Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

BIMBINGAN DAN KONSELING

“EKSISTENSI DAN KEDUDUKAN BK DI SEKOLAH”

Oleh Kelompok 2 :

1. Aisyah Nur Batubara (20329001)


2. Alief Depa Rozan (20067029)
3. Alyssa Khoirunnisa Suprianto (20020031)

Dosen Pengampu :

Drs. Taufik, M.Pd., Kons.

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Hidayah, Inayah dan Rahmat-Nya, sehingga kami mampu menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada suri tauladan
kita yakni Nabi Muhammad SAW.

Pemakalah menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan, baik dari segi penyusunan bahasa serta aspek-aspek lainnya. Oleh
karena itu, saya mengharapkan kepada pembaca agar sekiranya memberikan kritik dan saran
agar kedepannya semakin baik dalam penyusunan makalah.

Terima kasih kami ucapkan kepada Dosen Pengampu mata kuliah Bimbingan daan
Konseling, Bapak Drs. Taufik, M.Pd., Kons. yang telah memberikan bimbingan dan arahan
kepada kami dalam proses pembuatan makalah ini agar tersusun dengan baik dan benar.

Semoga makalah ini bermanfaat dan memberikan inpirasi bagi pembaca, sekian,
terima kasih.

Padang, 14 September 2023

Pemakalah
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................................4

A. Latar Belakang ..........................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah .....................................................................................................................4

C. Tujuan ........................................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................................5

1. Eksistensi dan Kedudukan Bk di Sekolah Berdasarkan Landasan Yuridis Formal dan


Yuridis Informal ........................................................................................................................5
2. Kedudukan Bimbingan dan Penyuluhan dalam Pendidikan......................................................8

BAB III PENUTUP.........................................................................................................................10

A. Kesimpulan.................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................11


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bimbingan dan konseling merupakan salah satu kompenen dari pendidikan,


mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah merupakan suatu kegiatan bantuan dan
tuntunan yang diberikan kepada individu pada umumnya dan siswa pada khususnya
disekolah dalam rangka meningkatkan mutunya.
Pelayanan bimbingan merupakan bagian integral dari program pendidikan itu dan
karena sebagian besar dari tumpukan masalah yang yang dihadapi oleh peserta didik justru
bersumber dari keaneka ragaman tuntutan belajar disekolah. Maka, para konselor sekolah
harus mengenal bidang pendidikan sekolah secara konret.
Bila tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia yang utuh, maka
proses pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai kematangan emosional dan sosial,
sebagai individu dan anggota masyarakat selain mengembangkan kemampuan inteleknya.
Bimbingan dan konseling menangani masalah-masalah atau hal-hal di luar bidang garapan
pengajaran, tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan
pengajaran di sekolah itu. Kegiatan ini dilakukan melalui layanan secara khusus terhadap
semua siswa agar dapat mengembangkan dan memanfaatkan kemampuannya secara penuh
(Mortensen & Schemuller, 1969).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana eksistensi dan kedudukan Bk di sekolah berdasarkan Landasan Yuridis
Formal dan Yuridis Informal?
2. Bagaimana kedudukan bimbingan dan penyuluhan dalam pendidikan

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami eksistensi dan kedudukan BK di sekolah
berdasarkan Landasan Yuridis Formal dan Yuridis Informal
2. Untuk mengetahui dan memahami kedudukan bimbingan dan penyuluhan dalam
pendidikan
BAB II

PEMBAHASAN

1. Eksistensi dan Kedudukan Bk di Sekolah Berdasarkan Landasan Yuridis Formal


dan Yuridis Informal

Pendidik sangat memegang peranan penting agar proses pendidikan terhadap siswa
di sekolah berjalan maksimal dan optimal. Sebutan pendidik ini, tak hanya guru kelas
dan guru bidang studi, tetapi jugatermasuk didalamnya guru Bimbingan dan Konseling
(BK) atau seringkali disebut konselor. Melihat perjalanan BK di sekolah memang sama-
sama kita akui mengalami jalan yang bisa dikatakan berat. Eksistensi BK pernah juga
dipandang sebelah mata, sehingga bentuk kinerjanya tak diapresiasi oleh beberapa pihak.
Kualifikasi guru BK pun sempat dipertanyakan karena adanya beberapa sekolah sekedar
mengambil guruguru bidang studi yang secara garis besarnya tak pernah memperoleh
wawasan, kepengetahuan, dan keterampilan tentang BK. Malah BK di sekolah pernah
mendapatkan perhitungan tak positif dengan menyebut guru BK sebagai “polisi
sekolah”. Pekerjaan BK yang diidentikkan dengan “menghukumi” siswa-siswa yang
diperkirakan bermasalah menguatkan pernyataan itu. Padahal BK tak hanya berfungsi
mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa.

