Anda di halaman 1dari 15

PENDEKATAN PSIKOANALISIS DALAM KONSELING

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah: Dasar-dasar Konseling

Dosen Pengampu :Siti Hafsah Budi Argiati, Dra., S.Psi., M.A.

Disusun Oleh :

Adinda Vici Mustafa Nabila Nashri (2022011007)

Adibatus Saripah (2022011021)

Fadya Puput Windar Rani(2022011028)

Mayang Nur Fani Prasetya (2022011083 )

PSIKOLOGI

FALKUTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, taufik, dan
hidayah-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan dan menyusun makalah yang berjudul
“Pendekatan Psikoanalisis Dalam Konseling ini dengan bentuk maupun isinya yang
sederhana. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk Meningkatkan pemahaman lebih
mengenai pendekatan psikoanalisis dalam koseling.

Dalam menyelesaikan dan menyusun makalah ini kami merasa banyak kekurangan baik
secara tulisan, bahasa, ataupun materi, mengingat kami masih banyak belajar dalam mengkaji
makalah tersebut. Tidak lupa kamimengucapkan terima kasih kepada.Dosen Pengampu Mata
Kuliah Dasar-dasar Konseling Bu Siti Hafsah Budi Argiati, Dra., S.Psi., M.A.yang telah
membimbing kami.

Kami jauh dari kata sempurna dan ini merupakan langkah awal yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan
saran yang membangun akan senantiasa kami harapkan. Semoga makalah ini dapat berguna
bagi kami dan pihak lain yang berkepentingan.

Yogyakarta, 16 Maret 2024

Ttd

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

COVER...............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konseling Psikoanalisis

2.2 Tahapan Konseling Psikoanalisis

2.3 Teknik-teknik Konseling Psikoanalisis

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Konseling Psikoanalisis

2.5 Implikasi Konseling Psikoanalisis bagi Pendidikan

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teori Psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmud Freud menjadi teori yang paling
komprehensif di antara teori lain. Psikoanalisi merupakan teori kepribadian yang
menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya 3 fase awal perkembangan seperti fase oral,
anal, dan laten yang mempengaruhi ketidak seimbangnya kepribadian individu seperti
id, ego, dan superego (Aldi & Haryadi, 2021). Menurut Freud, kepribadian manusia
terdiri dari id, ego, dan superego. Id merupakan aspek biologis yaitu sebuah dorongan
dari alam bawah sadar manusia untuk melakukan sesuatu dalam mencari kepuasan.
Ego atau sering disebut aspek psikologis terjadinya tindakan dari id.Superego atau
aspek moralitas yang diberikan arahan atas nilai baik dan buruk serta tindakan sesuai
dengan norma yang berlaku.
Dalam konseling dibutuhkan banyak pendektan teori salah satunya ialah
pendekatan psikoanalisis. Dalam pendekatan konseling psikoanalisis beranggapan
bahwa perilaku manusia atau individu tidak lepas dari faktor intropsikis yaitu konflik
tidak sadar, represi atau ketahanan mental dari traumatis, dan kecemasan yang
menghambat proses adaptasi terutama pada usia anak-anak hingga dewasa awal.
Konseling psikoanalisis merupakan salah satu metode penyelesaian dengan
menggali pengalaman serta masalah pada masa lalunya yang terbentuk dimasa
kecinya. Freud beranggapan bahwa manusia akan termotivasi dari dorongan utama
yang belum atau tidak disadari. Dimana kekurangan tersebut dalam digali dalam
proses konseling psikoanalisis.
1.2 Rumusan Masalah
Oleh karena hal tersebut, maka uraian diatas dapat dihasilkan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa pengertian pendekatan psikoanalis terhadap koseling?
2. Apa saja tahapan koseling dalam psikoanalis?
3. Bagaimana tekni-teknik dalam konseling psikoanalisis?
4. Apa kelebihan dan kekurangan koseling psikoanalis?
5. Bagaimana implikasi konseling psikoanalisi bagi Pendidikan?
1.3 Tujuan
Beberapa tujuan dalam makalah ini sebagai berikut :

