Disusun oleh:
1 Jerry Hasana Zikri 2106104030039
2 Siti Hajar 2106104030019
3 Fadilla Samna 2106104030097
4 Asdaliani 2106104030048
5 Israul Husna 2106104030065
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat-Nya
karena telah memberikan kami kesempatan untuk menyelesaikan makalah berjudul
“Bimbingan Konseling Di SMA dan di Perguruan Tinggi”.
Makalah “Bimbingan Konseling Di SMA dan di Perguruan Tinggi” disusun guna
memenuhi tugas dosen pada Dasar-Dasar Bimbingan Konseling di Universitas Syiah Kuala
Selain itu, kami berharap semoga makalah ini d apat membantu menambah wawasan pembaca
mengenai Dasar-Dasar BK tentang Bimbingan Konseling Di SMA dan di Perguruan Tinggi,
yang kami susun berdasarkan sumber literatur.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Jamilah Aini
Nasution.S.Pd., M.Pd selaku dosen Dasar-Dasar BK. Tugas yang telah diberikan dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi
penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah Dasar-Dasar BK guna
menjadi acuan dari bekal pengalaman bagi kami.
i
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR........................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................................................2
1.4 Manfaat.............................................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Bimbingan Konseling.......................................................................................................3
2.2 Bimbingan Konseling di SMA.............................................................................................................3
2.3 Fungsi Bimbingan Dan Konseling.......................................................................................................4
2.4 Masalah-Masalah Di SMA..................................................................................................................4
2.5 Model-Model Pendekatan Bimbingan Konseling Di SMA..................................................................5
2.6 Peran Guru Bimbingan Konseling Di Sekolah.....................................................................................5
3.1 Alasan Diperlukan Bimbingan Konseling Di Perguruan Tinggi............................................................6
3.2 Pengertian Fungsi dan Tujuan Bimbingan Mahasiswa.......................................................................7
BAB III........................................................................................................................................................14
PENUTUP...................................................................................................................................................14
4.1 Kesimpulan......................................................................................................................................14
DAFTAR PUSAKA........................................................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional itu maka dirumuskan tujuan kepada siswa untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota
umat manusia serta mempersiapkan untuk menjadi sumber daya alam yang berkualitas. Sumber
daya alam yang berkualitas merupakan sumber daya manusia, maka diperlukan peningkatan
sumber daya manusia Indonesia sebagai kekayaan negara yang kekal dan sebagai investasi untuk
mencapai kemajuan bangsa
Bimbingan konseling merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses
pendidikan sebagai suatu sistem. Bimbingan merupakan bantuan kepada individu atau siswa
dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam
ini sangatlah tepat jika diberikan di sekolah, supaya setiap siswa lebih berkembang ke arah yang
semaksimal mungkin. Dengan demikian bimbingan menjadi bidang layanan khusus dalam
keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang
tersebut.
Dalam konteks pemberian layanan bimbingan konseling atau BK, Prayitno (1997:35-36)
mengatakan bahwa pemberian layanan bimbingan konseling meliputi layanan orientasi,
informasi, penempatan dan penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan
kelompok, dan konseling kelompok. Guru Sekolah Menengah harus melaksanakan ketujuh
layanan bimbingan konseling tersebut agar setiap permasalahan yang dihadapi oleh siswa dapat
diantisipasi sedini mungkin sehingga tidak menggangu jalannya proses pembelajaran. Dengan
demikian siswa bisa mencapai prestasi belajar secara optimal tanpa mengalami hambatan dan
permasalahan pembelajaran yang cukup berarti.
Dalam Pedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan bidang Bimbingan Konseling tersirat
bahwa suatu sistem layanan bimbingan dan konseling berbasis kompetensi tidak mungkin akan
tercipta dan tercapai dengan baik apabila tidak mempunyai sistem pengelolaan yang bermutu.
