Anda di halaman 1dari 14

WAWASAN PROFESIONAL BIMBINGAN DAN KONSELING

OLEH:

I GUSTI AYU AGUNG SUKMA FEBRIANTINI

NIM 2211011048

PROGRAM STUDI S1 BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN, PSIKOLOGI DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2022
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
karena atas karunia beliau, saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Wawasan Profesional Bimbingan dan Konseling” ini dengan tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu untuk memenuhi tugas
mata kuliah Wawasan Profesional Bimbingan dan Konseling. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan tentang
Wawasan Profesional Bimbingan bagi para pembaca dan penulis.
Selanjutnya, tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Putu Ari
Dharmayanti, S.Pd,.M.Pd. sebagai dosen mata kuliah Wawasan Profesional
Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan banyak arahan yang jelas
sehingga mempermudah saya dalam menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Singaraja, 9 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..................................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3

2.1 Pengertian Konseling.............................................................................3


2.2 Pengertian Konselor...............................................................................3
2.3 Alasan Memilih Jurusan Bimbingan dan Konseling..............................4
2.4 Perbedaan Profesional, Profesionalisme, dan Profesionalisasi..............4
2.5 Ciri-Ciri Jabatan Profesional..................................................................5

BAB III PENUTUP.............................................................................................7

3.1 Kesimpulan.............................................................................................7
3.2 Saran.......................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bimbingan dan Konseling terdiri dari kata bimbingan dan konseling.


Bimbingan merupakan pemberian bantuan kepada individu/ kelompok dengan
cara menggali potensi yang dimilikinya sehingga mampu mengembangkan
diri secara optimal. Sedangkan konseling merupakan bantuan yang diberikan
oleh konselor kepada konseli (klien) secara langsung atau tatap muka dalam
memecahkan masalah kehidupannya yang dilakukan oleh tenaga professional,
biasanya dilakukan secara berkesinambungan. Bimbingan dan konseling
adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik agar mampu mencapai
kemandiria, dan perkembangan secara optimal, baik dari bimbingan sosial,
bimbingan karir, bimbingan belajar dan lain sebagainya melalui berbagai jenis
pelayanan dan kegiatan pendudukung sesuai dengan norma-norma yang
berlaku.
Namun, banyak orang beranggapan bahwa menjadi seorang guru BK
(Bimbingan dan Konseling) merupakan profesi yang mudah dan bisa
dilakukan oleh siapapun. Salah satu penyebab munculnya anggapan tersebut,
yaitu karena sebagai profesi BK gagal menunujukan hasil kerjanya atau
kurang menunjukan sikap professional. Meskipun dalam UU No. 111 tahun
2014 terdapat amanat yang menyatakan bahwa guru BK memiliki jam layanan
klasikal 2 jam. Banyak sekolah yang tidak memiliki jam mengajar layanan
BK. Padahal profesi BK sangat penting dan diperlukan untuk membantu dan
mengatasi hambatan yang dimiliki oleh peserta didik. Tujuan BK berada di
sekolah, agar siswa berdaya mengatasi hambatan dalam dirinya sendiri atau
yang dikenal dengan istilah mandiri. Oleh karena itu, profesi BK berperan
penting dalam satuan pendidikan menengah (SMP dan SMA) demi membantu
atau melayani peserta didik mengatasi permasalahan-permasalahan yang
dimilikinya dan juga diperlukan sikap profesional dalam berkarir sebagai
seorang guru BK.

1.2 Rumusan Masalah

1
1. Apa itu konseling?
2. Apa yang dimaksud dengan konselor?
3. Mengapa memilih jurusan BK?
4. Apa perbedaan profesional, profesionalisme dan profesionalisasi?
5. Apa ciri-ciri jabatan profesional?
6. Apakah konselor merupakan pekerjaan profesional?

1.3 Tujuan

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Wawasan Profesional Bimbingan


dan Konseling yang diberikan oleh ibu Dr. Putu Ari Dharmayanti, S.Pd,.
M.Pd. Selain itu, tujuan membuat makalah ini adalah menginformasikan dan
mengajak pembaca untuk ikut berpikir secara kritis tentang topik yang dibahas
dalam makalah ini. Sehingga memperoleh wawasan dan pengetahuan lebih
luas bagi pembaca maupun penulis.

2
3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konseling


Konseling berasal dari istilah kata “counseling” yang kemudian
diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia menjadi “konseling”. Sedangkan
secara etimologi istilah konseling berasal dari Bahasa latin yaitu “counsiliun”
yang berarti menerima atau memahami. Konseling sebenarnya merupakan
salah satu teknik atau layanan di dalam bimbingan, tetapi teknik atau layanan
ini sangat istimewa karena sifatnya yang lentur atau fleksibel dan
komprehensif. Konseling merupakan salah satu teknik dalam bimbingan,
tetapi merupakan teknik inti atau teknik kunci. Hal ini dikarenakan konseling
dapat memberikan perubahan yang mendasar, yaitu mengubah sikap. Sikap
mendasari perbuatan, pemikiran, pandangan dan perasaan, dan lain-lain.
Selain itu, konseling juga dapat diartikan sebagai hubungan pribadi
yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang, dimana konselor melalui
hubungan itu konselor akan mengeluarkan kemampuan-kemampuan khusus
yang dimilikinya, dan menyediakan situasi belajar. Menurut pendapat
Schertzer dan Stone (1980), konseling adalah upaya seseorang untuk
membantu individu lain melalui interaksi yang bersifat pribadi sehingga akan
mampu membuat suatu keputusan yang dianggap sebagai keputusan terbaik.

