Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TEORI-TEORI PERKEMBANGAN (SIGMUND FREUD)

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan AUD


Dosen Pengampu: Ibu Rista Sundari, M.Pd.

Disusun oleh:
Kelompok 4 (PIAUD 3A)

1. Annisa Fara Nabila (2103106016)


2. Nila Ikmaliyani (2103106017)
3. Mar’atus Sholikha (2103106018)
4. Mellyani Eprilia Yusuf (2103106019)
5. Nisrina Raudhotun Nasikhah (2103106020)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2022/2023

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang....................................................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................................. 1
1.3. Tujuan.................................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................... 2

2.1. Biografi Sigmund Freud........................................................................................................ 2


2.2. Dasar Teori Psikoanalisis Sigmund Freud.............................................................................

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................

3.1. Kesimpulan............................................................................................................................
3.2. Saran......................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ilmu psikologi mulai diakui sebagai ilmu yang mandiri sejak tahun 1879 saat Wilhelm
Mundt mendirikan laboratorium psikologi di Jerman. Sejak saat itu, ilmu psikologi
berkembang pesat yang ditandai dengan lahirnya berbagai aliran - aliran di dalamnya.
Salah satu aliran dalam ilmu psikologi tersebut adalah konsep kepribadian. Konsep ini pun
akhirnya dimaknai oleh banyak ahli dengan definisi yang beragam, salah satunya
pemaknaan konsep kepribadian dari aliran psikoanalisis (Ja’far: 2015). Teori psikoanalisis
adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat dan perkembangan kepribadian. Unsur-
unsur yang diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek internal
lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-
konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut, yang pada umumnya terjadi pada anak-anak
atau usia dini. Pemahanan Freud tentang kepribadian manusia didasarkan pada
pengalaman-pengalaman dengan pasiennya, analisis tentang mimpinya, dan bacaannya
yang luas tentang beragam literatur ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Pengalaman-
pengalaman ini menyediakan data yang mendasar bagi evolusi teorinya. Baginya, teori
mengikuti mengikuti observasi dan konsepnya tentang kepribadian terus mengalami revisi
selama 50 tahun terakhir hidupnya. Meskipun teorinya berevolusi, Freud menegaskan
bahwa psikoanalisis tidak boleh jatuh ke dalam elektisisme, dan murid-muridnya yang
menyimpang dari ide-ide dasar ini segera akan dikucilkan secara pribadi dan profesional
oleh Freud. Freud menganggap dirinya sebagai ilmuan. Namun, definisinya tentang ilmu
agak berbeda dari yang dianut kebanyakan psikolog saat ini. Freud lebih mengandalkan
penalaran deduktif ketimbang metode riset yang ketat, dan ia melakukan observasi secara
subjektif dengan jumlah sampel yang relatif kecil. Hubungan antara psikoanalisis dan
pendidikan sangatlah kompleks, dalam artian bahwa psikoanalisis telah memodifikasi dan
memperkaya tingkat perilaku (sikap) dalam ukuran hubungan pendidikan (hubungan antara
pendidik, orang tua, peserta didik yang bersangkutan). Dalam banyak hal, teori
psikoanalisis menyumbang berbagai pikiran dalam perkembangan dunia pendidikan.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Siapakah Sigmund Freud?
2. Bagaimana dasar teori psikoanalisis Sigmund Freud?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui biografi Sigmund Freud.
2. Mengetahui dasar teori psikoanalisis Sigmund Freud.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Biografi Sigmund Freud


