Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“Kompetensi dan Mal Praktek”


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Mata Kuliah: Kode Etik

Dosen Pengampu: Muhammad Muwefik, S. Pd. I., MA

Disusun Oleh:
Kelompok 11

Muhtar (222103030050)
Syarif Hidayatullah (222103030069)
Firdiana Marthadani (222103030071)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH ACHMAD SIDDIQ JEMBER
APRIL 2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah mencurahkan Rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang diberikan oleh dosen pembimbing.
Sholawat serta salam yang selalu tercurah kepada khotimul anbiya’, manusia yang
paling baik akhlaknya yaitu Rosulullah Muhammad SAW, kepada kelurganya,para
sahabat serta para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Amiin.

Makalah ini berjudul ”Kompetensi dan Mal Praktek” yang nantinya akan
memberikan pemahaman kepada pembaca tentang hal-hal yang berkaitan dengan hal
tersebut. Mungkin penulis tidak bisa membuat makalah ini sesempurna mungkin dan
oleh karena itu,kritik dan saran sangat penulis harapkan dari para pembaca, khususnya
dari Dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dalam mata kuliah ini.

Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada dosen pembimbing kami
yang telah memberikan arahan dan juga kepada orang-orang sekitar kami yang telah
membantu kami dalam mendapatkan sumber-sumber materi yang bisa kami jadikan
pedoman untuk menyelesaikan makalah ini.

Hormat Kami

Kelompok 11

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

A. Pengertian Kompetensi........................................................................................2
B. Kompetensi Pengetahuan Konselor Dalam Layanan Bimbingan
Dan Konseling.....................................................................................................2
C. Kompetensi Pribadi Konselor Dalam Layanan Bimbingan Dan konseling........2

BAB III PENUTUP.................................................................................................7

A. Kesimpulan.........................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Profesi Bimbingan dan Konseling (BK) bermula dari bumi Amerika Serikat.
Di sana profesi BK mulai dirintis sejak awal abad ke 20 dan memperoleh momentum
yang amat baik untuk berkembang dengan pesat pada akhir tahun 1950-an. Seiring
dengan meningkatnya kebutuhan akan tenaga konseor itu, usaha pendidikan konselor
pun mendapatkan tempat yang amat baik. Bahkan pada periode tahun 1965-1968
pendidikan konselor muncul dengan sistem yang lebih professional. Pada waktu itu
perhatian amat meningkat pada isi dan standar program dan pendidikan konselor,
masalah seleksi dan mutu tenaga konselor dan sokongan dari tenaga penunjang
terhadap pekerjaan konseling.

Di Indonesia bimbingan dan konseling secara formal dibicarakan dan profesi


BK mulai menampakkan dirinya pada tahun 1960-an, yaitu dengan didirikannya
jurusan dan penyuluhan (BP) di FKIP-Unpat/IKIP Bandung pada tahun akademi
1983/1964. Pada tahun 1975 organisasi profesi yang menghimpun para petugas yang
bergerak dalam pelayanan BP itu terbentuk, yaitu Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia
(IPBI).

Sampai sekarang ini pelayanan bimbingan dan konseling ditanah air telah
dirintis dan dikembangkan dengan waktu yang cukup lama, termasuk usia yang cukup
dewasa, namun perlu dipertanyakan, sudakah bimbingan dan konseling itu merupakan
suatu profesi ?, sampai dimanakah kadar profesionalitas para petugasnya ? Walter
Johnson (1959) mengaakan petugas professional adalah seseorang yang menampilkan
suatu tugas khusus yang mempunyai tingkat kesulitan yang lebih dari biasa,
mempersyaratkan waktu persiapan dan pendidikan yang cukup lama yang
menghasilkan pencapaian kemampuan, keterampilan dan pengetahuan yang berkadar
tinggi.

iii
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kompetensi

Kompetensi mencakup pemahaman yang memiliki pengetahuan, keterampilan,


dan kemampuan yang diperlukan untuk pekerjaan tertentu (Rustyah, 1982). Kedua,
kompetensi didefinisikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan prinsip dasar yang
ditunjukkan dalam cara berpikir dan bertindak seseorang. Kompetensi, menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan
atau memutuskan sesuatu.

Penguasaan terhadap tugas, ketrampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan


untuk mencapai keberhasilan disebut kompetensi, menurut Finch dan Crunkilton
dalam Mulyasa (2004: 38). Menurut UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan,
kompetensi didefinisikan sebagai "kemampuan kerja setiap individu yang mencakup
aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang
ditetapkan", menurut pasal 1 (10).

