Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BIMBINGAN DAN KONSELING

DOSEN PENGAMPU :
Prof. Herman Nirwana, M.Pd, Kons
Triave Nuzila Zahri, M.Pd., Kons

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :


Syifa Urrahmah (19076031)
Zakiya Salsabila (19046204)
Riri Afrilia (19022123)

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT.
makalah Bimbingan dan Konseling ini mampu kami selesaikan sesuai waktu yang
telah ditentukan. Adapun maksud dari penyusunan karya tulis ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling.

Karena terbatasnya pengetahuan serta kemampuan yang dimiliki, kami menyadari


bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat
kekurangan dan kesalahan baik dalam penyusunan kata, penulisan, maupun isi serta
pembahasannya. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi perbaikan penyusunan makalah lain di masa yang akan datang.

Akhir kata kami berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi penulis
khususnya, dan umumnya bagi para pembaca.

Padang, 07 Februari 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................1

DAFTAR ISI................................................................................................................. 3

BAB I.............................................................................................................................4

PENDAHULUAN.........................................................................................................4

A. Latar Belakang....................................................................................................4

B. Tujuan Penulisan Makalah..................................................................................5

BAB II........................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN............................................................................................................6

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling................................................................ 6

B. Tujuan Bimbingan dan Konseling......................................................................7

C. Fungsi Layanan Bimbingan dan Konseling........................................................8

D. Kesalapahaman Pada Layanan Bimbingan dan Konseling...............................10

BAB III........................................................................................................................15

PENUTUP................................................................................................................... 15

A. Kesimpulan....................................................................................................... 15

B. Saran................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu indikator suatu bangsa dapat di lihat dari perilaku setiap
individu yang ada dalam bangsa itu sendiri. Untuk menciptakan perilaku yang
baik pada setiap orang maka dibutuhkan pendidikan yang bekualitaas.
Pendidikan yang berkualitas di dukung oleh perkembangan kemampuan itu
sendiri. Agar kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu dapat
berkembang dengan baik maka diperlukan lingkungan yang dapat membantu
seseorang ersebut. Salah satunya adalah lingkungan sekolah. Sekolah adalah
suatu lembaga yang digunakan untu belajar dan pembentukan karakter siswa,
baik sebagai individu atau anggota masyarakat. Di sekolah guru juga
memberikan layanan bimbingan dan konseling dengan tujuan agar dapat
membantu peserta didik dalam membentuk dan mengembangkan potensi dan
karakter yang dimiliki oleh setiap siswa. Layanan bimbingan dan konseling
diberikan pada sekolah bak di SMA (Sekolah Menengah Atas), SMP (Sekolah
Menengah Pertama) maupun di SD (Sekolah Dasar).
Potensi peserta didik yang harus dikembangkan bukan hanya menyangkut
masalah kecerdasan dan keterampilan, melainkan menyangkut seluruh aspek
kepribadian. Sehubungan dengan hal tersebut, guru tidak hanya dituntut untuk
memiliki pemahaman atau kemampuan dalam bidang belajar dan pembelajaran
tetapi juga dalam bidang bimbingan dan konseling. Dalam UU No. 14 tahun 2015
pasal 1 yang menyatakan bahwa “guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Dengan memahami konsep-konsep
bimbingan dan konseling, guru diharapkan mampu berfungsi sebagai fasilitator
perkembangan peserta didik, baik yang menyangkut aspek intelektual, emosional,
sosial, maupun mental spiritual.

4
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dipahami bahwa layanan bimbingan
dan konseling di sekolah bukan hanya menjadi tanggung jawab guru bimbingan
dan konseling. Oleh karena itu disini guru memiliki kontribusi yang cukup besar
dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling terkait dengan 4 kompetensi
dimiliki seorang guru. Sebagaimana yang telah tercantum dalam UU No. 14
tahun 2015 tentang guru dan dosen pada pasal 10 ayat (1) menyatakan bahwa
“kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”. Berdasarkan 4
kompetensi yang dimiliki guru tersebut maka diharapkan pelayanan bimbingan
dan konseling yang harus dilakukan terhadap siswa dapat berjalan dengan baik
dan memberi pesan yang mendalam bagi setiap siswa.

B. Tujuan Penulisan Makalah


1. Mendeskripsikan pengertian dan tujuan bimbingan dan konseling.
2. Mendeskripsikan fungsi dari pelayanan bimbingan dan konseling.
3. Mengetahui kesalapahaman terhadap layanan bimbingan dan konseling.
4. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah bimbingan dan konseling.

