Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MEMAHAMI TEORI-TEORI KEPRIBADIAN DALAM PARADIGMA


PSIKOANALISIS KLASIK
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Psikologi Kepribadian
Dosen Pengampu: Dina Armalia, S.Psi.,M.Si.

Disusun oleh:
1. Jerry Hasana Zikri 2106104030039
2. Rafika 2106104030076
3. Irma Maulana 2106104030023
4. Sarah Diana Putri 2106104030043
5. Khaira Alisha 2106104030090

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat-Nya karenatelah
memberikan kami kesempatan untuk menyelesaikan makalah berjudul “Memahami Teori-Teori
Kepribadian Dalam Paradigma Psikoanalisis Klasik”.
Makalah “Memahami Teori-Teori Kepribadian Dalam Paradigma Psikoanalisis Klasik”
disusun guna memenuhi tugas dosen padaPsikologi Kepribadian di Universitas Syiah Kuala
Selain itu, kami berharap semoga makalah ini dapat membantu menambah wawasan pembaca
mengenai Psikologi Kepribadian tentang Memahami Teori-Teori Kepribadian Dalam
Paradigma Psikoanalisis Klasik ,yang kami susunberdasarkan sumber literatur.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dina Armalia, S.Psi.,M.Si.
selaku dosen Psikologi Kepribadian.Tugas yang telah diberikan dapat menambah pengetahuan
dan wawasan terkait bidang yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terimakasihkepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini dapat diselesaikan tepat
padawaktunya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi
penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun ,khususnya dari dosen matakuliah Psikologi Kepribadian guna
menjadi acuan dari bekal pengalaman bagi kami.

Banda Aceh, 24 Januari 2022

Hormat Kami

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
1.4 Manfaat.............................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
2.2 Struktur Kepribadian..............................................................................................................3
2.3 Dinamika Kepribadian...........................................................................................................4
2.4 Perkembangan Kepribadian...................................................................................................6
BAB III.........................................................................................................................................11
PENUTUPAN...............................................................................................................................11
DAFTAR PUSAKA.....................................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kepribadian merupakan.ciri, karakter, atau sifat yang khas dari dalam diri seseorang yang
berasal dari pembentukan yang di dapat dari lingkungan sekitar seperti, keluarga, dan juga
bawaan seseorang sejak lahir. Kepribadian merupakan sesuatu yang melekat pada diri manusia
secara menyeluruh dan mempunyai ciri khas yang berbeda dari setiap individu. Kepribadian
tidak bisa dilepas begitu saja seperti melepas pakaian dari tubuh kemudian memakainya kembali.
Kepribadian terus berkembang dan berubah meskipun ada.sistem yang mengikat berbagai
komponen dari kepribadian, dan kepribadian merupakan lingkup kerja tubuh dan jiwa yang tak
terpisahkan dalam satu kesatuan.

Kepribadian sangat penting diketahui oleh setiap orang agar setiap individu mampu
mengembangkan kelebihan yang dimilikinya dan memperbaiki kelemahan yang ada pada diri
orang tersebut. Seseorang yang kesulitan dalam mengembangkan dirinya kemungkinan karena
tidak mengetahui kelemahan dan kekurangan yang dimilikinya, ilmu psikologi sebagian besar
masih menggunakan cara-cara dan metode lama dalam proses memahami dan mempelajari sisi
psikologis suatu objek, hal ini kurang efisien karena membutuhkan waktu yang cukup lama
dalam prosesnya, selain itu rasa jenuh rentan terjadi selama proses tersebut.

Perkembangan individu dapat di pengaruhi dari berbagai factor, diantaranta faktor hereditas
dan faktor lingkungan, factor hereditas yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian
individu antara lain : bentuk tubuh, cairan tubuh dan sifat-sifat yang diturunkan oleh orang tua.
Sedangkan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi kepribadian individu antara lain
lingkungan rumah, sekolah , dan kebudayaan masyarakat.