4
a. Meningkatkan pemahaman lebih mengenai pendekatan psikoanalisis dalam
koseling.
b. Untuk memahami teknik-teknik yang digunakan dalam pendekatan psikoanalisis
pada konseling.
c. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai kelebihan dan kekuramgan psikoanalis
pada konseling
d. Untuk mengetahui cara implikasi konseling psikoanalisi bagi pendindikan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konseling Psikoanalisis

Konseling adalah hubungan yang berfokus pada pertumbuhan dan penyesuaian pribadi
untuk memenuhi kebutuhan dalam menyelesaikan masalah (Gibson dan Mitchel, 2011).
Menurut pendapat (Prayitno dan Amti, 2014) mendefinisikan konseling adalah proses
pemberian bantuan melalui wawancara konseling dari konselor dengan tujuan untuk
menyelesaikan masalah yang di hadapi konseling.
Pengertian Psikoanalis merupakan teori yang kembangakan oleh Sigmud Freud dengan
memandang bahwa manusia sifatnya dinamis saat terjadinya pertukaran energi (id, ego,
superego). Hal tersebut dianggap sebagai perilaku abnormal yang disebabkan oleh factor
intropsikis. Sigmud Freud beranggapan bahwa inti dari kepribadian seseorang bukan dari apa
yang tampak pada waktu sadar, melainkan apa yang tersembunyi dalam ketidaksadarannya
itu sendiri. Dapat disimpulkan bahwa konseling Psikoanalisis merupakan metode
penyelesaian masalah konseling dengan mengontrol alam bawah sadarnya atau
ketidaksadarannya.
Selain itu, Psikoanalisis juga didefinisikan sebagai metode penelitian, teknik
penyembuhan, serta pengetahuan psikologi. Berikut ini Definisi modern tentang konselig
Psikoanalisis menurut(Trinurmi, 2021) sebagai berikut:
1. Pengetahuan psikologi yang menekankan pada faktor dinamika psikis yang menentukan
tingkah laku manusia, juga sangat penting pengalaman masa kecil untuk kepribadian
dimasa dewasa;
2. Teknik khusus dalam menelusuri dan mendalami alam ketidaksadaran, konseling
psikoanalisis yang membantu penyelesaian masalah bahwa sadar.
3. Metode penafsiran dan penyembuhan gangguan mental.

2.2 Konsep-Konsep Utama Pendekatan Psikoanalisis


Bertens (2016) menuliskan bahwa Freud memandang sifat manusia pada dasarnya
pesimistik, deterministik, mekanistik, dan reduksionistik. Di mana manusia dideterminasi
oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan
dorongan-dorongan biologis dan naluriah, dan oleh peristiwa-pristiwa psikoseksual yang
terjadi selama lima tahun pertama dari kehidupan. Beberapa konsep dasar dari pendekatan
psikoanalisis diantaranya:

6
1. Manusia secara esensial bersifat biologis, terlahir dengan dorongan-dorongan instingtif,
sehingga perilaku merupakan fungsi yang di dalam ke arah dorongan itu.
2. Manusia bersifat tidak rasional, tidak sosial dan destruktif terhadap dirinyadan orang
lain. Libido mendorong manusia ke arah pencarian kesenangan.
3. Di mana manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi
tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah, dan
oleh peristiwa-pristiwa psikoseksual yang terjadi selama lima tahun pertama dari
kehidupan.
4. Alam sadar adalah bagian kesadaran yang memiliki fungsi mengingat, menyadari dan
merasakan sesuatu secara sadar. Alam sadar ini memiliki ruang yang terbatas dan saat
individu menyadari berbagai rangsangan yang ada di sekitar kita.
5. Alam prasadar yaitu bagian dasar yang menyimpan ide, ingatan dan perasaan yang
berfungsi mengantarkan ide, ingatan dan perasaan tersebut ke alam sadar jika kita
berusaha mengingatnya kembali.
6. Alam bawah sadar adalah bagian dari dunia kesadaran yang terbesar dan sebagian besar
yang terpenting dari struktur psikis, karena segenap pikiran dan perasaan yang dialami
sepanjang hidupnya yang tidak dapat disadari lagi akan tersimpan didalamnya.

