Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KONSELING PSIKOANALISIS
Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Bimbingan konseling

Dosen Pengampu : Kushendar M.Pd

Disusun Oleh :

M Ridho Situmorang (211270009)

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF NU
METRO LAMPUNG
TAHUN 2022

Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan
hidayah nya lah akhirnya makalah yang berjudul “KONSELING PSIKOANALISIS" dapat
penulis selesaikan.

Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Bimbingan Konseling”.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih ada kekurangan dan kelemahan. Oleh
sebab itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memperbaiki
makalah ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Mudah mudahan penulisan makalah ini ada
manfaatnya khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Punggur, 09 Oktober 2022

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berbagai masalah yang dimiliki manusia khususnya secara psikis, tentu saja memiliki
penyelesaian yang berbeda-beda. Untuk menyelesaikannya pun memerlukan ketepatan dalam
mengambil teknik yang digunakan seorang konselor atau psikolog. Namun puluhan bahkan
ratusan teknik tidak mungkin digunakan semua secara sekaligus. Maka sangat diperlukannya
penentuan teknik yang akan dipakai. Teknik itu merupakan salah-satu cara konselor atau
psikolog dalam melakukan proses pendekatan terhadap pihak klien berdasarkan sikap, masalah
yang dihadapi, dan berbagai hal lainnya yang harus dipahami para konselor atau psikolog secara
teori untuk kemudian dipraktekkan di lapangan.
Dalam pemecahan masalah yang berhubungan dengan psikologis, ada banyak pendekatan-
pendekatan yang berguna untuk keselarasan problem solving yang akan diberikan seorang
konselor atau psikolog dalam membantu kliennya.
Pendekatan konseling merupakan teori yang mendasari sesuatu kegiatan dan praktik
konseling. Pendekatan itu dirasakan penting karena jika kita mempunyai pemahaman berbagai
pendekatan atau teori-teori konseling, maka akan memudahkan kita dalam menentukan arah
proses konseling.1[1]
Dunia konseling memiliki berbagai macam pendekatan yang dapat dijadikan acuan dasar
pada semua praktik konseling. Masing-masing teori tentu saja dikemukakan oleh ahli yang
berbeda sehingga penerapan dari pendekatan yang digunakan juga akan terlihat berbeda.2[2]
Beberapa pendekatan dalam konseling yaitu pendekatan psikoanalisis, eksistensial-
humanitis, client-centered, terapi gestalt, terapi rasional-emotif, terapi realitas dan pendekatan
eklektik. Dalam makalah ini, hanya akan diuraikan tentang pendekatan psikoanalisis secara lebih
mendetail. Psikoanalisis sebagai teori pertama yang muncul dalam psikologi khususnya yang
berhubungan dengan gangguan kepribadian.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar konseling psikoanalisis?
2. Bagaimana pandangan psikoanalisis tentang kepribadian manusia?
3. Bagaimana teknik konseling psikoanalisis?
4. Apa kelebihan dan kekurangan pada konseling psikoanalisis?
5. Bagaimana penerapan dan contoh kasus teori psikoanalisis dewasa ini?

C. Tujuan Pembahasan
1. Memahami konsep dasar konseling psikoanalisis.
2. Memahami pandangan psikoanalisis tentang kepribadian manusia.
3. Memahami teknik-teknik konseling psikoanalisis.
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan pada konseling psikoanalisis.
5. Memahami penerapan dan contoh kasus teori psikoanalisis dewasa ini.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Konseling Psikoanalisis