Sigmund Fruend memandang perkembangan manusia sebagai suatu bentuk dorongan tidak
sadar yang memotivasi perilaku manusia, psikoanallisis sebagai pendekatan terapi yang
dikembangkan oleh Freud,digunakan untuk memberikan kesadaran pasien ke dalam konflik
emosi tidak sadar dengan menanyakan pertanyaan yang dirancang agar kenangan yang sudah
terkubur lama dapat dikumpulkan kembali.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan struktur kepribadian?
2. Apa saja dinamika kepribadian?
3. Apa saja tahap-tahap perkembangan kepribadian?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui struktur kepribadian.
2. Untuk mengetahui apa saja dinamika kepribadian.
3. Untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan kepribadian.

1.4 Manfaat
1. Bagi penulis dapat dijadikan ilmu baru.
2. Bagi pembaca diharapkan mendapat ilmu maupun pemahaman baru.
3. Menjadikan pembelajaran bagi kita semua.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori psikoanalisis klasik


Sigmund Freud memandang perkembangan manusia sebagai suatu bentuk dorongan tidak
sadar yang memotivasi perilaku manusia. Psikoanalisis sebagai pendekatan terapi yang
dikembangkan oleh Freud, digunakan untuk memberikan kesadaran (insight) pasien ke dalam
konflik emosi tidak sadar dengna menanyakan pertanyaan yang dirancang agar kenangan yang
sudah terkubur lama dapat dikumpulkan kembali (Papalia, Feldman, dan Martorell, 2014).
Dorongan tidak sadar merupakan kontribusi terbesar Freud terhadap teori kepribadian
psikoanalisis klasik. Freud menyimpulkan bahwa terdapat tiga macam kehidupan psikis / mental,
yaitu: kesadaran (the conscious), ketidaksadaran (the unconcious), dan prasadar (preconscious).
Kesadaran dapat diibaratkan dengan gunung es yang terlihat, sehingga kesadaran adalah
bagian kecil dari kepribadian. Sementara itu, ketidaksadaran (the unconcious) merupakan bagian
dari permukaan gunung es yang letaknya dibawah permukaan air. Pada bagian ini, terdapat
insting-insting yang nantinya akan mendorong perilaku manusia. Sementara itu,
prasadar (preconscious) berisi stimulus-stimulus yang belum ditekan sepenuhnya, sehingga dapat
dengan mudah ditimbulkan kembali dalam kesadaran (Basuki, 2014).

2.2 Struktur Kepribadian


Freud menjelaskan bahwa kepribadian tersusun dari tiga komponen utama, yaitu: id, ego, dan
superego. Ketiga komponen tersebut memiliki fungsi, sifat, prinsip kerja, dinamisme, dan
mekanisme masing-masing. Namun, ketiga komponen kepribadian itu saling berinteraksi satu
sama lain, sehingga mustahil jika memisahkan ketiga komponen tersebut untuk mengetahui
seberapa besar peranan dari masing-masing komponen terhadap perilaku manusia (Hall &
Lindzey, 1993).
Ada tiga struktur kepribadian antara lain;
1. ID
Id merupakan komponen kepribadian yang asli, tempat dimana ego dan superego
berkembang. Id berisi mengenai segala hal yang sudah diwariskan dan telah ada dari sejak lahir,
termasuk insting-insting Freud juga menyebut id dengan ‘kenyataan psikis yang
sebenarnya’ karena id tidak mengenal kenyataan objektif dan hanya merepresentasikan
pengalaman batin yang subjektif. Id bekerja dengan prinsip kenikmatan (pleasure principle),

3
4

yaitu berusaha untukmenghentikan tegangan yang tidak menyenangkan sebagai akibat dari luar
maupun stimulus dari dalam pada tingkat energi yang rendah dan konstan serta menyenangkan.

2. EGO
Berbeda dengan id, ego dapat membedakan antara pengalaman subjektif (dalam jiwa) dan
pengalaman objektif (dunia luar). Hal tersebut yang mendasari prinsip kerja ego atau biasa
disebut dengan prinsip kenyataan (reality principle).
Ego timbul karena kebutuhan-kebutuhan organisme yang membutuhkan transaksi dengan
dunia luar / dunia objektif. Misalnya, jika seseorang lapar maka ia harus mencari makanan untuk
menghilangkan tegangan karena rasa lapar.