5
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh
orang ahli kepada seorang individu atau kelompok dengan tujuan agar setiap
individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, mengenal lingkungan dan
merencanakan masa depannya. Bimbingan diberikan untuk mengatasi berbagai
persoalan atau kesulitan yang dihadapi oleh individu. Bimbingan sebagai upaya
pendidikan berarti upaya untuk menolong peserta didik agar ia dapat mencapai
tingkat perkembangan dirinya secara optimum dan mandiri (Bhakti, 2015).
Selanjutnya Smith (1959), menjelaskan bahwa bimbingan sebagai proses layanan
yang diberikan kepada individu-individu guna membantu mereka memperoleh
pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam membuat
pilihan-pilihan, rencana-rencana dan interpretasi-interpretasi yang diperlukan
untuk menyesuaikan diri dengan baik.
Istilah konseling, secara etimologis berasal dari bahasa Latin, yaitu
“consilium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan
“menerima” atau “memahami”. Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah
konseling berasal dari “sellan” yang berarti “menyerahkan” atau
“menyampaikan”. Jadi yang dimaksud dengan konseling menurut Mc.Daniel
(1956), ialah suatu rangkaian pertemuan langsung dengan individu yang
ditujukan kepada pemberian bantuan agar individu tersebut dapat menyesuaikan
dirinya secara efektif dengan dirinya sendiri dan dengan lingkungannya.
Sementara Prayitno (105:1999), merumuskan bahwa konseling adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang
yang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu
masalah (disebut klien) yang bermuara kepada teratasinya masalah yang dihadapi
oleh klien. Konseling berasal dari kata counseling yang berarti bantuan yang
diberikan kepada individu untuk memecahkan masalah

6
kehidupannya dengan cara yang sesuai dengan keadaan yang dihadapinya.
Konseling adalah hubungan antara dua orang yaitu konselor dengan klien,
yang bertujuan untuk memberi bantuan untuk menyelesaikann masalah yang
dihadapi oleh klien.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling
adalah suatu layanan bantuan yang dilakukan seorang konselor kepada klien
atau peserta didik, agar klien dapat memahami dirinya sendiri, mengambil
keputusan, memahami potensi yang dimilikinya, mengetahui cara
mengembangkan potensi yang dimilikinya itu serta selalu bertanggung jawab
atas setiap keputusan yang diambilnya. Dalam kegiatan konseling, terdapat
dua istilah yang sering muncul yaitu Konseli dan Konselor. Konselor
merupakan sebutan untuk seorang yang memiliki keahlian dalam bidang
pelayanan konseling dan ia adalah tenaga professional. Konseli adalah orang
yang perlu memperoleh perhatian sehubungan dengan masalah yang
dihadapinya dan membutuhkan bantuan dari pihak lain untuk
memecahkannya. Konselor dan Konseli mempunyai ikatan satu sama lain
dalam suatu proses yang disebut dengan proses konseling. Proses konseling
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang penolong
(disebut konselor) kepada individu yang perlu mendapatkan pertolongan
(disebut konseli) yang bertujuan agar masalah konseli dapat teratasi.

B. Tujuan Bimbingan dan Konseling


Tujuan dari bimbingan dan konseling yaitu untuk :
a. Membantu setiap individu dalam mengembangkan diri secara optimal
dan sesuai dengan tahap perkembangan.
b. Mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam studi.
c. Serta dapat menyesuaikan diri sesuai dengan tuntutan positif dari
lingkungan tempat tinggalnya.

7
C. Fungsi Layanan Bimbingan dan Konseling
Uman Suherman yang dikutip oleh Sudrajat (2008) mengemukakan
sepuluh fungsi bimbingan dan konseling, yaitu:
1) Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu
konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan
lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama).
Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu
mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
2) Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya
konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang
mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak
dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan
bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari
perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun
teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi,
dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu
diinformasikan kepada para konseli dalam rangka mencegah
terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya:
bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan,
drop out, dan pergaulan bebas (free sex).
3) Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa
berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang
memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel
Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork
berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan
program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam
upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya.
Teknik bimbingan yang dapat digunakan

8
disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau
curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.
4) Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian
bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah baik
menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik
yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.
5) Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam
membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau
program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan
yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian
lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja
sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga
pendidikan.
6) Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana
pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru
untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang
pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan
menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli,
pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam
memperlakukan konseli secaratepat, baik dalam memilih dan
menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses
pembelajaran maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan konseling.
7) Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam
membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan
lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
8) Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk
membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam
berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor

9
melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli
supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki
perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada
tindakan atau kehendak yang produktif dan normative.
9) Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi,
selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.
10) Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk
membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan
situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini
memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan
menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini
diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan
fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli.

D. Kesalapahaman Pada Layanan Bimbingan dan Konseling


Patterson (dalam Shertzer/ Stone, 1980) menjelaskan beberapa isu
tentang pelayanan konseling:
a. Profesi konseling adalah sebuah pekerjaan professional namun
menjadi tidak professional karena pelaksananya.
b. Konseling tidak terlibat dalam proses mendisiplinkan siswa namun
membantu siswa agar mau disiplin.
c. Konseling karir adalah bantuan pelayanan konseling namun tidaklah
menjadi fokus dalam keseluruhan pelayanan oleh konselor.