1 Sofyan S.Willis, Konseling Keluaga, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 92

2 [2] Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling, (Jakarta: Kencana), hlm
139.
1. Pengertian Konseling Psikoanalisis
Psikoanalisis merupakan salah satu mazhab psikologi yang diperkenalkan oleh Sigmund
Freud sebagai tokoh utama yang mengembangkan teori ini. Psikoanalisis merupakan suatu
metode penyembuhan yang bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. Menurut Eldido
Psikoanalisis merupakan suatu pandangan baru tentang manusia, dimana ketidaksadaran
memainkan peran sentral. Psikoanalisis ditemukan dalam usaha untuk menyembuhkan pasien-
pasien histeria. Baru kemudian menarik kesimpulan-kesimpulan teoritis dari penemuannya di
bidang praktis. Dari hasil penelitian yang dilakukannya kemudian lahir asumsi-asumsi tentang
perilaku manusia.
Corey mengatakan bahwa psikoanalisis merupakan teori pertama yang muncul dalam
psikologi khususnya yang berhubungan dengan gangguan kepribadian dan perilaku neurotik,
kemudian disusul oleh behaviorisme dan humanitis.
Pada kemunculannya, teori Freud ini banyak mengundang kontroversi, eksplorasi,
penelitian dan dijadikan landasan berpijak bagi aliran lain yang muncul kemudian. Mulanya
Freud menggunakan teknik hipnosis untuk menangani pasiennya. Tetapi teknik ini ternyata tidak
dapat digunakan pada semua pasien.
Dalam perkembangannya, Freud menggunakan teknik asosiasi bebas (free association)
yang kemudian menjadi dasar dari psikoanalisis. Teknik ini ditemukan ketika Freud melihat
beberapa pasiennya tidak dapat dihipnotis atau tidak memberi tanggapan terhadap sugesti atau
pertanyaan yang mengungkap permasalahan klien. Selanjutnya, Freud mengembangkan lagi
teknik baru yang dikenal sebagai analisis mimpi.
Menurut Willis, pengertian psikoanalisis meliputi tiga aspek penting yaitu :
1. Sebagai metode penelitian proses-proses psikis
2. Teknik untuk mengobati gangguan-gangguan psikis
3. Sebagai teori kepribadian3[3]
Letak keunggulan psikoanalisis dalam konseling menurut Freud adalah sangat efektif
untuk menyembuhkan klien atau pasien yang histeria, cemas, obsesi neurosis. Namun demikian
kasus-kasus sehari-hari dapat juga digunakan pendekatan psikoanalisis ini untuk mengatasinya. 4
[4]

2. Sejarah Perkembangan Konseling Psikoanalisis


Membahas tentang perkembangan konseling psikoanalisis, maka tidak lepas dari sosok
yang memperkenalkannya pertama kali, Sigmund Freud. Sigmund Freud adalah seorang
psikolog yang berasal dari kota Wina, Austria. Freud dilahirkan dari kandungan seorang ibu
yang bernama Amalia yaitu seorang yang cantik, tegas, masih muda, dau puluh tahun lebih
muda dari suaminya dan merupakan istri ketiga dari ayahnya Jacob Freud. Freud lahir tepatnya
pada tanggal 6 Mei 1856 di Freigery sebuah kota kecil yang didominasi penduduk asli
Muravia5[5], yang sekarang ini lebih dikenal dengan sebutan Pribar, Cekoslowakia, Austria. Ia
meninggal di London pada tanggal 23 September 1939. Selama hampir 80 tahun Freud tinggal
di Wina dan baru meninggalkan kota ketika Nazi menaklukkan Austria.6[6]
Pada tahun 1860, ketika Freud hampir berusia 4 tahun, keluarganya pindah ke Wina
(Wina, ibukota Austria) yang kemudian menjadi semacam magnet bagi kaum imigran. Saat itu
adalah masa-masa awal dimulainya era liberal pada kekaisaran Hapsburg. Kaum Yahudi baru
saja terbebas dari pajak-pajak yang memberatkan serta berbagai pembatasan menghina seperti
tentang hak-hak kepemilikan mereka, pilihan-pilihan karer, praktek-praktek keagamaan yang

3[3] Namora Lumongga, Memahami Dasar-Dasar, hlm. 140-141.


