KONSELING PSIKOANALISIS
Disusun untuk memenuhi tugas
Disusun Oleh :
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF NU
METRO LAMPUNG
TAHUN 2022
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan
hidayah nya lah akhirnya makalah yang berjudul “KONSELING PSIKOANALISIS" dapat
penulis selesaikan.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Bimbingan Konseling”.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih ada kekurangan dan kelemahan. Oleh
sebab itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memperbaiki
makalah ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Mudah mudahan penulisan makalah ini ada
manfaatnya khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berbagai masalah yang dimiliki manusia khususnya secara psikis, tentu saja memiliki
penyelesaian yang berbeda-beda. Untuk menyelesaikannya pun memerlukan ketepatan dalam
mengambil teknik yang digunakan seorang konselor atau psikolog. Namun puluhan bahkan
ratusan teknik tidak mungkin digunakan semua secara sekaligus. Maka sangat diperlukannya
penentuan teknik yang akan dipakai. Teknik itu merupakan salah-satu cara konselor atau
psikolog dalam melakukan proses pendekatan terhadap pihak klien berdasarkan sikap, masalah
yang dihadapi, dan berbagai hal lainnya yang harus dipahami para konselor atau psikolog secara
teori untuk kemudian dipraktekkan di lapangan.
Dalam pemecahan masalah yang berhubungan dengan psikologis, ada banyak pendekatan-
pendekatan yang berguna untuk keselarasan problem solving yang akan diberikan seorang
konselor atau psikolog dalam membantu kliennya.
Pendekatan konseling merupakan teori yang mendasari sesuatu kegiatan dan praktik
konseling. Pendekatan itu dirasakan penting karena jika kita mempunyai pemahaman berbagai
pendekatan atau teori-teori konseling, maka akan memudahkan kita dalam menentukan arah
proses konseling.1[1]
Dunia konseling memiliki berbagai macam pendekatan yang dapat dijadikan acuan dasar
pada semua praktik konseling. Masing-masing teori tentu saja dikemukakan oleh ahli yang
berbeda sehingga penerapan dari pendekatan yang digunakan juga akan terlihat berbeda.2[2]
Beberapa pendekatan dalam konseling yaitu pendekatan psikoanalisis, eksistensial-
humanitis, client-centered, terapi gestalt, terapi rasional-emotif, terapi realitas dan pendekatan
eklektik. Dalam makalah ini, hanya akan diuraikan tentang pendekatan psikoanalisis secara lebih
mendetail. Psikoanalisis sebagai teori pertama yang muncul dalam psikologi khususnya yang
berhubungan dengan gangguan kepribadian.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar konseling psikoanalisis?
2. Bagaimana pandangan psikoanalisis tentang kepribadian manusia?
3. Bagaimana teknik konseling psikoanalisis?
4. Apa kelebihan dan kekurangan pada konseling psikoanalisis?
5. Bagaimana penerapan dan contoh kasus teori psikoanalisis dewasa ini?
C. Tujuan Pembahasan
1. Memahami konsep dasar konseling psikoanalisis.
2. Memahami pandangan psikoanalisis tentang kepribadian manusia.
3. Memahami teknik-teknik konseling psikoanalisis.
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan pada konseling psikoanalisis.
5. Memahami penerapan dan contoh kasus teori psikoanalisis dewasa ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Konseling Psikoanalisis
2 [2] Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling, (Jakarta: Kencana), hlm
139.
1. Pengertian Konseling Psikoanalisis
Psikoanalisis merupakan salah satu mazhab psikologi yang diperkenalkan oleh Sigmund
Freud sebagai tokoh utama yang mengembangkan teori ini. Psikoanalisis merupakan suatu
metode penyembuhan yang bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. Menurut Eldido
Psikoanalisis merupakan suatu pandangan baru tentang manusia, dimana ketidaksadaran
memainkan peran sentral. Psikoanalisis ditemukan dalam usaha untuk menyembuhkan pasien-
pasien histeria. Baru kemudian menarik kesimpulan-kesimpulan teoritis dari penemuannya di
bidang praktis. Dari hasil penelitian yang dilakukannya kemudian lahir asumsi-asumsi tentang
perilaku manusia.
Corey mengatakan bahwa psikoanalisis merupakan teori pertama yang muncul dalam
psikologi khususnya yang berhubungan dengan gangguan kepribadian dan perilaku neurotik,
kemudian disusul oleh behaviorisme dan humanitis.
Pada kemunculannya, teori Freud ini banyak mengundang kontroversi, eksplorasi,
penelitian dan dijadikan landasan berpijak bagi aliran lain yang muncul kemudian. Mulanya
Freud menggunakan teknik hipnosis untuk menangani pasiennya. Tetapi teknik ini ternyata tidak
dapat digunakan pada semua pasien.