Adapun, Prayitno (2004) menjelaskan beberapa kesalahpahaman


dalam bidang bimbingan dan konseling adalah:

a. Bimbingan dan konseling disamakan saja dan atau dipisahkan


sama sekali dari pendidikan.
BK dianggap sama dengan pengajaran sehingga tidak perlu
pelayanan khusus BK dan ada juga yang menganggap pelayanan BK

10
itu khusus dan berbeda dengan praktik pendidikan seharihari. Hal
ini tidak benar karena pelayanan BK menunjang proses pendidikan
dan para pelaksananya (konselor) juga mempelajari ilmu
pendidikan pada umumnya sebagai salah satu trilogi profesi
konseling.
b. Konselor sekolah dianggap sebagai polisi sekolah
Hal ini terjadi karena konselor diserahi tugas mengusut
perkelahian atau pencurian, mencari bukti-bukti siswa yang
berkasus, mendorong siswa mengakui atas perbuatannya (misalnya
mengisap ganja dll). Dari ini semua siswa menjadi takut dan tidak
mau dekat dengan konselor. Siswa takut mendatangi konselor
karena dianggap aib, telah berbuat salah.
c. Bimbingan dan konseling sematamata sebagai proses pemberian
nasehat
Pemberian nasehat adalah bagian dari upaya pelayanan BK.
Banyak klien yang butuh nasehat. Dari ini bukan berarti BK hanya
pemberian nasehat karena sesuai dengan permasalahannya, klien
membutuhkan layanan lain.
d. Bimbingan dan konseling hanya menangani masalah yang bersifat
incidental
Memang sering kali pelayanan BK bertitik tolak pada malasah
yang dirasakan klien sekarang. Hal ini menjadikan konselor
menunggu saja jika ada klien yang datang dan mengemukakan
masalahnya. Pelayanan hendaknya menjangkau dimensi waktu
yang lebih luas yaitu lalu, sekarang dan yang akan datang sehingga
konselor memiliki program menyeluruh dan berkesinambungan.
e. Bimbingan dan konseling hanya dibatasi untuk klien-klien tertentu
saja
Hal ini timbul karena banyaknya klien yang ditangani konselor
adalah yang jelas dianggap bermasalah (seperti: tidak masuk

11
sekolah, berkelahi, bolos dll). Padahal pelayanan BK ditujukan
kepada semua siswa.
f. Bimbingan dan konseling melayani “orang sakit” atau “kurang
normal”
Hal ini timbul karena konselor menangani individu yang
mengalami suatu masalah khusus “abnormal” dan konselor terlalu
cepat mendiagnosis permasalahan klien sebagai suatu keadaan
“abnormal”. Hal ini terkadang menjadikan konselor terlalu cepat
mengalihtangankan klien kepada ahli lain. Konselor hanya
menangani orang normal yang mengalami masalah tertentu atau
gangguan sehingga tidak efktif dalam menjalankan kehidupannya
sehari-hari.
g. Bimbingan dan konseling bekerja sendiri
Hal ini benar jika sendiri diartikan proses yang bekerja sendiri
(dilaksanakan oleh ahli) namum proses konseling sarat dengan
unsur budaya, social dan lingkungan. Dari ini pelayanan BK sangat
memerlukan keterlibatan semua pihak untuk membantu klien.
h. Konselor harus aktif dan pihak lain pasif
Konselor hendaknya aktif sebagai pusat penggerak BK namun
keterlibatan klien sendiri dan semua pihak adalah kesuksesan dari
usaha pelayanan BK.
i. Menganggap pekerjaan Bimbingan dan konseling dapat dilakukan
oleh siapa saja
Hal ini timbul karena BK dianggap sebagai pekerjaan yang
mudah dan dilakukan secara amatiran belaka. Sebagai suatu
profesi, pekerjaan konseling dilakukan oleh orang yang ahli.
j. Pelayanan Bimbingan dan konseling berpusat pada keluhan
pertama saja
Usaha pemberian bantuan dimulai dari melihat gejala awal dan
keluhan yang disampaikan klien. Namun, usaha lanjutan dan

