Disusun Oleh:
Kelompok 1
Kelas PAI 3 C
2023 M/ 1445 H
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul Beriman
Kepada Qadha dan Qadar dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan kepada kita jalan kebenaran.
Penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Hasgimianti, S.Pd, M.Kons selaku dosen
pengampu matakuliah Bimbingan Konseling yang telah membimbing dan memberi banyak
pengetahuan kepada penulis serta memberikan kesempatan kepada penulis untuk membuat,
mempresentasikan makalah ini. Serta juga kepada pihak yang telah membantu dalam proses
pembuatan makalah ini, memberikan referensi dan sumbangsi pemikirannya semoga Allah
membalas dengan sebaik-baiknya.
Sebagai penutup, kritik dan saran penulis harapkan dari segenap pembaca atas segala
kekurangan yang terdapat dalam makalah ini dan juga sebagai bahan koreksi dan
pembelajaran untuk perbaikan makalah berikutnya.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................
C. Tujuan.....................................................................................................................
PEMBAHASAN
PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................
B. Saran ......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan konseling ialah salah satu bagian penting dalam suatu sekolah.
Peran penting dari bimbingan konseling ialah sebagai wadah dalam membantu peserta
didik dalam mencapai pengoptimalan diri sesuai dengan potensi-potensi yang dimiliki
serta mengentaskan masalah yang tengah dialami. Layanan bimbingan konseling tidak
bisa dilakukan apabila tidak ditangani oleh orang ahli dibidangnya. Ahli atau orang
yang menangani konseling disebut Konselor. Konselor sekolah ialah seorang ahli
yang membantu peserta didik dalam mencapai perkembangannya serta menyelesaikan
masalahnya. Demikianlah kerja dari seorang konselor.
Pekerjaan sebagai konselor bisa juga disebut sebagai sebuah profesi diaman
tidak semua pekerjaan itu dapat dikatakan profesi. Profesi merupakan suatu jabatan
atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari para petugasnya. Artinya, pekerjaan yang
disebut profesi tidak bisa dilakukan oleh orang tidak terlatih dan tidak disiapkan
khusus terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan itu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Bimbingan dan Konseling sebagai sebuah
profesi?
2. Bagaimana kilas balik profesi Konselor di Indonesia?
3. Bagaimana tugas pokok Konselor di lembaga pendidikan?
C. Tujuan
1. Memahami maksud Bimbingan dan Koseling sebagai sebuah profesi.
2. Mengetahui kilas balik profesi Konselor di Indonesia.
3. Mengetahui dan memahami tugas pokok Konselor di lembaga pendidikan.
PEMBAHASAN
1
Rifda El Fiah, Bimbingan Konseling di Sekolah, (Lampung: Renika Cipta, 2015) Hal 1
2
Nasrul Hs, Profesi dan Etika Keguruan, (Yogyakarta:Aswaja Pressindo, 2014), Hal 5
2. Untuk mewujudkan fungsi tersebut penyelenggaranya haruslah
menampilkan pelayanan yang khusus didasari teknik-teknik intelektual
dan keterampila-keterampilan tertentu yang unik.
3. Penampilan pelayanan terebut bukan hanya dilakukan secara rutin saja,
akan tetapi bersifat pemecahan masalah atau pemecahan dengan
menggunakkan teori dan metode ilmiah.
4. Pada anggotanya harus memiliki kerangka ilmu yang sama yakni
didasrkan ilmu yang jelas, sistematis, dan eksplisit; bukan didasari akal
sehat saja.
5. Untuk dapat menguasai kerangka ilmu itu diperlukan pendidikan dan
latihan dalam jangka waktu yang panjang.3
B. Kilas Balik Profesi Konselor di Indonesia
Kriteria penentapan konselor ketika itu tidak jelas dan ragam tugasnyapun
sangat lebar, mulai dari berperan semacam ”polisi sekolah” sampai dengan
mengkon¬versi hasil ujian untuk seluruh siswa di suatu sekolah menjadi skor
standar. Pada awal dekade 1960-an, LPTK-LPTK mendirikan jurusan untuk
mewadahi tenaga akademik yang akan membina program studi yang menyiapkan
konselor yang dinamakan Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan, dengan program
studi yang diselenggarakan pada 2 jenjang yaitu jenjang Sarjana Muda dengan
masa belajar 3 tahun, yang bisa diteruskan ke jenjang Sarjana dengan masa belajar
2 tahun setelah Sarjana Muda. Program studi jenjang Sarjana Muda dan Sarjana
dengan masa belajar 5 tahun inilah yang kemudian pada akhir dekade 1970-an
dilebur menjadi program S-1 dengan masa belajar 4 tahun, tidak berbeda, dari segi
masa belajarnya itu, dari program bakauloreat di negara lain, meskipun ada
perbedaan tajam dari sisi sosok kurikulernya.