4[4] Latipun, Psikologi Konseling,(Malang: UMM Press, 2001), hlm. 60.
5[5] Sigmund Freud, Peradaban dan Kekecewaan, terj. Apri Danarto (Yogyakarta: Jendela,
2002), hlm. Viii
6[6] Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian (Yogyakarta: Raja Grafindo Persada, 1998),
hlm. 142
dianut. Kemerdekaan ini kemudian membawa harapan-harapan realistis pada bidang
perkembangan taraf ekonomi, partisipasi politik serta menjadi ukuran baru bagi standar
penerimaan sosial. Saat itu adalah masa dimana (seingat Freud) “Para murid berdarah Yahudi
yang taat, selalu membawa album foto tokoh-tokoh Yahudi yang menjadi Menteri kabinet,
dalam tas mereka.” Freud muda terlatih untuk selalu memiliki ambisi-ambisi tinggi. Sebagai
anak pertama dan kesayangan keluarga, dia difasilitasi kamar pribadi oleh orang tuanya. Dia
memperlihatkan bakat-bakat yang luar biasa semenjak hari pertama sekolahnya dan disekolah
lanjutan (disebut Gymnasium: sekolah lanjutan swasta sebelum masuk perguruan tinggi), dia
selalu berada di peringkat pertama dari tahun ke tahun.7[7]
Ia bekerja pada laboratorium Profesor Breuer, ahli ternama dalam bidang fisiologi (1876-
1882). Beberapa tahun lamanya ia mengadakan riset mengenai kokaine, sejenis obat bius (1884-
1887). Pada tahun 1886 ia menikah dengan Martha Bernays dan karena alasan ekonomis ia
mengurangi riset ilmiah dan membuka praktek sebagai dokter saraf. Namun, ia meneruskan
penelitian dibidang neurologi. Setelah itu ia berkunjung di Berlin dan menulis beberapa
karangan penting tentang cacat otak pada anak-anak. Lama-kelamaan perhatiannya bergeser
dari neurologi ke psikopatologi. Terpengaruh oleh Breuer sekitar tahun 1888 ia memulai
memanfaatkan hipnosa dan sugesti dalam praktek ilmiahnya. Intinya pada tahun (1896-1939)
Freud mengembangkan gagasannya tentang teori psikoanalisa dari praktiknya dengan pasien
yang mengalami gangguan mental. Dan Freud telah menghabiskan waktu hidupnya di Wina dan
kemudian pindah ke London menjelang akhir karirnya.8[8]
Penemuan yang mengakibatkan nama Frued menjadi masyhur adalah psikoanalisa. Istilah
ini diciptakan Frued sendiri dan muncul pertama kalinya pada tahun 1896. Menurut Frued
psikonalisa merupakan suatu pandangan baru tentang manusia, dimana ketidaksadaraan
memainkan peranan sentral.9[9] Pandangan Ini mempunyai relevensi praktis, karena dapat
digunakan dalam mengobati pasien-pasien yang mengalami gangguan-gangguan psikis. Tetapi
perlu dicatat pengunaan klinis psikoanalisa tidak merupakan perkembangan yang lebih lanjut
dikemudian hari. Frued tidak memulai dengan menyusun suatu ajaran. Teori psikonalisa lahir
dari praktek dan tidak sebaliknya. Psikoanalisa ditemukan dalam usaha menyembuhkan pasien-
pasien histeris. Baru kemudian Frued menarik kesimpulan-kesimpulan teoritis dari
penemuannya dibidang praktis. Frued sendiri beberapa kali menjelaskan arti istiah psikoanalisa,
tetapi cara menjelaskannya tidak selalu sama.
Salah satu cara yang terkenal adalah cara yang ada pada tahun 1923. Cara ini terdapat di
dalam suatu artikel yang ditulis sendiri oleh Frued dalam sebuah kamus ilmiah Jerman. Disitu ia
membedakan tiga arti psikonalisa. Pertama “psikonalisa” dipakai untuk menunjukkan suatu
metode penelitian terhadap proses-proses psikis (seperti misalnya mimpi) yang sebelumnya
tidak terjangkau oleh penelitian ilmiah. Kedua, istilah ini menunjukkan juga suatu teknik untuk
mengobati gangguan-gangguan psikis yang dialami pasien-pasien Neurotis. Teknik ini bertumpu
pada metode penelitian tadi. Ketiga, istilah yang sama dipakai pula dalam arti yang lebih luas
lagi untuk menunjukkan seluruh pengetahuan psikologis yang diperoleh melalui teknik metode
dan teknik tersebut di atas. Dalam hari terakhir ini kata “psikoanalisa”mengacu pada suatu ilmu
pengetahuan yang dimata Frued betul-betul ilmu baru.
B. Pandangan Psikoanalisis Tentang Kepribadian Manusia
1. Topografi Kepribadian
Teori topografi merupakan teori psikoanalisis yang menjelaskan tentang kepribadian
manusia yang terdiri dari sub-subsistem. Bagi Freud kepribadian itu berhubungan dengan alam
kesadaran (awareness). Alam kesadaran terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu

