Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

BIMBINGAN KONSELING DI SMA DAN PERGURUAN TINGGI


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Dasar-Dasar Bimbingan Konseling
Dosen Pengampu: Jamilah Aini Nasution. S.Pd., M.Ed

Disusun oleh:
1 Jerry Hasana Zikri 2106104030039
2 Siti Hajar 2106104030019
3 Fadilla Samna 2106104030097
4 Asdaliani 2106104030048
5 Israul Husna 2106104030065

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat-Nya
karena telah memberikan kami kesempatan untuk menyelesaikan makalah berjudul
“Bimbingan Konseling Di SMA dan di Perguruan Tinggi”.
Makalah “Bimbingan Konseling Di SMA dan di Perguruan Tinggi” disusun guna
memenuhi tugas dosen pada Dasar-Dasar Bimbingan Konseling di Universitas Syiah Kuala
Selain itu, kami berharap semoga makalah ini d apat membantu menambah wawasan pembaca
mengenai Dasar-Dasar BK tentang Bimbingan Konseling Di SMA dan di Perguruan Tinggi,
yang kami susun berdasarkan sumber literatur.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Jamilah Aini
Nasution.S.Pd., M.Pd selaku dosen Dasar-Dasar BK. Tugas yang telah diberikan dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi
penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah Dasar-Dasar BK guna
menjadi acuan dari bekal pengalaman bagi kami.

Sigli, 18 Okteber 2021


Hormat Kami

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR........................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................................................2
1.4 Manfaat.............................................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Bimbingan Konseling.......................................................................................................3
2.2 Bimbingan Konseling di SMA.............................................................................................................3
2.3 Fungsi Bimbingan Dan Konseling.......................................................................................................4
2.4 Masalah-Masalah Di SMA..................................................................................................................4
2.5 Model-Model Pendekatan Bimbingan Konseling Di SMA..................................................................5
2.6 Peran Guru Bimbingan Konseling Di Sekolah.....................................................................................5
3.1 Alasan Diperlukan Bimbingan Konseling Di Perguruan Tinggi............................................................6
3.2 Pengertian Fungsi dan Tujuan Bimbingan Mahasiswa.......................................................................7
BAB III........................................................................................................................................................14
PENUTUP...................................................................................................................................................14
4.1 Kesimpulan......................................................................................................................................14
DAFTAR PUSAKA........................................................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional no. 20 tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa
Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar bisa menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab

Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional itu maka dirumuskan tujuan kepada siswa untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota
umat manusia serta mempersiapkan untuk menjadi sumber daya alam yang berkualitas. Sumber
daya alam yang berkualitas merupakan sumber daya manusia, maka diperlukan peningkatan
sumber daya manusia Indonesia sebagai kekayaan negara yang kekal dan sebagai investasi untuk
mencapai kemajuan bangsa

Bimbingan konseling merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses
pendidikan sebagai suatu sistem. Bimbingan merupakan bantuan kepada individu atau siswa
dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam
ini sangatlah tepat jika diberikan di sekolah, supaya setiap siswa lebih berkembang ke arah yang
semaksimal mungkin. Dengan demikian bimbingan menjadi bidang layanan khusus dalam
keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang
tersebut.

Dalam konteks pemberian layanan bimbingan konseling atau BK, Prayitno (1997:35-36)
mengatakan bahwa pemberian layanan bimbingan konseling meliputi layanan orientasi,
informasi, penempatan dan penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan
kelompok, dan konseling kelompok. Guru Sekolah Menengah harus melaksanakan ketujuh
layanan bimbingan konseling tersebut agar setiap permasalahan yang dihadapi oleh siswa dapat
diantisipasi sedini mungkin sehingga tidak menggangu jalannya proses pembelajaran. Dengan
demikian siswa bisa mencapai prestasi belajar secara optimal tanpa mengalami hambatan dan
permasalahan pembelajaran yang cukup berarti.

Dalam Pedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan bidang Bimbingan Konseling tersirat
bahwa suatu sistem layanan bimbingan dan konseling berbasis kompetensi tidak mungkin akan
tercipta dan tercapai dengan baik apabila tidak mempunyai sistem pengelolaan yang bermutu.
Artinya, hal itu perlu dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Untuk itu diperlukan guru
pembimbing yang profesional dalam mengelola kegiatan Bimbingan Konseling berbasis
kompetensi. Bimbingan dan konseling banyak bentuk yang bersifat informal memang telah