3. SUPEREGO
Komponen kepribadian yang terakhir adalah superego. Superego merupakan bentuk internal
dari nilai-nilai dan cita-cita tradisional masyarakat seperti memberinya hadiah maupun hukuman.
Superego sebagai bentuk dari wewenang moral kepribadian yang memberikan gambaran ideal
dan bukan gambaran yang nyata serta memperjuangkan kesempurnaan dan bukan kenikmatan.
Fokus utamanya adalah membuat keputusan apakah sesuatu hal tersebut salah atau benar.
Dengan demikian, seseorang dapat bertindak sesuai dengan norma-norma yang berlaku di
masyarakat.

2.3 Dinamika Kepribadian


Dalam dinamika kepribadian, Freud menjelaskan tentang adanya tenaga pendorong (cathexis)
dan tenaga penekanan (anti–cathexis). Kateksis adalah pemakaian energi psikis yang dilakukan
oleh id untuk suatu objek tertentu untuk memuaskan suatu naluri, sedangkan anti-kataeksis
adalah penggunaan energi psikis (yang berasal dari id) untuk menekan atau mencegah agar id
tidak memunculkan naluri–naluri yang tidak bijaksana dan destruktif. Id hanya memiliki
kateksis, sedangkan ego dan superego memiliki anti-kateksis, namun ego dan superego juga bisa
membentuk kateksis-objek yang baru sebagai pengalihan pemuasan kebutuhan secara tidak
langsung, masih berkaitan dengan asosiasi–asosiasi objek pemuasan kebutuhan yang diinginkan
oleh id.
Tingkat kehidupan mental dan wilayah pikiran mengacu pada struktur atau komposisi
kepribadian. Sehingga, Freud mengusulkan sebuah dinamika atau prinsip motivasional untuk
menerangkan kekuatan-kekuatan yang mendorong tindakan manusia. Bagi Freud, manusia
termotivasi untuk mencari kesenangan serta menurunkan ketegangan dan kecemasan. Motivasi
ini diperoleh dari energi psikis dan fisik dari dorongan-dorongan dasar yang mereka miliki.
5

1. Insting
Insting dapat diartikan sebagai perwujudan psikologis dari suatu sumber rangsangan somatik
dalam yang dibawa sejak lahir. Wujud psikologis dari insting disebut dengan hasrat, sementara
hal yang menyebabkan hasrat tersebut muncul disebut sebagai kebutuhan. Misalnya, rasa lapar
merupakan keadaan fisiologis sebagai tanda dari tubuh kekurangan makanan. Sementara secara
psikologis keinginan untuk makan disebut sebagai hasrat. Untuk itu, dapat ditarik kesimpulan
bahwa hasrat berfungsi sebegai motif bagi tingkah laku (Hall & Lindzey, 1993).
Energi insting dapat dijelaskan dari sumber (source), tujuan (aim), obyek (object) dan daya
dorong (impetus) yang dimilikinya :
a) Sumber insting : adalah kondisi jasmaniah atau kebutuhan. Tubuh menuntut keadaan
yang seimbang terus menerus, dan kekurangan nutrisi misalnya akan mengganggu
keseimbangan sehingga memunculkan insting lapar.

b) Tujuan insting : adalah menghilangakan rangsangan kejasmanian, sehingga ketidakenakan


yang timbul karena adanya tegangan yang disebabkan oleh meningkatnya energi dapat
ditiadakan. Misalnya, tujuan insting lapar (makan) ialah menghilangkan keadaan
kekurangan makan, dengan cara makan.

c) Obyek insting : adalah segala aktivitas yang menjadi perantara keinginan dan
terpenuhinya keinginan itu. Jadi tidak hanya terbatas pada bendanya saja, tetapi termasuk
pula cara-cara memenuhi kebutuhan yang timbul karena isnting itu. Misalnya, obyek
insting lapar bukan hanya makanan, tetapi meliputi kegiatan mencari uang, membeli
makanan dan menyajikan makanan itu.

