Disusun oleh:
1. Jerry Hasana Zikri 2106104030039
2. Rafika 2106104030076
3. Irma Maulana 2106104030023
4. Sarah Diana Putri 2106104030043
5. Khaira Alisha 2106104030090
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat-Nya karenatelah
memberikan kami kesempatan untuk menyelesaikan makalah berjudul “Memahami Teori-Teori
Kepribadian Dalam Paradigma Psikoanalisis Klasik”.
Makalah “Memahami Teori-Teori Kepribadian Dalam Paradigma Psikoanalisis Klasik”
disusun guna memenuhi tugas dosen padaPsikologi Kepribadian di Universitas Syiah Kuala
Selain itu, kami berharap semoga makalah ini dapat membantu menambah wawasan pembaca
mengenai Psikologi Kepribadian tentang Memahami Teori-Teori Kepribadian Dalam
Paradigma Psikoanalisis Klasik ,yang kami susunberdasarkan sumber literatur.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dina Armalia, S.Psi.,M.Si.
selaku dosen Psikologi Kepribadian.Tugas yang telah diberikan dapat menambah pengetahuan
dan wawasan terkait bidang yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terimakasihkepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini dapat diselesaikan tepat
padawaktunya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi
penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun ,khususnya dari dosen matakuliah Psikologi Kepribadian guna
menjadi acuan dari bekal pengalaman bagi kami.
Hormat Kami
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
1.4 Manfaat.............................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
2.2 Struktur Kepribadian..............................................................................................................3
2.3 Dinamika Kepribadian...........................................................................................................4
2.4 Perkembangan Kepribadian...................................................................................................6
BAB III.........................................................................................................................................11
PENUTUPAN...............................................................................................................................11
DAFTAR PUSAKA.....................................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kepribadian merupakan.ciri, karakter, atau sifat yang khas dari dalam diri seseorang yang
berasal dari pembentukan yang di dapat dari lingkungan sekitar seperti, keluarga, dan juga
bawaan seseorang sejak lahir. Kepribadian merupakan sesuatu yang melekat pada diri manusia
secara menyeluruh dan mempunyai ciri khas yang berbeda dari setiap individu. Kepribadian
tidak bisa dilepas begitu saja seperti melepas pakaian dari tubuh kemudian memakainya kembali.
Kepribadian terus berkembang dan berubah meskipun ada.sistem yang mengikat berbagai
komponen dari kepribadian, dan kepribadian merupakan lingkup kerja tubuh dan jiwa yang tak
terpisahkan dalam satu kesatuan.
Kepribadian sangat penting diketahui oleh setiap orang agar setiap individu mampu
mengembangkan kelebihan yang dimilikinya dan memperbaiki kelemahan yang ada pada diri
orang tersebut. Seseorang yang kesulitan dalam mengembangkan dirinya kemungkinan karena
tidak mengetahui kelemahan dan kekurangan yang dimilikinya, ilmu psikologi sebagian besar
masih menggunakan cara-cara dan metode lama dalam proses memahami dan mempelajari sisi
psikologis suatu objek, hal ini kurang efisien karena membutuhkan waktu yang cukup lama
dalam prosesnya, selain itu rasa jenuh rentan terjadi selama proses tersebut.
Perkembangan individu dapat di pengaruhi dari berbagai factor, diantaranta faktor hereditas
dan faktor lingkungan, factor hereditas yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian
individu antara lain : bentuk tubuh, cairan tubuh dan sifat-sifat yang diturunkan oleh orang tua.
Sedangkan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi kepribadian individu antara lain
lingkungan rumah, sekolah , dan kebudayaan masyarakat.
Sigmund Fruend memandang perkembangan manusia sebagai suatu bentuk dorongan tidak
sadar yang memotivasi perilaku manusia, psikoanallisis sebagai pendekatan terapi yang
dikembangkan oleh Freud,digunakan untuk memberikan kesadaran pasien ke dalam konflik
emosi tidak sadar dengan menanyakan pertanyaan yang dirancang agar kenangan yang sudah
terkubur lama dapat dikumpulkan kembali.
1
2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui struktur kepribadian.
2. Untuk mengetahui apa saja dinamika kepribadian.
3. Untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan kepribadian.
1.4 Manfaat
1. Bagi penulis dapat dijadikan ilmu baru.
2. Bagi pembaca diharapkan mendapat ilmu maupun pemahaman baru.
3. Menjadikan pembelajaran bagi kita semua.
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
yaitu berusaha untukmenghentikan tegangan yang tidak menyenangkan sebagai akibat dari luar
maupun stimulus dari dalam pada tingkat energi yang rendah dan konstan serta menyenangkan.
2. EGO
Berbeda dengan id, ego dapat membedakan antara pengalaman subjektif (dalam jiwa) dan
pengalaman objektif (dunia luar). Hal tersebut yang mendasari prinsip kerja ego atau biasa
disebut dengan prinsip kenyataan (reality principle).
