Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Latar Belakang Pentingnya Mata Kuliah Bimbingan Konseling bagi


Pendidik atau Tenaga Kependidikan

Dosen Pengampu: Nur syahfitri Simangunsong

Disusun oleh:

Assabi'atu Nazmi Tambak

Winda Ayuni Hasibuan

M. Fadli Ritonga

Hairunnisa

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS AL-WASHLIYAH

2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam
yang telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari ibu Nur syahfitri Simangunsong. Selain itu makalah ini bertujuan untuk
menambah wawasan kepada para pembaca dan juga penulis mengenai
kepemimpinan dalam dunia pendidikan. Terima kasih juga kami ucapkan kepada
teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga
makalah dengan judul “Latar Belakang Pentingnya Mata Kuliah Bimbingan
Konseling bagi Pendidik atau Tenaga Kependidikan” ini bisa disusun dengan
baik.

Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa dalam makalah ini jauh dari
kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi.

Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................................


A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................................


A. Pengertian Biimbingan dan Konseling3
B. Tujuan Bimbingan dan Konseling 4
C. Latar Belakang Pentingnya Mata Kuliah BK bagi Seorang Tenaga
Kependidikan 5
D. Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Muncul dan diperlukannya Mata
Kuliah BK bagi Pendidik 8
BAB III PENUTUP ..............................................................................................................................
A. Kesimpulan 15
B. Saran 15

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bimbingan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan,
bimbingan konseling di sekolah dibentuk untuk memberikan bantuan dan tuntunan
kepada peserta didik untuk meningkatkan mutunya. Bimbingan konseling merupakan
upaya yang proaktif dan sistemik dalam membantu peserta didik menyelesaikan
hambatan-hambatan yang dihadapinya selama proses pendidikannya.

Sangat banyak masalah-masalah yang terjadi di sekolah terutama pada siswa itu
sendiri yang tidak dapat diselesaikan dengan hanya pengajaran oleh guru biasa di
sekolah. Untuk menyelesaikan masalah pada setiap siswa di sekolah sangat di
perlukan Bimbingan dan Konseling. Sebelum itu agar Bimbingan dan Konseling
dapat terlaksana dengan baik, salah satu syarat yang perlu dan mutlak adalah di
kuasainya pengertian yang tepat mengenai Bimbingan dan Konseling itu oleh semua
personil sekolah yang terlibat dalam kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan Konseling merupakan dua kata yang seolah-olah selalu di pakai
dalam saat yang bersamaan, sehingga sepintas lalu orang banyak menganggap
keduanya memiliki arti yang sama. Dalam hal tertentu istilah Bimbingan dan
Konseling itu dapat berarti sama, namun dalam hal tertentu pula istilah tersebut akan
mempunyai arti yang berbeda.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bimbingan dan konseling?
2. Apa latar belakang pentingnya mata kuliah BK bagi seorang pendidik /tenaga
kependidikan?

4
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan bimbingan dan konseling
3. Mengetahui latar belakang pentingnya mata kuliah BK bagi seorang
pendidik /tenaga kependidikan

5
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Bimbingan dan Konseling

Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri atas dua kata, yaitu
“bimbingan” (terjemahan dari kata “guidance”) dan “konseling” (diadopsi dari kata
“conseling”). Dalam praktik, bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan
kegiatan yang tidak terpisahkan. Keduanya merupakan bagian yang integral. Untuk
pemahaman yang yang lebih jelas, dalam uraian berikut pengertian bimbingan dan
konseling diuraikan secara terpisah.

Bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance” dari kata dasar “guide”
yang berarti menunjukkan jalan (showing the way), memimpin (leading),
memberikan petunjuk (giving instruction), mengatur (regulating), mengarahkan
(governing), dan memberi nasihat (giving advice). Istilah “guidance”, juga
diterjemahkan dengan arti bantuan dan tuntunan. Ada juga yang menerjemahkan
dengan arti pertolongan. Jadi secara etimologis, bimbingan dan konseling berarti
bantuan dan tuntunan atau pertolongan, tetapi tidak semua bantuan, tuntunan atau
pertolongan berarti konteksnya bimbingan. Bimbingan bisa berarti bantuan yang
diberikan pembimbing kepada individu agar individu yang dibimbing mencapai
kemandirian dengan mempergunakan berbagai bahan, melalui interaksi dan
pemberian nasihat serta gagasan dalam suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma
yang berlaku.1