7[7] Sigmund Freud, Peradaban dan Kekecewaan, hlm. viii-ix


8[8] Sigmund Freud, Memperkenalkan Psikoanalisa Lima Ceramah, (Jakarta:
PT.Gramedia,1984), hlm. 6
9[9] Sigmund Freud, Memperkenalkan Psikoanalisa, hal. 12
a. Alam sadar (conscious/Cs), bagian yang berfungsi mengingat, menyadari dan merasakan
sesuatu secara sadar atau nyata.
b. Alam prasadar (preconscious/Pcs), bagian kesadaran yang menyimpan ide, ingatan, dan
perasaan dan berfungsi mengantarkan ide, ingatan, dan perasaan tersebut ke alam sadar jika
individu berusaha mengingatnya kembali.
c. Alam bawah sadar (unconscious/Ucs), bagian dari dunia kesadaran yang paling menentukan
terbentuknya kepribadian individu. Alam bawah sadar menyimpan semua ingatan atas
peristiwa-peristiwa tertentu yang telah direpresi individu. Alam bawah sadar juga
menyimpan ingatan tentang keinginan yang tidak tercapai oleh individu.10[10]
2. Struktur Kepribadian
Freud beranggapan bahwa kepribadian manusia tersusun secara struktural. Dalam dunia
kesadaran (awareness) individu terdapat pula subsistem struktur kepribadian yang berinteraksi
secara dinamis, antara lain:
a. Id, merupakan subsistem kepribadian yang asli, yang dimiliki individu sejak lahir. Id
bersifat primitif dan bekerja pada prinsip kesenangan. Id berperan sebagai sumber libido
atau tenaga hidup dan energi serta merupakan sumber dari dorongan dan keinginan dasar
untuk hidup dan mati.
b. Ego, berbeda dengan id yang bekerja hanya untuk memuaskan kebutuhan naluriah, ego
bertindak sebaliknya. Ego berperan menghadapi realitas hidup dan berasal dari kebudayaan
dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Prinsip kerjanya selalu bertentangan dengan
id.
c. Superego, terbentuk dari nilai-nilai yang terdapat dalam keluarga dan masyarakat yang
dipelajari di sepanjang tahun-tahun pertama hidup manusia. Superego bekerja berdasarkan
prinsip moral yang orientasinya bukan kesenangan tetapi pada kesempurnaan kepribadian.11
[11]
3. Perkembangan Kepribadian
Secara genetis perkembangan kepribadian berkembang melalui beberapa tahap, yaitu
tahap oral, anal, falik, laten dan genital. Freud mengemukakan bahwa tahapan perkembangan ini
sangat penting terutama bagi pembentukan kepribadian di kemudian hari.
a. Fase oral, terjadi sejak lahir hingga akhir tahun pertama. Pada fase ini anak berkembang
berdasarkan pengalaman kenikmatan erotik pada daerah mulut. Anak yang tidak
mendapat kasih sayang dari ibu dan kepuasan dalam makan serta minum akan
menghambat perkembangan kepribadiannya.
b. Fase anal, terjadi mulai usia dua sampai akhir tahun ketiga. Perkembangan anak pada
fase ini berpusat pada kenikmatan pada daerah anus. Selama fase ini, peran latihan buang
air (toilet training) sangat penting untuk belajar disiplin dan moral.
c. Fase falik, berkembang mulai usia empat hingga lima tahun. Pusat kenikmatan berpusat
pada alat kelamin. Istilah yang kerap muncul pada fase ini adalah Oedipus complex
(ketertarikan seksual pada sosok ibu) pada anak laki-laki dan electra complex
(ketertarikan seksual pada sosok ayah) pada anak perempuan.
d. Fase laten, juga disebut tahap pregenital. Periode ini terjadi antara lima atau enam tahun
hingga pubertas. Pada fase ini anak hanya sedikit berminat pada seksualitas karena
disebabkan kesibukan belajar, aktifitas dengan teman sebaya dan keterampilan fisik.
e. Fase genital, terjadi pada masa pubertas (diatas 12 tahun). Perilaku umum yang tampak
pada fase ini adalah kecenderungan tertarik pada lawan jenis, bersosialisasi dan
berkelompok serta menjalin hubungan kerja. Semua tingkah laku yang dilakukan kerap
kali pada proses menciptakan hubungan dengan orang lain.12[12]
4. Dinamika Kepribadian

10[10] Namora Lumongga, Memahami Dasar-Dasar, hlm. 146.


