Anda di halaman 1dari 27

DASAR, PRINSIP, DAN PENDEKATAN BIMBINGAN DAN

KONSELING
MAKALAH
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bimbingan
dan Konseling
Dosen Pengampu:
Wahyuni Handayani, MT
Herni Yuniarti Suhendi, M.Pd

Disusun Oleh :

1. Desty Restiani (1152070016)


2. Dinan Aghnia Choerunisa (1182070018)
3. Fadia Allika Aannas (1182070021)
4. Yuli (1192070079)

Semester/Kelas : IV/A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2019

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat  menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat dan salam tak lupa senantiasa penulis
sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita harapkan syafa’atnya di
yaumulqiyamah nanti, aamiin.
Penyusunan makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah
“Bimbingan dan Konseling”. Makalah ini berjudul “Dasar, Prinsip dan
Pendekatan Bimbingan dan Konseling”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, baik dalam hal
penulisan maupun pokok bahasan yang kami jelaskan. Berkaitan dengan hal
tersebut penulis sangat mengharapkan saran, agar kedepannya penulis bisa
memperbaiki kesalahan-kesalahan yang lalu.

Bandung, 20 Maret
2020

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ....................................................................................................i


Daftar Isi ................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan ...............................................................................................1
Latar Belakang ........................................................................................................1
Rumusan Masalah ..................................................................................................2
Tujuan .....................................................................................................................2
Manfaat ...................................................................................................................2
Bab II Pembahasan ..............................................................................................3
A. Dasar Bimbingan dan Konseling ................................................................3
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling ..................................................3
2. Tujuan Bimbingan dan Konseling ........................................................4
3. Fungsi Bimbingan dan Konseling ........................................................5
4. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling ..................................................6
B. Prinsip Bimbingan dan Konseling ..............................................................7
C. Pendekatan Bimbingan dan Konseling .......................................................9
D. Pendekatan Bimbingan dan Konselng di Sekolah ...................................17
Bab III Penutup ..................................................................................................20
A. Simpulan .................................................................................................20
B. Saran .......................................................................................................20
Daftar Pustaka ....................................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Bimbingan dan konseling merupakan sebuah proses untuk
membantu siswa baik secara indidvidu maupun kolompok agar siswa
mandiri dan berkembang secara optimal baik dalam hubungan sosial,
pribadi, belajar, karier. Bimbingan konseling dilakukan melalui berbagai
jenis layanan dan kegiatan pendukung yang berlandaskan norma-norma
yang berlaku.
Bimbingan dan konseling disekolah sangat diperlukan karena
setiap siswa disekolah dapat dipastikan memiliki masalah, baik masalah
pribadi maupun masalah dalam belajarnya, dan setiap masalah yang
dihadapi masing-masing siswa sudah pasti berbeda. Oleh sebab itu,
menurut PP No. 28 dan 29 tahun 1990 dan PP No. 72 tahun 1991 pada
dasarnya mengemukakan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang
diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi,
mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.
Bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan dimaksud
agar siswa, dapat mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang
masa depan dirinya, baik menyangkut Pendidikan, karir, budaya, dan
keluarga. Sedangkan untuk layanan bimbingan dan konseling yang
diberikan disekolah dimaksudkan untuk menunjang pengembangan
potensi siswa. Oleh sebab itu, agar layanan bimbingan dan konseling
berkembang secara baik maka layanan bimbingan dan konseling ini harus
diselenggarakan secara optimal dan professional, yang mengacu terhadap
aturan-aturan yang sudah ada dan diterapkan sesuai dengan situasin dan
kondisi sekolah masing-masing.

1
B. Rumusan masalah
a. Bagaimana dasar bimbingan dan konseling?
b. Bagaimana prinsip bimbingan dan konseling?
c. Bagaimana pendekatan bimbingan dan konseling?

