Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEORI PENDEKATAN KONSELING PSIKOANALISIS


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah : pendekatan dalam konseling
Dosen Pengampu : Lira Erwinda, M.Pd.Kons

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Alya Sabrina Mutias (13082200005)


Mira Rizalia Hendriani (13082200027)
Tika Nurlita (13082200025)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BINA BANGSA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat
dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Teori
Pendekatan Konseling Psikoanalisis” ini tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-


besarnya kepada Ibu Lira Erwinda, M.Pd.Kons,. selaku dosen pengampu pada
mata kuliah ‘Pendekatan Dalam Konseling’ yang telah memberikan tugas kepada
kami.

Adapun tujuan utama dibuatnya makalah ini untuk memenuhi tugas yang
telah diberikan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk bisa menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi kami penulis.

Kami sangat menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh
dari kata sempurna baik dari segi bahasa, penyusanan maupun penulisannya. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk makalah ini yang
nantinya dapat kami perbaiki guna menjadi acuan agar kami penulis bisa menjadi
lebih baik di masa mendatang. Semoga makalah yang kami buat ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca untuk mengetahui terkait
Teori pendekatan Psikoanalisis

Serang, 17 Februari 2024

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
2.1 Tokoh Pengembangan....................................................................................2
2.2 Hakikat Manusia Dalam Pendekatan Konseling Psikoanalisis......................2
2.3 Konsep Dasar Pendekatan Konseling Psikoanalisis.......................................3
2.4 Asumsi Pribadi yang Sehat Dan Bermasalah.................................................4
2.5 Tujuan Konseling dalam Teori psikoanalisis.................................................5
2.6 Peran Dan Fungsi Konselor............................................................................5
2.7 Tahap-Tahap Konseling psikoanalisis............................................................6
2.8 Teknik Spesifik Konseling psikoanalisis.......................................................7
2.9 kelebihan dan kekurangan teori psikoanalisis...............................................8
BAB III..................................................................................................................10
PENUTUP..............................................................................................................10
3.1 Simpulan.......................................................................................................10
3.2 Saran.............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pendekatan konseling psikoanalisis memiliki konsep-konsep berbeda yang


membedakannya dengan teori-teori kepribadian lainnya. Menurut Freud, konsep-
konsep ini dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu : kesadaran, yang mencakup
segala sesuatu yang secara sadar dipahami dan bermakna dalam kehidupan sehari-
hari. prasadar, yang merupakan lapisan pikiran di bawah kesadaran dan berada di
antara sadar dan tidak sadar; dan ketidaksadaran, yang merupakan lapisan
terbesar dari kehidupan mental dan berada di bawah permukaan. Selain itu,
ketidaksadaran juga penting dalam teori psikoanalisis karena mengandung naluri
atau pengalaman, dengan kata lain, ingatan yang sulit muncul ke dalam
kesadaran.

konsep-konsep kunci dalam psikoanalisis, seperti struktur kepribadian (id,


ego, dan superego), kesadaran, pra-kesadaran, dan ketidaksadaran. Mereka juga
bisa membahas bagaimana teori ini diterapkan dalam konteks konseling, termasuk
teknik-teknik seperti asosiasi bebas, analisis mimpi, dan interpretasi transference.
Secara praktis, penulis dapat membahas bagaimana pendekatan psikoanalisis
digunakan dalam praktek konseling modern, termasuk kelebihan dan
kelemahannya. Mereka juga bisa mengeksplorasi relevansi pendekatan ini dalam
konteks masalah-masalah klinis tertentu, seperti gangguan kecemasan, depresi,
dan gangguan kepribadian.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang yang telah disampaikan dapat diperoleh rumusan


masalah yaitu :
1. Siapa Tokoh Pengembangan Teori Pendekatan Konseling Psikoanalisis ?
2. Apa Hakikat Manusia dalam Teori Pendekatan Konseling Psikoanalisis?
3. Seperti apa Konsep dasar dalam Teori Pendekatan Konseling Psikoanalisis?
4. Seperti apa Asumsi Pribadi sehat dan bermasalah dalam Teori Pendekatan
Konseling Psikoanalisis?
5. Apa tujuan konseling dalam Teori Pendekatan Konseling Psikoanalisis?
6. Apa saja peran dan fungsi konselor dalam Teori Pendekatan Konseling
Psikoanalisis?