Istilah konseling diadopsi dari bahasa Inggris “conseling” dalam kamus artinya
dikaitkan dengan “counsel” memiliki beberapa arti, yaitu nasihat (to obtain consel),
anjuran (to give counsel) dan pembicaraan (to take counsel). Berdasarkan arti diatas,
konseling secara etimologis berarti pemberian nasihat, anjuran dan pembicaraan
1
Agus Wibowo & Hamrin, Menjadi Guru Berkarakter, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012) h.37

6
dengan bertukar pikiran. Konseling merupakan proses hubungan antar pribadi
dimnana orang yang satu yang membantu yang lainnya untuk meningkatkan
pemahaman dan kecakapan menemukan masalahnya. Konseling bisa berarti kontak
hubungan umbal balik antara dua orang (konselor dan klien) untuk menangani
masalah klien, yang didukung oleh keahlian dan dalam suasana yang laras dan
integrasi, berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna.

Berdasarkan makna bimbingan dan koseling diatas, pemakalah mengambil


kesimpulan makna bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan atau
pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli)
melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar
konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya
serta mampu memecahkan masalahnya sendiri. Atau proses pemberian bantuan atau
pertolongan yang sistematis dari pembimbing (konselor) kepada konseli (siswa)
melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya untuk
mengungkap masalah konseli sehingga konseli mampu melihat masalah sendiri,
mampu menerima dirinya sendiri sesuai dengan potensinya, dan mampu memecahkan
sendiri masalan yang dihadapinya.

B. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling berkenaan dengan perilaku, oleh sebab itu tujuan
bimbingan dan konseling adalah dalam rangka: pertama. Membantu
mengembangkan kualitas kepribadian individu yang dibimbing atau
dikonseling. Kedua, membantu mengembangkan kualitas kesehatan mental
klien. Ketiga, membantu mengembangkan perilaku yang lebih efektif pada diri
individu dan lingkungannya. Keempat, membantu klien menanggulangi problema
hidup dan kehidupannya secara mandiri.
Adapun tujuan lainnya adalah sebagai berikut:

7
1. Pengenalan terhadap diri sendiri dan penerimaan terhadap diri sendiri.
2. Penyesuaian diri terhadap lingkungan (sekolah, rumah, masyarakat).
3. Pengembangan potensi semaksimal mungkin.
4. Pemecahan masalah dengan baik dan realistis2

C. Latar Belakang pentingnya mata kuliah BK bagi seorang pendidik


tenaga kependidikan

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,


membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah (PP No. 74 tahun 2008 tentang guru BAB I Pasal 1).

Dalam PP RI No. 74 Tahun 2008, Bab II. Pasal 3. Ayat (2) disebutkan bahwa,
"kompetensi guru sebagaimana dimaksudkan pada pasal 8 (UU RI No. 14 Tahun
2005)" atau pada ayat (1) (PP RI No. 74 Tahun 2008) meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional
yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

1. Kompetensi Pedagogik Guru dalam PP Nomor 74 Tahun 2008

Dalam PP Nomor 74 Tahun 2008 Bab II Pasal 3 Ayat (4), kompetensi pedagogik
guru disebutkan bahwa: kompetensi pedagogik sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik
sekurang-kurangnya meliputi:

a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan

2
Ahmadi, Abu dan Ahmad Rohani, Bimbingan dan Konseling Di Sekolah, (Jakarta: Rincka Cipta,
1991) h. 52

8
b. Pemahaman terhadap peserta didik

c. Pengembangan kurikulum atau silabus

d. Perancangan pembelajaran

e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis

f. Pemanfaatan teknologi pembelajaran

g. Evaluasi hasil belajar

h. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang


dimilikinya.

2. Kompetensi Kepribadian Guru

Dalam PP Nomor 74 Tahun 2008 Dalam PP Nomor 74 Tahun 2008 Bab II Pasal 3
Ayat (5), kompetensi kepribadian guru disebutkan bahwa : kompetensi kepribadian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup kepribadian:

a. Beriman dan bertaqwa.

b. Berakhlak mulia,

c. Arif dan bijaksana,

d. Demokratis,

e. Berwibawa.