C. Tujuan
a. Mengetahui dasar bimbingan dan konseling
b. Mengetahui prinsip bimbingan dan konseling
c. Mengetahui pendekatan dasar dan konseling

D. Manfaat
a. Dapat mengetahui dasar-dasar bimbingan konseling
b. Dapat mengetahui prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
c. Dapat mengetahui pendekatan-pendekatan bimbingan dan
konseling

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dasar bimbingan dan konseling


1. Pengertian bimbingan dan konseling
Bimbingan dan konseling berasal dari Bahasa inggris yaitu guidance
dan counselling. Dalam kamus Bahasa inggris guidance berasal dari kata
guide yang artinya: menunjukan jalan, memimpim, menuntun,
memberikan petunjuk, mengatur dan mengarahkan, atau memberikan
nasihat.
Menurut C. Patterson (dalam Syafaruddin, 2019 :16) yaitu :
Proses yang melibatkan hubungan antar pribadi antara seorang
konselor dengan satu atau lebih klien dimana konselor menggunakan
metode-metode psikologis atas dasar pengetahuan sistematika tentang
kepribadian manusia dalam upaya meningkatkan kesehatan mental klien.
Selanjutnya menurut Shertzer dan Stone “konseling adalah interaksi yang
terjadi anatar dua orang individu, masing-masing dilakukan dan dijaga
sebagai alat untuk memudahkan perubahan-perubahan dalam tingkah laku
klien”.
Definisi bimbingan secara umum yaitu suatu proses kegiatan atau
layanan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam
memecahkan masalah yang dihadapi agar tercapai pemecahan masalah
sehingga individu tersebut mampu memahami dirinya sendiri, kemampuan
agar dapat menerapkan kemampuan diri sesuai dengan potensi yang
dimiliki.
Menurut Prayitno dan Erman Amti (dalam Syafaruddin,2019 :17)
konseling adalah pertemuan empat mata antara konselor dan konseling
yang berisi usaha yang unik dan manusiawi, yang dilakukan dalam
suasana keahlian dan yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku. Di
dalam pelayanan konseling terdapat beberapa bentuk dari konseling itu

3
sendiri antara lain: konseling perorangan (individual) dan konseling
kelompok.
Sedangkan menurut Abu Bakar M.Luddin (dalam Syafaruddin,
2019 :17) konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan
melalui wawancara dan Teknik pengubahan tingkah laku lainnya oleh
seorang ahli (konselor) kepada individu-individu yang sedang mengalami
masalah (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi
oleh klien.
Berdasarkan beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa
konseling merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang
yang kompoten baik segi ilmu pengetahuan, pengalaman maupun
Pendidikan. Serta mampu memberikan jalan dalam penyelesaian masalah
serta ada reaksi timbal balik antara individu.

2. Tujuan bimbingan dan konseling


Secara umum, menurut Dewa Ketut Sukardi (dalam Syafaruddin,
2019 :18) menjelaskan bahwasanya tujuan penyelenggaraan bantuan
pelayanan bimbingan dan konseling adalah upaya membantu siswa
menemukan pribadinya, dalam hal mengenal kekuatan dan kelemahan
dirinya serta menerima dirinya secara positif dan dinamis sebagai modal
pengembangan diri lebih lanjut.
Sedangkan tujuan bimbingan dan konseling secara khusus menurut
wardati dkk (dalam Syafaruddin, 2019 :19)ialah sebagi berikut:
a. Mengembangkan seluruh potensi secara optimal.
b. Mengatasi kesulitan dalam memahami diri sendiri.
c. Mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungan. Baik lingkungan
sekolah, keluarga, pekerjaan, social, ekonomi dan kebudayaan.
d. Mengatasi kesulitan dan mengidentifikasi dan memcahkan masalah.
e. Mangatasi kesulitan dalam menyalurkan kemampuan, minat, dan
bakatnya dalam bidang Pendidikan dan pekerjaan.

4
f. Memperoleh bantuan secara tepat dari pihak-pihak di luar sekolah
untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang tidak dapat dipecahkan
disekolah.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan tujuan
bimbingan dan konseling yaitu untuk mengatasi masalah yang dialami
oleh peserta didik dalam pemecahan masalah.

3. Fungsi bimbingan dan konseling


Bimbingan dan konseling memiliki beberapa fungsi untuk
menunjang pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling. Menurut dewa
ketut sukardi (dalam Syafaruddin,2019 :19) fungsi-fungsinya ialah sebagi
berikut:
a. Fungsi pemahaman
Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak
tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan siswa, pemahaman
tersebut ialah:
1) Pemahaman tentang diri peserta didik, terutama oleh peserta didik
sendiri, orangt tua, guru (umum, kelas, dan pembimbing).
2) Pemahaman tentang lingkungan peserta didik (keluarga dan
sekolah).
3) Pemahaman tentang lingkungan, mengenai informasi Pendidikan,
informasi jabatan/pekerjaan, dan social informasi budaya.

b. Fungsi pencegahan
Fungsi pencegahan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari
berbagia permasalahan.

c. Fungsi pengetasan

5
Fungsi pengetasan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
akan menghasilkan teratasinya berbagai permasalahn yang dialami oleh
peserta didik.

d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan


Fungsi ini akan menghasilkan terpelihara dan berkembangnya
berbagai potensi positif peserta didik.