1
7. Bagaimana tahapan konseling dalam Teori Pendekatan Konseling Psikoanalisis?
8. Teknik spesifik seperti apa yang digunakan dalam Teori Pendekatan Konseling
Psikoanalisis?
9. Apa kelebihan dan kelemahan dalam Teori Pendekatan Konseling Psikoanalisis?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui tentang teori pendekatan
konseling dalam psikoanalisis untuk mengetahui tokoh pengembangan psikoanalisis,
hakikat manusia dalam pendekatan psikoanalsis, konsep dasar pendekatan konseling
psikoanalisis, asumsi pribadi sehat dan bermasalah, tujuan pendekatan konseling
psikoanalisis, peran dan fungsi pendekatan konseling psikoanalisis, tahap-tahap
konseling, teknik spesifik konseling, serta kelebihan dan kelemahan dari teori
pendekatan konseling psikoanalisis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tokoh Pengembangan


Teori psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund Freud, seorang ahli syaraf dan
penyakit jiwa (Psikiantri) memperoleh gelar dokter pada usia 26 tahun, kemudian
menjadi pengajar pada umur 30 tahun yang dikenal sebagai bapak psikoanalisis. Lahir
pada 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada 23 September 1939, mempunyai istri
bernama Martha Barneys dan memiliki 3 anak laki-laki dan 5 anak perempuan, salah satu
anaknya menjadi penganut Freudianisme. Freud dibesarkan di Moravia, yang merupakan
bagian dari Kekaisaran Austro-Hungaria pada saat itu. Pada usia empat tahun, ia pindah
ke Wina, Austria (Berry, 2001:3).
Latar belakang dari keluarga Freud memainkan peran penting terhadap
perkembangan teorinya. Berasal dari keluarga Yahudi, Keterbatasan keuangan
menyebabkan keluarga Freud harus harus tinggal di lingkungan yang sangat padat.
Namun, ayahnya freud memberikan segala upaya agar perkembangan intelektual freud
tidak terganggu. Dia tinggal di Wina hampir 80 tahun dan meninggalkan kota ketika sat
Nazi menaklukan Austria. Freud seorang pemuda yang memiliki cita-cita untuk menjadi
seorang ilmuwan dengan masuk ke fakultas kedokteran di Universitas Wina tahun 1873.
Tetapi ia sempat ragu terhadap fakultas kedokteran tetapi keraguan tersebut yang
mendorong lahirnya Psikoanalisis.
Saat itu, obat dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit termasuk
histeria suatu gangguan psikologis yang dipercaya sebagai mekanisme pertahanan
terhadap kondisi seksual. Melalui penelitiannya Freud sampai pada penemuan tentang
struktur psikis manusia yaitu : id, ego, superego, lalu ada kesadaran, prasadar, dan
ketidaksadaran. Freud menggunakan konsep ini untuk memaparkan segala sesuatu yang
terjadi pada manusia, termasuk mimpi Freud yang berpendapat bahwa mimpi adalah cara
untuk mengungkapkan dorongan-dorongan yang tidak kita sadari. Ketika kita sadar, kita
sering kali menekan keinginan-keinginan tersebut.
2.2 Hakikat Manusia Dalam Pendekatan Konseling Psikoanalisis
Menurut Freud manusia memiliki pandangan kedinamisan tentang sifat manusia.
Artinya, karakter manusia sangat dipengaruhi oleh kekuatan pikiran mereka, motivasi
bawah sadar, dorongan biologis, dorongan naluri, dan peristiwa psikososial yang terjadi