1
2

dilaksanakan oleh perguruan tinggi melalui diskusi-diskusi, di mana dari masalah yang
didiskusikan bersama antara mahasiswa dan dosen, dapat diperoleh fakta dan pendapat yang bisa
membantu setiap lembaga mengambil manfaat atau mencari jalan keluar bagaimana mengatasi
masalah belajar dari mahasiswa di perguruan tinggi melalui bimbingan dan konseling.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana peran guru bimbingan konseling disekolah menengah atas
2. Kendala-kendala apa saja yang ada di dalam Bimbingan Konseling di Sekolah Menengah
Atas?
3. Mengapa bimbingan di perguruan tinggi itu diperlukan
4. Apa pengertian, fungsi, dan tujuan bimbingan mahasiswa
5. Apa saja yang termasuk dalam ruang lingkup bimbingan mahasiswa
6. Bagaimana prosedur bimbingan di perguruan tinggi

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui peran guru bimbingan konseling di SMA
2. Untuk mengetahui apa saja kendala yang dihadapi di SMA
3. Untuk mengetahui pentingnya bimbingan konseling di perguruan tinggi
4. Untuk menjelaskan fungsi dan tujuan bimbingan konseling
5. Untuk menjelaskan prosedur bimbingan konseling di perguruan tinggi

1.4 Manfaat
1. Bagi penulis dapat dijadikan ilmu baru
2. Bagi pembaca diharapkan dapat ilmu maupun pemahaman baru
3. Menjadikan pembelajaran bagi kita semua
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bimbingan Konseling


Bimbingan dan Konseling merupakan terjemahan dari
istilah guindance dan counselling dalam bahasa Ingris. Kata “guindance” berasal dari kata
kerja to guide yang mempunyai arti “menunjukan, membimbing, menuntun, ataupun membantu”
(Hallen 2005:2). Sesuai dengan  istilahnya  maka  bimbingan dapat diartikan secara umum
sebagai bantuan dan tuntunan, namun tidak semua bantuan diartikan bimbingan.
Definisi tersebut dipertegas dalam Panduan Pengembangan Diri (Permendiknas No. 22 Tahun
2006) yang menyatakan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan usaha
membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan
belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan bimbingan dan konseling
memfasilitasi pengembangan peserta didik, secara individual, kelompok sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang dimiliki.

Peserta didik merupakan individu yang sedang berada dalam proses berkembang yaitu
berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut
individu memerlukan pelayanan bimbingan konseling karena mereka masih kurang memiliki
pemahaman dan wawasan tentang diri dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan
arah kehidupannya.

2.2 Bimbingan Konseling di SMA

Tujuan pendidikan menengah atas acap kali dibiaskan oleh pandangan umum demi mutu
keberhasilan akademis seperti persentase kelulusan, tingginya nilai Ujian Nasional, atau
persentase kelanjutan ke perguruan tinggi negeri. Kenyataan ini sulit dipungkiri, karena secara
sekilas tujuan kurikulum menekankan penyiapan peserta didik (sekolah menengah umum /
SMU) untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi atau penyiapan peserta didik
(sekolah menengah kejuruan / SMK) agar sanggup memasuki dunia kerja.

Akibatnya, proses dalam pendidikan di jenjang sekolah menengah akan kehilangan bobot dalam
proses pembentukan pribadi. Betapa pembentukan pribadi, pendampingan pribadi, pengasahan
nilai-nilai kehidupan (values) dan pemeliharaan kepribadian siswa ( cura personalis) terabaikan.
Ini di buktikan dengan kenyataan banyak adanya tindakan di kalangan pelajar ddengan adanaya
tawuran antar pelajar, dan tindakan yang tergolong kriminal lain. Dengan demikian tugas
konselor lembaga bimbingan konseling peran yang sebenarnya dan paling potensial menggarap,
pemeliharaan kepribadian dan pengasahan nilai-nilai kehidupan siswa tsb.

3
4

2.3 Fungsi Bimbingan Dan Konseling


Sugiyo dkk (1987:14) menyatakan bahwa ada tiga fungsi bimbingan dan konseling, yaitu:

1. Fungsi penyaluran ( distributif ) Fungsi penyaluran merupakan fungsi bimbingan dalam


membantu menyalurkan siswa-siswa dalam memilih program-program pendidikan yang
ada di sekolah, memilih jurusan sekolah, memilih jenis sekolah sambungan ataupun
lapangan kerja yang sesuai dengan bakat, minat, cita-cita dan ciri- ciri kepribadiannya. Di
samping itu fungsi ini meliputi pula bantuan untuk memiliki kegiatan-kegiatan di sekolah
antara lain membantu menempatkan anak dalam kelompok belajar, dan lain-lain.

2. Fungsi penyesuaian ( adjustif ) Fungsi penyesuaian merupakan fungsi bimbingan dalam


membantu siswa untuk memperoleh penyesuaian pribadi yang sehat. Dalam berbagai
teknik bimbingan khususnya dalam teknik konseling, siswa dibantu menghadapi dan
memecahkan masalah-masalah dan kesulitan-kesulitannya. Fungsi ini juga membantu
siswa dalam usaha mengembangkan dirinya secara optimal.