Artinya, hal itu perlu dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Untuk itu diperlukan guru
pembimbing yang profesional dalam mengelola kegiatan Bimbingan Konseling berbasis
kompetensi. Bimbingan dan konseling banyak bentuk yang bersifat informal memang telah
1
2
dilaksanakan oleh perguruan tinggi melalui diskusi-diskusi, di mana dari masalah yang
didiskusikan bersama antara mahasiswa dan dosen, dapat diperoleh fakta dan pendapat yang bisa
membantu setiap lembaga mengambil manfaat atau mencari jalan keluar bagaimana mengatasi
masalah belajar dari mahasiswa di perguruan tinggi melalui bimbingan dan konseling.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui peran guru bimbingan konseling di SMA
2. Untuk mengetahui apa saja kendala yang dihadapi di SMA
3. Untuk mengetahui pentingnya bimbingan konseling di perguruan tinggi
4. Untuk menjelaskan fungsi dan tujuan bimbingan konseling
5. Untuk menjelaskan prosedur bimbingan konseling di perguruan tinggi
1.4 Manfaat
1. Bagi penulis dapat dijadikan ilmu baru
2. Bagi pembaca diharapkan dapat ilmu maupun pemahaman baru
3. Menjadikan pembelajaran bagi kita semua
BAB II
PEMBAHASAN
Peserta didik merupakan individu yang sedang berada dalam proses berkembang yaitu
berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut
individu memerlukan pelayanan bimbingan konseling karena mereka masih kurang memiliki
pemahaman dan wawasan tentang diri dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan
arah kehidupannya.
Tujuan pendidikan menengah atas acap kali dibiaskan oleh pandangan umum demi mutu
keberhasilan akademis seperti persentase kelulusan, tingginya nilai Ujian Nasional, atau
persentase kelanjutan ke perguruan tinggi negeri. Kenyataan ini sulit dipungkiri, karena secara
sekilas tujuan kurikulum menekankan penyiapan peserta didik (sekolah menengah umum /
SMU) untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi atau penyiapan peserta didik
(sekolah menengah kejuruan / SMK) agar sanggup memasuki dunia kerja.
Akibatnya, proses dalam pendidikan di jenjang sekolah menengah akan kehilangan bobot dalam
proses pembentukan pribadi. Betapa pembentukan pribadi, pendampingan pribadi, pengasahan
nilai-nilai kehidupan (values) dan pemeliharaan kepribadian siswa ( cura personalis) terabaikan.
Ini di buktikan dengan kenyataan banyak adanya tindakan di kalangan pelajar ddengan adanaya
tawuran antar pelajar, dan tindakan yang tergolong kriminal lain. Dengan demikian tugas
konselor lembaga bimbingan konseling peran yang sebenarnya dan paling potensial menggarap,
pemeliharaan kepribadian dan pengasahan nilai-nilai kehidupan siswa tsb.
3
4
3. Fungsi adaptasi ( adaptif ) Fungsi adaptasi merupakan fungsi bimbingan dalam rangka
membantu staf sekolah khususnya guru dalam mengadaptasikan program pengajaran
dengan ciri khusus dan kebutuhan pribadi siswa-siswa. Dalam fungsi ini pembimbing
menyampaikan data tentang ciri-ciri, kebutuhan minat dan kemampuan serta kesulitan-
kesulitan siswa kepada guru. Dengan data ini guru berusaha untuk bisa merencanakan
pengalaman belajar bagi para siswanya. Sehingga para siswa dapat memperoleh
pengalaman belajar yang sesuai dengan bakat, cita-cita, kebutuhan dan minat (Sugiyo,
1987:14)
1. Pendekatan krisis, adalah pemberian layanan bimbingan dan konseling yang didasarkan
adanya krisis yang dialami oleh konseli. Tujuannya untuk membantu peserta didik dalam
mengatasi krisis atau masalah yang dihadapi / dialami oleh konseling.
2. Pendekatan remedial adalah membantu mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki
peserta didik dan berupaya pemberian remidi terhadap kelemahan-kelemahan tersebut,
Tujuannya untuk memperbaiki kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik dalam
bidang tertentu agar terhindar dari krisis.