3
selama lima tahun pertama kehidupan(masa kanak kanak). Dalam teori Freud, sifat
manusia diumpamakan sebagai gunung es yang mengambang di lautan. Apa yang
terlihat mengambang adalah kesadaran manusia, sedangkan bagian yang lebih besar dan
tenggelam adalah ketidaksadaran manusia. Analogi ini menunjukkan bahwa manusia
hanya memahami sebagian kecil dari kesadarannya, sedangkan ketidaksadarannya jauh
lebih besar.
Menurut (Hansen, Stefic, Wanner, 1977), Manusia pada dasarnya digerakkan oleh
kekuatan internal yang bersifat naluriah. Perilaku seseorang akan ditentukan dan
dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan psikologis yang telah ada dalam dirinya, bukan
ditentukan oleh nasib tetapi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan naluri
biologisnya. Sedangkan menurut freud tujuan utama menganalisis aspek-aspek psikologis
manusia bukanlah untuk memperoleh teknik-teknik penyembuhan gangguan jiwa,
melainkan untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang kehidupan psikologis
manusia pada generalnya.
2.3 Konsep Dasar Pendekatan Konseling Psikoanalisis
Menurut Freud bahwa jiwa manusia terdiri dari tiga tingkat kesadaran yaitu: sadar
(conscious), prasadar (preconscious), dan tidak sadar (unconscious). Dengan
menggunakan konsep topografi yang dipakai untuk menggambarkan gejala mental dan
perilaku individu. Pada tahun 1923, Freud memperkenalkan tiga model konsep meliputi:
id, ego, dan superego. Menurut Freud, kepribadian manusia terdiri dari 3 kerangka
sistem-sistem terpisah yang saling mempengaruhi satu sama lain yaitu :
1. id
Id merupakan sistem kepribadian yang pertama,dimana manusia saat dalam
kandungan ia baru mempunyai id karena sumber utama energi psikis dan
tempat lahirnya naluri. Id tidak memiliki organisasi, buta, dan terus-menerus
menuntut agar keinginannya terpenuhi.
2. ego
Berikutnya adalah ego, yang bertindak sebagai pelaksana (eksekutor)
kepribadian. Fungsinya adalah untuk menilai realitas di dunia luar dan
mengatur dorongan id untuk memastikan mereka selaras dengan nilai-nilai
ego. Ego berperan sebagai "eksekutif" yang mengatur, mengorganisir, dan
mengendalikan kepribadian. Disini batin mempunyai peran selaku pemimpin
yang mengatur, mengarahkan serta mengendalikan karakter.
3. Super ego
4
Terakhir, ada superego, yang berfungsi sebagai penyaring atau penengah bagi
kedua sistem kepribadian yang mempunyai keadilan atau tindakan selaku
penyalur dari kedua situasi karakter. Superego menentukan mana yang benar
dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh
dan mana yang tidak boleh, dan seterusnya. Superego bertindak sebagai
entitas ideal yang selaras dengan norma-norma moral masyarakat dan mulai
berkembang antara usia 4 hingga 6 tahun. sama seperti suara hati dan
gambaran diri yang sempurna.
1. Kesadaran
Kesadaran berhubungan dengan kejadian rutinitas sehari-hari, termasuk
sensasi dan pengalaman yang membuat kita sadar akan setiap peristiwa yang
kita alami. Kesadaran juga bagian dari kehidupan mental kita atau lapisan
jiwa individu yang memiliki kesadaran penuh. Melalui kesadaran, individu
mengetahui siapa dirinya, apa yang sedang dilakukannya, dimana dia berada,
apa yang terjadi di sekitarnya, bagaimana ia menyadari apa yang dia lakukan
2. Pra-kesadaran
Pra-kesadaran adalah lapisan jiwa yang berada di antara kesadaran dan
ketidaksadaran. Pra-kesadaran berfungsi sebagai tempat penyimpanan ingatan
yang tidak dapat diekspresikan secara akurat tetapi dapat dipanggil kembali
dengan usaha. Sebagai contoh, kita lupa akan sebuah orang yang pernah kita
lihat. Di lain kesempatan, tiba-tiba kita melihat orang itu lagi, dan samar-
samar kita mengingatnya meskipun kita yakin pernah melihatnya. Untuk
mengingatnya, diperlukan sedikit konsentrasi dan asosiasi khusus.
3. Ketidaksadaran
Ketidaksadaran adalah tingkatan terdasar dari kehidupan mental dan terletak
di bagian bawah bongkahan gunung es. Dalam alam bawah sadar meskipun
kita menyadari keberadaan naluri-naluri ini, naluri-naluri tersebut tetap
beroperasi untuk mencapai keberhasilan. Ketidaksadaran di ibaratkan sebagai
bagian yang tersembunyi dari gunung es di bawah air.
2.4 Asumsi Pribadi yang Sehat Dan Bermasalah
Adapun asumsi perilaku yang sehat menurut teori psikoanalisa :
1. Individu yang memiliki kepribadian sehat akan terdapat kekuatan untuk memandu
perilaku mereka dan mengembangkan potensi mereka. Manusia memiliki
kekuatan kreatif untuk mengendalikan kehidupan mereka sendiri, bertanggung
5
jawab atas tujuan akhir mereka, dan menentukan serta memperjuangkan tujuan
tersebut.
2. Mereka mampu mengimbangi perasaan rendah diri mereka. Individu harus
menyadari ketidaksempurnaan mereka dan mampu mengembangkan potensi
mereka untuk mengimbangi kekurangan tersebut.
3. Individu akan mendapatkan hasil yang positif dalam setiap tahap interaksinya
dengan lingkungan sosial (Erikson). Setiap keberhasilan dalam setiap tahap
psikososial, seperti yang dijelaskan oleh Erikson, berkontribusi pada kepribadian
individu yang sehat.