2.2 Pengertian Konselor

Konselor atau pembimbing adalah seseorang yang mempunyai


keahlian dalam melakukan konseling/ penyuluhan. Salah satu ahli, telah
mendefinisikan pengertian tentang konselor, yaitu W.S. Winkel (1997:167)
menyatakan bahwa konselor sekolah adalah seorang tenaga professional yang
memperoleh pendidikan khusus di Perguruan Tinggi dan mencurahkan seluruh
waktunya pada pelayanan bimbingan dan konseling. Kons (Konselor) jika
sarjana strata 1 tersebut dilanjutkan masa studinya untuk meraih gelar
Konselor yakni mengikuti pendidikan profesi guru Bimbingan dan Konseling.
Konselor bergerak terutama dalam konseling di bidang pendidikan. Setiap
konselor membantu perkembangan setiap konseli, melalui layanan bimbingan
dan konseling secara profesional.

2.3 Alasan Memilih Jurusan BK

Alasan memilih jurusan Bimbingan dan Konseling (BK) adalah karena


saya ingin memahami karakter orang lain yang bermacam-macam dan juga
saya memiliki rasa empati yang cukup tinggi. Rasa empati dalam diri saya
berawal dari keinginan saya untuk membantu teman saya dalam mengatasi
masalahnya dengan mendengarkan ceritanya, baik suka maupun duka dan
ingin membantu dalam mengatasi masalah yang dihadapinya. Selain itu, saya
memiliki cita-cita menjadi seorang HRD (Human Resources Development) di
suatu perusahaan. Dimana salah satu tugas dari HRD (Human Resources
Development) adalah menyelenggrakan rekrutmen dan seleksi calon
karyawan. Dalam tugas ini diperlukan kemampuan psikologi yang baik dalam
memahami karakter dan sifat calon karyawan di sebuah perusahaan. Maka dari
itu, saya memilih jurusan Bimbingan dan Konseling.

2.4 Perbedaan Profesional, Profesionalisme dan Profesionalisasi

Profesi sebagai kata dasar akan timbul kata-kata jadian baru. Satu
diantaranya adalah profesional. Kamus umum Bahasa Indonesia mengartikan
profesional, yaitu sebagai hal yang bersangkutan dengan profesi, memerlukan
kepandaian khusus untuk menjalankannya, dan mengharuskan adanya
pembayaran untuk melakukannya. Profesional berarti orang yang mempunyai
keterampilan tertentu yang diperoleh pada tingkat pendididikan tinggi dan
dilaksanakan sesuai dengan kode etik profesinya. Sehubungan dengan kata
profesional, muncul istilah-istilah teknis seperti sikap profesional
(professional attitude), kode etik profesional (professional code of ethics),
sanksi atau hukuman profesional (professional organization) dan sebagainya.
Profesionalisme merupakan paham atau sikap yang mengutamakan
keprofesionalan atau cara kerja sekaligus sikap dan tinda dari penganutnya.
Misalnya, profesionalisme seseorang, profesionalisme sekolah,
profesionalisme lembaga pendidikan konselor, dan profesionalisme lembaga
peradilan. Contoh lain yaitu ditemukan dalam kalimat: para anggota profesi

4
itu menjunjung tinggi profesionalisme dalam bekerja. Hal ini berarti anggota
profesi tersebut mementingkan mutu pelayanan, taat pada kode etik, ingin
mengembangkan profesinya, rasa bangga akan profesi, meningkatkan
kemampuan dan lain sebagainya.
Profesionalisasi merupakan istilah yang menunjuk pada suatu usaha
atau kegiatan dalam rangka menjadikan diri sebagai orang yang profesional.
Usaha atau kegiatan yang dimaksud adalah belajar sendiri, belajar terprogram
dalam suatu lembaga terakreditasi, seminar, pelatihan, atau kegiatan-kegiatan
lain yang serupa dengan nama yang berbeda-beda seperti in-service training,
up-grading, lokakarya, workshop dan sebagainya. Misalnya, para konselor
mengikuti pelatihan di School of Psychoanalysis atau lembaga psikologi
tertentu untuk meningkatkan dirinya dalam menerapkan konseling
psikoanalisa atau memperoleh kewenangan menggunakan dan menafsirkan tes
psikologi tertentu. Usaha ini kita sebut sebagai profesionalisasi
(professionalization).