Peran guru BK di sekolah sangat penting. Proses pendidikan di sekolah tentu saja
tak sekadar memberikan materi pelajaran eksata maupun non-eksata dan mengasah
keterampilan, tetapi juga membangun kepribadian siswa dimanapun ia berada. Guru BK
di sekolah dapat memberikan layanan agar siswa memiliki konsep diri yang sangat jelas.
Layanan BK yang diberikan kepada siswa tak hanya menyangkut persoalan belajar dan
sosial. Layanan BK juga menyangkut persoalan pribadi, karir, dan sebagainya. Dengan
adanya BK di sekolah, siswa harapannya dapat mengenal dan memahami dirinya untuk
dapat mengaktualisasikan dirinya demi mencapai kehidupan yang bermakna. Di tengah
tantangan mendidik siswa di sekolah, keberadaan dan layanan BK di sekolah tentu saja
perlu mendapatkan perhatian yang sangat optimal. Optimalisasi untuk layanan BK di
sekolah perlu dilakukan dengan kehadiran guru BK yang mampu menunjukkan unjuk
kerja secara profesional. Bagaimana pun, siswa tak sekadar mendapatkan materi
pelajaran di sekolah. Layanan bimbingan pribadi, bimbingan belajar, bimbingan sosial,
bimbingan karir maupun bimbingan lainnya harapannya bisa berjalan baik.

a. Landasan Yuridis Formal (Undang-undang No. 20 Tahun 2003, Permendikbud No.


111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling)
Setelah penantian yang cukup panjang akhirnya layanan BK di sekolah kini
telah memperoleh dasar legalitas yuridis formal yang lebih kokoh, yaitu dengan
hadirnya Permendikbud No. 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, yang ditandatangani oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan per tanggal 8 Oktober 2014. Permendikbud ini menjadi
rujukan penting, khususnya bagi para Guru BK/ Konselor dalam menyelenggarakan
dan mengadministrasikan layanan Bimbingan BK di sekolah. Hal yang dianggap baru
dari kehadiran Peraturan Menteri ini yaitu secara resmi mulai diterapkannya pola
Bimbingan dan Konseling Komprehensif, sebagaimana disampaikan dalam Pasal 6
ayat 1 yang menyebutkan bahwa: “Komponen layanan Bimbingan dan Konseling
memiliki 4 (empat) program yang mencakup:
(a) Layanan dasar;
(b) Layanan peminatan dan perencanaan individual;
(c) Layanan responsif; dan
(d) Layanan dukungan sistem”. (Minto Tulus, 2014)
Layanan Bimbingan dan Konseling diselenggarakan secara terprogram
berdasarkan asesmen kebutuhan (need assesment) yang dianggap penting (skala
prioritas) dilaksanakan secara rutin dan berkelanjutan (scaffolding). Semua peserta
didik harus mendapatkan layanan bimbingan dan konseling secara terencana, teratur,
dan sistematis serta sesuai dengan kebutuhan. Untuk itu, Konselor atau Guru
Bimbingan dan Konseling dialokasikan jam masuk kelas selama 2 ( dua ) jam
pembelajaran per minggu setiap kelas secara rutin terjadwal.

Selanjutnya di dalam Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang No. 20/2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa konselor termasuk ke dalam kategori pendidik.
Berdasarkan Undang-Undang di atas secara eksplisit menunjukkan bahwa konselor
adalah pendidik yang tugas utamanya: pertama, mewujudkan suasana belajar, dan kedua,
mewujudkan suasana pembelajaran. Suasana belajar yang dimaksud adalah kondisi yang
terjadi pada diri klien yang menjalani proses konseling. Suasana belajar yang efektif
pada diri klien dapat diwujudkan melalui proses konseling yang efektif.
Kemudian Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan
juga bahwa Pergurun Tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi dan
atau vokasi (Pasal 19 ayat 3). Sebelumnya ditetapkan bahwa Kurikulum Perguruan
Tinggi disusun oleh kalangan perguruan tinggi bersama masyarakat profesi dan
pengguna (Kepmendiknas nomor 045/U/2002).

SK Menpan Nomor 64/1993 (Pasal 3) disebutkan tugas pokok guru adalah: (1)
menyusun program pengajaran, menyajikan program pengajaran, evaluasi belajar,
analisis hasil evaluasi belajar, serta menyusun program perbaikan dan pengayaan
terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya. (2) Menyusun program
bimbingan, melaksanakan program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis
hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap
peserta didik yang menjadi tangung jawabnya.

SK Menpan Nomor 118/1995 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan


Anga Kreditnya. Sebagaimana disebutkan dalam angka (1) mempunyai bidang
pengawasan sebagai berikut:

1. Bidang pengawasan Taman Kanak-kanak/ Raudatul Athfal/Bustanul Athfal, Sekolah


Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/Madrasah Diniyah/Sekolah Dasar Luar biasa.