d) Pendorong atau penggerak insting : adalah kekuatan insting itu, yang tergantung kepada
intensitas (besar-kecilnya) kebutuhan. Misalnya, makin lapar orang (sampai batas tertentu)
penggerak insting makannya makin besar.
Freud menjelaskan jika insting terdiri dari insting untuk hidup (life instict) dan insting untuk
mati (death instinct)
a) Insting Hidup (Life Instinct)
Insting hidup disebut juga Eros adalah dorongan yang menjamin survival dan reproduksi,
seperti lapar,haus dan seks. Bentuk enerji yang dipakai oleh insting hidup itu disebut
“libido”. Walaupun Freud mengakui adanya bermacam-macam bentuk insting hidup,
namun dalam kenyataannya yang paling diutamakan adalah insting seksual (terutama
pada masa-masa permulaan,sampai kira-kira tahun 1920). Dalam pada itu sebenarnya
insting seksual bukanlah hanya untuk satu insting saja, melainkan sekumpulan insting-
insting, karena ada bermacam-macam kebutuhan jasmaniah yang menimbulkan
keinginan-keinginan erotis.
6

b) Insting Mati (Death Instinct)


Insting mati disebut juga insting-insting merusak (destruktif). Insting ini berfungsinya
kurang jelas jika dibandingkan dengan insting hidup, karenanya tidak begitu dikenal.
Akan tetapi adalah suatu kenyataan yang tak dapat dipungkiri, bahwa tiap orang itu pada
akhirnya akan mati juga. Inilah yang menyebabkan Freud merumuskan bahwa “Tujuan
semua hidup adalah mati” (1920). Suatu derivatif insting mati yang terpenting adalah
dorongan agresif. Sifat agresif adalah pengrusakan diri yang diubah dengan obyek
subtitusi.

2. Kecemasan
Kecemasan (anxiety) adalah variabel penting dari hampir semua teori kepribadian.
Kecemasan sebagai dampak dari konflik yang menjadi bagian kehidupan yang tak terhindarkan,
dipandang sebagai komponen dinamika kepribadian yang utama. Kecemasan adalah fungsi ego
untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat
disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Biasanya reaksi individu terhadap ancaman
ketidaksenangan dan pengrusakan yang belum dihadapinya ialah menjadi cemas atau takut.
Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang mengamankan ego karena memberi sinyal ada
bahaya di depan mata. Kecemasan akan timbul manakala seseorang tidak siap menghadapi
ancaman
Ada tiga jenis kecemasan antara lain ;
a) Kecemasan Realistis (Realistic Anxiety)
Adalah takut kepada bahaya yang nyata ada di dunia luar. Kecemasan ini menjadi asal muasal
timbulnya kecemasan neurotis dan kecemasan moral.
b) Kecemasan Neurotis (Neurotic Anxiety)
Adalah ketakutan terhadap hukuman yang bakal diterima dari orang tua atau figur
penguasa lainnya kalau seseorang memuaskan insting dengan caranya sendiri, yang
diyakininya bakal menuai hukuman. Hukuman belum tentu diterimanya, karena orang tua
belum tentu mengetahui pelanggaran yang dilakukannya, dan misalnya orang tua
mengetahui juga belum tentu menjatuhkan hukuman. Jadi, hukuman dan figur pemberi
hukuman dalam kecemasan neurotis bersifat khayalan.
c) Kecemasan Moral (Moral Anxiety)
Adalah kecemasan kata hati, kecemasan ini timbul ketika orang melanggar standar nilai
orang tua. Kecemasan moral dan kecemasan neurotis tampak mirip, tetapi memiliki
perbedaan prinsip yakni : tingkat kontrol ego pada kecemasan moral orang tetap rasional
dalam memikirkan masalahnya sedang pada kecemasan neurotis orang dalam keadaan
distres – terkadang panik sehingga mereka tidak dapat berfikir jelas.
7