4. Asas-asas bimbingan dan konseling


Bimbingan dan konseling memiliki kaidah-kaidah pelayanan yang
dikenal dengan asas-asas bimbingan dan konseling. asas-asas tersebut
meliputi asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kegiatan,
kemandirian, kekinian, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian,
alih tangan kasus, dan tut wuri handayani (Syafaruddin, 2019 :22-24)
a. Asas kerahasiaan
Asas yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan
keterangan siswa yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau
keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui ornag lain.
b. Asas kesukarelaan
Asas yang mengharuskan adanya kesukaan dan kerelaan siswa
mengikuti kegiatan atau layanan yang diperuntukkan bagi siswa dan
konselor mempunyai kewajiban membina dan mengembangkan
kesukarelaan.
c. Asas keterbukaan
Asas yang meminta siswa bersikap terbuka dan tidak berpura-
pura, baik dalam memberikan keterangan diri maupun dalam menerima
informasi dan materi.
d. Asas kegaiatan
Asas yang menjadikan siswa sebagai objek layanan dan dapat
berpartisipasi aktif dalam penyelenggaraan atau kegiatan bimbingan
dan konseling.

6
e. Asas kemandirian
Asas yang mengarah terhadap tujuan bimbingan dan konseling,
dimana siswa sebagai objek dalam kegiatan bimbingan dan konseling
diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri.
f. Asas kekinian
Asas yang mengharapkan siswa mendapatkan bimbingan dan
konseling, terhadap permasalahan yang dihadapi siswa dalam kondisi
sekarang.
g. Asas kedinamisan
Asas yang menghendaki agar isi dalam layanan terhadap siswa
hendaknya selalu bergerak maju dan terus berkembang.
h. Asas keterpaduan
Asas yang memberikan berbagai layanan dalam kegiatan
bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing
maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu.
i. Asas kenormatifan
Asas yang mengharuskan seluruh layanan dalam kegaiatan
bimbingan dan konseling diselenggarakan berdasarkan norma-norma.
Baik norma agama, hukum, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan
kebiasaan-kebiasaan yang berlaku.
j. Asas keahlian
Asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan dalam proses
bimbingan dan konseling dilakukan oleh orang yang professional.
k. Asas alih tangan kasus
Asas yang apabila pihak-pihak penyelenggara layanan tidak
mampu memberikan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan
tuntas atas permasalahan siswa dapat mengalih tangankan kepada pihak
lain yang lebih ahli.
l. Asas Tut Wuri Handayani
Asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan
konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi

7
(memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan
memberikakn rangsangan dan dorongan serat memberikan kesempatan
kepada siswa untuk maju.

B. Prinsip-Prinsip Bimbingan Dan Konseling


1. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan
a. Melayani semua individu tanpa terkecuali, tanpa memandang umur,
jenis kelamin, suku, agama, dan status sosila ekonomi.
b. Berkaitan dengan pribadi dan tingkah laku yang unik dan dinamis.
c. Memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai aspek perkembangan
individu.
d. Memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang
menjadi orientasi pokok pelayanannya.

2. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu


a. Berkaitan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental
(fisik) individu terhadap adaptasinya baik di rumah, di sekolah serta
dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya
pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental individu.
b. Kesenjangan dalam sosial, ekonomi, dan kebudayaan, merupakan faktor
timbulnya masalah pada individu dan semuanya menjadi perhatian
utama pelayanan bimbingan.

3. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program layanan


a. BK merupakan bagian integral dari pendidikan dan pengembangan
individu,oleh karena itu program bimbingan harus disesuaikan dan
diintegrasikan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta
didik.
b. Program BK harus fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan individu,
masyarakat dan kondisi lembaga.

8
c. Program BK disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan yang
terendah sampai yang tertinggi.
d. Terhadap isi dan pelaksanaan program BK perlu dilakukannya penilaian
yang teratur dan terarah.

4. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan layanan


a. BK harus diarahkan pada pengembangan individu yang akhirnya
mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahan.
b. Dalam proses BK keputusan yang diambil dan dilakukan oleh individu
hendaknya atas kemauan individu itu sendiri, bukan karena kemauan
atas paksaan dari pihak lain.
c. Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang
yang relevan dengan permasalahan yang dihadapinya.
d. Kerjasama antara pembimbing, guru dan orang tua sangat menentukan
hasil pelayanan bimbingan.
e. Pengembangan proram pelayanan BK ditempuh melalui pemanfaatan
yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu
yang terlihat dalam proses tersebut.(digilib.unila.ac.id)

C. Pendekatan Bimbingan dan Konseling


Menurut Depdikbud (1990:180) Pendekatan diartikan sebagai proses,
cara atau perbuatan mendekati. Perbuatan mendekati disini
dikonseptualisasikan sebagai usaha untuk mengadakan hubungan dengan
seseorang yang ingin didekati. Pendekatan dalam bimbingan dan konseling
menurut Sofyan Willis (2004: 55) Pendekatan konseling (counceling
approach) atau disebut juga teori konseling merupakan dasar bagi suatu
praktek konseling.

Menurut tim penulis buku Penataan Pendidikan Profesional Konselor


dan Layanan bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal,
(2008:194) pada saat ini telah terjadi perubahan paradigma pendekatan
bimbingan dan konseling, yaitu dari pendekatan yang berorientasi tradisional,

9
remedial, klinis, dan terpusat pada konselor, kepada pendekatan yang
berorientasi perkembangan dan preventif.

Menurut Myrick (dalam Muro & Kottman, 1995) ada empat


pendekatan yang dapat dirumuskan sebagai suatu pendekatan dalam
bimbingan, yaitu pendekatan krisis, remedial, preventif dan perkembangan.
Dalam pendekatan krisis layanan bimbingan dilakukan bilamana
ditemukan adanya suatu masalah yang krisis yang harus segera ditanggulangi,
dan guru atau pembimbing bertindak membantu anak yang menghadapi
masalah tersebut untuk menyelesaikannya. Teknik yang digunakan dalam
pendekatan ini adalah teknik-teknik yang secara “pasti” dapat mengatasi krisis
tersebut.
Dalam pendekatan remedial, guru atau pembimbing akan
memfokuskan bantuannya kepada upaya penyembuhan atau perbaikan
terhadap kelemahankelemahan yang ditampakkan anak. Tujuan bantuan dari
pendekatan ini adalah untuk menghindarkan terjadinya krisis yang mungkin
dapat terjadi. Berbagai strategi dapat digunakan untuk membantu anak, seperti
mengajarkan kepada anak keterampilan belajar, keterampilan bersosial dan
sejenisnya yang belum dimiliki anak sebelumnya.
Pendekatan preventif merupakan pendekatan yang mencoba
mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin akan muncul pada anak dan
mencegah terjadinya masalah tersebut.
Pendekatan perkembangan merupakan pendekatan yang lebih mutakhir
dan proaktif, dibandingkan dengan ketiga pendekatan di atas.
Dalam menguraikan pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam
bimbingan dan konseling, Iis Haryati (2009) menyatakan bahwa setiap
pendekatan memiliki pandangan yang berbeda tentang sifat manusia, pribadi
manusia, kondisi manusia, dan lain-lain. Pandangan tentang manusia ini akan
melahirkan konsep dan landasan filosofis mengenai bimbingan dan konseling.
Oleh karena itu, merujuk pada filosofis ini Iis Haryati yang mengutip
pandangan Gerald Corey (2005) menguraikan berbagai pendekatan dalam
bimbingan dan konseling sebagai berikut.