Dalam perkembangannya, Freud menggunakan teknik asosiasi bebas (free association)
yang kemudian menjadi dasar dari psikoanalisis. Teknik ini ditemukan ketika Freud melihat
beberapa pasiennya tidak dapat dihipnotis atau tidak memberi tanggapan terhadap sugesti atau
pertanyaan yang mengungkap permasalahan klien. Selanjutnya, Freud mengembangkan lagi
teknik baru yang dikenal sebagai analisis mimpi.
Menurut Willis, pengertian psikoanalisis meliputi tiga aspek penting yaitu :
1. Sebagai metode penelitian proses-proses psikis
2. Teknik untuk mengobati gangguan-gangguan psikis
3. Sebagai teori kepribadian3[3]
Letak keunggulan psikoanalisis dalam konseling menurut Freud adalah sangat efektif
untuk menyembuhkan klien atau pasien yang histeria, cemas, obsesi neurosis. Namun demikian
kasus-kasus sehari-hari dapat juga digunakan pendekatan psikoanalisis ini untuk mengatasinya. 4
[4]
Penerapan dapat dilakukan pada saat orang yang tengah tidak sadarkan diri. Saat pasien
tidak sadar, pasien banyak yang menutup-nutupi ingatan yang menyedihkan. Karena masalah
inilah Frued melakukan pekerjaannya yaitu, memeriksa ketidaksadaran serta menguak alasan
resistensi pasien tersebut. Cara yang biasanya dilakukan adalah melalui mimpi, hipnotis, dan
melamun.18[18]
Untuk contoh penerapannya, penulis akan memberikan contoh mengenai kegiatan orang
sedang melamun (perubahan kepribadian yang disertai kekaburan). Cara Frued melakukannya
17[17] Muhammad Surya, Teori-teori Konseling, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2003), hlm.
38
18[18] Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bnadung: Pustaka Setia, 2003), hal. 115
adalah dengan menghubungkan beberapa kata yang mempunyai hubungan dengan apa yag
dipikirkannya, saat mengetahui kata-kata itu ia menghipnotisir pasien lalu mengulang kata-kata
tersebut. Supaya berfungsi sebagai titik tolak. Setelah itu pasien merelakan bekerja sama dengan
dokternya. Dengan demikian dihadapan dokter dihadirkan kembali ciptaan-ciptaan psikis yang
melintasi pemikirannya dalam melamun lewat kata-kata yang diucapkannya tadi. Cara ini sering
diberi nama “Talking Care” atau “Chimneg-Sweeping”.19[19]
Cuplikan di atas harus dipahami dalam konteksnya. Pasien tersebut telah menjalani terapi
selama sekitar satu tahun, dengan keluhan depresi dan kecemasan. Walaupun sangat sukses di
mata keluarga dan rekan-rekannya, dia merasa lemah dan tidak kompeten. Melalui banyak sesi
asosiasi dan analisis mimpi, analisis mulai menduga bahwa perasaan gagal yang dirasakan
pasien berakar dari pengalaman-pengalaman di masa kecilnya bersama ayah yang sangat keras
dan suka mengkritik, yang jauh lebih sukses dari si klien, yang tampaknya tidak pernah puas
dengan apapun yang diupayakan anaknya. Pembicaraan yang dikutip di sini pada akhirnya
diinterpretasikan oleh analis sebagai ekspresi kemarahan pasien terhadap tekanan sang ayah
terhadapnya. Nada suara pasien (marah), seperti halnya reaksinya yang berlebihan terhadap
saran lembut dari analis untuk menceritakan mengapa ia tidak ingin bicara, mengindikasikan
bahwa pasien tidak ingin berbicara, mengindikasikan bahwa pasien sebenarnya bukan marah
kepada penganalisis, tetapi kepada ayahnya. Terapis menilai ekspresi perasaan semacam itu,
yaitu pasien mengalihkan perasaan terhadap ayahnya kepada analis. Sebagai hal penting dan
menggunakannya dalam essay essay selanjutnya untuk membantu pasien mengevaluasi ulang
ketakutan-ketakutan di masa kecilnya untuk mengecewakan ayahnya dan mengekspresikan
kemarahan kepadanya.20[20]
Depresi adalah gangguan mood yang dapat diselesaikan oleh beberapa prespektif. Salah-
satunya psikoanalisa yang menitikberatkan pada konflik bawah alam sadar yang berhubungan
dengan duka dan kehilangan. Seperti yang dipaparkan oleh Freud bahwa potensi depresi berada
pada masa anak-anak karena fase itu dapat menentukan kepribadian seseorang secara permanen
atau juga sementara.21[21]
Pendekatan Psikoanalisa yang lebih mengarah kepada alam bawah sadar seorang individu.