3. Fungsi adaptasi ( adaptif ) Fungsi adaptasi merupakan fungsi bimbingan dalam rangka
membantu staf sekolah khususnya guru dalam mengadaptasikan program pengajaran
dengan ciri khusus dan kebutuhan pribadi siswa-siswa. Dalam fungsi ini pembimbing
menyampaikan data tentang ciri-ciri, kebutuhan minat dan kemampuan serta kesulitan-
kesulitan siswa kepada guru. Dengan data ini guru berusaha untuk bisa merencanakan
pengalaman belajar bagi para siswanya. Sehingga para siswa dapat memperoleh
pengalaman belajar yang sesuai dengan bakat, cita-cita, kebutuhan dan minat (Sugiyo,
1987:14)

2.4 Masalah-Masalah Di SMA


1. Permasalahan Dalam Belajar
 Kemampuan akademik, adalah keadaan siswa yang diperkirakan memiliki
intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara
optimal.
 Ketercepatan dalam belajar, adalah keadaan siswa yang memiliki IQ 130 atau
lebih tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan
dan kemampuan belajar yang amat tinggi itu.
 Sangat lambat dalam belajar, adalah keadaan siswa yang memiliki akademik yang
kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau
pengajaran khusus.
 Kurang motivasi dalam belajar, adalah keadaan siswa yang kurang bersemangat
dalam belajar mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
 Bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar, adalah kondisi siswa yang
perbuatan dan kegiatan belajarnya sehari-hari antagonistic dengan yang
seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur waktu, membenci guru,
tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahuinya.
5

2. Permasalahan Fisik dan phiskis


 Permasalahan yang sedang dihadapinya, sesuai perkembangan usianya sebagai
remaja yang sedang berada dalam masa pancaroba yaitu masa peralihan dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa.
 Mereka banyak mengalami konflik karena adanya perubahan-perubahan yang
terjadi pada dirinya. Perubahan-perubahan itu meliputi perubahan psikhis meliputi
Perkembangan Intelegensia, Perkembangan Emosi
(Emosionalitas),Perkembangan Moral, sosial dan kepribadian

2.5 Model-Model Pendekatan Bimbingan Konseling Di SMA

1. Pendekatan krisis, adalah pemberian layanan bimbingan dan konseling yang didasarkan
adanya krisis yang dialami oleh konseli. Tujuannya untuk membantu peserta didik dalam
mengatasi krisis atau masalah yang dihadapi / dialami oleh konseling.
2. Pendekatan remedial adalah membantu mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki
peserta didik dan berupaya pemberian remidi terhadap kelemahan-kelemahan tersebut,
Tujuannya untuk memperbaiki kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik dalam
bidang tertentu agar terhindar dari krisis.
3. Pendekatan preventif, adalah pemberian layanan bimbingan dan konseling yang
menekankan pada pencegahan terjadinya masalah-masalah yang mungkin dialami oleh
konseli. Tujuannya mengantisipasi atau mencegah masalah-masalah umum yang
mungkin dialami peserta didik dan mencoba mencegah masalah tersebut agar jangan
sampai terjadi.
4. Pendekatan perkembangan, yaitu pemberian layanan bimbingan dan konseling yang
menekankan pada identifikasi pengetahuan, ketrampilan, sikap dan pengalaman yang
diperlukan konseli agar berhasil dalam kehidupan akademik, pribadi – social dan
karirnya. Tujuannya yaitu membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan/
potensi yang dimiliki dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk
memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman yang diperlukan dalam
kehidupanya.

2.6 Peran Guru Bimbingan Konseling Di Sekolah


Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan BK, antara
lain;

1. Informator, guru diharapkan bisa sebagai pelaksana cara mengajar informatif,


laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
2. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan
lain-lain.
6

3. Motivator, guru harus bisa merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement
untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya
cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
4. Director, guru harus bisa membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai
dengan tujuan yang dicita-citakan.
5. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
6. Transmitter, guru bertindak sebagai penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan
pengetahuan.
7. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-
mengajar.
8. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
9. Evaluator, guru memiliki otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang
akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak
didiknya berhasil atau tidak.