B. Kompetensi Pengetahuan Konselor Dalam Layanan Bimbingan dan Konseling

Untuk meningkatkan dunia pendidikan ini, pemerintah harus menetapkan


standar pendidikan. Pedoman ini berkaitan dengan pendidikan, termasuk tenaga
kependidikan. Untuk memastikan bahwa siswa di negara ini mendapatkan pendidikan
yang berkualitas, peraturan dan persyaratan pendidikan yang ketat telah dibuat.
Pemerintah mengawasi proses agar pendidikan berjalan dengan baik. Untuk
mengetahui lebih lanjut tentang persyaratan dan fungsi pengawas dalam organisasi
bimbingan dan pendidikan, maka ditulis makalah "Peranan Pengawas dalam
Organisasi Bimbingan."

C. Kompetensi Pribadi Konselor Dalam Layanan Bimbingan dan Konseling

Kemampuan, kecakapan, dan keterampilan yang ditunjukkan seseorang disebut


kualitas kepribadian. Kompetensi kepribadian adalah "kemampuan kepribadian yang

iv
mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan, dan berakhlak mulia",
menurut Mungin Eddy Wibowo. Dengan demikian, kompetensi kepribadian harus
dimiliki oleh konselor, pembimbing, atau pendidik di sekolah.

Konsekuensinya, konselor harus terbuka dan mampu mengendalikan diri. Nilai,


semangat bekerja, sifat atau karakteristik, dan tingkah laku adalah bagian dari
kepribadian konselor tersebut. Sanusi mengatakan bahwa "kemampuan kepribadian
guru meliputi beberapa hal sebagai berikut:

1) Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru


2) Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut
oleh seorang guru
3) Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi
para siswanya."

Menurut pernyataan di atas, seorang guru harus memiliki kepribadian yang baik
di mana pun mereka berada, seperti selalu berpandangan positif terhadap semua orang,
berlaku adil, dan dapat berpenampilan yang membuat siswa merasa aman dan nyaman
dengan guru mereka karena guru di sekolah berfungsi sebagai panutan dan teladan
bagi siswa mereka.. Selain itu, konselor juga harus memiliki kepribadian yang baik
terhadap orang lain, terutama siswa, memiliki

Secara rinci Dede Sugita menyatakan bahwa “setiap elemen kepribadian tersebut
dapat di jabarkan menjadi subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut:

1) Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil


2) Memiliki kepribadian yang dewasa.
3) Memiliki kepribadian yang arif
4) Memiliki kepribadian yang berwibawa.
5) Memiliki akhlak mulia dan menjadi teladan”.

Sesuai dengan pendapat Mungin Eddy Wibowo, "kompetensi kepribadian


adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi
teladan bagi orang lain dan berakhlak mulia." Dari beberapa pendapat di atas, dapat

v
disimpulkan bahwa kompetensi kepribadian adalah kemampuan, keterampilan yang
harus dimiliki oleh konselor di sekolah.

3. Kompetensi Profesional Konselor Dalam Layanan Bimbingan dan Konseling

Ketika guru merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, mereka


harus memiliki kompetensi profesional. Salah satu tanggung jawab guru adalah
mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Karena itu,
guru harus mampu menyampaikan materi pelajaran. Guru harus selalu mengetahui dan
memahami materi pelajaran. Untuk mempersiapkan diri terhadap topik yang akan
dibahas, seseorang dapat mencari informasi dari berbagai sumber, seperti membaca
buku-buku terbaru atau mengakses internet, dan terus mengikuti perkembangan dan
kemajuan dalam topik tersebut.

Adapun peran guru sebagai proses pembelajarn harus memiliki kemampuan:

1. Merencanakan sistem pembelajaran

 Merumuskan tujuan

 Memilih prioritas materi yang akan diajarkan

 Memilih dan menggunakan metode

 Memilih dan menggunakan sumber belajar yang ada

 Memilih dan menggunakan media pembelajaran

2. Melaksanakan sistem pembelajaran

 Memilih bentuk kegiatan pembelajaran yang tepat

 Menyajikan urutan pembelajaran scara tepat

3. Mengevaluasi sitem pembelajaran

 Memilih dan menyusun jenis evaluasi

 Melaksanakan kegiatan evaluasi sepanjang proses

 Mengadministrasikan hasil evaluasi

4. Mengembangkan sistem pembejaran


vi
 Mengoptimalisasi potensi peserta didik

 Meningkatkan wawasan kemampuan diri sendiri

 Mengembangkan program pembelajaran lebih lanjut

Adapun kemampuan yang harus dimiliki guru dalam proses pembelajaran dapat
diamati dari aspek profesional, yaitu:

1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang dikuasai.

2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran atau


bidang pengembangan yang dikuasai.

3. Mengembangkan materi yang dikuasai secara kreatif.

4. ,Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan


tindakan reflektif.

5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan


mengembangkan diri.