10
1. Pendekatan Psikoanalitik
Psikoanalisi adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat
tentang sifat manusia. Aliran ini memandang bahwa struktur kejiwaan
manusia sebagian besar terdiri dari alam ketaksadaran, sedangkan alam
kesadarannya dapat di umpamakan puncak gunung es yang muncul di
tengah laut, sebagian besar gunung es yang terbenam itu di ibaratkan alam
ketaksadaran manusia (Syarifuddin, 2014:48).
Menurut pandangan psikoanalistis, struktur kepribadian terdiri
atas Id, ego, dan super ego, Id merupakan aspek biologis yang mempunyai
energy yang dapat mengaktifkan ego dan super ego. Energy yang
meningkat dari Id sering menimbulkan ketegangan dan rasa tak enak.
Dorongan –dorongan untuk memuaskan hawa nafsu manusia bersumber
dari Id. Kadang-kadang dorongan itu tak terkendali dan tidak sesuai dengan
kenyataan sehingga ego terpaksa menekan dorongan-dorongan tersebut.
Sedangkan super ego berperan untuk mengatur agar ego bertindak sesuai
moral masyarakat. Di samping itu super ego berfungsi untuk merintangi
dorongan-dorongan (implus) Id terutama dorongan seksual dan agresivitas
yang bertentangan dengan moral dan agama ( Syarifuddin, 2014: 49).
Ada tiga macam kecemasan yang dikenal oleh aliran ini, yaitu:
(1) Kecemasan Realistis: takut akan bahaya yang datang dari luar; cemas
atau takut jenis ini bersumber dari ego, (2) Kecemasan Neorutis: bersumber
dari Id, khawatir kalau insting tidak dapat dikendalikan  sehingga
menyebabkan orang berbuat sesuatu yang dapat dihukum, (3) Kecemasan
Moral, atau kecemasan kata hati: bersumber pada ego yang disebabkan oleh
pertentangan moral yang sudah baik dengan perbuatan-perbuatan yang
mungkin menentang norma-norma moral itu.
Konselor penganut model ini mengakui bahwa perkembangan
kepribadian individu banyak dipengaruhi oleh pengalaman hidup masa kecil.
Perkembangan kepribadian individu terjadi melalui respon terhadap sumber-
sumber ketegangan yaitu:
1) sumber ketegangan dari proses perkembangan fisiologis,

11
2) frustasi,
3) konflik, dan
4) ancaman.
Tujuan-tujuan konseling yang menggunakan model psikoanalistis
adalah membantu konseli: membuat hal-hal yang tak disadari menjadi
disafari, membentuk kembali struktur kepribadian konseli dengan jalan
mengembalikan hal yang tak disadarinya menjadi disadari, menghidupkan
kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak dini dengan menembus
konflik-konflik yang diresepsi, membangkitkan kesadaran intelektual.

2. Pendekatan Eksistensial Humanistik


Berfokus pada sifat dan kondisi manusia yang mencakup
kesanggupan untuk menyadari diri, kebebasan untuk menentukan nasib
sendiri, kebebasan dan tanggung jawab, kecemasan sebagai suatu unsure
dasar, pencarian makna yang unik pada duia yang tak bermakna, ketika
sendirian dan ketika berada dalam hubungan dengan orang lain.
Keterhinggaan dan kematian, dan cenderung untuk mengaktualkan diri.
Pendekatan Eksistensial Humanistik bertujuan menyajikan kondisi-
kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan. Menghapus
penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi; mengubah pertanyaan
“apa” ke “bagaimana” (Gendlin:1973). Membantu klien menemukan dan
menggunakan kebebasan memilih dengan memperluas kesadaran diri,
membantu klien agar bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupannya
sendiri (Syarifuddin, 2014:52).

3. Pendekatan Client-Centered
Pendekatan ini memandang manusia secara positif bahwa manusia
memiliki suatu kecenderungan kearah berfungsi penuh. Dalam konteks
hubungan konseling, klien mengalami perasaan-perasaan yang sebelumnya
diingkari. Klien mengaktualkan potensi dan bergerak ke arah peningkatan

12
kesadaran, spontanitas, kepercayaan kepada diri, dan keterarahan ( Anas,
2010: 61).
Klien dianggap memiliki kemampuan untuk menjadi sadar atas
masalah-masalahnya serta  cara-cara mengatasinya. Kepercayaan diletakkan
pada kesanggupan klien untuk mengarahkan dirinya sendiri.
Konseling yang dikembangkan berdasarkan pendekatan ini bertujuan
untuk menyediakan suatu iklim yang aman dan kondusif bagi eksplorasi diri
klien sehingga ia mampu menyadari penghambat-penghambat pertumbuhan
dan aspek-aspek pengalaman diri yang sebelumnyan diingkari atau
didistorsinya. Konselor membantu klien mampu bergerak ke arah
keterbukaan pengalaman serta meningkatkan spontanitas dan perasaan hidup

4. Pendekatan Gestalt
Manusia dipandang memiliki kesanggupan memikul tanggung jawab
pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi yang terpadu. Konseli
terdorong ke arah keseluruhan dan integrasi pemikiran perasaan serta
perilaku. Pandangannya anti deterministik dalam arti individu dipandang
memiliki kesanggupan untuk menyadari bagaimana pengaruh masa lampau
berkaitan dengan kesulitan-kesulitan sekarang.
Proses konseling jenis ini secara umum bertujuan membantu konseli
untuk memperoleh kesadaran atas pengalaman dari saat ke saat-nya.
Menantang konseli agar menerima tanggung jawab atas pengambilan
dukungan internal alih-alih dukungan eksternal (Anas, 2010: 62).