3.1 Alasan Diperlukan Bimbingan Konseling Di Perguruan Tinggi

Pemberian layanan bimbingan mahasiswa didesak oleh banyaknya problema yamg dihadapi
oleh para mahasiswa dalam perkembangan studinya. Belajar di perguruan tinggi memiliki
beberapa karakteristik yang berbeda dengan di sekolah lanjutan. Karakteristik utama dari studi
tingkat ini adlah kemandirian, baik dalam kegiatan belajar dan pemilihan program studi,
maaupun pengolahan dirinya sebagai mahasiswa. Seorang mahasiswa telah dipandang cukup
dewasa untuk memilih dan menentukan program studi bakat, minat dan cita-citanya. Mahasiswa
juga dituntut untuk belajar sendiri, tanpa banyak diatur, diawasi, dan dikendalikan oleh dosen-
dosennya. Dalam mengelola hidupnya, mahasiswa dipandang telah cukup dewasa untuk dapat
mengatur kehidupannya sendiri, umunya mereka yang sudah berkeluarga
Dalam usha merealisasikan kemandirian tersebut, perkembangannya tidak selalu mulus dan
lancar, banyak hambatan dan problema yang mereka hadapi. Untuk mengembangkan diri dan
menghindari, serta mengatasi hambatan dan problema tesebut diperlukan bimbingan para dosen
yang dilakukan secara sistematik dan berpegang pada prinsip “Tut Wuri Handayani”. Secara
keseluruhan, problema mahasiswa dikelompokan menjadi dua kategori, yaitu problema
akademik dan problema sosial pribadi.
A. Problem Akademik
Problem akademik merupakan hambatan atau kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa
dalam merencanakan, melaksanakan, dan memaksimalkan perkembangan belajar nya.
Beberapa problem studi yang dihadapi mahasiswa antara lain:

1. Kesulitan memilih program studi yang sesuai dengan kemamapuan dan waktu
yang tersedia.
2. Kesulitan mengatur waktu belajar.
3. Kesulitan mendapatkan sumber belajar.
7

4. Kesulitan dalam menyusun makalah, laporan, dan tugas akhir.


5. Kesulitan mempelajari buku-buku yang berbahasa asing.
6. Kurang motivasi atau semangat belajar.
7. Adanya kebiasaan belajar yang slah.
8. Rendahnya rasa ingin tahu dan ingin mendalami ilmu.
9. Kurangnya minat terhdap profesi.

B. Problem Sosial
Problem social pribadi merupakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa
dalam mengelola kehidupannya sendiri serta menyesuaikan diri dengan kehidupan social,
baik di kampus maupun di lingkungan setempat. Beberapa problem social pribadi yang
dihadapi oleh mahasiswa :
1. Kesulitan ekonomi/biaya kuliah.
2. Kesulitan mengenai tempat tinggal.
3. Kesulitan menyesuaikan diri dengan teman mahasiswa.
4. Kesulitan menyesuaikan dengan masyarakat sekitar tempat tinggal.
5. Kesulitan karena masalah-masalah keluarga.
6. Kesulitan karena masalah-masalah pribadi

3.2 Pengertian Fungsi dan Tujuan Bimbingan Mahasiswa


1. Pengertian

Bimbingan dan konseling di perguruan tinggi merupakan usaha membantu mahasiswa untuk
mengembangkan dirinya dan mengatasi problemproblem akademik serta problema sosial-pribadi
yang berpengaruh terhadap perkembangan akademik mereka.
Bimbingan tersebut meliputi layanan bimbingan akademik yang diberikan oleh dosen-dosen
bimbingan pada tingkat jurusan/program, dan bimbingan sosial-pribadi yang diberikan oleh tim
bimbingan dan konseling pada tingkat jurusan/program studi, fakultas, dan universitas.
Struktur dan sistem perguruan tinggi umumnya bercirikan adanya departementalisasi,
spesialisasi, jaringan kerja (khususnya akademis) yang ruwet dan kerenggangan hubungan
manusiawi bahkan dalam kemanusiaan mahasisswa terabaikan. Pendekatan dan metode belajar-
mengajar akhir-akhir ini ditandai dengan ciri-ciri pendekatan dan metode diskusi panel, seminar
dan semacamnya disamping kuliah-kuliah.
Dalam bimbingan dan konseling diperguruan tinggi diperlukan asas-asas yang
perlu diperhatikan. Asas itu antara lain:
A. Asas perbedaan individual artinya usia, pribadi sikap, kebutuhan, kecerdasana, tingkat
kematangan psikis di antara mahasiswa adalah sangat beragam.
B. Asas masalah dan dorongan dalam menyelesaikan masalah.
8

C. Asas kebutuhan artinya spesifik, lain dibanding semasa sekolah sebelumnya ataupun
setelah mahasiswa lain dibanding kelompok seuasia yang bukan mahasiswa.
D. Asas keinginan menjadi dirinya sendiri artinya mereka inggin menjadi pribadi yang bulat
yang lain dari orang lain, sementara mereka menyerap berbagai nilai, pola tingkah laku
dari orang yang dikaguminya.