3. Pendekatan preventif, adalah pemberian layanan bimbingan dan konseling yang
menekankan pada pencegahan terjadinya masalah-masalah yang mungkin dialami oleh
konseli. Tujuannya mengantisipasi atau mencegah masalah-masalah umum yang
mungkin dialami peserta didik dan mencoba mencegah masalah tersebut agar jangan
sampai terjadi.
4. Pendekatan perkembangan, yaitu pemberian layanan bimbingan dan konseling yang
menekankan pada identifikasi pengetahuan, ketrampilan, sikap dan pengalaman yang
diperlukan konseli agar berhasil dalam kehidupan akademik, pribadi – social dan
karirnya. Tujuannya yaitu membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan/
potensi yang dimiliki dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk
memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman yang diperlukan dalam
kehidupanya.
3. Motivator, guru harus bisa merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement
untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya
cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
4. Director, guru harus bisa membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai
dengan tujuan yang dicita-citakan.
5. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
6. Transmitter, guru bertindak sebagai penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan
pengetahuan.
7. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-
mengajar.
8. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
9. Evaluator, guru memiliki otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang
akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak
didiknya berhasil atau tidak.
Pemberian layanan bimbingan mahasiswa didesak oleh banyaknya problema yamg dihadapi
oleh para mahasiswa dalam perkembangan studinya. Belajar di perguruan tinggi memiliki
beberapa karakteristik yang berbeda dengan di sekolah lanjutan. Karakteristik utama dari studi
tingkat ini adlah kemandirian, baik dalam kegiatan belajar dan pemilihan program studi,
maaupun pengolahan dirinya sebagai mahasiswa. Seorang mahasiswa telah dipandang cukup
dewasa untuk memilih dan menentukan program studi bakat, minat dan cita-citanya. Mahasiswa
juga dituntut untuk belajar sendiri, tanpa banyak diatur, diawasi, dan dikendalikan oleh dosen-
dosennya. Dalam mengelola hidupnya, mahasiswa dipandang telah cukup dewasa untuk dapat
mengatur kehidupannya sendiri, umunya mereka yang sudah berkeluarga
Dalam usha merealisasikan kemandirian tersebut, perkembangannya tidak selalu mulus dan
lancar, banyak hambatan dan problema yang mereka hadapi. Untuk mengembangkan diri dan
menghindari, serta mengatasi hambatan dan problema tesebut diperlukan bimbingan para dosen
yang dilakukan secara sistematik dan berpegang pada prinsip “Tut Wuri Handayani”. Secara
keseluruhan, problema mahasiswa dikelompokan menjadi dua kategori, yaitu problema
akademik dan problema sosial pribadi.
A. Problem Akademik
Problem akademik merupakan hambatan atau kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa
dalam merencanakan, melaksanakan, dan memaksimalkan perkembangan belajar nya.
Beberapa problem studi yang dihadapi mahasiswa antara lain:
1. Kesulitan memilih program studi yang sesuai dengan kemamapuan dan waktu
yang tersedia.
2. Kesulitan mengatur waktu belajar.
3. Kesulitan mendapatkan sumber belajar.
7
B. Problem Sosial
Problem social pribadi merupakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa
dalam mengelola kehidupannya sendiri serta menyesuaikan diri dengan kehidupan social,
baik di kampus maupun di lingkungan setempat. Beberapa problem social pribadi yang
dihadapi oleh mahasiswa :
1. Kesulitan ekonomi/biaya kuliah.
2. Kesulitan mengenai tempat tinggal.
3. Kesulitan menyesuaikan diri dengan teman mahasiswa.
4. Kesulitan menyesuaikan dengan masyarakat sekitar tempat tinggal.
5. Kesulitan karena masalah-masalah keluarga.
6. Kesulitan karena masalah-masalah pribadi
Bimbingan dan konseling di perguruan tinggi merupakan usaha membantu mahasiswa untuk
mengembangkan dirinya dan mengatasi problemproblem akademik serta problema sosial-pribadi
yang berpengaruh terhadap perkembangan akademik mereka.