3
Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta:Rineka Cipta, 2004) Hal 10
Pada dekade 1970-an itu pula mulai ada lulusan program Sarjana (lama) di
bidang Bimbingan dan Konseling, selain juga ada segelintir tenaga akademik
LPTK lulusan perguruan tinggi luar negeri yang kembali ke tanah air. Kurikulum
1975 mengacarakan layanan Bimbingan dan Konseling sebagai salah satu dari
wilayah layanan dalam sistem persekolahan mulai dari jenjang SD sampai dengan
SMA, yaitu pembelajaran yang didampingi layanan Manajemen dan Layanan
Bimbingan dan Konseling. Pada tahun 1976, ketentuan yang serupa juga
diberlakukan untuk SMK. Dalam kaitan inilah, dengan kerja sama Jurusan
Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Malang, pada tahun
1976 Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan menyelenggarakan pelatihan dalam penyelenggaraan pelayanan
bimbingan dan konseling untuk guru-guru SMK yang ditunjuk. Tindak lanjutnya
memang raib ditelan oleh waktu, karena para kepala SMK kurang memberikan
ruang gerak bagi alumni pelatihan Bimbingan dan Konseling tersebut untuk
menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling sekembalinya mereka ke
sekolah masing-masing. Tambahan pula, dengan penetapan jurusan yang telah
pasti sejak kelas I SMK, memang agak terbatas ruang gerak yang tersisa, misalnya
untuk melaksanakan layanan bimbingan karier. Untuk jenjang SD, pelayanan
bimbingan dan konseling belum terwujud sesuai dengan harapan, dan belum ada
konselor yang diangkat di SD, kecuali mungkin di sekolah swasta tertentu. Untuk
jenjang sekolah menengah, posisi konselor diisi seadanya termasuk, ketika SPG di-
phase out mulai akhir tahun 1989, sebagian dari guru-guru SPG yang tidak
diintegrasikan ke lingkungan LPTK sebagai dosen Program D-II PGSD, juga
ditempatkan sebagai guru pembimbing, umumnya di SMA.
4
Ahmad Sudrajat, Kilas Balik Profesi Konselor Di Indonesia, 14 Februari 2009, Diakses Pada 13 September
2023, https://ewintri.wordpress.com/tag/kilas-balik-profesi-konselor-di-indonesia/
5
Ahmad Sudrajat, Sejarah Perkembangan Konselor Di Indonesia, 28 Desember 2008, Diakses Pada 13
September 2023, https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/12/28/kilas-balik-profesi-konselor-di-indonesia/
Gibson & Mitchell (1995) mengemukakan beberapa fungsi utama konselor di
sekolah dasar, yakni sebagai konselor, konsultan, sebagai koordinator, sebagai agen
perubahan, sebagai asesor, sebagai pengembang karir, dan agen pencegahan. Berikut
adalah deskrisi singkat dari masing-masing peran tersebut.
1. Memberikan layanan konseling. Peran utama konselor sekolah,
sebagaimana halnya konselor di jenjang pendidikan di atasnya, adalah
memberikan konseling (mengkonseling), individual maupun kelompok.
Meskipun kebutuhan dan praktek konseling di sekolah dasar mungkin
tidak sebanyak di jenjanmg pendidikan lainnya (SLTP dan SMA) bahkan
cenderung jarang dilakukan, bagaimanapun konselor tetap harus selalu
mempersiapkan dirinya sebaik-baiknya jika sewaktu-waktu menemukan
siswa atau menerima siswa yg dirujuk oleh guru, orang tua, atau yang
diidentifikasi oleh konselor sendiri atyau oleh profresional lain yang
mungkin membutuhkan konseling. Di USA para konselor sekolah dasar
juga diminta untuk berpartisipasi aktif dalam pemecahan maalah-masalah
kesehatan mental, seperti anak-anak yang menjadsi korban kekerasan,
anak-anak yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba, dan anak-anak
yang mengalami gangguan depresi dan memperlihatkan kecenderungan
untuk bunuh diri. Ini memperlihatkan bahwa kebutuhan perkembangan
dari para siswa tampaknya dipandang nomor dua oleh kepala sekolah dan
oleh orang tua. Prioritas baru ini membawa implikasi langsung pada
pengembangan program pendidikan prajabatan dan dalam jabatan konselor
dengan memasukkan kurikulum yang berkaitan dengan masalah-masalah
sosial.
