Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

Belajar Dan Perkembangan Motorik

Model Perkembangan Psikoanalisis Freud

Model Perkembangan psikososial Ericson

Model teori Kematangan Gesell

Dosen Pengampu

Dr.Edi Kurniawan M,Pd

Kelompok 2

Zulfa Arbayandi(21271211)
Deden Ahmad Sucipto(21271235)
Dedi wardani (21271244)
Candra Kirana (21271245)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MATARAM

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT


2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis,terhadap kehadirat Allah SWT,atas rahmatnya maka penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah Belajar Dan perkembangan Motorik Psikoanalisis
freud,model perkembangan Psikisosial Ericson dan Model Perkembangan teori Kematangan
Gesell

Penulisan makalah ini adalah salah satu tugas,Belajar dan Perkembangan


Motorik.Dalam penulisan makalah ini,Penulis merasa masih banyak kekurangan -kekurangan
baik Teknik penulisan maupun materi,Mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis belum
maksimal.Untuk itu kritik dan saran semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.

Dalam makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu menyelesaikan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap Allah swt memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang
telah memberikan bantuan,dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah,serta malah
ini menjadi manfaat bagi pembaca.
BAB I

PENDAHULUAN

1.Latar Belakang

Psikoanalisis adalah salah satu teori dalam psikologi perkembangan dimana teori ini di cetuskan
oleh Sigmund Freud. Sigmund Freud dilahirkan pada tanggal 6 Mei 1856 di Freiberg-Moravia
sebuah bagian dari Republic Ceko. Freud adalah anak pertama dari pasangan Jacob dan Amalie
Nathanson Freud. Keluarga Freud mempunyai permasalahan ekonomi yang memaksa
keluarganya untuk pindah tempat tinggal dua kali saat Freud masih kecil, pertama mereka pindah
ke Leipzig dan kedua ke Vienna saat Freud berusia 4 tahun. Pemerintah mencatat Freud dan
keluarga menetap di Vienna kurang lebih 80 tahun sampai terjadi invasi oleh tentara Nazi yang
memaksanya pindah ke London dan menghembuskan nafas terakhirnya.

Semenjak kecil Freud adalah seorang siswa yang cerdas dan keluarganya sangat mendukung
pendidikan Freud. Kecerdasan Freud meliputi berbagai bidang ilmu, sehingga Freud cukup
kesulitan saat harus memilih jurusan di unversitas, namun akhirnya Freud memutuskan memilih
Fakultas Kedokteran (Crain, 2005). Freud mempelajari treatment pada penderita hysteria dari
Josef Breuer yang sedang mengobati seorang wanita bernama “Anna O” dengan membuka
pikiran alam bawah sadarnya melalui hypnosis. Freud dan Breuer melihat, penderita hysteria
mempunyai sesuatu yang ditutupi (Block Off), atau di repress berupa harapan dan emosi dari
kesadarannya. Energy yang ditutpi atau di blok oleh penderita hysteria menyebabkan terjadinya
gangguan fisik. Terapi yang digunakan merupakan upaya untk membuka dan memunculkan
kembali emosi yang telah di tempatkan pada alam bawah sadar (unconscious).

Erik Homburger Erikson yang terlahir dengan nama Erik Salomonsen ( 15 Juni 1902 – 12 Mei
1994) adalah seorang pakar psikologi perkembangan dan psikoanalis berkebangsaan Jerman,
dikenal akan teorinya akan perkembangan psikososial manusia.
Erikson terlahir sebagai seorang anak keturunan ayah Jerman dan ibu Yahudi, akan tetapi dia
hanya mengenal ayah tirinya yang juga Yahudi. Sehingga ketika kecil ia selalu diejek karena
menjadi satu – satunya anak berambut pirang dan bermata biru diantara lingkungan Yahudi,
sementara di lingkungan sekolah yang lebih umum ia justru selalu diejek sebagai seorang
Yahudi. Selama hidupnya ia selalu berada dalam kebimbangan tentang identitas dirinya sampai
memutuskan untuk mengganti nama. Erikson adalah nama buatannya sendiri yang ia tetapkan
untuk menentukan identitas pribadinya.