2. Fungsi

Sebelum berbicara fungsi ada beberapa sifat pokok dalam bimbingan dan konseling di perguruan
tinggi :
A. Sifat pencegahan artinya menujuk pada segala usaha yang dilakukan kepada terbinanya
suasana belajar, alat – alat belajar, pengelolaan belajar dan tingkah laku para dosen yang
dapat membantu perkembangan pribadi dan proses belajar mahasiswa.
B. Sifat koreksi artinya menunjuk pada segala penyembuhan jika mahasiswa mengalami
suatu yang tidak dipecahkan oleh dirinya sendiri dan memerlukan bantuan orang lain.
C. Bimbingan mahasiswa mempunyai beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut:
D. Pengenalan dan pemahaman yang lebih mendalam tentang kondisi, potensi, dan
karakteristik mahasiswa.
E. Membantu menyesuaikan diri dengan kehidupan di perguruan tinggi.
F. Membantu mengatasi problema-problema akademik dan problema sosial-pribadi yang
berpengaruh terhadap perkembangan akademik mahasiswa.

3. Tujuan

Secara umum tujuan bimbingan dan konseling di perguruann tinggi adalah membantu mahasiswa
untuk mengiringi proses perkembangaanya melewati masa – masa perguruan tinggi sehingga
terhindar dari kesulitan dapat mengatasi kesulitan, membuat penyesuaian yang baik dan
membuat arah diri sampai mencapi perkembangan optimal.
Dalam suatu brosur “pedoman bimbingan mahasiswa”. IKIP Malang 1980, Drs. Rosyidan, MA.
Menulis tujuan khusus bimbingan dan konseling adalah:
1. Membantu mahasiswa mewujudkan potensinya secara optimal baik untuk kepentingan
dirinya maupun masyarakat.
2. Membantu mahasiswa dalam menyesuaikan dirinya dengan tuntutan lingkungan secara
konstruktif.
3. Membantu mahasiswa dalam usaha memecahkan persoalan yang dihadapinya.
4. Membantu mahasiswa dalam mengambil keputusan dalam berbagai pilihan.
5. Membantu mahasiswa dalam memutuskan rencana belajar, karier dan rencana hidup
lainnya.

3.3 Syarat-Syarat Pembimbing

Bimbingan mahasiswa yang efesien dan efektif dapat dilaksanakan apabila didukung oleh tenaga
pembimbing yang memiliki kualitas kepribadian yang memadai, pengetahuan dan keahlian
professional tentang bimbingan, serta psikologi pendidikan yang memadai pula dan
9

berdedikasintinggi terhadap tugas dan profesinya. Hal tersebut dapat dikategoroikan sebgai
berikut:
A. Syarat kualitas kepribadian dan dedikasi
1. Bertaqwa kepada Allah SWT.
2. Menunjukkan keteladanan dalam hal yang baik.
3. Dapat dipercaya, jujur, dan konsisten.
4. Memiliki rasa kkasih syang dan kepedulian kepada mahasiswa.
5. Rela dan tanpa pamrih dalam memberikan bimbingan kepada mahasiswa.
6. Senantiasa melengkapi diri dengan pengethuan dan informasi yang berkaitan dengan
keperluan bimbingan.
B. Syarat kualifikasi
1. Pada tingkat universitas, ada satu tim Bimbingan dan Konseling (BK) yang terdiri atas
para ahli bimbingan dan pihak-pihak terkait. Timini terdiri atas seorang coordinator
berpendidikan S3 BK dan berpangkat minimal lector (golongan IV/b), dan sejumlah
anggota yang sekaligus menjadi tim BK fakultas.
2. Pada tingkat fakultas, minimal satu tim BK yang terdiri atas seorang coordinator dengan
pangkat lector (golongan IV/a) berpendidikan Magister BK dan minimal seorang tenaga
konselor dengan pangkat lector (golongan III/d) berpendidikan Magister BK.
3. Pada tingkat jurusan/prodi, ada tim pembimbing akademik yang diketuai oleh seorang
sarjana pendidikan dengan pangkat minimal lector (golongan III/d) dan telah
mendapatkan latihan khusus di bidang BK, atau memiliki pendidikan Sarjana BK yang
berperan sebagai konselor jurusan.
4. Dosen Pembimbing Akademik (DPA) sebagai anggota tim berpangkat minimal lector
(golongan III/c).

3.4 Tugas Serta Kewajiban Tim Bimbingan Dan Konseling


A. Tim BK Universitas
1. Mengoordinasi dan mengembangkan kegiatan BK bersama pimpinan universitas dan
fakultas.
2. Mengembangkan kebijakan yang berkaitan dengan BK.
3. Mengoordinasi kegiatan BK dalam memeberikan layanan kepada masyarakat luas.
4. Melayani kasus-kasus yang dirujuk oleh tim BK fakultas.
B. Tim BK Fakultas
1. Mengoordinasi dan mengembangkan kegiatan BK bersama pimpinan fakultas bagi
penyempurnann layanan BK di jurusan.
2. Menangani kasus-kasus yang relative berat yang dirujukkan oleh tim DPA/tim BK
universitas/jurusan.
3. Memberikan rujukan penanganan kepada pihak-pihak yang berwenang.
C. Jurusan
1. Bersama ketua jurusan mengembangkan dan menyempurnakan layanan BK dijurusan.
2. Mengoordinasi DPA dalam pelaksanaan layanan BK.
3. Menangani kasus-kasus khusus.
4. Memberikan rurjukan penanganan kepada tim BK fakultas.
5. Melaksanakan program layanan BK.
10