2.4 Perkembangan Kepribadian


Perkembangan kepribadian terjadi sebagai respon atas empat sumber tegangan pokok, yaitu:
proses-proses pertumbuhan fisiologis, frustasi-frustasi, konflik-konflik, dan ancaman-ancaman.
Untuk mengatasi sumber-summber tersebut, maka individu akan mempelajari cara-cara untuk
mengurangi tegangan Dalam hal tersebut terdapat dua cara yang dapat digunakan untuk
mengatasi frustasi, konflik, maupun kecemasan, yaitu: identifikasi dan pemindahan.
Identifikasi dapat didefinisikan sebagai metode yang digunakan untuk mengambil alih ciri-ciri
orang lain dan kemudian dijadikan sebagai bagian tidak terpisahkan dari kepribadian dirinya
sendiri. Kebanyakan identifikasi ini terjadi secara tidak sadar. Misalnya, pada waktu kecil anak-
anak mengindentifikasi teman sebaya yang dianggap sukses.
Selanjutnya adalah pemindahan yang dapat diartikan sebagai objek asli dari insting yang tidak
dapat dicapai karena adanya rintangan, baik dari luar maupun dari dalam yang nantinya akan
membentuk objek baru untuk dicapai kembali – kecuali jika terjadi represi yang kuat.
Perkembangan kepribadian pada pemindahan memiliki sumber serta tujuan insting yang
sama, hanya saja objeknya berubah-ubah. Objek pengganti jarang dapat memberikan kepuasan
seperti objek aslinya, maka semakin objek pengganti tersebut berbeda dari objek aslinya –
tingkat kepuasan individu juga semakin menurun.
Pemindahan yang menghasilkan prestasi kebudayaan yang lebih tinggi disebut
dengan sublimasi. Misalnya saja, Leonardo da Vinci melukis gambar-gambar Madonna sebagai
ungkapan sublimasi kerinduannya akan kasih sayang ibunya yang telah meninggal pada saat
Leonardo masih kecil. Namun, karena sublimasi tidak dapat memberikan kepuasan yang
sempurna, maka selalu terdapat sisa tegangan / ketidakpuasan (Hall&Lindzey, 1993).
a.Mekanisme pertahanan Ego
Freud mengartikan mekanisme pertahanan ego (ego defense mechanism) sebagai strategi yang
digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-dorongan id maupun
untuk menghadapi tekanan superego atas ego, dengan tujuan agar kecemasan bisa dikurangi atau
diredakan.
Menurut Freud mekanisme pertahanan ego itu adalah mekanisme yang rumit dan banyak
macamnya, adapun mekanisme yang banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari ada tujuh
macam, yaitu :
a) Identifikasi (Identification)
Cara mereduksi tegangan dengan meniru (mengimitasi) atau mengidentifikasikan diri
dengan orang yang dianggap lebih berhasil memuaskan hasratnya dibanding dirinya.
Diri orang lain diidentifikasi tetapi cukup hal-hal yang dianggap dapat membantu
mencapai tujuan diri. Terkadang sukar menentukan sifat mana yang membuat tokoh itu
sukses sehingga orang harus mencoba mengidentifikasi beberapa sifatsebelum
menemukan mana yang ternyata membantu meredakan tegangan. Apabila yang ditiru
sesuatu yang positif disebut Introyeksi.
8

b) Pemindahan/Reaksi Kompromi (Displacement/Reactions Compromise)


Ketika obyek kateksis asli yang dipilih oleh insting tidak dapt dicapai karena ada
rintangan dari luar (sosial, alami) atau dari dalam (antikateksis) insting itu direpres
kembali ke ketidaksadaran atau ego menawarkan kateksis baru, yang berarti
pemindahan enerji dari obyek satu ke obyek yang lain, sampai ditemukan obyek yang
dapat mereduksi tegangan.
Proses mengganti obyek kateksis untuk meredakan ketegangan, adalah kompromi
antara tuntutan insting id dengan realitas ego, sehingga disebut juga reaksi kompromi.
Ada tiga macam reaksi kompromi, yaitu :
1. Sublimasi adalah kompromi yang menghasilkan prestasi budaya yang lebih tinggi,
diterima masyarakat sebagai kultural kreati.
2. Subtitusi adalah pemindahan atau kompromi dimana kepuasan yang diperoleh
masih mirip dengan kepuasan aslinya.
3. Kompensasi adalah kompromi dengan mengganti insting yang harus dipuaskan.
Gagal memuaskan insting yang satu diganti dengan memberi kepuasan insting
yang lain.
c) Represi (Repression)
Represi adalah proses ego memakai kekuatan anticathexes untuk menekan segala
sesuatu (ide, insting, ingatan, fikiran) yang dapat menimbulkan kecemasan keluar dari
kesadaran.