Kompetensi profesional dideskripsikan menjadi beberapa indikator yaitu:

1. Menyelenggarakan administrasi sekolah

2. Menyelenggrakan administrasi sekolah

3. Menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran

4. Merencanakan sistem pembelajaran

5. Mengevaluasi sistem pembelajaran

6. Mengembangkan sistem pembelajaran

Konselor mesti memiliki jiwa terbuka dan mampu mengendalikan diri. Profesional
dari konselor yang dibutuhkan disini dari seorang guru yaitu:

 Sukarela untuk melakukan pekerjaan ekstra

 Telah menunjukkn dapat menyesuaikan diri dan sabar

vii
 Memiliki sikap yang yang konstruktif

 Berkemauan untuk melatih pekerjaan

 Memiliki semangat untuk memberikan layanan kepada siswa, sekolah, dan


masyarakat.

Disini konselor profesional memberikan layanan berupa pendapingan (advokasi)


pengkoordinasian, mengkolaborasi dan memberikan layanan konsultasi yang dapat
menciptakan peluang yang setara dalam meraih kesempatan dan kesuksesan bagi
konseli berdasarkan prinsip-prinsip profesionaitas :

1. Setiap individu memiliki hak untuk dihargai dan mendapatkan kesempatan


untuk memperoleh layanan bimbingan dan konseling. Konselor memeberikan
pendampingan bagi individu dari berbagai latar belakang kehidupan yang
beragam dalam budaya, etnis, agama dan keyakinan, usia, status sosial, dan
ekonomi, individu dengan kebutuhan khusus, individu yang mengalami
kendala bahasa, dan identitas gender.

2. Setiap individu berhak memperoleh informasi yang mendukung kebutuhannya


untuk mengembangkan dirinya.

3. Setiap individu mempunyai hak untuk memahami arti penting dari pilihan
hidup dan bagaimana pilihan tersebut akan mempengaruhi masa depannya

4. Setiap individu memiliki hak untuk dijaga kerahasiaan pribadinya sesuai


dengan aturan hukum, kebijakan, dan standar etika layanan.

viii
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Kompetensi pengetahuan seorang konselor meliputi pengetahuan mengenai


Apa yang dimaksud dengan pengawas konselor, persyaratan bagi seorang pengawas
konselor, tugas pokok seorang pengawas konselor, fungsi pengawas konselor, serta
hak dan kewenangan seorang pengawas konselor.

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan, kecakapan dan keterampilan


yang ditampilkan seseorang. Foker menyatakan bahwa ”kompetensi kepribadian yang
dimiliki oleh konselor adalah berjiwa pendidik, terbuka, mampu mengembangkan diri
dan memiliki integritas kepribadian

Profesionalisme seorang guru merupakan suatu keharusan dalam mewujudkan


sekolah berbasis pengetahuan, yaitu pemahaman tentang pembelajaran, kurikulum,
dan perkembangan manusia termasuk gaya belajar. konselor profesional memberikan
layanan berupa pendapingan (advokasi) pengkoordinasian, mengkolaborasi dan
memberikan layanan konsultasi yang dapat menciptakan peluang yang setara dalam
meraih kesempatan dan kesuksesan bagi konseli berdasarkan prinsip-prinsip
profesionaitas.

Untuk menjadi seorang konselor profesional tidak cukup hanya memiliki ilmu,
keterampilan, dan kepribadian belaka, akan tetapi harus pula memahami dan
mengaplikasikan kode etik konseling (KEK). Pada saat ini konselor sedunia
menggunakan KEK dari lembaga yang bernama American Counselor Association
(ACA).

Stakeholder awalnya digunakan dalam dunia kerja dan usaha, terdiri dari dua
kata stake dan holder. Stake berarti to give support to, holder berarti pemegang.
Sehingga, Pengertian stakeholder dalam pendidikan dapat diartikan sebagai orang
yang menjadi pemegang dan sekaligus pemberi support terhadap pendidikan atau
lembaga pendidika

ix
DAFTAR PUSTAKA

Mardhatillah, Fitrah. (2012). Kepribadian Konselor

McLeod, John. (2003). Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group.

Partin, Ronald. (2012). Kiat Nyaman Mengajar di Dalam Kelas. Jakarta : PT. Indeks.

Sukardi, D. Ketut. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta : PT.
Rineka Cipta.

Tersedia : http://aplia08.wordpress.com/2012/03/07/stakeholder-dan-produk-jasa-
organisasi-pendidikan/. [14 Maret 2013]

Tersedia : kepribadiankonselor.blogspot.com/2012/11/kompetensi-kepribadian-
konselor/

Willis, Sofyan. (2009). Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung : CV.
Alfabeta.

Winkel, S. W. Bimbingan dan Konseling Di Sekolah Menengah. Jakarta : PT.


Gramedia.

WordPress. (2012). Stakeholder dan produk jasa organisasi pendidikan. [Online]

Anda mungkin juga menyukai