5. Pendekatan Analisis Transaksional


Manusia dipandang memiliki kemampuan memilih. Apa yang
sebelumnya ditetapkan, bisa di tetapkan ulang. Meskipun manusia bisa
menjadi korban dari keputusan-keputusan dini dan skenario kehidupan,
aspek-aspek yang mengalahkan diri dapat diubah dengan kesadaran.(buku
pak anas)

13
Tujuan konseling adalah membantu konseli agar bebas dari scenario,
bebes dari permainan, menjadi pribadi yang otonom yang sanggup memilih
posisi dan menentukan kehendak ingin menjadi apa dirinya. Oleh sebab itu,
konselor selalu bertugas membatu konseli dalam menguji putusan-putusan
dirinya dan membuat putusan-putusan baru berlandaskan kesadaran yang
muncul dalam diri konseli.

6. Pendekatan tingkah laku


Pendekatan perilaku tidak menguraikan asumsi-asumsi filosofis
tertentu tentang manusia secara langsung. Setiap orang dipandang memiliki
kecendrungan-kecenderungan positif dan negative yang sama. Manusia pada
dasarnnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungannya social budayanya.
Segenap perilaku manusia itu dipelajari. Dengan kata lain, Manusia dibentuk
dan dikondisikan oleh pengondinisian sosial budaya. Pandangannya
deterministik, dalam arti, tingkah laku dipandang sebagai hasil belajar dan
pengondisian
Tujuan umum dari konseling perilaku adalah menghapus pola-pola
perilaku yang maladaptive dan membantu konseli dalam mempelajari pola-
pola perilaku yang konstruktif. Konselor dituntut untuk menciptakan
kondisi-kondisi baru bagi proses belajar. Tujuan-tujuan yang secara spesifik
dipilih oleh konseli dan ditetapkan pada permulaan proses konseling.
Asesmen terus menerus dilakukan sepanjang konseling untuk menentukan
sejauh mana tujuan-tujuan terapiutik itu tercapai secara efektif (Syarifuddin,
2014: 57).

7. Pendekatan Rasional Emotif


Manusia dilahirkan dengan potensi untuk berpikir rasional, tetapi juga
dengan kecendrungan-kecendrungan ke arah berpikir curang. Mereka
cenderung untuk menjadikorban dari keyakinan-keyakinan yang irasional
dan untuk menindoktrinasi dengan keyakinan-keyakinan yang irasional itu,
tetapi berorientasi kognitif-tingkah laku-tindakan, dan menekankan berpikir,

14
menilai, menganalisis, melakukan, dan memutuskan ulang modelnya adalah
didaktif, direktif, tetapi dilihat sebagai proses reduksi (Anas, 2010: 62).
Konseling rasional emotif bertujuan untuk menghapus pandangan
hidup konseli yang mengalahkan dirinya dan membantu konseli dalam
memperolah pandangan hidup yang lebih toleran dan rasional.
Pada saat proses konseling, konselor berfungsi sebagai guru dan
konseli sebagai murid. Sebagai guru, konselor senantiasa mengarahkan
konseli agar mempelajari perilaku yang mengalahkan dirinya. Hubungan
terapis dan konseli tidak esendial. Dalam konseling ini konseli diajak untuk
memperolah pemahaman atas masalah dirinya dan kemudian harus secara
aktif menjalankan pengubahan perilaku yang telah mengalahkan diri
(Syarifuddin, 2014: 61).

8. Pendekatan Realitas
Pendekatan realitas berlandaskan motivasi pertumbuhan dan anti
deterministik. Menurut Dedi Supriadi (2004:213), berdasarkan adegannya,
bimbingan dapat dilakukan secara individual dan kelompok
(group). Bimbingan dan konseling yang dilakukan secara individual disebut
bimbingan individual, dan yang dilakukan secara kelompok disebut
bimbingan kelompok.

Bimbingan individual dilakukan dengan pendekatan perseorangan.