d) Fiksasi dan Regresi (Fixation and Regression)


Fiksasi adalah terhentinya perkembangan normal pada tahap perkembangan tertentu
karena perkembangan lanjutannya sangat sukar sehingga menimbulkan frustasi dan
kecemasan yang terlalu kuat. Orang memilih untuk berhenti (fiksasi) pada tahap
perkembangan tertentu dan menolak untuk bergerak maju, karena merasa puas dan
aman ditahap itu.Frustasi, kecemasan dan pengalaman traumatik yang sangat kuat pada
tahap perkembangan tertentu, dapat berakibat orang regresi : mundur ke tahap
perkembangan yang terdahulu, dimana dia merasa puas disana.
Perkembangan kepribadian yang normal berarti terus bergerak maju atau progresif.
Munculnya dorongan yang menimbulkan kecemasan akan direspon dengan regresi.
Orang yang puas berada ditahap perkembangan tertentu, tidak mau progres disebut
fiksasi. Progresi yang gagal membuat orang menarik diri atau regresi.

e) Proyeksi (Projection)
Proyeksi adalah mekanisme mengubah kecemasan neurotis atau moral menjadi
kecemasan realistis, dengan cara melemparkan impuls-impuls internal yang
mengancam dipindahkan ke obyek di luar, sehingga seolah-olah ancaman itu
terproyeksi dari obyek eksternal kepada diri orang itu sendiri.
9

f) Introyeksi (Introjection)
Introyeksi adalah mekanisme pertahanan dimana seseorang meleburkan sifat-sifat
positif orang lain ke dalam egonya sendiri. Misalnya, seorang anak yang meniru gaya
tingkahlaku bintang film menjadi introyeksi, kalau peniruan itu dapat meningkatkan
harga diri dan menekan perasaan rendah diri, sehingga anak itu merasa lebih bangga
dengan dirinya sendiri. Pada usia berapapun, manusia bisa mengurangi kecemasan yang
terkait dengan perasaan kekurangan dengan cara mengadopsi atau melakukan
introyeksi atas nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan perilaku orang lain
.
g) Pembentukan Reaksi (Reaction Formation)
Tindakan defensif dengan cara mengganti impuls atau perasaan yang menimbulkan
kecemasan dengan impuls atau perasaan lawan/kebalikannya dalam kesadaran,
misalnya benci diganti cinta, rasa bermusuhan diganti dengan ekspresi persahabatan.
Timbul masalah bagaimana membedakan ungkapan asli suatu impuls dengan ungkapan
pengganti reaksi formasi, bagaimana cinta sejati dibedakan dengan cinta-reaksi formasi.
Biasanya reaksi formasi ditandai oleh sifat serba berlebihan, ekstrim, dan kompulsif
Tahap-Tahap Perkembangan
1. Fase Oral (Usia 0 – 1 tahun)
Fase oral adalah fase perkembangan yang berlangsung pada tahun pertama dari
kehidupan individu. Pada fase ini, daerah erogen yang paling penting dan peka adalah
mulut, yakni berkaitan dengan pemuasan kebutuhan dasar akan makanan atau air.
Stimulasi atau perangsangan atas mulut seperti mengisap, bagi bayi merupakan tingkah
laku yang menimbulkan kesenangan atau kepuasan.

2. Fase Anal (Usia 1 – 2/3 tahun)


Fase ini dimulai dari tahun kedua sampai tahun ketiga dari kehidupan. Pada fase ini, fokus
dari energi libidal dialihkan dari mulut ke daerah dubur serta kesenangan atau kepuasan
diperoleh dari kaitannya dengan tindakan mempermainkan atau menahan faeces (kotoran) pada
fase ini pulalah anak mulai diperkenalkan kepada aturan-aturan kebersihan oleh orang tuanya
melalui toilet training, yakni latihan mengenai bagaimana dan dimana seharusnya seorang anak
membuang kotorannya
.
3. Fase Falis (Usia 2/3 – 5/6 tahun)
Fase falis (phallic) ini berlangsung pada tahun keempat atau kelima, yakni suatu fase
ketika energi libido sasarannya dialihkan dari daerah dubur ke daerah alat kelamin.
Pada fase ini anak mulai tertarik kepada alat kelaminnya sendiri, dan
mempermainkannya dengan maksud memperoleh kepuasan. Pada fase ini masturbasi
menimbulkan kenikmatan yang besar. Pada saat yang sama terjadi peningkatan gairah
seksual anak kepada orang tuanya yang mengawali berbagai pergantian kateksis obyek
yang penting.
Perkembangan terpenting pada masa ini adalah timbulnya Oedipus complex, yang
diikuti fenomena castration anxiety (pada laki-laki) dan penis envy (pada perempuan).
Oedipus complex adalah kateksis obyek seksual kepada orang tua yang berlawanan
10