2.3 Tahapan Konseling Psikoanalisis


Hasanah, dkk (2021) menuliskan bahwa fase perkembangan psikoseksual berdasarkan
pemikiran Freud meliputi:
1. Fase Oral (0-2 tahun)
Merupakan fase perkembangan dini di mana segala kebutuhan, persepsi dan ekspresi
terfokus pada oralitas/oral zone.
2. Fase Anal (2-3 tahun)
Merupakan perkembangan yang berlangsung saat pemenuhan kenikmatan seksual anak
berada pada daerah anus dan sekitarnya, contohnya ketika anak buang air besar atau
kecil.
3. Fase Phallic (3-6 tahun)
Merupakan fase perkembangan ketika kenikmatan seksual dialami anak saat alat
kelaminnya mengalami sentuhan atau rabaan dan fase ini anak telah mulai mengenali
perbedaan lawan jenis.
4. Fase Laten (6-11 tahun)

7
Fase ini terjadi ketika aktivitas seksual yang dialami anak telah mulai berkurang
dikarenakan anak sedang fokus pada perkembangan fisik dan kognitifnya karena mereka
mulai memasuki masa sekolah.
5. Fase genital (12 tahun ke atas)
Merupakan fase terakhir tahap perkembangan psikoseksual, hal ini dikarenakan organ
seksual dan hormon seksual pada diri anak mulai aktif sehingga anak sudah menikmati
aktivitas seksual secara sadar.

2.4 Mekanisme Pertahanan Ego


Davison dkk. (2014) mengemukakan delapan bentuk mekanisme pertahanan ego,
yakni sebagai berikut.
1. Represi (Repression), merupakan bentuk menghindari impuls atau kecemasan serta
perasaan yang menyakitkan dan mengancam keluar dari kesadaran.
2. Pengingkaran (Denial), merupakan bentuk menjauhkan kejadian-kejadian negatif dari
kesadaran dengan cara memblokir peristiwa yang terlalu banyak ditanggulangi sendirian.
3. Proyeksi (Projection), merupakan bentuk mengatribusi kesalahan terhadap orang lain
secara negatif alih-alih melakukan penyadaran terhadap diri sendiri.
4. Pengalihan (Displacements), merupakan bentuk memilih sasaran pengganti dari sasaran
sebenarnya yang dapat berupa benda atau orang lain.
5. Formasi Reaksi (Reaction Formation), merupakan bentuk mengubah suatu impuls
kecemasan yang tidak sesuai serta tidak dapat diterima norma sosial menjadi suatu
bentuk yang lebih dapat diterima.
6. Regresi (Regression), merupakan bentuk membalikkan pola perilaku individu ke tahap
pekembangan level sebelumnya karena kesulitan untuk memahami respons yang sesuai
terhadap problema yang dihadapi.
7. Rasionalisasi (Rasionalization), merupakan bentuk mengubah penjelasan negatif ke
dalam penjelasan positif sehingga penjelasan atas perilakunya dapat meninggalkan kesan
positif dalam masyarakat.
8. Sublimasi (Sublimation), merupakan bentuk mengalihkan impuls negatif menjadi impuls
positif dalam wujud aktivitas yang berkaitan dengan kreativitas.

2.5 Peran dan Fungsi Konselor


a. Peran Konselor
Gudnanto (2012) menjelaskan bahwa dalam pendekatan teori Gestalt, peran
konselor meliputi:

8
1. Memfokuskan pada perasaan klien, kesadaran pada saat yang sedang berjalan, serta
hambatan terhadap kesadaran.
2. Menantang klien sehingga mereka mau memanfaatkan indera mereka sepenuhnya dan
berhubungan dengan pesan-pesan tubuh mereka.
3. Menaruh perhatian pada bahasa tubuh klien, sebagai petunjuk non verbal.
4. Secara halus berkonfrontasi dengan klien guna untuk menolong mereka menjadi sadar
akan akibat dari bahasa mereka.

b. Fungsi Konselor
Fungsi konselor utamanya mengarah pada membantu klien untuk menganalisis dan
memahami apa yang ada / terjadi sekarang ini dan bagaimana berbuat sekarang ini,
konselor bukan hanya menanalisis saja, tetapi lebih ditekankan untuk mengintregasi
perhatian dan kesadaran klien.
Yang dimaksud dengan perhatian disini adalah mendengarkan apa yang diangan –
angankan atau apa yang tidak disenangi sedangkan apa yang dimaksud dengan kesadaran
adalah apa yang sedang dialaminya menyentuh pribadinya dan dunianya.