2.5 Ciri-Ciri Jabatan Profesional

Salah satu jabatan profesional adalah guru. Berdasarkan UU No. 14


tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 10 ayat 1, ciri-ciri guru professional
sebagai berikut.

a. Mempunyai kompetensi pedagogik, yaitu menyangkut kemampuan


mengelola pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran yang dimaksudkan,
tidak terlepas dari tugas pokok yang harus dikerjakan guru.
b. Mempunyai kompetensi kepribadian, yaitu menyangkut kepribadian yang
mantap, berakhlak mulia, arif, berwibawa, dan menjadi teladan bagi
peserta didik.
c. Mempunyai kompetensi profesi, yaitu menyangkut penguasaan materi
pelajaran secara luas dan mendalam
d. Mempunyai kompetensi sosial, yaitu menyangkut kemampuan guru dalam
berkomunikasi dan berinteraksi dengan peserta didik, sesama guru, wali
murid, dan masyarakat.

5
Konselor yang adalah pendidik (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Butir
6), sebagai tenaga professional dituntut untuk menguasai dan memenuhi
trilogi profesi dalam bidang pendidikan pada umumnya, khususnya bidang
konseling. Konselor yang profesional adalah konselor yang memiliki potensi
melakukan tugas untuk melakukan bimbingan dan konseling meliputi
pengetahuan tentang konseling, sikap, keterampilan yang profesional secara
pribadi, sosial, maupun akademis.

6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bimbingan dan Konseling terdiri dari bimbingan dan konseling.
Bimbingan memiliki arti pemberian bantuan kepada individu/ kelompok
dengan menggali potensi peserta didik sehingga mampu mengembangkan
secara optimal. Sedangkan konseling adalah bantuan yang diberikan oleh
konselor kepada konseli (klien) secara langsung atau tatap muka dalam
memecahkan masalah kehidupannya yang dilakukan oleh tenaga ahli/
professional. Jadi, Bimbingan dan Konseling merupakan pelayanan bantuan
untuk peserta didik agar mampu mencapai kemandirian dan perkembangan
secara optimal, baik dari bimbingan social, bimbingan karir, bimbingan
belajar dan lain sebagainya melalui berbagai jenis pelayanan dan kegiatan
mendukung sesuai norma-norma yang berlaku.
Konselor adalah seseorang yang memiliki keahlian dalam konseling
atau penyuluhan Bimbingan dan Konseling (BK) sangat diperlukan di satuan
pendidikan untuk membantu peserta didik dalam mengatasi permasalahan dan
hambatan perkembangan dalam dirinya. Alasan memilih jurusan BK karena
ingin mempelajari karakter orang yang berbeda-beda dan mewujudkan cita-
cita menjadi HRD (Human Resources Development). Maka dari itu,
diperlukan sikap professional dalam menjalankan karir sebagai lulusan BK.
Perbedaan profesional, profesionalisme dan profesionalisasi dapat dilihat dari
segi pengertiannya. Profesional memiliki arti sebagai hal yang bersangkutan
dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankan, dan
mengharuskan adanya pembayaran dalam melakukannya. Sedangkan
profesionalisme memiliki arti sebagai sikap atau paham yang mengutamakan
keprofesionalan atau cara kerja sekaligus sikap dan tindak dari penganutnya.
Profesionalisasi adalah suatu usaha atau kegiatan dalam rangka menjadikan
diri sebagai orang yang profesional. Jabatan profesional memiliki ciri-ciri
sebagai berikut, memiliki kompetensi pedagogik, mempunyai potensi

7
kepribadian, mempunyai kompetensi profesi, dam kemampuan kompetensi
sosial. Konselor yang adalah pendidik (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Butir
6), sebagai tenaga profesional dituntut untuk menguasai dan memenuhi trilogy
profesi dalam bidang pendidikan dan pada umumnya

3.2 Saran
Perlunya adanya pemahaman tentang betapa pentingnya sebuah profesi
maupun pekerjaan. Tidak ada profesi maupun pekerjaan yang tidak memiliki
peran penting dalam kehidupan, termasuk BK memiliki peran penting dalam
membantu dan melayani perkembangan peserta didik di sekolah menengah.
Peran tersebut juga harus diikuti dengan sikap profesional dan menunjukan
hasil kinerjanya. Hal ini dirasa sangat penting guna meminimalkan anggapan
bahwa suatu profesi itu ada yang penting dan ada yang tidak penting.

8
9
DAFTAR PUSTAKA

Hikmawati, Fenti. 2016. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Masdudi. 2015. Bimbingan dan Konseling Perspektif Sekolah. Cirebon: Nurjati


Press.

Sanusi, H. Achmad. 2015. Pendidikan Profesi Keguruan Menjadi Guru Inspiratif


dan Inovatif. Bandung: CV Pustaka Setia.

Syafaruddin, dkk. 2017. Bimbingan dan Konseling Perspektif Al Quran dan Sains.
Medan: Perdana Mulya Sarana.

Anda mungkin juga menyukai