teori Perkembangan/Kematangan Arnold Gesell

4.1 Profil Arnold Lucius Gesell


Nama sebenar beliau ialah Arnold Lucius Gesell. Rousseau mempercayai bahawa tingkah laku
berkembang menurut tahap-tahap atau jadual dalaman yang berlaku secara semula jadi. Dengan
perkataan lain kita namakan proses ini sebagai kematangan biologis. Arnold Gesell (1880-1961)
telah berusaha memulakan kajian kematangan. Gesell dibesarkan di Alma, Winconsin, sebuah
bandar kecil di pinggir Sungai Mississippi bahagian utara.
Dalam sebuah penulisan autobiografi, beliau menerangkan zaman kanak-kanak yang beliau
alami hampir menyenangkan di mana ‘hills, valley, water and climate concurred to make the
seasons distinct and intense in my home town. Each season had its own challenges and keen
pleasures, accentuated by the everchanging yet enduring river” (Gesell, 1952). Menurut
Bakinsky (1983) Gesell menggunakan bahasa yang sama untuk menerangkan keindahan yang
dilihatnya dalam proses pertumbuhan dengan “ its seasons and sequences”.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Sigmund Freud lahir di Freiberg, 6 Mei 1856 dan meninggal di London, 23 september
1939.Dia adalah seorang austria keturunan yahudi dan pendiri aliran
psikoanalisis.Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkang oleh Sigmund Freud
sebagai studi fungsi dan perilaku manusia.

Psikoanalisis mempuynyai 3 penerapan yatu suatu metode penelitian dan pikiran,suatu ilmu
pengetahuan yang sistematis mengenai perilaku manusia,suatu metode perlakuan terhadap
penyakit psikologis atau emosional.Konsep jiwa memiliki 3 tingkatan dasar yaitu
sadar(consious) Prasadar(Preconsious),tidak sadar(unconsious). Teori yang paling terkenal
adalah tentang adanya alam bawah sadar yang mengendalikan sebagian besar perilaku.Dan dia
juga menyatakan bahwa perilaku manusia didasari pada hasrat seksualitas(eros) yang pada
awalnya dirasakan oleh manusia semenjak kecil dari ibunya.Dialam tidak sadar terdapat 3
struktur mental yaitu Id(dibawa sejak lahir dan hanya memikirkan kesenangan), Super ego(moral
dan etika kpribadian), ego(pengawas kenyataaan) contohnya adalah Anda adalah sebagai
bendahara yang diserahi mengelolah uang sebesar 1 miliar, Id : “Pakai saja uang itu sebagian,toh
tak ada yang tahu!”,super ego : “Jangan lakukan!”,Ego : “Cek dulu,jangan-jangan nanti ada yang
tau!”. Metode analisis mimpi digunakan untuk mengungkap alam bawah sadar atau
permasalahan terpendam, baik berupa hasrat, ketakutan, kekhawatiran, kemarahan yang tidak
disadari karena ditekan oleh seseorang.Karya-karyanya diantaranya yaitu :

The Interpretation of Dreams (1900) The Psichopathology of Everiday Live (1901)


An Outline of Psichoanalysis (1940) Beberapa kelebihan dari psikoanalisis : Freud memperjelas
bahwa manusia sering berfikir dan berperilaku dengan dorongan yang tidak mereka akui Freud
berani dan tanggapmelakukan observasi yang membuahkan teori kepribadian pertama dan teknik
pesikoterapi yang efektif

Freud mengidentifikasikanpengaruh dini bentuk perkembangan kepribadian yang berimplikasi


pada perkembangan anak Freud mengembangkan model wawancar sebagai
konselingPsikoanalisis adalah sebuah system yang memilikikeesuaian yang tinggi antara teori
dan teknikTeori Psikoanalisis dalam menjelaskan kepribadian manusia secara luas dan lengkap

Bicara mengenai teori psikoanalisis klasik, artinya kita harus mengenal Sigmund Freud. Beliau
adalah orang pertama yang memunculkan istilah psikoanalisis. Psikolog asal Wina – Austria ini
lahir pada 6 Mei 1856, merupakan putra pasangan Amalia dan Jacob Freud. Tokoh
psikoloanalisis klasik ini wafat pada usia 83 tahun di London, pada 23 September 1939. Dan
terkenal karena mengembangkan Psikologi Kepribadian.
Freud mengambil jurusan kedokteran di Universitas Wina pada tahun 1973. Masa mudanya ia isi
dengan banyak melakukan observasi dan penelitian. Kajiannya banyak membahas tentang
kejiwaan dan kesesuaian pendirian. Baru pada tahun 1980-an, ia menjadikan ilmu psikologi
sebagai bagian dari hidupnya. Sejak saat itu, ia terus mengembangkan teori psikoanalisis pikiran
manusia. Berikut karya beliau yang terkenal, diantaranya

 Studi Tentang Histeri.