jenis serta permusuhan terhadap orang tua sejenis. Anak laki-laki ingin memiliki ibunya
(ingin memiliki perhatian lebih dari ibunya) dan menyingkirkan ayahnya, sebaliknya
anak perempuan ingin memiliki ayahnya dan menyingkirkan ibunya

4. Fase Laten (Usia 5/6 – 12/13 tahun)


Fase ini pada usia 5 atau 6 tahun sampai remaja, anak mengalami periode peredaan
impuls seksual. Menurut Freud, penurunan minat seksual itu akibat dari tidak adanya
daerah erogen baru yang dimunculkan oleh perkembangan biologis. Jadi, fase laten
lebih sebagai fenomena biologis, alih-alih bagian dari perkembangan psikoseksual.
Pada fase ini anak mengembangkan kemampuan sublimasi, yakni mengganti kepuasan
libido dengan kepuasan non seksual, khususnya bidang intelektual, atletik,
keterampilan, dan hubungan teman sebaya. Dan pada fase ini anak menjadi lebih
mudah mempelajari sesuatu dan lebih mudah dididik dibandingkan dengan masa
sebelum dan sesudahnya (masa pubertas)

5. Fase Genital
Fase ini dimulai dengan perubahan biokimia dan fisiologi dalam diri remaja. Sistem
endokrin memproduksi hormon-hormon yang memicu pertumbuhan tanda-tanda
seksual sekunder (suara, rambut, buah dada, dll), dan pertumbuhan tanda seksual
primer. Pada fase ini kateksis genital mempunyai sifat narkistik, individu mempunyai
kepuasan dari perangsangan dan manipulasi tubuhnya sendiri, dan orang lain diingkan
hanya karena memberikan bentuk-bentuk tambahan dari kenikmatan jasmaniah. Pada
fase ini, impuls seks itu mulai disalurkan ke obyek diluar, seperti : berpartisipasi dalam
kegiatan kelompok, menyiapkan karir, cinta lain jenis, perkawinan dan keluarga.
BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Dalam teori psikoanalisis, kepribadian dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga
unsur atau sistem yakni id, ego dan superego ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling
berkaitan serta membentuk suatu totalitas.
1. Id, adalah sistem kepribadian yang paling dasar, yang didalamnya terdapat naluri-naluri
bawaan. Untuk  dua sistem yang lainnya, id adalah sistem yang bertindak sebagai
penyedia atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem terebut untuk operasi-
operasi atau kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Dalam menjalankan fungsi dan
operasinya, id bertujuan untuk menghindari keadaan tidak menyenangkan dan mencapai
keadaan yang menyenangkan.
2. Ego, adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia
objek tentang kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Ego
tebentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar.
Adapun proses yang dimiliki dan dijalankan ego adalah upaya memuaskan kebutuhan
atau mengurangi tegangan oleh individu.
3. Superego,  adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang
sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk).

Adapun fungsi utama dari superego adalah :


a. Sebagai pengendalian dorongan-dorongan atau impils-impuls naluri id agar impuls-
impuls tersebut dapat disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh
masyarakat.
b. Mengarahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral dari pada dengan
kenyataan.
c. Mendorong individu kepada kesempurnaan.

11
DAFTAR PUSAKA

https://tambahpinter.com/teori-kepribadian-psikoanalisis-klasik-sigmund-freud/
https://psikologi.ustjogja.ac.id/index.php/2015/11/05/teori-kepribadian-sigmund-freud/
https://dosenpsikologi.com/teori-psikoanalisis-klasik

12

Anda mungkin juga menyukai