11[11] Namora Lumongga, Memahami Dasar-Dasar, hlm.142.
12[12] Latipun, Psikologi Konseling, hlm. 64-66
Freud sangat terpengaruh oleh filsafat determinisme dan positivisme abad ke –19 dan
menganggap organisme manusia sebagai suatu energi yang kompleks. Energi yang di peroleh
dari makanan (energi fisik). Berdasarkan hukum penyimpangan (conservation of energi) energi
tidak dapat hilang, tetapi dapat berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Energi
fisik dapat berubah menjadi energi psikis. Jembatan antar energi tubuh dengan kepribadian ialah
id beserta insting – instingnya.
a. Insting, menjadi sumber energi psikis dalam mengarahkan tindakannya memenuhi
keinginan dan kebutuhannya. Freud mengelompokkan insting atas dua jenis yakni insting
hidup dan insting mati. Bentuk energi dimana insting-insting hidup beroperasi disebut
libido. Yang paling utama insting libido ialah insting seksual. Insting-insting hidup yang
lainnya adalah lapar dan haus.13[13]
b. Kecemasan, yaitu perasaan kekhawatiran karena keinginan dan tuntunan internal tidak
terpenuhi dengan sebaiknya. Freud mengemukakan ada tiga bentuk kecemasan, antara lain :
1) Kecemasan realitas (reality anxity), takut akan bahaya yang datang dari luar. Kecemasan ini
bersumber dari ego.
2) Kecemasan neurosis (neurotic anxity), khawatir tidak mampu mengatasi atau menekan
keinginan-keinginan primitifnya. Kecemasan ini bersumber dari id.
3) Kecemasan moral (moral anxity), kecemasan akibat dari rasa bersalah dan ketakutan
dihukum oleh nilai-nilai dalam hati nuraninya. Kecemasan ini bersumber dari super ego. 14
[14]
c. Mekanisme pertahanan ego
Cara individu menghindari kecemasan biasanya dilakukan dengan mekanisme pertahanan
ego (ego defense mechanism). Di antara contoh bentuk mekanisme pertahanan ego antara lain :
1) Represi, melupakan isi kesadaran yang traumatis. Contoh : seorang korban tsunami di Aceh
berusaha melupakan peristiwa tersebut.
2) Proyeksi, mengalamatkan pikiran, perasaan, motif yang tidak diterimanya kepada orang
lain. Contoh : seseorang mengatakan bahwa kegagalannya dalam ujian karena teman
sebangkunya yang berisik.
3) Introyeksi, menanamkan nilai-nilai dan standar yang dimiliki orang lain ke dalam dirinya
sendiri. Contoh : seorang anak senang berkelahi karena selalu melihat kedua orang tuanya
berkelahi.
4) Regresi, tindakan melangkah mundur secara tidak sadar ke fase perkembangan yang
terdahulu dimana tuntutan tugas perkembangannya tidak terlalu besar. Contoh : anak
berusia 10 tahun yang kembali minta digendong ketika adiknya lahir.15[15]
C. Teknik Konseling Psikoanalisis
Teknik spesifik yang digunakan Freud dalam psikoterapi adalah asosiasi bebas,
interpretasi mimpi, analisis transference, dan analisis resistensi.16[16]
1. Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas maksudnya teknik yang memberikan kebebasan kepada klien untuk
mengemukakan segenap perasaan dan pikirannya yang terlintas pada benak klien, baik yang
menyenangkan maupun tidak. Asosiasi ini untuk memudahkan konselor terhadap dinamika
psikologis yang terjadi padanya, sehingga dapat membimbing klien menyadari pengalaman-
pengalaman ketidaksadarannya, dan membuat hubungan-hubungan kecemasannya saat ini
dengan pengalaman masa lampau.
2. Interpretasi Mimpi
Interpretasi mimpi merupakan teknik dimana klien mengemukakan segenap mimpinya
kepada terapis, karena fungsi mimpi adalah ekspresi segenap kebutuhan, dorongan, keinginan
yang tidak disadari akan direpresi dan termanifes dalam mimpi. Interpretasi mimpi maksudnya

13[13] Sofyan S.Willis, Konseling Keluaga, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 95