2. Bidang pengawasan Rumpun Mata Pelajaran/Mata Pelajaran.

3. Bidang pengawasan pendidikan Luar Biasa.

4. Bidang Pengawasan Bimbingan dan Konseling.

SKB Mendikbud dan Kepala BAKN Nomor 0433/P/1993 dan nomor 25 Tahun 1993
tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya Pasal 1 (4):
Guru Pembimbing adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan
hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling terhadap sejumlah peserta
didik.

b. Landasan Yuridis Informal (Psikologis, Sosial, IPTEK, dan Globalisasi).


1. Landasan Psikologis Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat
memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang
menjadi sasaran layanan. Untuk kepentingan bimbingan dan konseling,
beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang :
a) Motif dan motivasi;
b) Pembawaan dan lingkungan,
c) Perkembangan individu;
d) Belajar; dan
e) Kepribadian.
2. Landasan Sosial-Budaya Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang
dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan
dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku
individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan produk lingkungan
sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan
dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan
tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya.
3. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) Layanan bimbingan dan
konseling merupakan kegiatan profesional yang memiliki dasar-dasar
keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan
tentang bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan
menggunakan berbagai metode, seperti: pengamatan, wawancara, analisis
dokumen, prosedur tes, inventory atau analisis laboratoris yang dituangkan
dalam bentuk laporan penelitian, buku teks dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya.
4. Landasan Globalisasi Landasan ini berhubungan dengan eksistansi guru BK
untuk menjadikan anak didiknya sebgai anak didik yang berlandasan dan
mengikuti globalisasi. Namun landasan globalisasi ini juga dapat menghambat
atau memantau siswa agar tidak terbawa akan arus globalisasi yang isfatnya
dapat merusak peserta didiknya. Karena peserta didik yang masih duduk
dikalangan sekolah dapat dengan mudah terpengaruh dengan perkembangan
globalisasi.
2. Kedudukan Bimbingan dan Penyuluhan dalam Pendidikan

Beberapa kriteria yang menjadi syarat bahwa pendidikan dapat dikata bermutu
adalah pendidikan yang mampu mengintregasikan tiga bidang kegiatan utama secara
efektif, yaitu: bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional dan
kurikulum, dan bidang pembinaan siswa (bimbingan dan konseling) (Samsul dan
Nurihsan, 2005).
a. Bidang administratif dan kepemimpinan Bidang ini merupakan kegiatan yang
berkaitan dengan masalah administrasi dan kepemimpinan, yaitu masalah yang
berhubungan dengan cara melakukan kegiatan secara efesien.
b. Bidang pengajaran dan kurikuler Bidang ini bertanggung jawab dalam kegiatan
pengajaran dan bertujuan untuk memberikan bekal, pengetahuan, keterampilan, dan
sikap kepada pesertadidik. Pada umumnya bidang ini merupakan pusat kegiatan
pendidikan dan merupakan tanggung jawab utama staff pengajar.
c. Bidang pembinaan siswa (bimbingan dan konseling). Bidang ini terkait dengan
program pemberian layanan bantuan kepada peserta didik dalam upaya mencapai
perkembangannya yang optimal melalui interaksi yang sehat dengan lingkungannya.
BAB III

KESIMPULAN

Guru BK merupakan ujung tombak dalam menerapkan penguatan pendidikan karakter


lebih dalam, guru BK semestinya dapat memberikan masukan bagaimana seharusnya
pendidikan karakter itu dapat diterapkan. Pelayanan BK yang diberikan dapat mengantarkan
peserta didik agar sukses, serta dengan strategi layanan BK yang diberikan mampu
menyelesaikan permasalahan yang ada. Layanan BK di sekolah kini telah memperoleh dasar
legalitas yuridis formal yang lebih kokoh, yaitu dengan hadirnya Permendikbud No. 111
tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah, yang ditandatangani oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan per tanggal 8
Oktober 2014. Agar dapat berdiri tegak sebagai sebuah layanan profesional yang dapat
diandalkan dan memberikan manfaat bagi kehidupan, maka layanan bimbingan dan konseling
perlu dibangun di atas landasan yang kokoh, dengan mencakup: (1) landasan filosofis, (2)
landasan psikologis; (3) landasan sosial-budaya, dan (4) landasan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
DAFTAR PUSTAKA

Samsul Yusuf dan A. Nurihsan, 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling,Bandung: Remaja
Rosdakarya.
https://osf.io/5a7xf/download/?format=pdf EKSISTENSI DAN KEDUDUKAN BK DI
SEKOLAH Berliana Putry Armanda (19033010)
https://www.usd.ac.id/fakultas/pendidikan/f1l3/PLPG2017/Download/materi/bk/BAB-I-
Esensi-Bimbingan-dan-Konseling.pdf
https://123dok.com/article/landasan-yuridis-landasan-bimbingan-dan-konseling.zwrdgn0y

Anda mungkin juga menyukai