Sigmund Freud atau Sigismund Schlomo Freud merupakan neurolog berkebangsaan
Austria yang lahir tanggal 6 Mei 1856 di Freiberg, kota kecil di daerah Moravia. Dia
merupakan anak dari seorang pedagang wol keturunan Yahudi bernama Jacob Freud dan
istri ketiganya Amalie. Ketika Freud berumur empat tahun, ia pindah ke Vienna di mana
dia melanjutkan kehidupannya dan bekerja selama 79 tahun sebelum kemudian diusir
karena ancaman Nazi tahun 1938. Pada tahun tersebut, Freud dan keluarganya pindah ke
Inggris dan meninggal di sana pada 23 September 1939.
Meskipun terlahir dari keluarga miskin, Freud mempelajari hukum di Universitas Vienna.
Dalam perkembangannya, Freud berubah pikiran dan mengubah minat intelektualnya ke
bidang pengobatan. Setelah lulus, Freud bekerja sebagai psikiater klinis di Rumah Sakit
Vienna.
Freud muda mempelajari berbagai macam bahasa, termasuk diantaranya, yaitu: Yunani,
Latin, Inggris, Perancis, dan Ibrani. Freud muda membaca karya Shakespeare pada usia
delapan tahun. Ia mulai belajar kedokteran di Universitas Vienna tahun 1873 sampai 1881.
Di dalam buku Autobiografi Pemikiran, Freud mengklaim,
“Neither at that time, nor indeed later in my career did I feel any particular predilection for the career
of a doctor. I was moved, rather, by a sort of curiosity, which was, however, directed more towards
human concerns than towards natural objects,” (Freud, 1925: 190).
Dari tahun 1876 sampai tahun 1882, Freud bekerja dengan seorang profesor fisiologi,
Ernst Brucke (1819-1892) di institut fisiologi miliknya. Profesor Brucke merupakan
seorang yang percaya pada prinsip mekanisme, suatu prinsip di mana penyebab fisika dan
kimia dapat menjelaskan seluruh proses di dalam kehidupan tanpa harus menyandarkan
pada sebab-sebab keagamaan atau sebab vitalitas lainnya. Kesadaran itu sendiri dapat
dijelaskan melalui proses biologis.
Freud sama halnya seperti Brucke, memulai sebagai seorang mekanis yang percaya
kepada sebab fisik bagi penyakit mental, namun Freud lebih percaya pada peran terpisah
psikologi dalam kehidupan mental seseorang, suatu peran yang terpisah dari sebab
biologis. Teorinya memperlihatkan bahwa setiap gejala histeris, mimpi, omongan yang

3
“ketrucut” (slip of the tongue) dan setiap apa yang dikatakan atau pikirkan di dalam
kehidupan sehari-hari memiliki penyebab.
Tahun 1882, ia bertunangan dengan Martha Bernays (1861-1951). Sebenarnya Freud
tidak memiliki ketertarikan dengan praktik pengobatan, namun adanya tanggung jawab
terhadap keluarga barunya, khususnya terkait ekonomi, Freud kemudian beralih dari ilmu
tentang hewan ke sistem saraf manusia. Ia membuka praktik pengobatannya sendiri dengan
spesialisasi menangani pasien yang mengalami kegelisahan (nervous) sekaligus menjadi
dosen neuropatologi di Universitas Vienna tahun 1885. Freud mulai menangani pasien
perempuan kelas menengah dan atas yang menderita penyakit histeria, sehingga membawa
Freud mengembangkan teori psikoanalisisnya.
Setelah menghabiskan waktu empat bulan di klinik Salpetriere yang berada di Paris,
Freud mulai tertarik pada histeria, khususnya metode hipnosis milik perintis ilmu neurolog,
Jean Martin Charcot. Sekembalinya ke Vienna, ia meninggalkan Rumah Sakit Umum
Vienna dan membuka kursus pribadi dalam bidang “anxiety dan kelainan otak.” Bersama
rekan kerjanya, Josef Breuer, ia mengeksplorasi catatan traumatik pasien melalui metode
histeria, yang melahirkan pandangan bahwa racauan pasien sebenarnya adalah katalis (cara
pasien melepaskan emosi yang meledak-ledak). Hasilnya, tahun 1895, Freud dan Breuer
mempublikasikan Studies on Histeria dan kemudian menyusun ide-ide yang membawa
mereka pada analisis atas psikoanalisis.
Mulai pertengahan tahun 1910, Freud berusaha memformulasikan teorinya tentang
pikiran menjadi suatu proyek penelitian. Ia memostulatkan kategori ego, id, dan superego
untuk membantu menjelaskan fungsi pikiran yang beragam. Sampai kematiannya pada
tahun 1939, Freud terus menulis pemikirannya tentang seni, sastra, perang, kematian,
ketakutan, metodologi psikoanalisis serta asal usul budaya, masyarakat, dan agama.
Pengaruh yang berkontribusi terhadap pemikiran Freud sangat beragam. Walaupun
teorinya menjelaskan psikologi manusia, tetapi ia memformulasikannya dalam merespons
waktu sejarah di mana di hidup. Misalnya setelah dampak kehancuran Perang Dunia I dan
kematian putrinya, Sophie, Freud menulis Beyond the Pleasure Principle (1920), di mana
ia mengeksplorasi kemungkinan universal terkait kematian. Freud mengoleksi barang antik
dan terpesona dengan ilmu arkeologi. Hal ini tertuang dalam artikelnya berjudul Delusions

4
and Dreams in Jensen’s Gradiva, sebuah pembacaan psikoanalitik cerita pendek tentang
seorang arkeolog yang mengeksplorasi keruntuhan Pompeii.