D. Dosen Pembimbing Akademil


1. Menyusun program dan jadwal layanan bimbingan akademik (studi) bagi mahasiswa.
2. Menetapkan jadwal kerja bagi layanan individual mahasiswa.
3. Memberikan pertimbangan dan persetujuan pengambilan kontrak kredit semester.
4. Memberikan informasi tentang peraturan dan ketentuan akademik.
5. Membantu mahasiswa mengembangkan diri dan menyelesaikan masalah-masalah atau
kesulitan akademik.
6. Memberikan bimbingan studi.
7. Memberikan rujukan penanganan kepada ahli BK/tim BK jurusan/fakultas/universitas
8. Membuat laporan kegiatan bimbingan akademik kepada ketua jurusan.

3.5 Ruang lingkup Bimbingan Mahasiswa


1. Bimbingan Akademik
Bimbingan akademik merupakan layanan utama dari bimbingan mahasiswa. Berbagai faktor
yang bersifat non akademis yang menjadi permasalahn mahasiswa juga akan berpengaruh
terhadap kegiatan akademis mereka. Bimbingan akademis dapat difokukskan ke dalam upaya
membantu mahasiswa dalam hal-hal berikut ini.
A. Penentuan program studi tiap semester
            Mahasiswa beelum menghayati betul kegunaan ketentuan jumlah SKS yang boleh
diambil dalam menentukan kontrak kredit. Mengingat penentuan kontrak kredit itu merupakan
bagian terpadu dan berkelanjutan dari keseluran program studi yang hendak ditempunya, maka
mahaswiswa tidak cukup sekedar mengetahui nama-nama mata kuliah yang harus mereka
tempuh. Mereka perlu dibantu dalam memahami hal – hal sebagai berikut :
1) Hakikat, tujuan dan misi program / pilihan mata kuliah yang dipilihnya dalam
kaitannya dengan keseluruhan program studi yang dimasukinya.
2) Struktur, isi dan mekanisme pelaksanaan kurikurum program studi yang dipilihnya
beserta persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat mengikuti program studi yang
hendak ditempuhnya.
3) Hakikat, isi dan fungsi setiap mata kuliah yang membangun kurikulum program studi
yang dipilihnya beserta kaitannya dengan mata kuliah lain dalam pembentukan
kemampuan profesionalnya.
4) Prosedur formal dan tidak formal yang seyogyanya ditempuh untuk kelancaran
penentuan dan perencanaan program studi yang dipilihnya.
5) Personalia secara fungsional dapat membantu melancarkan proses penentuan dan
perancangan program studi.
B. Penyelesaian studi dalam setiap mata kuliah
Dalam menempuh mata kuliah, mahasiswa sering menghadapi masalah dan kesulitan dalam
menyelesaikan tugas-tugas, memilih metode dan sumber belajar, meningkatkan kemampuan dan
motif-motif belajar, serta menyesuaikan diri terhadap tuntutan lain yang terkait dengan mata
kuliah yang diikutinya.
Dalam hal seperti itu, mahasiswa hendaknya mendapat bimbingan untuk mengembangkan
kesiapan dan kemampuan sebagai berikut:
11

1) Mengikuti kuliah dalam bentuk tatp muka secara penuh sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
2) Membuat laporan bahasan topic, bab, atau buku yang relevan dengan mata kuliah.
3) Menyusun makalah.
4) Menyusun laporan survey, observasi, atau praktikum dari mata kuliah terkait.
5) Melaksanakan tugas-tugas kerja, praktik lapangan, dan lain-lain.

C. Dorongan penyelesaian tugas akhir


1. Meningkatkan dan membangkitkan motivasi dalam penyusunan tugas akhir.
2. Merencanakan dan mengatur waktu untuk menyelesaikan tugas akhir.

D. Penyelesaian praktik lapangan (PL)


1. Menumbuhkan motif dan kesiapan diri untuk terjun dan tampil sebagai tenaga
professional dalam bidangnya.
2. Menumbuhkan kesiapan dan kemampuan mandiri dalam penyelesaian tugas-tugas
profesionalnya.
E.  Bimbingan Pengembangan Sikap dan Tanggung Jawab Profesional
1. Menumbuhkan kesiapan diri untuk menjadi tenaga professional.
2. Mengembangkan wawasan bidang profesinya melalui berbagai kegiatan akademis.
F. Bimbingan Penyesuaian Sosial dan Pribadi
1. Pentesuain terhadap suasana kehidupan perguruan tinggi.
2. Pembinaan dan pemeliharaan motif, serta gairah untuk belajar secara kreatif dan produktif.
3. Menghindarkan dan menyelesaikan konflik, baik dengan teman, dosen, maupun anggotaa
keluarga.
4. Penyesuaian diri terhadap lingkungn tempat tinggal.
5. Penyelesaian konflik antara keinginan studi dan pemenuhan tugas pekerjaan dan keluarga.