Bimbingan tersebut meliputi layanan bimbingan akademik yang diberikan oleh dosen-dosen
bimbingan pada tingkat jurusan/program, dan bimbingan sosial-pribadi yang diberikan oleh tim
bimbingan dan konseling pada tingkat jurusan/program studi, fakultas, dan universitas.
Struktur dan sistem perguruan tinggi umumnya bercirikan adanya departementalisasi,
spesialisasi, jaringan kerja (khususnya akademis) yang ruwet dan kerenggangan hubungan
manusiawi bahkan dalam kemanusiaan mahasisswa terabaikan. Pendekatan dan metode belajar-
mengajar akhir-akhir ini ditandai dengan ciri-ciri pendekatan dan metode diskusi panel, seminar
dan semacamnya disamping kuliah-kuliah.
Dalam bimbingan dan konseling diperguruan tinggi diperlukan asas-asas yang
perlu diperhatikan. Asas itu antara lain:
A. Asas perbedaan individual artinya usia, pribadi sikap, kebutuhan, kecerdasana, tingkat
kematangan psikis di antara mahasiswa adalah sangat beragam.
B. Asas masalah dan dorongan dalam menyelesaikan masalah.
8
C. Asas kebutuhan artinya spesifik, lain dibanding semasa sekolah sebelumnya ataupun
setelah mahasiswa lain dibanding kelompok seuasia yang bukan mahasiswa.
D. Asas keinginan menjadi dirinya sendiri artinya mereka inggin menjadi pribadi yang bulat
yang lain dari orang lain, sementara mereka menyerap berbagai nilai, pola tingkah laku
dari orang yang dikaguminya.
2. Fungsi
Sebelum berbicara fungsi ada beberapa sifat pokok dalam bimbingan dan konseling di perguruan
tinggi :
A. Sifat pencegahan artinya menujuk pada segala usaha yang dilakukan kepada terbinanya
suasana belajar, alat – alat belajar, pengelolaan belajar dan tingkah laku para dosen yang
dapat membantu perkembangan pribadi dan proses belajar mahasiswa.
B. Sifat koreksi artinya menunjuk pada segala penyembuhan jika mahasiswa mengalami
suatu yang tidak dipecahkan oleh dirinya sendiri dan memerlukan bantuan orang lain.
C. Bimbingan mahasiswa mempunyai beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut:
D. Pengenalan dan pemahaman yang lebih mendalam tentang kondisi, potensi, dan
karakteristik mahasiswa.
E. Membantu menyesuaikan diri dengan kehidupan di perguruan tinggi.
F. Membantu mengatasi problema-problema akademik dan problema sosial-pribadi yang
berpengaruh terhadap perkembangan akademik mahasiswa.
3. Tujuan
Secara umum tujuan bimbingan dan konseling di perguruann tinggi adalah membantu mahasiswa
untuk mengiringi proses perkembangaanya melewati masa – masa perguruan tinggi sehingga
terhindar dari kesulitan dapat mengatasi kesulitan, membuat penyesuaian yang baik dan
membuat arah diri sampai mencapi perkembangan optimal.
Dalam suatu brosur “pedoman bimbingan mahasiswa”. IKIP Malang 1980, Drs. Rosyidan, MA.
Menulis tujuan khusus bimbingan dan konseling adalah:
1. Membantu mahasiswa mewujudkan potensinya secara optimal baik untuk kepentingan
dirinya maupun masyarakat.
2. Membantu mahasiswa dalam menyesuaikan dirinya dengan tuntutan lingkungan secara
konstruktif.
3. Membantu mahasiswa dalam usaha memecahkan persoalan yang dihadapinya.
4. Membantu mahasiswa dalam mengambil keputusan dalam berbagai pilihan.
5. Membantu mahasiswa dalam memutuskan rencana belajar, karier dan rencana hidup
lainnya.