Ego timbul karena kebutuhan-kebutuhan organisme yang membutuhkan transaksi dengan
dunia luar / dunia objektif. Misalnya, jika seseorang lapar maka ia harus mencari makanan untuk
menghilangkan tegangan karena rasa lapar.
3. SUPEREGO
Komponen kepribadian yang terakhir adalah superego. Superego merupakan bentuk internal
dari nilai-nilai dan cita-cita tradisional masyarakat seperti memberinya hadiah maupun hukuman.
Superego sebagai bentuk dari wewenang moral kepribadian yang memberikan gambaran ideal
dan bukan gambaran yang nyata serta memperjuangkan kesempurnaan dan bukan kenikmatan.
Fokus utamanya adalah membuat keputusan apakah sesuatu hal tersebut salah atau benar.
Dengan demikian, seseorang dapat bertindak sesuai dengan norma-norma yang berlaku di
masyarakat.
1. Insting
Insting dapat diartikan sebagai perwujudan psikologis dari suatu sumber rangsangan somatik
dalam yang dibawa sejak lahir. Wujud psikologis dari insting disebut dengan hasrat, sementara
hal yang menyebabkan hasrat tersebut muncul disebut sebagai kebutuhan. Misalnya, rasa lapar
merupakan keadaan fisiologis sebagai tanda dari tubuh kekurangan makanan. Sementara secara
psikologis keinginan untuk makan disebut sebagai hasrat. Untuk itu, dapat ditarik kesimpulan
bahwa hasrat berfungsi sebegai motif bagi tingkah laku (Hall & Lindzey, 1993).
Energi insting dapat dijelaskan dari sumber (source), tujuan (aim), obyek (object) dan daya
dorong (impetus) yang dimilikinya :
a) Sumber insting : adalah kondisi jasmaniah atau kebutuhan. Tubuh menuntut keadaan
yang seimbang terus menerus, dan kekurangan nutrisi misalnya akan mengganggu
keseimbangan sehingga memunculkan insting lapar.
c) Obyek insting : adalah segala aktivitas yang menjadi perantara keinginan dan
terpenuhinya keinginan itu. Jadi tidak hanya terbatas pada bendanya saja, tetapi termasuk
pula cara-cara memenuhi kebutuhan yang timbul karena isnting itu. Misalnya, obyek
insting lapar bukan hanya makanan, tetapi meliputi kegiatan mencari uang, membeli
makanan dan menyajikan makanan itu.
d) Pendorong atau penggerak insting : adalah kekuatan insting itu, yang tergantung kepada
intensitas (besar-kecilnya) kebutuhan. Misalnya, makin lapar orang (sampai batas tertentu)
penggerak insting makannya makin besar.
Freud menjelaskan jika insting terdiri dari insting untuk hidup (life instict) dan insting untuk
mati (death instinct)
a) Insting Hidup (Life Instinct)
Insting hidup disebut juga Eros adalah dorongan yang menjamin survival dan reproduksi,
seperti lapar,haus dan seks. Bentuk enerji yang dipakai oleh insting hidup itu disebut
“libido”. Walaupun Freud mengakui adanya bermacam-macam bentuk insting hidup,
namun dalam kenyataannya yang paling diutamakan adalah insting seksual (terutama
pada masa-masa permulaan,sampai kira-kira tahun 1920). Dalam pada itu sebenarnya
insting seksual bukanlah hanya untuk satu insting saja, melainkan sekumpulan insting-
insting, karena ada bermacam-macam kebutuhan jasmaniah yang menimbulkan
keinginan-keinginan erotis.
6
2. Kecemasan
Kecemasan (anxiety) adalah variabel penting dari hampir semua teori kepribadian.
Kecemasan sebagai dampak dari konflik yang menjadi bagian kehidupan yang tak terhindarkan,
dipandang sebagai komponen dinamika kepribadian yang utama. Kecemasan adalah fungsi ego
untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat
disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Biasanya reaksi individu terhadap ancaman
ketidaksenangan dan pengrusakan yang belum dihadapinya ialah menjadi cemas atau takut.
Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang mengamankan ego karena memberi sinyal ada
bahaya di depan mata. Kecemasan akan timbul manakala seseorang tidak siap menghadapi
ancaman
Ada tiga jenis kecemasan antara lain ;
a) Kecemasan Realistis (Realistic Anxiety)
Adalah takut kepada bahaya yang nyata ada di dunia luar. Kecemasan ini menjadi asal muasal
timbulnya kecemasan neurotis dan kecemasan moral.
b) Kecemasan Neurotis (Neurotic Anxiety)
Adalah ketakutan terhadap hukuman yang bakal diterima dari orang tua atau figur
penguasa lainnya kalau seseorang memuaskan insting dengan caranya sendiri, yang
diyakininya bakal menuai hukuman. Hukuman belum tentu diterimanya, karena orang tua
belum tentu mengetahui pelanggaran yang dilakukannya, dan misalnya orang tua
mengetahui juga belum tentu menjatuhkan hukuman. Jadi, hukuman dan figur pemberi
hukuman dalam kecemasan neurotis bersifat khayalan.
c) Kecemasan Moral (Moral Anxiety)
Adalah kecemasan kata hati, kecemasan ini timbul ketika orang melanggar standar nilai
orang tua. Kecemasan moral dan kecemasan neurotis tampak mirip, tetapi memiliki
perbedaan prinsip yakni : tingkat kontrol ego pada kecemasan moral orang tetap rasional
dalam memikirkan masalahnya sedang pada kecemasan neurotis orang dalam keadaan
distres – terkadang panik sehingga mereka tidak dapat berfikir jelas.