14[14] Sofyan S.Willis, Konseling Keluaga, hlm. 96
15[15] Namora Lumongga, Memahami Dasar-Dasar, hlm. 147
16[16] Latipun, Psikologi konseling,hlm. 74-75
klien diajak konselor untuk menafsirkan mimpi-mimpi yang tersirat dalam mimpi yang
berhubungan dengan dorongan ketidaksadarannya.
3. Analisis Tranferensi
Transferensi merupakan bentuk pengalihan segenap pengalaman masa lalunya dalam
hubungannya orang-orang berpengaruh kepada terapis di saat konseling. Dalam transferensi ini
akan muncul perasaan benci, ketakutan, kecemasan dan sebagainya yang selama ini ditekan di
ungkapkan kembali, dengan sasaran konselor sebagai objeknya. Dalam konteks ini konselor
melakukan analisis pengalaman klien dimasa kecilnya, terutama hal-hal yang menghambat
perkembangan kepribadiannya. Dengan analisis transferensi diharapkan klien dapat mengatasi
problem yang dihadapi hingga saat ini.
4. Analisis Resistensi
Resistensi merupakan sikap dan tindakan klien untuk menolak berlangsungnya terapi atau
mengungkpkan hal-hal yang menimbulkan kecemasan. Perilaku ini dilakukan sebagai bentuk
pertahanan diri. Dalam konseling, konselor membantu klien mengenali alasan-alasan klien
melakukan resisitensi sebaiknya dimulai dari hal-hal yang sangat tampak untuk menghindari
penolakan atas interpretasi konselor.
Teknik-teknik spesifik ini tidak biasa dilakukan dalam hubungan konseling, tetapi lebih
banyak digunakan dalam psikoterapi dalm membantu pasien yang mengalami psikopatologis.
D. Kelebihan dan Kekurangan Pada Konseling Psikoanalisis
Menurut Muhammad Surya adapun kekuatan atau kelebihan dari konseling psikoanalisis
ini yaitu:17[17]
1. Kekuatan atau kelebihan konseling psikoanalisis
a. Adanya motivasi yang tidak selamanya disadari
b. Adanya teori kepribadian dan teknik psikoterapi
c. Pentingnya masa kanak-kanak dalam perkembangan kepribadian
d. Adanya model penggunaan wawancara sebagai alat terapi
e. Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan dapat memahami sifat manusia
untuk meredakan penderitaan manusia.
f. Pendekatan ini dapat mengatasi kecemasan melalui analisis atas mimpi-minpi, resistensi-
resistensi dan transferensi-trasnferensi.

2. Kelemahan atau kekurangan konseling psikoanalisis


a. Pandangan yang terlalu determistik dinilai terlalu merendahkan martabat kemanusiaan.
b. Terlalu banyak menekankan kepada masa kanak-kanak dan menganggap kehidupan seolah-
olah ditentukan oleh masa lalu.
c. Cenderung meminimalkan rasionalitas.
d. Perilaku yang ditentukan oleh energi psikis, adalah suatu yang meragukan.
e. Kurang efisien dari segi waktu dan biaya.
f. Penerapan dan Contoh Kasus Teori Psikoanalisis

Penerapan dapat dilakukan pada saat orang yang tengah tidak sadarkan diri. Saat pasien
tidak sadar, pasien banyak yang menutup-nutupi ingatan yang menyedihkan. Karena masalah
inilah Frued melakukan pekerjaannya yaitu, memeriksa ketidaksadaran serta menguak alasan
resistensi pasien tersebut. Cara yang biasanya dilakukan adalah melalui mimpi, hipnotis, dan
melamun.18[18]
Untuk contoh penerapannya, penulis akan memberikan contoh mengenai kegiatan orang
sedang melamun (perubahan kepribadian yang disertai kekaburan). Cara Frued melakukannya
17[17] Muhammad Surya, Teori-teori Konseling, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2003), hlm.
38
18[18] Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bnadung: Pustaka Setia, 2003), hal. 115
adalah dengan menghubungkan beberapa kata yang mempunyai hubungan dengan apa yag
dipikirkannya, saat mengetahui kata-kata itu ia menghipnotisir pasien lalu mengulang kata-kata
tersebut. Supaya berfungsi sebagai titik tolak. Setelah itu pasien merelakan bekerja sama dengan
dokternya. Dengan demikian dihadapan dokter dihadirkan kembali ciptaan-ciptaan psikis yang
melintasi pemikirannya dalam melamun lewat kata-kata yang diucapkannya tadi. Cara ini sering
diberi nama “Talking Care” atau “Chimneg-Sweeping”.19[19]

Cuplikan dari suatu sesi psikoanalisa- sebuah ilustrasi transverensi.