Bimbingan mahasiswa yang efesien dan efektif dapat dilaksanakan apabila didukung oleh tenaga
pembimbing yang memiliki kualitas kepribadian yang memadai, pengetahuan dan keahlian
professional tentang bimbingan, serta psikologi pendidikan yang memadai pula dan
9
berdedikasintinggi terhadap tugas dan profesinya. Hal tersebut dapat dikategoroikan sebgai
berikut:
A. Syarat kualitas kepribadian dan dedikasi
1. Bertaqwa kepada Allah SWT.
2. Menunjukkan keteladanan dalam hal yang baik.
3. Dapat dipercaya, jujur, dan konsisten.
4. Memiliki rasa kkasih syang dan kepedulian kepada mahasiswa.
5. Rela dan tanpa pamrih dalam memberikan bimbingan kepada mahasiswa.
6. Senantiasa melengkapi diri dengan pengethuan dan informasi yang berkaitan dengan
keperluan bimbingan.
B. Syarat kualifikasi
1. Pada tingkat universitas, ada satu tim Bimbingan dan Konseling (BK) yang terdiri atas
para ahli bimbingan dan pihak-pihak terkait. Timini terdiri atas seorang coordinator
berpendidikan S3 BK dan berpangkat minimal lector (golongan IV/b), dan sejumlah
anggota yang sekaligus menjadi tim BK fakultas.
2. Pada tingkat fakultas, minimal satu tim BK yang terdiri atas seorang coordinator dengan
pangkat lector (golongan IV/a) berpendidikan Magister BK dan minimal seorang tenaga
konselor dengan pangkat lector (golongan III/d) berpendidikan Magister BK.
3. Pada tingkat jurusan/prodi, ada tim pembimbing akademik yang diketuai oleh seorang
sarjana pendidikan dengan pangkat minimal lector (golongan III/d) dan telah
mendapatkan latihan khusus di bidang BK, atau memiliki pendidikan Sarjana BK yang
berperan sebagai konselor jurusan.
4. Dosen Pembimbing Akademik (DPA) sebagai anggota tim berpangkat minimal lector
(golongan III/c).
1) Mengikuti kuliah dalam bentuk tatp muka secara penuh sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
2) Membuat laporan bahasan topic, bab, atau buku yang relevan dengan mata kuliah.
3) Menyusun makalah.
4) Menyusun laporan survey, observasi, atau praktikum dari mata kuliah terkait.
5) Melaksanakan tugas-tugas kerja, praktik lapangan, dan lain-lain.
3) Tahap Ketiga, bimbingan perorangan yang dilakukan oleh DPA untuk menangani
masalah yang dihadapi ssesuai dengan keperluannya, yang lebih terpusat pada masalah
sosial-pribadi.
4) Tahap keempat, mahasiswa memperoleh bimbingan khusus dari konselor apabila masalah
yang dihadapi mahasiswa merupakan persoalan yang khusus dan perlu ditangani secara
khusu pula.
5) Tahap kelima, bantuan rujukan keluar, apabila bersangkutan memerlukan bantuan yang
tidak dapat dipenuhi oleh DPA dan konselor yang ada di lingkungan perguruan tinngi.
C. Bimbingan Tahap IV
Bimbingan tahap IV dilakukan atas dasar hasil rujukan dari DPA atau atas dasar kehendak
mahasiswa yang bersangkutan dengan diketahui oleh DPA.
1. Pembimbing: Konselor Fakultas atau pihak lain yang terkait di luar fakultas.
2. Fokus permasalahan: Masalah-maslah sosial pribadi yang tidak tertangani oleh DPA.
3. Tujuan:
Membantu mahasiswa mengatasi masalah sosial pribadi yang dihadapinya.
4. Peranan Konselor:
Menerima rujukan dari DPA.
Memberikan bantuan kepada mahasiswa yang bersangkutan.