Menurut pendekatan psikoanalisis, perilaku bermasalah pribadi atau perilaku tidak sehat
ditandai dengan hal-hal berikut:

1. Ketidakmampuan untuk mengendalikan sistem id, ego, dan superego.


2. Kegagalan dalam tahap perkembangan awal atau proses belajar.
3. Perilaku bermasalah mengacu pada kebiasaan negatif atau tindakan yang tidak
pantas yang tidak sesuai dengan norma-norma masyarakat dan gagal memenuhi
tuntutan lingkungan.
4. Perilaku bermasalah dipengaruhi oleh pembelajaran yang salah atau lingkungan
yang tidak mendukung.
5. Individu dengan masalah perilaku cenderung merespons lingkungannya secara
negatif, yang mengarah pada perilaku maladaptif karena kesalahpahaman.
6. Semua perilaku manusia dipelajari dan dapat diubah dengan menggunakan
prinsip-prinsip pembelajaran.

2.5 Tujuan Konseling dalam Teori psikoanalisis


Dalam pendekatan Psikoanalisis untuk konseling, tujuan utamanya yaitu
mengubah kepribadian seseorang dengan membawa masalah yang tidak disadari ke
permukaan. Proses konseling melibatkan upaya konselor untuk membantu klien
memahami dan menginternalisasi pengalaman masa kecil mereka. Pengalaman-
pengalaman ini kemudian diatur, dibicarakan, dianalisis, dan diinterpretasikan untuk
membangun kembali harga diri klien.
Menurut Corey (2015), tujuan dari konseling Psikoanalisis termasuk:
1. Menghadirkan pikiran yang tidak disadari ke dalam kesadaran penuh.