3.6 . Prosedur Bimbingan Mahasiswa


1. Tahap-Tahap Bimbingan
Prosedur bimbingan meliputi langkah pemerolehan data dan informasi, langkah pemberian
bantuan, serta pemantauan hasil bantuan yang diberikan.
Pemerolehan data dan informasi setiap mahasiswa dapat dilakukan melalui kegiatan berikut.
a. Penelaahan transkrip akademis mahasiswa.
b. Penelaahan hasil seleksi masuk mahasiswa.
c. Pengumpulan data dari mahasiswa melalui wawancara, ataupun pengamatan oleh para
Dosen Pembimbing akademis.
Langkkah pemberian bantuan terdiri atas beberapa tahap sebagai berikut.
1) Tahap pertama, bantuan awal bersamaan perolehan data melalui wawancara, pengamatan,
terutama mahasiswa baru terhadap program pendidikan dan pengajaran yang diikutinya.
2) Tahap kedua, bantuan bersifat kelompok yang diberikan oleh seorang Dosen
Pembimbing Akademis (DPA) yang bersangkutan dengan program pendidikan di
lingkungan Perguruan Tinggi (PT).
12

3) Tahap Ketiga, bimbingan perorangan yang dilakukan oleh DPA untuk menangani
masalah yang dihadapi ssesuai dengan keperluannya, yang lebih terpusat pada masalah
sosial-pribadi.
4) Tahap keempat, mahasiswa memperoleh bimbingan khusus dari konselor apabila masalah
yang dihadapi mahasiswa merupakan persoalan yang khusus dan perlu ditangani secara
khusu pula.
5) Tahap kelima, bantuan rujukan keluar, apabila bersangkutan memerlukan bantuan yang
tidak dapat dipenuhi oleh DPA dan konselor yang ada di lingkungan perguruan tinngi.

2. Mekanisme Layanan Bimbingan


Mekanisme layanan bimbingan di perguruan tinggi mencakup alur kegiatan sejak penerimaan
mahasiswa, bahkan sejak seleksi calon mahasiswa. Secara operasional, mekanisme layanan
bimbingan dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Seleksi dan penerimaan mahasiswa baru.
b. Pemerolehan data dan informasi hasil seleksi ataupun wawancara dan pengamatan.
A. Bimbingan tahap I
1. Pembimbing: Pembantu Dekan I/Pembantu Dekan III/Ketua Program/Jurusan
2. Fokus Permasalahan: Penyesuaian Akademis
3. Tujuan:
 Orientasi akademis
 Identifikasi masalah umum mahasiswa.
4. Peranan Pembantu Dekan I bersama Pembantu Dekan III
 Mengoordinasi seluruh layuanan bimbingan bagi mahasiswa di tingkat fakultas.
 Memberikan orientasi akademis terutama system studi di perguruan tinggi.
 Mengidentifikasi masalah umum.
 Membantu mahasiswa menangani masalahnya yang tidak dapat diselesaikan
bersama DPA.
5) Peranan Ketua Jurusan/Program Studi
 Memberikan orientasi akademis tentang prodi/jurusan yang dimasuki.
 Memberikan pengarahan awal mengenai kegiatan akademis.
B. Bimbingan Tahap II dan III
1. Pembimbing: DPA yang telah ditetapkan oleh dekan.
2. Fokus permasalahan:
 Permaslahan akademis, terutama berkenaan dengan kegiatan studi sehari-hari.
 Permasalahan sosial pribadi yang berkaitan erat dengan kelancaran studi.
3. Tujuan:
 Membantu mahasiswa mengatasi persoalan akademis.
 Membantu mahasiswa mengatasi masalah sosial pribadi yang menghambat
kelancaran studi.
4. Peranan DPA
 Mengungkap persoalan akademis yang dihadapi oleh setiap mahasiswa yang
dibimbingnya.
 Mengungkap masalah sosial pribadi mahasisiwa bimbingannya.
 Memberikan bantuan dalam mengatasi masalah akademis ataupun sosial pribadi.
13

 Melakukan rujukan kepada mahasiswa untuk mendapatkan bantuan atas maslah


yang tidak dapat diselesaikan oleh DPA.