2.6 Teknik-teknik Konseling Psikoanalisis


a. Teknik Talking Cure (Chimney Sweeping)
Teknik pertama kali yang dilakukan oleh Freud dan Josep Breaur dalam
prakteknyadengan melakukan pendekatan kepada pasien. Di dunia bimbingan dan
konseling pendekatan ini lebih mengarah kepada peserta didik/konselor agar terjalin
hubungan yang harmonis dan nyaman dalam menjalani proses konseling yang sedang
berlangsung. Pada Teknik, konseling diberikan kesempatam untuk menceritakan
semua pengalaman yang terjadi dalam hidupnya.
Kemudian terjalin hubungan baik dan memunculkan sebuah carthasis/kartasis,
yaitu kebebasan dalam mengungkapkan masalahnya. Kartasis merupakan metode
yang mejadikan konseling setengah sadar sehingga memudahkan dalam melihat isi
alam ketidaksadarannya yang dimasukkan dalam keadaan hipnosa (Trinurmi, 2021).
b. Asosiasi Bebas

Teknik ini adalah teknik utama dalam konseling. Awalnya Freud menggunakan
teknik hipnotis dengan menghipnotis pasien agar mau terbuka untuk mengungkapkan
masalahnya. Akan tetapi, terdapat kelemahannya, yaitu pasiennya jatuh cinta kepada
Freud. Maka dari itu, Freud berganti haluan dan terbitlah teknik asosiasi bebas.

9
Teknik ini membebaskan konseling untuk menyampaikan segala sesuatu yang muncul
dalam pikirannya, tanpa memikirkan apakah yang disampaikan itu logis, salah, benar,
menyakitkan, menyenangkan, sehingga konseli dapat terbuka kepada konselor
(Hukmi, 2020).
Konselor meminta konseling untuk mengosongkan pikiran dari renungan
sehariharinya dan disaat itu, dibebaskan untuk mengungkapkan semuanya. Lalu,
dilakukan pemanggilan atau mengulik pengalaman masa lalu dan melepaskan emosi
yang dirasakan konselor yang berkaitan dengan masa lalu (Trinurmi, 2021). Freud
beranggapan bahwa apa yang dikatakan secara abstrak akan ditemukan titik penekan
di diri konselor, asalkan konselor jujur dalam mengatakannya. Sehingga dalam
penggalian masa lalu dapat memudahkan penganalisisan kata-kata.
c. Analisis Mimpi

Menurut Freud mimpi adalah produk psikis yang merupakan sesuatu keinginan
terpendam akan muncul dalam posisi sadar. Menurut Ibnu Abrani, mimpi merupakan
imajinasi yang terdiri dari tiga macam yaituberkaitan dengan kegiatan sehari-hari,
simbol yang harus ditafsirkan, dan dari simbol inilah menjadikan teknik konseling
Mimpi terdapat dua isi, yaitu mimpi isi laten dan manifest. Mimpi laten terdiri
dari motif, simbol yang samar, dan tidak disadari, sehingga sulit untuk dipahami. Isi
manifest adalah mimpi yang terlihat jelas gambarannya. Berikut ini cara kerja mimpi
menurut Freud :
1. Proses figurasi. Pemindahan pikiran ke dalam bentuk gambar. Pikiran optatif
(harapan) digantikan oleh gambar aktual dan kata-kata serta proses figurasi akan
melihat hasrat dalam bentuk nyata.
2. Proses kondensasi. Peralihan dari sesuatu yang tersembunyi dalam kata manifest
yang menghubungkan beberapa pikiran tersembunyi tersebut dalam gambar
tunggal.
3. Proses pemindahan. Terkadang mimpi menampilkan sesuatu yang berlawanan dari
pikiran laten (tersembunyi) yang harus diwujudkan.
4. Proses simbolisasi. Mimpi yang berhubungan pikiran yang tersembunyi.
Analisis mimpi merupakan metodeuntuk mengungkap sesuatu yang tidak
disadari oleh konselor dan memberikan pemahaman terhadap permasalahan yang
belum terselesaikan. Freud menganggap bahwa mimpi adalah jalan menuju