Pasien : (Seorang pria eksekutif bisnis berusia 50 tahun) : saya benar- benar merasa
tidak ingin bicara hari ini.
Analis : (Tetap diam selama beberapa menit, kemudian) Mungkin anda ingin
menyampaikan mengapa anda merasa tidak ingin bicara.
Pasien : anda mulai lagi, menurut saya, memaksa saya melakukan sesuatu yang tidak
ingin saya lakukakan. (diam sesaat). Apakah saya harus selalu bicara di sini, pada saat saya
tidak ingin? (Nada suaranya naik dan marah). Bisakah anda pergi dari belakang saya? Anda
tidak perduli sengan perasaan saya, bukan?
Analis : Mengapa anda merasa saya tidak peduli?
Pasien : Karena anda selalu memaksa saya untuk melakukan sesuatu yang saya rasa
tidak bisa.

Cuplikan di atas harus dipahami dalam konteksnya. Pasien tersebut telah menjalani terapi
selama sekitar satu tahun, dengan keluhan depresi dan kecemasan. Walaupun sangat sukses di
mata keluarga dan rekan-rekannya, dia merasa lemah dan tidak kompeten. Melalui banyak sesi
asosiasi dan analisis mimpi, analisis mulai menduga bahwa perasaan gagal yang dirasakan
pasien berakar dari pengalaman-pengalaman di masa kecilnya bersama ayah yang sangat keras
dan suka mengkritik, yang jauh lebih sukses dari si klien, yang tampaknya tidak pernah puas
dengan apapun yang diupayakan anaknya. Pembicaraan yang dikutip di sini pada akhirnya
diinterpretasikan oleh analis sebagai ekspresi kemarahan pasien terhadap tekanan sang ayah
terhadapnya. Nada suara pasien (marah), seperti halnya reaksinya yang berlebihan terhadap
saran lembut dari analis untuk menceritakan mengapa ia tidak ingin bicara, mengindikasikan
bahwa pasien tidak ingin berbicara, mengindikasikan bahwa pasien sebenarnya bukan marah
kepada penganalisis, tetapi kepada ayahnya. Terapis menilai ekspresi perasaan semacam itu,
yaitu pasien mengalihkan perasaan terhadap ayahnya kepada analis. Sebagai hal penting dan
menggunakannya dalam essay essay selanjutnya untuk membantu pasien mengevaluasi ulang
ketakutan-ketakutan di masa kecilnya untuk mengecewakan ayahnya dan mengekspresikan
kemarahan kepadanya.20[20]

Depresi adalah gangguan mood yang dapat diselesaikan oleh beberapa prespektif. Salah-
satunya psikoanalisa yang menitikberatkan pada konflik bawah alam sadar yang berhubungan
dengan duka dan kehilangan. Seperti yang dipaparkan oleh Freud bahwa potensi depresi berada
pada masa anak-anak karena fase itu dapat menentukan kepribadian seseorang secara permanen
atau juga sementara.21[21]
Pendekatan Psikoanalisa yang lebih mengarah kepada alam bawah sadar seorang individu.
Bagian individu dikontrol oleh bagian yang tidak sadar. Dengan menggunakan unsur id, ego dan

19[19] Frued, Memperkenalkan Psikologi, hal.7

20[20] Gerald C Davison, Psikologi Abnormal edisi 9, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006),
hal.44

21[21] Nina W. Syam, Psikologi sebagai akar ilmu komunikasi, (Bandung: Simbiosa Rekatama
Media, 2011), hal. 54
super ego. Psikoanalisis memberikan kekuatan penggerak dari alam bawah sadar yang disebut
libido.22[22]
Maka sampai saat ini, penerapan psikoanalisa masih terus berkembang. Salah-satu model
pengaplikasian teori alam bawah sadar ini adalah psikoterapi. Sebuah yayasan terapi
mengaplikasikan teori psikoanalisa dengan melatih para pakarnya untuk mempraktekan
psikoterapi.23[23] Sudah berkembang pesat hingga kini. Seperti halnya hypnotherapy yaitu
memberi motivasi atau sebuah pengarahan melalui alam bawah sadar. Atau dengan cara
mengembalikan pikiran buruk di masa lampau dan memberikan mindset untuk membuangnya
jauh-jauh. Itu sudah sering dilihat dewasa ini, khususnya di Negara Indonesia sendiri.
Pendekatan psikoanalisa pun sangat berguna bagi seorang konselor untuk melakukan
pendekatan terhadap klien yang mempunyai masalah besar yang terpendam. Dengan cara
membuat klien menjadi tenang, maka hal itu akan menjadikan klien lebih merasa nyaman dan
puas untuk mengikuti pengarahan yang dipaparkan konselor atau psikolog.