9
f. Stabil

g. Dewasa,

h. Jujur,

i. Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat,

3. Kompetensi Sosial Guru

Dalam PP Nomor 74 Tahun 2008 Dalam PP Nomor 74 Tahun 2008 Bab II Pasal
3 Ayat (6), kompetensi sosial guru disebutkan bahwa kompetensi kepribadian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan guru sebagai bagian
dan masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk:

a. Berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun:

b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional;

c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga


kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik:

d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan


norma serta sistem nilai yang berlaku, dan

e. Menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.

4. Kompetensi Profesional Guru

10
Dalam PP Nomor 74 Tahun 2008 Dalam PP Nomor 74 Tahun 2008 Bab II Pasal
3 Ayat (7), kompetensi profesional guru disebutkan bahwa kompetensi kepribadian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan guru dalam menguasai
pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, serta secara konseptual menaungi
atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran seni budaya yang
diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan:

a. materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program
satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang
akan diampu; dan

b. konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang
secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan,
mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.3

D. Faktor-faktor yang melatarbelakangi muncul dan diperlukannya mata


kuliah bimbingan dan konseling bagi pendidik
Perlunya bimbingan konseling dapat berfungsi sebagai pemantau masalah-
masalah siswa yang berkaitan tentang masalah kelainan tingkah laku dan adaptasi.
Sulitnya salah satu siswa untuk bergaul dan cenderung mengasingkan diri dari teman-
temannya memiliki akar permasalahan yang biasanya beruntun.
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dalam keseluruhan
sistem pendidikan khususnya di sekolah; guru merupakan salah satu pendukung unsur
pelaksana pendidikan yang mempunyai tanggung jawab sebagai pendukung
pelaksana layanan bimbingan pendidikan di sekolah, dituntut untuk memiliki
wawasan yang memadai terhadap konsep-konsep dasar bimbingan dan konseling di
sekolah.

3
Amti, Enman dan Marjohan, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan, 1992),
h. 37

11
Peserta didik tidak hanya memerlukan materi – materi pelajaran sekolah, materi
bimbingan konseling pun perlu, karena pada dasarnya setiap kehidupan pasti ada
masalah. Memang sebagian orang bisa mengatasi masalahnya sendiri, tetapi tidak
sedikit juga orang yang memerlukan bantuan orang lain untuk menyelesaikan
masalah-masalah tersebut. Jadi apabila peserta didik tetap dibiarkan memiliki
masalah tanpa dibantu, bagaimana mungkin peserta didik bisa berkonsentrasi untuk
memahami atau berfikir mengenai pelajarannya. Kalau ia masih punya beban fikiran
yang lain. Maka dari itu bimbingan dan konseling disekolah sangatlah diperlukan.
Faktor-faktor yang melatarbelakangi muncul dan diperlukannya bimbingan dan
konseling:
1. Latar Belakang Psikologis
Latar belakang psikologis dalam BK memberikan pemahaman tentang tingkah
laku individu yang menjadi sasaran (klien). Hal ini sangat penting karena bidang
garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku yang
perlu diubah atau dikembangkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
Peserta didik sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses
perkembangan, memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksi dengan
lingkungannya. Di samping itu, peserta didik senantiasa mengalami berbagai
perubahan sikap dan tingkah lakunya. Proses perkembangan tidak selalu berlangsung
secara linier (sesuai dengan arah yang diharapkan atau norma yang dijunjung tinggi),
tetapi bersifat fluktuatif dan bahkan terjadi stagnasi atau diskontinuitas
perkembangan.
Latar belakang dari segi psikologis menyangkut masalah perkembangan
individu, perbedaan individu, kebutuhan individu penyesuaian diri serta masalah
belajar.
2. Latar Belakang Sosial Budaya
Individu merupakan biopsikososiospiritual, yang artinya bahwa individu
makhluk biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Setiap anak sejak lahir tidak hanya
mampu memenuhi tuntutan biologisnya, tetapi juga tuntutan budaya di mana individu