Tiap orang dicoba didekati, dipahami dan ditolong secara perseorangan
(Slameto, 1988: 35).
Bimbingan kelompok diberikan oleh pembimbing perkelompok.
Beberapa orang yang bermasalah sama, atau yang dapat memperoleh
manfaat dari pembimbingan kelompok, berkumpul untuk membahas
persoalannya dalam kelompok di bawah pimpinan seorang pembimbing atau
terapis (Slameto, 1988: 35).
Bimbingan kelompok meliputi kegiatan-kegiatan: (a) orientasi belajar,
biasanya pada tahap awal siswa memasuki sekolah; (b) bimbingan kesulitan

15
belajar, (bimbingan belajar), misalnya pengajaran remedial untuk para siswa
yang prestasi belajarnya rendah; (c) bimbingan ektrakurikuler dan
pemanfaatan waktu luang, (misalnya perkemahan, widyawisata,
pembentukan kelompok diskusi; (d) bimbingan karier (pemberian informasi
mengenai prospek karier, peluang-peluang dan hambatannya); (e) pemberian
informasi mengenai berbagai hal, baik menganai hal-hal yang di dalam
maupuin di luar lingkungan sekolah ( misalnya mengenaai buku-buku,
majalah, kegiatan-kegiatan ilmiah, kebijaksaan baru, kurikulum, dan lain-
lain) (Anas, 2010: 62).

Adapun bimbingan individual atau konseling meliputi segala kegiatan


tatap muka antara konselor dan lien dalam rangka mengatasi masalah klien
melalui hubungan yang mendalam dan berorientasi pada pemecahan
masalah klien.
Dalam membina hubungan dengan klien, konselor dapat
menggunakan salah satu di antara pendekatan utama dalam konseling
( Anas, 2010: 63).
a. Pendekatan yang berpusat pada konselor (conseulor centered
counseling), disebut juga, directive counseling. Dalam pendekatan ini ,
konselor lebih banyak aktif daripada klien. Konselor bertindak sebagai
pengarah bagi klien.
b. Pendektaan yang berpusat kepada klien (client centered
counseling), disebut juga, non-directive counseling. Dalam pendektan
ini klien lebih banyak aktif, dan konselor berperan sebagai fasilitator
yang mempermudah proses konseling), dan reflector (cermin) bagi
klien.
c. Pendekatan selektif (campuran), konselor mengkombinasikan
pendekatan pertama dan kedua bergantung pada situasi konseling yang
sedang berlangsung.

16
Pendekatan yang akan digunakan oleh konselor sangan bergantung
pada beberapa faktor berikut (Zainal, 2010: 46):
a. Sifat klien, ada klien yang terbuka dan tertutup. Klien yang terbuka
biasanya dengan mudah mengungkapkan perasaan-perasaan dan isi
hatinya. Klien demikian dapat untuk didekati dengan pendekatan pertam.
Adapun klien yang tertutup, memnuntut konselor untuk lebih banyak
aktif untuk menunjang klien agar mengungkapkan dirinya. Karena itu,
pendekatan kedua lebih tepat digunakan.
b. Derajat keeratan hubungan antara konselor dan klien. Pada tahap wawal
konseling, klien biasanya lebih banyak diamkarena masih merasa
canggung. Pada tahap ini, konselor di tuntut rapport (klien maupun
konselor merasa bebas dan komunikasi menjadi enak) telah tercipta,
klien biasanya lebih terbuka. Pada tahap ini, klien dan konselor sama-
sama aktif. Memang dalam kenyataannya, pendekatan ketiga lebih
banyak dipakai karena sifat klien yang tidak tetap.
c. Sifat konselor, ada yang bicara dan ada yang pendiam. Meskipun faktor
ini memengaruhi pendektan konseling yang dipilih oleh konselor,
sesungguhnya konselorlah yang seharusnya menyesuaikan diri dengan
sifat klien, bukan sebaliknya.( Anas, 2010: 61-64)

D. Pendekatan Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Pendekatan dalam bimbingan dan konseling yang sering dipakai antara


lain pendekatan krisis, pendekatan remedial, pendekatan preventif, dan
pendekatan perkembangan (Syamsu, 2011: 82)

Pendekatan-pendekatan tersebut diambil sesuai dengan karakteristik


permasalahan dan ruang lingkup bimbingan konseling yang ditangani.
Pendekatan-pendekatan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut
(Muhammad, 2014: 112).