22[22] Muhammad Ali, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, (Jakarta: FIP UPI dan Imperial Bhakti
utama, 2007), hal.126

23[23] Muhammad Izzudin, Panduan lengkap Psikologi Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2006),
hal. 652
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Psikoanalisis merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat psikologis dengan cara-
cara fisik. Psikoanalisis merupakan suatu pandangan baru tentang manusia, dimana
ketidaksadaran memainkan peran sentral. Psikoanalisis ditemukan dalam usaha untuk
menyembuhkan pasien-pasien histeria. Baru kemudian menarik kesimpulan-kesimpulan
teoritis dari penemuannya di bidang praktis. Dari hasil penelitian yang dilakukannya
kemudian lahir asumsi-asumsi tentang perilaku manusia.
2. Pandangan Psikoanalisis Tentang Kepribadian Manusia
a. Topografi Kepribadian: Alam sadar (conscious/Cs), alam prasadar (preconscious/Pcs), dan
alam bawah sadar (unconscious/Ucs),
b. Struktur Kepribadian: Id, Ego, dan Superego
c. Perkembangan Kepribadian: Fase oral, Fase anal, Fase falik, Fase laten, dan Fase genital.
d. Dinamika Kepribadian: Insting, kecemasan, dan mekanisme pertahanan ego.
3. Teknik konseling Psikoanalisis: asosiasi bebas, interpretasi mimpi, analisis transference, dan
analisis resistensi.
4. Kelebihan konseling psikoanalisis: Adanya motivasi yang tidak selamanya disadari, Adanya
teori kepribadian dan teknik psikoterapi, Pentingnya masa kanak-kanak dalam
perkembangan kepribadian, Adanya model penggunaan wawancara sebagai alat terapi,
Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan dapat memahami sifat manusia
untuk meredakan penderitaan manusia. Pendekatan ini dapat mengatasi kecemasan melalui
analisis atas mimpi-minpi, resistensi-resistensi dan transferensi-trasnferensi. Kelemahan
psikoanalisis: Pandangan yang terlalu determistik dinilai terlalu merendahkan martabat
kemanusiaan. Terlalu banyak menekankan kepada masa kanak-kanak dan menganggap
kehidupan seolah-olah ditentukan oleh masa lalu. Cenderung meminimalkan rasionalitas.
Perilaku yang ditentukan oleh energi psikis, adalah suatu yang meragukan, Kurang efisien
dari segi waktu dan biaya.
5. Penerapan dapat dilakukan pada saat orang yang tengah tidak sadarkan diri. Saat pasien
tidak sadar, pasien banyak yang menutup-nutupi ingatan yang menyedihkan. Karena
masalah inilah Frued melakukan pekerjaannya yaitu, memeriksa ketidaksadaran serta
menguak alasan resistensi pasien tersebut. Cara yang biasanya dilakukan adalah melalui
mimpi, hipnotis, dan melamun.

B. Saran
Demikian makalah yang penulis buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis
menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan
saran yang berisi kritik maupun sanggahan serta tambahan terhadap makalah ini agar menjadi
lebih baik.
Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya, karena
penulis adalah hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf, alfa dan lupa.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Jakarta: FIP UPI dan Imperial Bhakti utama,
2007

Freud, Sigmund, Peradaban dan Kekecewaan, terj. Apri Danarto Yogyakarta: Jendela, 2002

Gerald C Davison, Psikologi Abnormal edisi 9, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006

Izzudin, Muhammad, Panduan Lengkap Psikologi Islam, Jakarta: Gema Insani, 2006

Latipun, Psikologi Konseling, Malang: UMM Press, 2001

Lumongga Lubis, Namora, Memahami Dasar-Dasar Konseling, Jakarta: Kencana

Muhammad Surya, Teori-teori Konseling, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2003

Sigmund Freud, Memperkenalkan Psikoanalisa Lima Ceramah, Jakarta: PT.Gramedia,1984

Sobur, Alex, Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia, 2003

Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian Yogyakarta: Raja Grafindo Persada, 1998

Syam, Nina W., Psikologi Sebagai Akar Ilmu Komunikasi, Bandung: Simbiosa Rekatama
Media, 2011

Willis, Sofyan S., Konseling Keluaga, Bandung: Alfabeta, 2011

Anda mungkin juga menyukai