12
itu tinggal, tuntutan budaya itu dilakukan agar segala dampak modrenisasi dapat di
filter oleh individu tersebut secara otomatis, serta individu diharapkan dapat
menyesuaikan tingkah lakunya sesuai dengan budaya yang sudah ada, agar dapat di
terima dengan baik oleh lingkungan tersebut. Untuk mengembangkan semua
kemampuan penyesuaian tersebut, sangat diperlukan sebuah bimbingan.
Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, Moh. Surya
mengatakan tentang tren bimbingan dan konseling multikultural, bahwa bimbingan
dan konseling dengan pendekatan multikultural sangat tepat untuk lingkungan
berbudaya plural seperti Indonesia. Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan
latar belakang berlandaskan semangat bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di atas
keragaman. Layanan bimbingan dan konseling hendaknya lebih berpangkal pada
nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata mampu mewujudkan kehidupan yang
harmoni dalam kondisi pluralistik.
3. Latar Belakang Agama
Setiap individu merupakan makhluk Tuhan yang pada dasarnya sama memiliki
fitrah sebagai khalifah dan hamba-Nya. Dalam kategori ini pun, sangat diperlukan
sekali bimbingan terhadap setiap tantangan dimensi spiritualitas individu, seperti:
dekadensi moral, budaya hedonistik, dan penyakit hati. Bimbingan dalam hal ini
diperuntukan agar setiap individu mampu memandang setiap tantangan kearah positif
bukan malah terjerumus kearah negative, sehingga kehidupan dapat dijalani sesuai
dengan kaidah-kaidah agama.
Dalam landasan agama, bimbingan dan konseling diperlukan penekanan pada 3
hal pokok:
a. Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam adalah mahluk Tuhan
b. Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan
kearah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama
c. Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal
suasana dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-
kaidah agama untuk membentuk perkembangan dan pemecahan masalah individu

13
Landasan religius bimbingan dan konseling pada dasarnya ingin menetapkan
klien sebagai makhluk Tuhan dengan segenap kemuliaannya menjadi fokus sentral
upaya bimbingan dan konseling. Pembahasan landasan religius ini, terkait dengan
upaya mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam proses bimbingan dan konseling.
4. Latar Belakang Pendidikan
Bimbingan dan konseling diperlukan untuk mengembangkan pendidikan yang
bersifat meninggi, meluas dan mendalam. Meninggi artinya membantu membimbing
individu memilih jenjang pendidikan yang lebih tepat, karena semakin bertambahnya
kesempatan dan kemungkinan untuk mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Serta sangat diperlukan untuk membuat individu lebih mandiri dan berkembang
secara optimal dalam berbagai bimbingan, seperti: bimbingan pribadi, sosial, belajar
dan bimbingan karir melalui berbagai jenis kegiatan bimbingan, sehingga pendidikan
dapat berjalan dengan lancar dengan adanya bimbingan dan konseling.
Arah meluas tampak dalam pembagian sekolah dalam berbagai jurusan khusus
dan sekolah kejuruan. Hal ini menimbulkan kebutuhan akan bimbingan untuk
memilih jurusan yang khusus dan memilih bidang studi yang tepat bagi setiap murid.
Arah mendalam tampak dalam berkembangnya ruang lingkup dan keragaman disertai
dengan pertumbuhan tingkat kerumitan dalam tiap bidang studi. Hal ini menimbulkan
masalah bagi murid untuk mendalami tiap bidang studi dengan tekun. Perkembangan
ke arah ini bersangkut paut pula dengan kemampuan dan sikap serta minat murid
terhadap bidang studi tertentu. Ini semua menimbulkan akibat bahwa setiap murid
memerlukan perhatian yang bersifat individual dan khusus. Dalam hal ini pula terasa
sekali kebutuhan akan bimbingan di sekolah.
Untuk menuju tercapainya pribadi yang berkembang, maka kegiatan pendidikan
hendaknya bersifat menyeluruh yang tidak hanya berupa kegiatan instruksional
(pengajaran), akan tetapi meliputi kegiatan yang menjamin bahwa setiap anak didik
secara pribadi mendapat layanan sehingga akhirnya dapat berkembang secara
optimal. Kegiatan pendidikan yang diinginkan seperti tersebut di atas, adalah
kegiatan pendidikan yang ditandai dengan pengadministrasian yang baik, kurikulum