12
mendalam akan menggali permasalahan yang sebenarnya yang
terkadang berbeda dari keadaan diawal konseling.
k. Menyamakan pekerjaan Bimbingan dan konseling dengan
pekerjaan dokter atau psikiater
Hal ini karena pelayanan BK menginginkan klien terbebas dari
penderitaan yang dialaminya, sama seperti pekerjaan dokter dan
psikiater. Namun, klien dalam pelayanan BK bukanlah orang yang
sakit, namun klien adalah orang sehat yang sedang mengalami
masalah yang penanganannya berbeda dengan bantuan yang
dilakukan oleh dokter atau psikiater.
l. Menganggap pekerjaan Bimbingan dan konseling harus segera
dilihat
Semua menginginkan agar masalah yang dialami klien segera
mungkin dapat diatasi dan hasilnya dapat dilihat dengan segera.
Hal ini tidak mungkin terwujud karena pengubahan pandangan dan
tingkah laku memerlukan proses yang lama.
m. Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien
Cara pemecahan masalah tergantung pada pribadi klien, jenis
dan sifat masalah, tujuan yang ingin dicapai, kemampuan petugas
BK, dan sarana yang tersedia. Jadi mustahil untuk dapat
menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien.
n. Memusatkan usaha Bimbingan dan konseling hanya pada
instrumentasi Bimbingan dan konseling (misalnya tes psikologis,
inventori, AUM)
Instrument hanyalah bagian yang dapat membantu konselor
membantu klien. Yang dibutuhkan adalah keterampilan pribadi
konselor. Ketidakadaan instrument bukan masalah bagi konselor
dan jika ada bukan berarti hanya itu pelayanan atau kegiatan yang
dapat dilakukan konselor.

13
o. Bimbingan dan konseling hanya dibatasi masalah-masalah yang
ringan-ringan saja
Masalah pertama mungkin tampak ringan, namun setelah dikaji
dan diungkapkan sangkutpautnya, ternyata berat. Konselor hendaknya
tidak melihat ringan atau beratnya suatu masalah namun segara
menangani masalah tersebut dengan cermat dan tuntas.

Mengapa kesalahpahaman ini terjadi? Beberapa hal yang menjadi


penyebabnya adalah:

1. Kesalahpamahan-kesalahpahaman diatas diakibatkan karena


bidang BK masih tergolong baru dan merupakan produk impor
sehingga menyebabkan para pelaksananya di lapangan belum
terlalu mengetahui BK secara menyeluruh. (Prayitno, 2004)
2. Konselor itu sendiri. Banyak tamatan program BK pada starata 1 (S1)
masih berumur muda pada saat terjun ke lapangan. Kepribadian
belum terbentuk sepenuhnya, sehingga konselor menjadi ragu-ragu
dalam mendekati siswa, kurang berwibawa di mata siswa, mudah
terhanyut oleh jumlah dan vaiasi masalah dan kurang mendapat
kepercayaan dari guru yang sudah berpengalaman. (Winkel, 2006)
3. Pandangan pimpinan sekolah dan staf guru. Walaupun kebanyakan
pimpinan sekolah dan guru menerima dengan positif atas
kehadiran tenaga BK di sekolah namun mereka belum memahami
secara lengkap tentang dasar-dasar yang melandasi pelayanan BK.
(Winkel, 2006)
4. Masih belum disepakati secara jelas tentang konsep istilah
Bimbingan dan Konseling itu sendiri.

14
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Bimbingan dan konseling adalah suatu layanan bantuan yang
dilakukan seorang konselor kepada klien atau peserta didik, agar klien dapat
memahami dirinya sendiri, mengambil keputusan, memahami potensi yang
dimilikinya, mengetahui cara mengembangkan potensi yang dimilikinya itu
serta selalu bertanggung jawab atas setiap keputusan yang diambilnya. Guru
sebagai salah satu pendukung unsur pelaksana pendidikan yang mempunyai
tanggung jawab sebagai pendukung pelaksana layanan bimbingan pendidikan
di sekolah, dituntut memiliki wawasan yang memadai terhadap konsep-
konsep dasar bimbingan dan konseling di sekolah. dalam bidang BK masih
banyak kesalahpahaman yang perlu diluruskan dibatasi penyebarannya. Hal
ini disebabkan oleh:
1. Pelayanan BK masih dianggap baru.
2. Konselor sendiri yang masih belum professional.
3. Pandangan pimpinan sekolah dan guru yang belum jelas tentang
BK.
4. Penggunaan istilah dalam BK yang masih belum mantap dan
kompak.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat mewujudkan suatu
kemampuan yang dapat berkembang secara optimal apabila mendapat
bimbingan dan konseling yang terarah.

15
DAFTAR PUSTAKA
Evi, T. (2020). Manfaat bimbingan dan konseling bagi siswa SD. Jurnal Pendidikan
Dan Konseling (JPDK), 2(1), 72-75.

Deliani, N. (2018). Konsepsi (Kesalahpahaman) Bimbingan Dan Konseling Dalam


Pendidikan. Al Irsyad: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 1(2), 111-126.

Kamaluddin, H. (2011). Bimbingan dan konseling sekolah. Jurnal pendidikan dan


kebudayaan, 17(4), 447-454.

16

Anda mungkin juga menyukai