10
ketidaksadarankarena hasrat, kebutuhan, ketakutan, dimana ego individu mulai
melemah dan digantikan dalam keadaan alam tidak sadarnya (Hukmi, 2020).
d. Analisis Resistensi

Resistensi merupakan penolakan kelangsungan konseling dan mencegah


konselor untuk mengemukakan hal yang tidak disadari. Selama proses asosiasi bebas
dan analisis mimpi, konselor dapat menunjukkan ketidaksukaannya untuk
menghubungkan pikiran, perasaan, dan masa lalu. Freud menganggap bahwa
resistensi sebagai dinamika perubahan tidak sadar yang digunakan untuk
mempertahankan kecemasan, dimana konseli menolak seperti membahas,
mengingat, atau memikirkan tentang pengalaman masa lalu.
Sebagai konselor harus bisa menerobos pertahanan diri tersebut dengan
membantu konselor untuk menemukan alasan dari kecemasan yang dipendamnya
(Wahidah, 2017).
e. Analisis Transferensi

Dalam teknik ini, konselor berusaha untuk membantu memberikan alasan dari
kecemasan yang dipendam dengan cara mengalihkan ke objekmasa lalu.
Transferensi merupakan cara kerja pertahanan ego dimana impuls yang tidak sadar
dialihkan ke objek yang lain. Dalam hal ini, transferensi memantulkan kebutuhan
konselor akan cinta.Maksud dalam kata cinta pada Teknik ini ialah suatu perasaan
emosi di masa lalu yang terpendam dapat diungkapkan melalui objek tersebut (Arni
& Halimah, 2020).
Jika konselor paham akan makna hubungan transferensi, akan memperoleh
pemahaman atas pengalaman masa lalu, sehingga dapat menghubungkan pengalaman
masa lalu itu dengan kondisi saat ini.
f. Interpretasi
Interpretasi adalah Teknik mempercepat pengungkapan dari sesuatu yang tidak
disadari. Dengan tujuan agar membuka hal-hal yang tidak disadari konseli. Dilakukan
ketika sadar dan konselor dapat mengeksplorasi secara menyeluruh dan mendalam
permasalahan yang dialami konseli.
Interpretasi dapat memperhatikan hal-hal disajikan dengan hal-hal yang berkaitan
dengan alam sadar konselor, dimulai dari sesuatu yang umum hingga mendalam,
resistensi sebelum menginterpretasikan konflik (Abivian, 1963).
2.7 Kelebihan dan Kekurangan Konseling Psikoanalisis

11
Meskipun mendapat kritikan atas pendekatan Psikoanalisis, namun tidak dapat dindari
bahwa pendekatan Psikoanalisis juga telah memberikan pengetahuan terutama di dunia
psikologi. Hal itutidakterlepas dari kelebihan dan kekurangan dari konseling
psikoanalisis sebagai berikut:
A. Kelebihan
a. Percaya akan motivasi yang tidak disadari
b. Pentingnya masa anak-anak dalamperkembangan individu di masa dewasa
c. Dapat mengatasi kecemasan dengan menggunakan beberapa tahap dan teknik
d. Dapat memahami kesehatan mental dan sifat seseorang
e. Cocok untuk masalah OCD, anxiety, phobia, dan gangguan seksual
B. Kekurangan
a. Merendahkan martabat manusia
b. Perilaku ditentukan oleh energi psikis yang meragukan
c. Kurang efisien dari segi waktu dan biaya
2.8 Implikasi Konseling Psikoanalisis bagi Pendidikan
Dari konseling Psikoanalisis yang telah ada, ada akibat bagi dunia pendidikan
terutama bagi peserta didik/konseli sebagai berikut:
a. Membantu peserta didik/konseli dalam mengurangi kecemasan terkait trauma/konflik
masa lalu dengan menghargai dirinya dan lingkungannya.
b. Membantu dalam hal akademik peserta didik, seperti penjelasan Freud bahwa
manusia terutama peserta didik memiliki keinginan dan kebutuhan dasar.
c. Membantu dalam proses pengembangan kebutuhan dan keinginan dasar peserta didik
d. Membantu agresivitas peserta didik untuk hal yang positif Kelima, pendidikan
inklusif, tidak ada pembeda bagi peserta didik siapapun, maksutnya siapapun dapat
mendapatkan konseling ini. Karena konselor membantu dalam penyelesaian masalah
bagi peserta didik, dan tidak ada ada pembeda apapun