2.2. Dasar Teori Psikoanalisis Sigmund Freud


Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan
para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Pada mulanya
istilah psikoanalisis hanya dipergunakan dalam hubungan dengan Freud saja, sehingga
“psikoanalisis” dan “psikoanalisis Freud” sama artinya. Bila beberapa pengikut Freud
dikemudian hari menyimpang dari ajarannya dan menempuh jalan sendiri-sendiri, mereka
juga meninggalkan istilah psikoanalisis dan memilih suatu nama baru untuk menunjukan
ajaran mereka. Contoh yang terkenal adalah Carl Gustav Jung dan Alfred Adler, yang
menciptakan nama “psikologi analitis” (bahasa Inggris: analitycal psychology) dan
“psikologi individual” (bahasa Inggris: individual psychology) bagi ajaran masing-
masing. Psikoanalisis memiliki tiga penerapan:
1. suatu metode penelitian dari pikiran.
2. suatu ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia.
3. suatu metode perlakuan terhadap penyakit psikologis atau emosional.
Teori Psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis dapat dipandang
sebagai teknik terapi dan sebagai aliran psikologi. Sebagai aliran psikologi, psikoanalisis
banyak berbicara mengenai kepribadian, khususnya dari segi struktur, dinamika, dan
perkembangannya.1
Pada perkembangannya teori psikoanalisis banyak diimplementasikan dalam
dunia pendidikan. Beberapa di antaranya diurai pada jabaran berikut ini:
1). Berbicara tentang konsep kecemasan yang dikemukakan oleh Freud, tentu saja
berkaitan pula dengan proses pendidikan. Kecemasan merupakan fungsi ego untuk
memperingatkan individu tentang kemungkinan suatu bahaya sehingga dapat disiapkan
reaksi adaptif yang sesuai. Dalam pendidikan, konsep kecemasan pada tiap individu
dapat diolah dan dikembangkan oleh para pengajar/konselor demi kebaikan peserta didik.
Dengan kosep ini pula, peserta didik dibantu untuk menghargai diri dan oran lain serta

1
Jurnal Sigmund Freud-Split, hlm 4

5
lingkungannya. Dengan kata lain, konsep kecemasan diarahkan ke pendidikan ranah
afektif atau karakternya.
2). Dalam ranah yang lebih luas, teori psikoanalisis juga digunakan pada proses
pendidikan yang berbasis kecerdasan majemuk. Setiap individu memiliki kecerdasan
yang berbeda-beda. Tidak akan ada dua pribadi berbeda walaupun anak kembar memiliki
kecerdasan yang sama. Kecerdasan bukanlah berpatokan pada angka-angka yang
berkaitan dengan IQ. Menurut Garner, ada beberapa kecerdasan yang ada pada manusia,
yaitu kecerdasan matematik, linguistik, kinestetik, visual-spasial, musik, intra-personal,
inter-personal, naturalistik, dan eksistensial. Sebuah pendidikan seharusnya
menjembatani setiap kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik. Mengembangkan bakat
dan minat sesuai dengan kebutuhannya tentu sejalan dengan teori Freud yang menyebut
bahwa manusia sebagai makhluk yang memiliki keinginan dan kebutuhan dasar.
3). Konsep psikoanalisis yang menyatakan bahwa manusia merupakan makhluk yang
memiliki kebutuhan dan keinginan dasar. Dengan konsep ini, pengajar dapat
mengimplementasikannya ke dunia pendidikan. Berbagai elemen dalam pendidikan dapat
dikembangkan dengan berbasis pada konsep ini. Kurikulum atau perangkat pembelajaran
misalnya, pendidik harus melakukan berbagai analisis kebutuhan dan tujuan agar apa
yang diajarkannya nanti sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan peserta didik. Hal
ini sudah lumrah digunakan dalam berbagai proses pendidikan dan penelitian
pengembangan.
4). Berkaitan dengan agresivitas siswa, seorang pendidik harus mampu mengontrol dan
mengatur sikap ini agar terarah menjadi lebih positif. Agresivitas dalam ilmu psikologi
merupakan wahana bagi siswa untuk memuaskan keinginannya yang cenderung ke arah
merusak, mengganggu, atau menyakiti orang lain. Dengan kata lain agresivitas
merupakan ungkapan perasaan frustasi yang tidak tepat. Dalam hal ini, penyebab
munculnya tindakan agresivitas dapat berupa penilaian negatif atau kata-kata yang
menyakitkan. Jika siswa melakukan kesalahan, tidak selayaknya dihukum dengan kata-
kata kasar atau hukuman lain yang justru akan melukai secara psikologis. Treatment-nya
terhadap kasus ini dapat dilakukan dengan penjajakan secara personal, memberi sugesti
dan wejangan, tidak memberi hukuman tetapi memberi semacam kebebasan dalam
bertanggung jawab, dan membantunya dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