14
beserta proses belajar mengajar yang memadai, dan layanan pribadi kepada anak
didik melalui bimbingan.
Dalam hubungan inilah bimbingan mempunyai peranan yang amat penting
dalam pendidikan, yaitu membantu setiap pribadi anak didik agar berkembang secara
optimal. Dengan demikian maka hasil pendidikan sesungguhnya akan tercermin pada
pribadi anak didik yang berkembang baik secara akademik, psikologis, maupun
sosial.
Ada tiga hal pokok yang menjadi latar belakang perlunya bimbingan dilihat dan
segi pendidikan.
1. Pertama adalah dilihat dan hakikat pendidikan sebagai suatu usaha sadar
dalam mengembangkan kepribadian. Hal ini mengandung implikasi bahwa
proses pendidikan menuntut adanya pendekatan yang lebih luas dari pada
sekedar pengajaran. Pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan pribadi
melalui layanan bimbingan dan konseling.
2. Kedua, pendidikan senantiasa berkembang secara dinamis dan karenanya
selalu terjadi perubahan perubahan dan penyesuaian dalam komponen-
komponennya. Menghadapi perkembangan ini para siswa sebagai subjek didik
memerlukan bantuan dalam penyesuaian diri melalui layanan bimbingan.
3. Ketiga pada hakikatnya guru mempunyai peranan yang tidak hanya sebagai
pengajar,tetapi lebih luas dari itu, yaitu sebagai pendidik. Sebagai pendidik,
maka guru harus dapat menggunakan pendekatan pribadi dalam mendidik
para siswanya. Pendekatan pribadi ini diwujudkan melalui layanan
bimbingan.
5. Latar Belakang Perkembangan IPTEK
Di era ini ilmu pengetahuan, informasi dan teknologi berkembang sangat pesat,
oleh karena itu diperlukannya Bimbingan dan Konseling, agar individu dapat
mengetahui dampak positif dan negatifnya dari perkembangan tersebut. Lewat
Bimbingan dan Konseling, individu diarahkan kepada dampak positif dari IPTEK 
yang lebih ditujukan pada penerapan teknologi yang harus dimilliki dan dikuasai

15
karena semakin kompleksnya jenis-jenis dan syarat pekerjaan serta persaingan antar
individu.
Dengan teknologi jaringan tidak hanya mata kuliah atau bidang studi saja yang
bisa memanfaatkan teknologi tinggi, melainkan hampir sebagian besar proses belajar
mengajar termasuk BK (Bimbingan Konseling) atau Bimbingan Karier sudah bisa
memanfaatkan teknologi. Terkait sasaran layanan makin kompleks, diperlukan
pelayanan BK yang profesional. Salah satu syarat pekerjaan profesional itu adanya
komitmen menerapkan keahlian. Lembaga ataupun sekolah harus selalu menyiapkan
guru BK yang adaptif dengan perubahan iptek sehingga teori yang dipelajari relevan
dengan tugas BK.
Dengan teknologi khususnya jaringan komputer baik Intranet maupun Internet
proses belajar mengajar, proses interaksi antara konselor dan klien bisa dilakukan
kapan saja dan dimana saja tanpa dibatasi ruang dan waktu. Dengan demikian peran
teknologi tinggi dalam dunia pendidikan khususnya Bimbingan dan Konseling sangat
dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dan maksimal.4
Bimbingan merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan memiliki
kontribusi terhadap keberhasilan proses pendidikan disekolah. Berdasarkan
pernyataan di atas dapat dipahami bahawa proses pendidikan disekolah termasuk
madrasah tidak akan berhasil secara baik apabila tidak didukung oleh
penyelenggaraan bimbingan secara baik pula.
Sekolah dan madrasah memiliki tanggung jawab yang besar membantu siswa
agar berhasil dalam belajar. Untuk itu sekolah dan madrasah hendaknya memberikan
bantuan kepada siswa untuk mengtasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan
belajar siswa. Dalam kondisi seperti ini, pelayanan bimbingan dan konseling sekolah
dan madrasah sangat penting untuk dilaksanakan guna membantu siswa mengatasi
berbagai masalah yang dihadapinya.
Secara umum masalah-masalah yang dihadapi oleh individu khususnya oleh
siswa di sekolah dan madrasah sehingga memerlukan bimbingan dan konseling
4
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004) h.62