6
2. Memperkuat Ego sehingga perilaku didasarkan pada kenyataan daripada insting
atau rasionalitas.
3. Mengurangi kecenderungan menuju perfeksionisme dan Superego yang tidak
fleksibel.
4. Menjelajahi, menganalisis, menginterpretasikan, dan merekonstruksi pengalaman
masa kecil yang berkontribusi terhadap kesulitan klien.
2.6 Peran Dan Fungsi Konselor

Dalam praktik psikoanalisis, seorang konselor tidak dikenal berusaha untuk tetap anonim
dan menghindari menampilkan emosi dan pengalaman mereka sendiri untuk mendorong
klien mengekspresikan perasaan mereka secara bebas terhadap konselor. Aspek
terpenting dalam konseling adalah memberikan perhatian kepada klien yaitu:

1. Konselor menjaga anonimitas, yang berarti mereka berusaha untuk tetap tidak
dikenal oleh klien.
2. Konselor hanya berbicara sedikit tentang diri mereka sendiri dan jarang
menunjukkan reaksi-reaksi pribadi.
3. Konselor membangun hubungan kerja dengan klien.
4. Mereka mendengarkan klien dan kemudian memberikan interpretasi terhadap
pernyataan-pernyataan mereka.
5. Konselor memperhatikan resistensi klien, yaitu keadaan dimana klien melindungi
emosi, trauma, dan kegagalan tertentu terhadap konselor.
6. Konselor mempercepat proses memunculkan elemen-elemen tersembunyi di
alam bawah sadar klien, yang dilindungi melalui pemindahan (Corey, 2015).
2.7 Tahap-Tahap Konseling psikoanalisis
Menurut Jacob Arlow (1986), seorang pendukung psikoanalisis mengungkapkan
bahwa konseling dapat dibagi menjadi empat tahap: tahap pembukaan, tahap
perkembangan pemindahan, tahap penyelesaian pemindahan, dan tahap resolusi
pemindahan.
1. Tahap Pembukaan
Tahap pembukaan terjadi pada awal wawancara sampai masalah klien
teridentifikasi.
2. Tahap Perkembangan Transferensi

7
Perkembangan dan analisis transferensi merupakan inti dari psikoanalisis. Pada
tahap ini, emosi klien diarahkan kepada konselor, yang dipandang sebagai sosok
penting dari masa lalu mereka.
3. Tahap Pengerjaan Transferensi
Tahap ini melibatkan penggalian pemahaman dan resolusi klien terhadap
transferensi. Tahap ini mungkin tumpang tindih dengan tahap sebelumnya, tetapi
transferensi berlanjut, dan konselor bertujuan untuk memahami dinamika
kepribadian klien.
4. Tahap Penyelesaian Transferensi
Tujuan dari tahap ini adalah untuk menyelesaikan perilaku neurotik yang
diarahkan oleh klien kepada konselor selama hubungan konseling berlangsung.
Konselor juga mulai mengembangkan hubungan yang mendorong kemandirian
klien dan menghindari ketergantungan pada konselor..
2.8 Teknik Spesifik Konseling psikoanalisis

Adapun beberapa teknik konseling psikoanalisis yaitu :

1. Teknik Analisis Kepribadian (Riwayat Kasus)

Pendekatan untuk menyembuhkan gangguan kepribadian melibatkan pemeriksaan


dinamika dorongan primitif terhadap ego dan bagaimana superego menekan dorongan-
dorongan ini. Proses psikoanalisis menekankan pada mempertahankan perubahan
kerangka kerja spesifik yang bertujuan untuk mencapai tujuan terapi. Mempertahankan
kerangka analisis mengacu pada serangkaian prosedur dan faktor gaya.

2. Asosiasi Bebas

Asosiasi bebas adalah metode untuk mengingat pengalaman-pengalaman yang terjadi


dimasa lalu dan melepaskan emosi yang berkaitan dengan situasi traumatis di masalalu
yang dikenal sebagai katarsis.