2. Konsultan. Peran penting lainnya di samping memberikan konseling bagi
para konselor sekolah dasar adalah sebagai konsultan pendidikan.
Konselor dsapat berkolaborasi dengan guru, orang tua, kepala sekolah, dan
profesional lain untuk membantu pihak ketiga (siswa). Jadi, dalam peran
ini konselor membantu pihak lain untuk membantu peserta didik
menangani secara efektif kebutuhan-kebutuhan perkembangan dan
penyesuaian.
3. Koordinator. Di sekolah dasar, para konselor juga memiliki peran sebagai
koordinator. Para konselor sekolah dasar memiliki tanggung jawab untuk
mengkoordinasikan berbagai macam kegiatan bimbingan dengan kegiatan-
kegiatan sekolah lainnya. Para konselor sekolah di Sekolah dasar juga
diperlukan untuk mengkoordinasikan kontribusi dari para profesional lain
yang terlibat dalam pengelolaan pendidikan seperti psikologi, pekerja
sosial, dsb.
4. Agen orientasi. Para konselor sekolah dasar juga memiliki peran sebagai
agen orientasi. Sebagai fasilitator perkembangan manusia, para konselor di
sekolah dasar perlu mengakui pentingnya orientasi anak didik tentang
(terhadap) tujuan sekolah dasar dan lingkungan sekolahnya. Adalah
penting bahwa pengalaman pendidikan awal anak merupakan (menjadi)
suatu pengalaman yang positif bagi anak. Berkenaan dengan ini para
konselor sekolah dasar dapart merencanakan suatu kegiatan berkonsultasi
dengan para guru untuk belajar dan mempraktekkan berbagai keterampilan
interpersonal dan interaksional di sekolah.
5. Asesor. Para konselor sekolah dasar juga memiliki peran sebagai asesor,
yakni melakukan asesmen kepada peserta didik berdasarkan data hasil tes
maupun non tes. Data hasil pengukuran tersebut perlu untuk
diinterpreastikan dalam rangka memperoleh pemahaman yang akurat
tentang siswa beserta dengan potensi-potensinya , dampak budaya pada
perkembangan siswa, dan pengaruh faktior-faktor lingkungan lain pada
perilaku siswa.
6. Pengembang karir. Peran lainnnya yang tak kalah pentingnya bagai para
konselor disekolah dasar adalah sebagai pengembang karir. Pentingnya
pendidikan di sekolah dasar sebagai landasan bagi pengambilan keputusan
di kemudian hari oleh anak menegaskan (menggarisbawahi) pentingnya
memberikan perhatian pada perkembangan karir anak. Konselor dapat
membuat kontribusi penting sebagai koordinator dan konsultan dalam
mengembangkan program pendidikan karir yang terintegrasi,
berkesinambunghan, dan terus-menerus.
7. Agen pencegahan. Di sekolah dasar merupakan tanda-tanda peringatan
awal bagi masalah-masalah anak di kemudian hari: kesulitan belajar,
gangguan mood umum (ketidakbahagiaan, gelisah, depresi), dan berbagai
bentuk perilaku kenakalan (berkelahi, pertengkaran, mengganggu,
impulsif, dan membangkang/ bandel/keras kepala). Conyne (1983) dan
Dodge (1983) serta para penulis lain telah menyebutkan sejumlah besar
bukti untuk menyatakan bahwa anak-anak yang tak dapat menyesuiakan
diri selama mengikuti pendidikan di sekolah dasar memiliki resiko tinggi
untuk mengalami berbagai macam problem perilaku di kemudian hari.
Demikian pula penyalahgunaan narkoba, kekerasan di dalam kelompok
teman sebaya, vandalisme, dan berbagai bentuk perilaku menyimpang lain
oleh anak-anak sekolah dasar grafiknya cenderung terus meningkat.