16
adalah: (1) masalah-masalah pribadi, (2) masalah belajar (masalah-masalah yang
menyangkut pembelajaran), (3) masalah pendidikan, (4) masalah karir atau pekerjaan,
(5) penggunaan waktu senggang, (6) masalah-masalah sosial dan lain sebagainya.
Pelayanan bimbingan dan konseling telah menjadi salah satu pelayanan yang
penting dan dibutuhkan disetiap sekolah termasuk madrasah. Menurut Suradi (1996)
dan Salwa (2004) ada sepuluh alasan mengapa pelayanan bimbingan konseling perlu
diadakan khususnya disekolah yaitu :
1.      Membantu siswa agar berkembang dalam semua bidang
2.      Membantu siswa untuk membuat pilihan yang sesuai pada semua tingkatan sekolah
3.      Membantu siswa membuat perencanaan dan pemilihan karier di masa depan
(setelah tamat)
4.      Membantu siswa membuat penyesuaian yang baik disekolah dan juga diluar
sekolah
5.      Membantu dan melengkapi upaya yang dilakukan orang tua di rumah
6.      Membantu mengurangi atau mengawasi dan kelambanan dalam sistem pendidikan
7.      Membantu siswa yang memerlukan bantuan khusus
8.      Menambah daya tarik sekolah terhadap masyarakat (user)
9.      Membantu sekolah dalam mencapai sukses pendidikan (akademik) baik pada
tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi; dan
10.  Membantu mengatasi masalah disiplin pada siswa.
Paparan di atas menjelaskan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling perlu
diadakan disekolah-sekolah karena pelayanan ini dapat membantu para siswa
mencapai tujuan yang diinginkan, membantu siswa untuk meningkatkan pencapaian
akademik dan mengembangkan siswa untuk meningkatakan pencapaian akademik
dan mengembangakan potensi yang ada pada diri mereka agar mereka dapat
menghasilkan perubahan positif dalam dirinya sendiri. Selain itu, melalui pelayan
bimbingan dan konseling, para siswa disekolah dan madrasah juga berpeluang untuk

17
menyatakan perasaan dan berbagai masalah yang mereka hadapi kepada guru
bimbingan konseling.5

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan atau pertolongan yang


diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui pertemuan
tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli memiliki
kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mampu

5
Yahril, Riska Ahmad, Pengantar Bimbingan dan Konseling. (Padang: Angkasa Raya, 1987) h.45

18
memecahkan masalahnya sendiri. Atau proses pemberian bantuan atau pertolongan
yang sistematis dari pembimbing (konselor) kepada konseli (siswa) melalui
pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya untuk
mengungkap masalah konseli sehingga konseli mampu melihat masalah sendiri,
mampu menerima dirinya sendiri sesuai dengan potensinya, dan mampu memecahkan
sendiri masalan yang dihadapinya.

B. Saran

Dari penjelasan yang telah dipaparkan, penulis menyarankan kepada pembaca,


agar dapat memanfaatkan makalah ini sebagai sumber ilmu dan referensi untuk
membuat tulisan terkait yang lebih baik lagi. Selain itu agar dapat memahami latar
belakang dan pentingnya mata kuliah bimbingan konseling untuk calon tenaga
pendidik lebih baik lagi

DAFTAR PUSTAKA

Agus Wibowo & Hamrin. 2012. Menjadi Guru Berkarakter. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Ahmadi, Abu dan Ahmad Rohani. 1991. Bimbingan dan Konseling Di Sekolah.
Jakarta: Rincka Cipta.

19
Amti, Enman dan Marjohan. 1992. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek
Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta:
Rineka Cipta.

Syahril, Riska Ahmad, 1987. Pengantar Bimbingan dan Konseling. Padang: Angkasa
Raya.

20

Anda mungkin juga menyukai