7
e) Proyeksi (Projection)
Proyeksi adalah mekanisme mengubah kecemasan neurotis atau moral menjadi
kecemasan realistis, dengan cara melemparkan impuls-impuls internal yang
mengancam dipindahkan ke obyek di luar, sehingga seolah-olah ancaman itu
terproyeksi dari obyek eksternal kepada diri orang itu sendiri.
9
f) Introyeksi (Introjection)
Introyeksi adalah mekanisme pertahanan dimana seseorang meleburkan sifat-sifat
positif orang lain ke dalam egonya sendiri. Misalnya, seorang anak yang meniru gaya
tingkahlaku bintang film menjadi introyeksi, kalau peniruan itu dapat meningkatkan
harga diri dan menekan perasaan rendah diri, sehingga anak itu merasa lebih bangga
dengan dirinya sendiri. Pada usia berapapun, manusia bisa mengurangi kecemasan yang
terkait dengan perasaan kekurangan dengan cara mengadopsi atau melakukan
introyeksi atas nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan perilaku orang lain
.
g) Pembentukan Reaksi (Reaction Formation)
Tindakan defensif dengan cara mengganti impuls atau perasaan yang menimbulkan
kecemasan dengan impuls atau perasaan lawan/kebalikannya dalam kesadaran,
misalnya benci diganti cinta, rasa bermusuhan diganti dengan ekspresi persahabatan.
Timbul masalah bagaimana membedakan ungkapan asli suatu impuls dengan ungkapan
pengganti reaksi formasi, bagaimana cinta sejati dibedakan dengan cinta-reaksi formasi.
Biasanya reaksi formasi ditandai oleh sifat serba berlebihan, ekstrim, dan kompulsif
Tahap-Tahap Perkembangan
1. Fase Oral (Usia 0 – 1 tahun)
Fase oral adalah fase perkembangan yang berlangsung pada tahun pertama dari
kehidupan individu. Pada fase ini, daerah erogen yang paling penting dan peka adalah
mulut, yakni berkaitan dengan pemuasan kebutuhan dasar akan makanan atau air.
Stimulasi atau perangsangan atas mulut seperti mengisap, bagi bayi merupakan tingkah
laku yang menimbulkan kesenangan atau kepuasan.
jenis serta permusuhan terhadap orang tua sejenis. Anak laki-laki ingin memiliki ibunya
(ingin memiliki perhatian lebih dari ibunya) dan menyingkirkan ayahnya, sebaliknya
anak perempuan ingin memiliki ayahnya dan menyingkirkan ibunya
5. Fase Genital
Fase ini dimulai dengan perubahan biokimia dan fisiologi dalam diri remaja. Sistem
endokrin memproduksi hormon-hormon yang memicu pertumbuhan tanda-tanda
seksual sekunder (suara, rambut, buah dada, dll), dan pertumbuhan tanda seksual
primer. Pada fase ini kateksis genital mempunyai sifat narkistik, individu mempunyai
kepuasan dari perangsangan dan manipulasi tubuhnya sendiri, dan orang lain diingkan
hanya karena memberikan bentuk-bentuk tambahan dari kenikmatan jasmaniah. Pada
fase ini, impuls seks itu mulai disalurkan ke obyek diluar, seperti : berpartisipasi dalam
kegiatan kelompok, menyiapkan karir, cinta lain jenis, perkawinan dan keluarga.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Dalam teori psikoanalisis, kepribadian dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga
unsur atau sistem yakni id, ego dan superego ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling
berkaitan serta membentuk suatu totalitas.
1. Id, adalah sistem kepribadian yang paling dasar, yang didalamnya terdapat naluri-naluri
bawaan. Untuk dua sistem yang lainnya, id adalah sistem yang bertindak sebagai
penyedia atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem terebut untuk operasi-
operasi atau kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Dalam menjalankan fungsi dan
operasinya, id bertujuan untuk menghindari keadaan tidak menyenangkan dan mencapai
keadaan yang menyenangkan.
2. Ego, adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia
objek tentang kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Ego
tebentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar.
Adapun proses yang dimiliki dan dijalankan ego adalah upaya memuaskan kebutuhan
atau mengurangi tegangan oleh individu.
3. Superego, adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang
sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk).
11
DAFTAR PUSAKA
https://tambahpinter.com/teori-kepribadian-psikoanalisis-klasik-sigmund-freud/
https://psikologi.ustjogja.ac.id/index.php/2015/11/05/teori-kepribadian-sigmund-freud/
https://dosenpsikologi.com/teori-psikoanalisis-klasik
12