C. Bimbingan Tahap IV
Bimbingan tahap IV dilakukan atas dasar hasil rujukan dari DPA atau atas dasar kehendak
mahasiswa yang bersangkutan dengan diketahui oleh DPA.
1. Pembimbing: Konselor Fakultas atau pihak lain yang terkait di luar fakultas.
2. Fokus permasalahan: Masalah-maslah sosial pribadi yang tidak tertangani oleh DPA.
3. Tujuan:
 Membantu mahasiswa mengatasi masalah sosial pribadi yang dihadapinya.
4. Peranan Konselor:
 Menerima rujukan dari DPA.
 Memberikan bantuan kepada mahasiswa yang bersangkutan.
 Memberikan rujukan kepada mahasiswa untuk memperoleh bantuan dari pihak
lain, jika diperlukan.

3. Teknik-Teknik Bimbingan

Teknik – teknik berikut merupakan teknik yang dapat dipilih untuk digunakan secara tepat:
A. Teknik diskusi kelompok yang bersifat orientasi, mencakup diskusi tentang program studi
kurikulum, personalia akademis dan proses belajar mengajar yang diterapkan dalam
pelaksanaan program studi.
B. Teknik diskusi kelompok yang bersifat bantuan, mencakup diskusi tentang permasalahan
belajar, sosial dan pribadi.
C. Teknik kegiatan kelompok lain baik yang bersifat orientasi maupun bantuan.
D. Konsultasi perorangan untuk menangani masalah-masalah akademis.
E. Konsultasi perorangan untuk menangani masalah-masalah sosial pribadi.
F. Pembahasan kasus yaitu pembahasan mahasiswa, dan permasalahannya bersama-sama
dengan personalia akademis lain untuk menemukan jalan keluar dalam membantu
mahasiswa.
G. Rujukan bagi mahasiswa yang menghadapi kesulitan sosial pribadi yang tidak dapat
ditangani oleh personalia akdemis yangada di fakultas.
14
BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Perlunya layanan bimbingan di sekolah yaitu berlatar belakangkan tiga aspek. Pertama adalah
aspek lingkungan, khususnya lingkungan. sosial kultural, yang secara langsung ataupun tidak
langsung mempengaruhi individu siswa sebagai subjek didik, dan sekolah sebagai lembaga
pendidikan. Sebagai akibat dari lingkungan pengaruh sosial-kultural ini, oleh karena itu individu
memerlukan adanya bantuan dalam perkembangannya, dan sekolahpun memerlukan pendekatan
khusus. Bantuan dan pendekatan yang dibutuhkan adalah layanan bimbingan dan konseling.

Aspek yang kedua yaitu lembaganya itu sendiri yaitu pendidikan yang mempunyai tanggung
jawab untuk mengembangkan kepribadian subjek didik. Pendidikan yang baik yaitu pendidikan
yang dilaksanakan secara tuntas baik dalam proses kegiatannya maupun tindak dan para
pelaksana nya yaitu guru sebagai pendidik. Untuk menuntaskan pendidikan, diperlu kan adanya
layanan bimbingan konseling. Aspek ketiga yaitu yang menyangkut segi subjek didik sebagai
pribadi yang unik, dinamik dan berkembang, memerlukan pendekatan dan bantuan yang khusus
melalui layanan bimbingan dan konseling.

Dengan demikian bisa dikatakan bahwa aspek lingkungan (sosial kultural), pendidikan, dan
siswa (psikologis) merupakan latar belakang perlunya layanan bimbingan dan konseling di
sekolah.Bimbingan dan konseling di perguruan tinggi merupakan usaha membantu mahasiswa
untuk mengembangkan dirinya dan mengatasi problemproblem akademik serta problema sosial-
pribadi yang berpengaruh terhadap perkembangan akademik mereka.Bimbingan tersebut
meliputi layanan bimbingan akademik yang diberikan oleh dosen-dosen bimbingan pada tingkat
jurusan/program, dan bimbingan sosial-pribadi yang diberikan oleh tim bimbingan dan konseling
pada tingkat jurusan/program studi, fakultas, dan universitas.

15
DAFTAR PUSAKA

Winkel, W. S,.2007 Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan, Jakarta: PT Gramedia


Widiasarana

Achmad Juntika Nurihsan, DR, M. Pd, 2006, Bimbingan dan konseling dalam berbagai latar
kehidupan, bandung; Refika Aditama

Achmad Juntika Nurihsan, DR, M. Pd, 2007, Srategi Layanan Bimbingan Dan Konseling,
Bandung; Refika Aditama

Anonim. 2006. ”Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah”. Pengembangan diri Allson 20 s.d 21
September 2006. http://www.scribd.com/doc/4100071/ Layanan-Bimbingan-Konseling-di-Sekolah.
Akses 18 Okteber 2021

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta..

Permendikbud No 111, 2014, https://www.google.com/search?client=firefox-b-


m&liteui=1&sxsrf=AOaemvIU298HrMuEH1kLpt2dhxh0Qx_pw
%3A1634584878255&q=perkdiknas+tahun+111&oq=perkdiknas+tahun+111&aqs=heirloom-
srp. Akses 16 Ok

16

Anda mungkin juga menyukai