Bagian individu dikontrol oleh bagian yang tidak sadar. Dengan menggunakan unsur id, ego dan
20[20] Gerald C Davison, Psikologi Abnormal edisi 9, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006),
hal.44
21[21] Nina W. Syam, Psikologi sebagai akar ilmu komunikasi, (Bandung: Simbiosa Rekatama
Media, 2011), hal. 54
super ego. Psikoanalisis memberikan kekuatan penggerak dari alam bawah sadar yang disebut
libido.22[22]
Maka sampai saat ini, penerapan psikoanalisa masih terus berkembang. Salah-satu model
pengaplikasian teori alam bawah sadar ini adalah psikoterapi. Sebuah yayasan terapi
mengaplikasikan teori psikoanalisa dengan melatih para pakarnya untuk mempraktekan
psikoterapi.23[23] Sudah berkembang pesat hingga kini. Seperti halnya hypnotherapy yaitu
memberi motivasi atau sebuah pengarahan melalui alam bawah sadar. Atau dengan cara
mengembalikan pikiran buruk di masa lampau dan memberikan mindset untuk membuangnya
jauh-jauh. Itu sudah sering dilihat dewasa ini, khususnya di Negara Indonesia sendiri.
Pendekatan psikoanalisa pun sangat berguna bagi seorang konselor untuk melakukan
pendekatan terhadap klien yang mempunyai masalah besar yang terpendam. Dengan cara
membuat klien menjadi tenang, maka hal itu akan menjadikan klien lebih merasa nyaman dan
puas untuk mengikuti pengarahan yang dipaparkan konselor atau psikolog.
22[22] Muhammad Ali, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, (Jakarta: FIP UPI dan Imperial Bhakti
utama, 2007), hal.126
23[23] Muhammad Izzudin, Panduan lengkap Psikologi Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2006),
hal. 652
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Psikoanalisis merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat psikologis dengan cara-
cara fisik. Psikoanalisis merupakan suatu pandangan baru tentang manusia, dimana
ketidaksadaran memainkan peran sentral. Psikoanalisis ditemukan dalam usaha untuk
menyembuhkan pasien-pasien histeria. Baru kemudian menarik kesimpulan-kesimpulan
teoritis dari penemuannya di bidang praktis. Dari hasil penelitian yang dilakukannya
kemudian lahir asumsi-asumsi tentang perilaku manusia.
2. Pandangan Psikoanalisis Tentang Kepribadian Manusia
a. Topografi Kepribadian: Alam sadar (conscious/Cs), alam prasadar (preconscious/Pcs), dan
alam bawah sadar (unconscious/Ucs),
b. Struktur Kepribadian: Id, Ego, dan Superego
c. Perkembangan Kepribadian: Fase oral, Fase anal, Fase falik, Fase laten, dan Fase genital.
d. Dinamika Kepribadian: Insting, kecemasan, dan mekanisme pertahanan ego.
3. Teknik konseling Psikoanalisis: asosiasi bebas, interpretasi mimpi, analisis transference, dan
analisis resistensi.
4. Kelebihan konseling psikoanalisis: Adanya motivasi yang tidak selamanya disadari, Adanya
teori kepribadian dan teknik psikoterapi, Pentingnya masa kanak-kanak dalam
perkembangan kepribadian, Adanya model penggunaan wawancara sebagai alat terapi,
Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan dapat memahami sifat manusia
untuk meredakan penderitaan manusia. Pendekatan ini dapat mengatasi kecemasan melalui
analisis atas mimpi-minpi, resistensi-resistensi dan transferensi-trasnferensi. Kelemahan
psikoanalisis: Pandangan yang terlalu determistik dinilai terlalu merendahkan martabat
kemanusiaan. Terlalu banyak menekankan kepada masa kanak-kanak dan menganggap
kehidupan seolah-olah ditentukan oleh masa lalu. Cenderung meminimalkan rasionalitas.
Perilaku yang ditentukan oleh energi psikis, adalah suatu yang meragukan, Kurang efisien
dari segi waktu dan biaya.
5. Penerapan dapat dilakukan pada saat orang yang tengah tidak sadarkan diri. Saat pasien
tidak sadar, pasien banyak yang menutup-nutupi ingatan yang menyedihkan. Karena
masalah inilah Frued melakukan pekerjaannya yaitu, memeriksa ketidaksadaran serta
menguak alasan resistensi pasien tersebut. Cara yang biasanya dilakukan adalah melalui
mimpi, hipnotis, dan melamun.
B. Saran
Demikian makalah yang penulis buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis
menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan
saran yang berisi kritik maupun sanggahan serta tambahan terhadap makalah ini agar menjadi
lebih baik.
Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya, karena
penulis adalah hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf, alfa dan lupa.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Jakarta: FIP UPI dan Imperial Bhakti utama,
2007
Freud, Sigmund, Peradaban dan Kekecewaan, terj. Apri Danarto Yogyakarta: Jendela, 2002
Gerald C Davison, Psikologi Abnormal edisi 9, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006
Izzudin, Muhammad, Panduan Lengkap Psikologi Islam, Jakarta: Gema Insani, 2006
Syam, Nina W., Psikologi Sebagai Akar Ilmu Komunikasi, Bandung: Simbiosa Rekatama
Media, 2011