3. Analisis Mimpi

Analisis mimpi adalah bentuk pemenuhan keinginan yang tidak dapat dipenuhi didalam
kehidupan nyata karena kehidupan psikis dianggap sebagai konflik antara kekuatan-
kekuatan psikis, maka dapat diterima untuk melihat mimpi sebagai manifestasi dari
konflik. Prosedur penting untuk menangani materi bawah sadar dan memberikan
pemahaman kepada klien tentang area masalah yang belum terselesaikan. Mimpi

8
memiliki dua sisi konten: konten laten dan konten nyata. Isi laten terdiri dari motif-motif
yang terselubung, tersembunyi, simbolis, dan tidak disadari..

4. Analisis Transferensi

Teknik ini akan mendorong klien untuk mengingat kembali masa lalunya sehingga dapat
memberikan pemahaman kepada klien tentang bagaimana masa lalu mempengaruhi
kehidupan saat ini. Seperti halnya resistensi, transferensi merupakan inti dari terapi
psikoanalisis. Transferensi bermanifestasi dalam proses terapi ketika klien mengungkit
"urusan yang belum selesai" di masa lalu dengan orang-orang yang berpengaruh yang
menyebabkan mereka melihat masa kini dengan cara yang tidak akurat dan bereaksi
terhadap terapis seperti mereka bereaksi terhadap ibu atau ayah mereka. Analisis
transferensi berfungsi mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lalu mereka
dalam sesi terapi psikoanalisis.

5. Analisis Resistensi

Bertujuan untuk membantu klien menyadari alasan di balik penolakan mereka. Konselor
meminta klien untuk memperhatikan dan menginterpretasikan penolakan yang mereka
rasakan. Resistensi, sebuah konsep fundamental dalam praktik pada terapi psikoanalisi
adalah sesuatu yang menghalangi kelangsungan terapi dan mencegah klien untuk
membicarakan hal-hal yang tidak disadari. Freud melihat resistensi sebagai mekanisme
pertahanan bawah sadar yang digunakan oleh klien untuk menghindari kecemasan, yang
akan meningkat jika mereka menyadari dorongan dan perasaan yang direpresi.
2.9 kelebihan dan kekurangan teori psikoanalisis
Kelebihan dari Teori Psikoanalisis
Aspek-aspek positif dari penggunaan teori psikoanalisis untuk mengatasi masalah pasien
terlihat jelas dalam teknik-teknik yang digunakan. Berikut ini adalah beberapa
keuntungan utama dari teori psikoanalisis yang harus dipahami dengan baik:
1) Teori ini membantu individu mengenali kemampuan mereka sendiri yang sebelumnya
tidak dikenali. Melalui teknik-teknik teori psikoanalisis, seseorang dapat menemukan
kemampuan pemecahan masalah mereka dan dengan mengungkapkan motivasi yang
tersembunyi.
2) Menggabungkan teknik terapeutik dengan psikologi kepribadian, khususnya
menekankan pentingnya masa kanak-kanak dalam perkembangan kepribadian.

9
3) Memungkinkan pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan psikologis individu
dan memberikan wawasan tentang sifat manusia. Wawancara digunakan sebagai salah
satu bentuk terapi.
4) Membantu dalam mengelola kecemasan melalui analisis mimpi, resistensi, dan
pemindahan.
5) Konselor dapat memiliki kerangka kerja konseptual yang jelas untuk memahami
perilaku dan fungsi gejala.
6) Teori psikoanalisis menekankan pentingnya masa kanak-kanak dalam perkembangan
kepribadian seseorang, memastikan keselarasan antara teori dan teknik.

2. Keterbatasan Teori Psikoanalisis


Seperti teori lain dalam psikologi, teori psikoanalisis yang banyak digunakan oleh para
konselor juga memiliki keterbatasan yang harus dipahami dengan baik agar dapat
mengatasinya secara efektif.
1) Martabat manusia, meskipun tidak selalu diakui sepenuhnya, tetap penting.
2) Menempatkan penekanan yang berlebihan pada masa lalu dapat secara keliru
mengurangi tanggung jawab individu, meskipun tidak bermaksud melakukannya.
3) Teori bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh energi psikis masih dipertanyakan,
dan psikoanalisis sering kali meremehkan rasionalitas.
4) Menerapkan psikoanalisis dapat mengakibatkan efisiensi waktu dan biaya yang buruk.
Hal ini karena menggali masa lalu dan membantu pasien menemukan kemampuan
mereka membutuhkan lebih dari satu atau dua sesi.
5) Dapat menyebabkan kebosanan dan kelelahan bagi pasien karena prosesnya yang
panjang dan tertundanya pemenuhan keinginan mereka.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan