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Landasan pendekatan psikoanalisis dalam konseling dikembangkan oleh Sigmud
Freud berakar dari teori kepribadian . landasan ini dikembangkan memalui tiga struktur
yang saling berkaitan satu sama lain. Tiga struktur tersebut meliputi (id, ego dan
superego), id merupakan aspek biologis yaitu sebuah dorongan dari alam bawah sadar
manusia untuk melakukan sesuatu dalam mencari kepuasan. Ego atau sering disebut aspek
psikologis terjadinya tindakan dari id.Superego atau aspek moralitas yang diberikan
arahan atas nilai baik dan buruk serta tindakan sesuai dengan norma yang berlaku. Ketiga
struktur tersebut menjadi pondasi penting dalam pendekatan psikoanalisis.
Tujuan utama konseling adalah pola piker psikoanalisis adalah membentuk kembali
struktur kepribadian individu melalui pengungkapan hal-hal yang tidak disadari.
3.2 Saran
Makalah ini mengkaji sudut pandang dari tokoh psikologi yang teorinya
dikembangkan oleh Sigmud Freud dan berbagai tokoh psikologi lainnya. Dengan hal
tersebut, pembaca sebaiknya membaca beberapa referensi yang terkait Teori Psikoanalisis
yang dikembangkan oleh Sigmud Freud dan tokoh-tokoh lainnya. Sehingga dapat
mengetahui lebih banyak referensi dan ilmu baru mengenai Teori Kepribadian
Psikoanalisisagar menambah wawasan lebih luas untuk pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA
Abivian, M. (1963). Teori Psikoanalisis Sigmud Freud (Vol. 2014, Issue 860)
Aldi, M., & Haryadi, R. (2021). Refleksi dari Pendekatan Interdisipliner Psikologi karakter
“naruto” menurut pandangan Sastra. Arabi : Journal of Arabic Studies, Teori
psikoanalisa.Proceeding Studium
Ardiansyah, Sarinah, Susilawati, & Juanda (2022). Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud.
Jurnal Kependidikan, 7(1), 25–31.
Helaluddin, & Syawal, S. (2018). Psikoanalisis Sigmund Freud dan Implikasinya dalam
Pendidikan. Academia.Edu, March, 1–16
Hukmi, R. (2020). PSIKOANALISA SIGMUND FREUD (Vol. 21, Issue 1).
Mubasyaroh, M. (2019). Mubasyaroh, M. (2019). Pendekatan Konseling Realitas dan Terapi
Agama Bagi Penderita Freud. Jurnal Kependidikan, 7(1), 25–31. Psikoproblem.
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 13(1), 81–96.
Putu, I. G. A., Budisetyani, W., Vembriati, N., Made, N., Wilani, A., Hizkia, D., Dewi, T.,
Astiti, P., Wulanyani, S., Made, I., Putu, R., Widiasavitri, N., Rahayu, K., Adijanti, I.,
Luh, M., Pande, K., Susilawati, A., Kartika, Y., Luh, H., … Kedokteran, F. (2016).
Bahan Ajar PSIKOLOGI KONSELING.
Syamsiah, S. (2020). Teknik Asosiasi Bebas sebagai Upaya Menghilangkan gangguan trauma
terhadap kekerasan Bagi Siswa. Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulawesi Selatan, 1(2),
137–142.
Trinurmi, S. (2021). Teknik Terapi Kelompok
(Group Theraphy). Al Irsyad Al-Nafs, 8(1), 22–34.
https://journal3.uinalauddin.ac.id/index.php/Al-Irsyad_AlNafs/article/view/22050

14
15

Anda mungkin juga menyukai