Memberikan rujukan kepada mahasiswa untuk memperoleh bantuan dari pihak
lain, jika diperlukan.
3. Teknik-Teknik Bimbingan
Teknik – teknik berikut merupakan teknik yang dapat dipilih untuk digunakan secara tepat:
A. Teknik diskusi kelompok yang bersifat orientasi, mencakup diskusi tentang program studi
kurikulum, personalia akademis dan proses belajar mengajar yang diterapkan dalam
pelaksanaan program studi.
B. Teknik diskusi kelompok yang bersifat bantuan, mencakup diskusi tentang permasalahan
belajar, sosial dan pribadi.
C. Teknik kegiatan kelompok lain baik yang bersifat orientasi maupun bantuan.
D. Konsultasi perorangan untuk menangani masalah-masalah akademis.
E. Konsultasi perorangan untuk menangani masalah-masalah sosial pribadi.
F. Pembahasan kasus yaitu pembahasan mahasiswa, dan permasalahannya bersama-sama
dengan personalia akademis lain untuk menemukan jalan keluar dalam membantu
mahasiswa.
G. Rujukan bagi mahasiswa yang menghadapi kesulitan sosial pribadi yang tidak dapat
ditangani oleh personalia akdemis yangada di fakultas.
14
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perlunya layanan bimbingan di sekolah yaitu berlatar belakangkan tiga aspek. Pertama adalah
aspek lingkungan, khususnya lingkungan. sosial kultural, yang secara langsung ataupun tidak
langsung mempengaruhi individu siswa sebagai subjek didik, dan sekolah sebagai lembaga
pendidikan. Sebagai akibat dari lingkungan pengaruh sosial-kultural ini, oleh karena itu individu
memerlukan adanya bantuan dalam perkembangannya, dan sekolahpun memerlukan pendekatan
khusus. Bantuan dan pendekatan yang dibutuhkan adalah layanan bimbingan dan konseling.
Aspek yang kedua yaitu lembaganya itu sendiri yaitu pendidikan yang mempunyai tanggung
jawab untuk mengembangkan kepribadian subjek didik. Pendidikan yang baik yaitu pendidikan
yang dilaksanakan secara tuntas baik dalam proses kegiatannya maupun tindak dan para
pelaksana nya yaitu guru sebagai pendidik. Untuk menuntaskan pendidikan, diperlu kan adanya
layanan bimbingan konseling. Aspek ketiga yaitu yang menyangkut segi subjek didik sebagai
pribadi yang unik, dinamik dan berkembang, memerlukan pendekatan dan bantuan yang khusus
melalui layanan bimbingan dan konseling.
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa aspek lingkungan (sosial kultural), pendidikan, dan
siswa (psikologis) merupakan latar belakang perlunya layanan bimbingan dan konseling di
sekolah.Bimbingan dan konseling di perguruan tinggi merupakan usaha membantu mahasiswa
untuk mengembangkan dirinya dan mengatasi problemproblem akademik serta problema sosial-
pribadi yang berpengaruh terhadap perkembangan akademik mereka.Bimbingan tersebut
meliputi layanan bimbingan akademik yang diberikan oleh dosen-dosen bimbingan pada tingkat
jurusan/program, dan bimbingan sosial-pribadi yang diberikan oleh tim bimbingan dan konseling
pada tingkat jurusan/program studi, fakultas, dan universitas.
15
DAFTAR PUSAKA
Achmad Juntika Nurihsan, DR, M. Pd, 2006, Bimbingan dan konseling dalam berbagai latar
kehidupan, bandung; Refika Aditama
Achmad Juntika Nurihsan, DR, M. Pd, 2007, Srategi Layanan Bimbingan Dan Konseling,
Bandung; Refika Aditama
Anonim. 2006. ”Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah”. Pengembangan diri Allson 20 s.d 21
September 2006. http://www.scribd.com/doc/4100071/ Layanan-Bimbingan-Konseling-di-Sekolah.
Akses 18 Okteber 2021
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta..
16