Pendekatan konseling psikoanalisis yang dikembangkan oleh sigmund freud,

memiliki konstribusi signifikan dalam memahani dan mengatasi masalah


psikologis. Teori ini menekankan pentingnya pemahaman terhadap alam bawah
sadar dan pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Beberapa konsep utama
seperti id, ego, dan superego, serta mekanisme pertahanan, memberikan
pandangan mendalam tentang dinamika pikiran manusia. Proses konseling
psikoanalisis bertujuan membantu klien mengungkap konflik alam bawah sadar
mereka, meningkatkan kesadaran diri, dan meresapi pengengaruh pengalaman
masalalu. Pendekatan konseling psikoanalisis menempatkan perhatian pada
pengungkapan dan pemahaman konflik bawah sadar sebagai kunci untuk
mencapai perubahan positif dalam kehidupan klien.
3.2 Saran

1. Pemberian pendidikan pada klien :

Terapis dapat memberikan pemahaman yang lebih baik pada klien tentang
konsep-konsep psikoanalisis yang mendasari terapi mereka. Pendidikan ini dapat
membantu klien untuk memahami tujuan terapi dan peran mereka dalam proses
penyembuhan.

2. Fleksibilitas dalam pendekatan :

Terapis perlu fleksibel dalam mengadaptasi pendekatan mereka sesuai dengan


kebutuhan dan respon klien. Tidak semua individu merespon dengan cara yang
sama dan menyesuaikan pendekatan dapat meningkatkan efektivitas terapi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Basuki, Heru A.M (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma. Psikologi
(2010).

Feist, Jess dan Gregory J. Feist. 2010. Teori Kepribadian (Theories of Personality).
Jakarta Salemba Humanika. Basuki,Heru. 2008. Psikologi Umum. Jakarta : Universitas
Gunadarma

Jalaluddin Rakhmat dalam Danah Zohar, SQ – Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual


dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Hidup, Mizan, Jakarta,
2000.

Misiak, Henryk and Virginia Staudt Sexton, Ph.D. 1988 .Psikologi Fenomenologi
Eksistensial dan Humanistik : Suatu Survei Historis. Bandung : PT Eresco

Noesjirwan, joesoef. 2000. Konsep Manusia Menurut Psikologi Transpersonal (dalam


Metodologi Psikologi Islami). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Purwanto,Setyo.2004. Hank Out PI: Metode-metode Perumusan Psikologi islami.(Materi


Kuliah) tidak diterbitkan.

Schultz Duane (1977). Growth Psychology: Models of the Healthy Personality. New
York: D. Van Nostrad Company. Septi Gumiandari.Kepribadian Manusia Dalam
Perspektif Psikologi Islam

Surya, M. Teori-teori tahapan Konseling Pendekatan Psikoanalisis, (Bandung: Pustaka


Bani Quraisy, 2003).

Windayani, Kadek Vivien. Penerapan Konseling Client-Centered Dengan Teknik


Permisif untuk Meningkatkan Harga Diri Siswa Kelas X. Iis 2 Sma Negeri 2
Singaraja, e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling Volume: 2 No 1,
Tahun 2014.

Yusuf, Syamsu. Konseling Individual (Konsep dasar & Pendekatan), (Bandung: Refika
Aditama, 2016).

Zulfikar, Konseling Humanistik: Sebuah Tinjauan Filosofi, Jurnal Konseling


GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017).

12

Anda mungkin juga menyukai