6
5). Perlunya pendidikan inklusif di semua strata pendidikan. Pendidikan inklusif
merupakan pendidikan yang tidak boleh membeda-bedakan terhadap peserta didik.
Dalam hal ini, sekolah harus mau menampung dan menerima siswa-siswa yang memiliki
kebutuhan khusus. Secara psikologis, anak yang memiliki kekurangan semacam ini akan
mengalami krisis kepercayaan diri atau minder. Untuk mengurangi dan menghilangkan
rasa minder tersebut, sekolah harus menerima ketunaan tersebut tanpa merasa sebagai
bagian yang terpisah dari masyarakat. Dengan pendidikan inklusif, permasalahan ini
diharapkan dapat membantu bagi anak-anak yang memiliki keterbatasan.
6). Konsep psikoanalisis yang diterapkan dalam pendidikan adalah pendidikan yang
bermuara pada penciptaan kreativitas peserta didik. Saat ini kita berada pada era revolusi
teknologi informasi. Pada era ini, setiap manusia dituntut memiliki kreativitas yang
orisinil dan terbaik. Orang-orang yang sukses pada masa ini adalah orang-orang yang
memiliki kreativitas tanpa batas. Tengoklah seperti pendiri facebook, android, samsung,
dan lain-lain. Mereka eksis dan sukses mencapai puncak kejayaan karena memiliki
inovasi dan kreativitas yang mumpuni. Menurut Freud, kreativitas merupakan bagian dari
kepribadian yang didorong untuk menjadi kreatif jika memang mereka tidak dapat
memenuhi kebutuhan seksual secara langsung. Berhubung kebutuhannya tidak terpenuhi
maka terjadilah sublimasi dan akhirnya muncullah imajinasi.2

2
Jurnal Sigmund Freud-Split, hlm 13-15

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sigmund Freud. Beliau adalah orang pertama yang memunculkan istilah psikoanalisis.
Psikolog asal Wina –Austria ini lahir pada 6 Mei 1856, merupakan putra pasangan Amalia
dan Jacob Freud. Tokoh psikoloanalisisklasik ini wafat pada usia 83 tahun di
London, pada 23 September 1939. Dan terkenal karena mengembangkanPsikologi
Kepribadian. Freud mengambil jurusan kedokteran di Universitas Wina pada tahun
1973. Masa mudanya ia isi dengan banyak melakukan observasi dan penelitian.
Kajiannya banyak membahas tentang kejiwaan dan kesesuaian pendirian. Baru pada
tahun 1980-an, ia menjadikan ilmu psikologi sebagai bagian dari hidupnya. Sejak
saat itu, ia terus mengembangkanteori psikoanalisis pikiran manusia.
Teori psikoanalisis klasik merujuk pada istilah yang dipopulerkan oleh Freud. Secara garis
besar, teori ini menyatakan bahwa “ketidaksadaran” pada individu memiliki peran yang
utama dalam diri seseorang.•Menurut freud konsep teori ini digunakan untuk meneliti
kepribadian seseorang terhadap proses psikis yang tidak terjangkau oleh hal yang bersifat
ilmiah.

3.2 Saran

8
DAFTAR PUSTAKA

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

3.2. Saran

9
DAFTAR PUSTAKA

10

Anda mungkin juga menyukai