunakan oleh konselor sangan bergantung
pada beberapa faktor berikut (Zainal, 2010: 46):
a. Sifat klien, ada klien yang terbuka dan tertutup. Klien yang terbuka
biasanya dengan mudah mengungkapkan perasaan-perasaan dan isi
hatinya. Klien demikian dapat untuk didekati dengan pendekatan pertam.
Adapun klien yang tertutup, memnuntut konselor untuk lebih banyak
aktif untuk menunjang klien agar mengungkapkan dirinya. Karena itu,
pendekatan kedua lebih tepat digunakan.
b. Derajat keeratan hubungan antara konselor dan klien. Pada tahap wawal
konseling, klien biasanya lebih banyak diamkarena masih merasa
canggung. Pada tahap ini, konselor di tuntut rapport (klien maupun
konselor merasa bebas dan komunikasi menjadi enak) telah tercipta,
klien biasanya lebih terbuka. Pada tahap ini, klien dan konselor sama-
sama aktif. Memang dalam kenyataannya, pendekatan ketiga lebih
banyak dipakai karena sifat klien yang tidak tetap.
c. Sifat konselor, ada yang bicara dan ada yang pendiam. Meskipun faktor
ini memengaruhi pendektan konseling yang dipilih oleh konselor,
sesungguhnya konselorlah yang seharusnya menyesuaikan diri dengan
sifat klien, bukan sebaliknya.( Anas, 2010: 61-64)
1. Pendekatan Krisis
17
Pendekatan ini menyadarkan diri pada teori-teori psikoanalisis yang
berpusat padapengaruh masa lampau sebagai akar dari krisis pesserta didik
saat ini. Pendekatan ini merupakan pendektan yang berorientasi dan
diarahkan pada upaya untuk mengatasi krisis atau permasalahn-
permasalahan yang dialami peserta didik. Oleh sebab itu, pembimbing
cenderung bersifat pasif karena hanya menunggu peserta didik yang
bermasalah datang, kemudian memberikan bantuan sesuai dengan masalah
yang dialami.
2. Pendekatan Remedial
Pendekatan ini mendasarkan diri pada teori-teori behavioristik yang
memahami perilaku peserta didik hanya pada saat ini yang sebgian besar
dipengaruhi liongkungan. Pendekatan ini mengarahkan pada upaya
memperbaiki kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik dalam bentuk
pengoptimalisasikan kelemahan yang dimiliki peserta didik. Kegiatan
layanan yang diberikan lebih fokus pada usaha pemecahan masalah peserta
didik sehingga layanan hanya bagi peserta didik yang membutuhkan.
3. Pendekatan Preventif
Pendekatan ini mendasarkan diri pada teori yang kurang jelas. Namun
dmeikian, secara konseptual cukup bagus karena bergerak atas dasar upaya
untuk mengantisipasi munculnya masalah-masalah umum individu dan
berusaha mencegahnya agar jangan terjadi dan menimpa peserta didik.
Oleh sebab itu, proses bimbingan dan konseling lebih fokus pada
bagaimana guru pembimbing mengajarkan pengetahuan dan
keterampilannya untuk mencegah munculnya permasalaha.
4. Pendekatan Perkembangan
Menurut Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, pola pembimbingan dan
konselinng perkembangan memiliki kegiatan yang lebih kompleks dan
18
komprehensif dengan visi edukatif , pengembanagan, dan menyeluruh
(outreach). Edukatif artinya menekankan pada pencegahan dan
pengembangan. Pengembangan artinya tujuan yang ingin di capai adalah
perkembangan peserta didik secara optimal sesuai dengan tugas-tugas
perkembangan melalui aktivitas dan rekayasa
lingkungan. Outreach artinya layanan bimbingan dan konseling diberikan
kepada seluruh peserta didik, baik yang bermasalah maupun tidak.
19
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Bimbingan dan Konseling adalah Proses yang melibatkan hubungan
antar pribadi antara seorang konselor dengan satu atau lebih klien dimana
konselor menggunakan metode-metode psikologis atas dasar pengetahuan
sistematika tentang kepribadian manusia dalam upaya meningkatkan
kesehatan mental klien. Tujuan BK secara umum adalah untuk mengatasi
masalah yang dialami oleh peserta didik dalam pemecahan masalah.
Prinsip-prinsip BK adalah Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran
layanan, permasalahan individu, program layanan, dan pelaksanaan
layanan
B. Saran
20
21
Daftar Pustaka
22
23