1. Pendekatan Krisis

17
Pendekatan ini menyadarkan diri pada teori-teori psikoanalisis yang
berpusat padapengaruh masa lampau sebagai akar dari krisis pesserta didik
saat ini. Pendekatan ini merupakan pendektan yang berorientasi dan
diarahkan pada upaya untuk mengatasi krisis atau permasalahn-
permasalahan yang dialami peserta didik. Oleh sebab itu, pembimbing
cenderung bersifat pasif karena hanya menunggu peserta didik yang
bermasalah datang, kemudian memberikan bantuan sesuai dengan masalah
yang dialami.

2. Pendekatan Remedial
Pendekatan ini mendasarkan diri pada teori-teori behavioristik yang
memahami perilaku peserta didik hanya pada saat ini yang sebgian besar
dipengaruhi liongkungan. Pendekatan ini mengarahkan pada  upaya
memperbaiki kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik dalam bentuk
pengoptimalisasikan kelemahan yang dimiliki peserta didik. Kegiatan
layanan yang diberikan lebih fokus pada usaha pemecahan masalah peserta
didik sehingga layanan hanya bagi peserta didik yang membutuhkan.

3. Pendekatan Preventif
Pendekatan ini mendasarkan diri pada teori yang kurang jelas. Namun
dmeikian, secara konseptual cukup bagus karena bergerak atas dasar upaya
untuk mengantisipasi munculnya masalah-masalah umum individu dan
berusaha mencegahnya agar jangan terjadi dan menimpa peserta didik.
Oleh sebab itu, proses bimbingan dan konseling lebih fokus pada
bagaimana guru pembimbing mengajarkan pengetahuan dan
keterampilannya untuk mencegah munculnya permasalaha.

4. Pendekatan Perkembangan
Menurut Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, pola pembimbingan dan
konselinng perkembangan memiliki kegiatan yang lebih kompleks dan

18
komprehensif dengan visi edukatif , pengembanagan, dan menyeluruh
(outreach). Edukatif  artinya menekankan pada pencegahan dan
pengembangan. Pengembangan artinya tujuan yang ingin di capai adalah
perkembangan peserta didik secara optimal sesuai dengan tugas-tugas
perkembangan melalui aktivitas dan rekayasa
lingkungan. Outreach  artinya layanan bimbingan dan konseling diberikan
kepada seluruh peserta didik, baik yang bermasalah maupun tidak.

Mengacu pada prinsip tersebut, kegiatan bimbingan dan konseling


dilakukan dengan berbagai ragam dimensi masalah, target
intervensi, setting, metode, lamanya proses, dan sebagainya. Artinya, kegiatan
layanan yang diberikan cukup luas, beragam,dan kompleks yang tidak terlepas
dari proses pendidikan dan pembelajaran itu sendiri. Oleh sebab itu, salah satu
tekhnik yang digunakan dalam pendekatan perkembangan antara lain proses
pembelajaran dan konseling.

19
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Bimbingan dan Konseling adalah Proses yang melibatkan hubungan
antar pribadi antara seorang konselor dengan satu atau lebih klien dimana
konselor menggunakan metode-metode psikologis atas dasar pengetahuan
sistematika tentang kepribadian manusia dalam upaya meningkatkan
kesehatan mental klien. Tujuan BK secara umum adalah untuk mengatasi
masalah yang dialami oleh peserta didik dalam pemecahan masalah.
Prinsip-prinsip BK adalah Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran
layanan, permasalahan individu, program layanan, dan pelaksanaan
layanan

B. Saran

20
21
Daftar Pustaka

Anas Salahudin, M.Pd. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung. Pustaka Setia


Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Depdiknas. 2008. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan
Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta:
Depdiknas
Muhammad irham & Novan Ardy Wiyani. 2014. Bimbingan dan Konseling.
Yogyakarta: Ar-ruzz Media
Muro, J. James, Kottman Terry. 1995. Guidance and Counselling A Practical
Approach Second Edition. United States of Amerika: Educational
Media Coorporation
Slameto. 1988. Bimbingan di Sekolah. Jakarta. Bina Aksara
Syafaruddin. 2019. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Medan: Perdana
Mulya Sarana
Syamsu Yusuf & A. Juntika Nurihsan. 2011. Landasan Bimbingan dan
Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya dan UPI
Syarifuddin Dahlan. 2014. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Willis, Sofyan S. 2004. Konseling Individual: Teori dan Praktek. Bandung:
Alfabeta
Zainal Aqib. 2012. Bimbingan & Konselling Di Sekolah. Bandung: Rama Widya

22
23

Anda mungkin juga menyukai