 Penafsiran Mimpi.

 Tiga Karangan Tentang Teori Seksualitas.

 Pengantar Pada Psikoanalisa.

Apa itu Psikoanalisis?


Teori psikoanalisis klasik merujuk pada istilah yang dipopulerkan oleh Freud. Secara garis besar,
teori ini menyatakan bahwa “ketidaksadaran” pada individu memiliki peran yang utama dalam
diri seseorang. Dengan landasan teori ini, Freud melakukan pengobatan mereka yang menderita
gangguan psikis.

Teori Psikoanalisis Freud telah menjadi teori yang paling banyak digunakan dan dikembangkan
hingga saat ini. Konsep teori ini digunakan untuk meneliti kepribadian seseorang terhadap proses
psikis yang tidak terjangkau oleh hal yang bersifat ilmiah.

Dengan metode psikoanalisis, Freud bermaksud mengembalikan struktur kepribadian pasien


dengan cara memunculkan kesadaran yang tidak ia sadari sebelumnya. Adapun proses terapi ini
berfokus pada pendalaman pengalaman yang dialami pasien saat masih kanak-kanak.

Baca Juga : Kode Etik Psikologi


Persepsi Tentang Jiwa Manusia Menurut Sigmund Freud
Gunung es dijadikan sebuah perumpamaan oleh Freud untuk menunjukkan skema gambaran jiwa
seseorang. Bagian puncak dinamakan kesadaran (conciousnes), Bagian tengah dinamakan
prakesadaran (sub conciousnes) dan bagian dasar yang tertutup air adalah ketidaksadaran
(unconciousnes).

Sama seperti perumpamaan akar pohon, disini alam bawah sadar atau ketidaksadaran merupakan
hal yang paling menentukan kehidupan manusia. Dimana penyebab dari penyimpangan perilaku
ini berasal dari faktor alam bawah sadar ini. Hal yang seperti inilah yang dianalisa oleh Freud
untuk mengungkap kepribadian seseorang dan menjadikan analisa ini sebagai metode
penyembuhan.

Struktur Kepribadian Menurut Sigmund Freud

Freud membagi struktur ini menjadi tiga aspek yaitu : id, ego dan superego. Berikut
penjelasannya :

1. Id
Id berasal dari kata latin “Is” yang artinya es. Kepribadian ini disebut Freud sebagai kepribadian
bawaan lahir. Didalamnya terdapat dorongan yang didasari pemenuhan biologis guna kepuasan
bagi dirinya sendiri. Karakter khas pada aspek ini adalah tidak adanya pertimbangan logis dan
etika sebagai prinsip pengambilan keputusan. Lebih sederhana, id berwujud pada gambaran
nafsu, hasrat seksual dan perasaan superior (ingin berkuasa).

2. Ego
Aspek kepribadian ini terjadi akibat pengaruh yang ia dapatkan dari apa yang terjadi
didunia/lingkungannya. Ciri khas dari aspek ini, ego mengatur id dan juga superego untuk
pemenuhan kebutuhan sesuai dengan kepentingan kepribadian yang terlibat. Artinya, berbeda
dengan id yang hanya mementingkan diri sendiri, ego merupakan aspek yang mementingkan
keperluan lebih luas (tidak hanya dirinya).

3. Superego
Aspek kepribadian yang satu ini akan lekat kaitannya moral atau nilai kehidupan. Ranah
superego berisi tentang batasan untuk membedakan mana yang baik dan yang buruk. Dengan
kata lain, superego memiliki peran penting untuk menjadi penengah antara id an ego. Ia menjadi
penyekat dari sinyal yang dikirimkan aspek id serta memotivasi ego untuk melakukan hal yang
menjunjung moralitas.

Baca : Cabang-cabang Psikologi


Fase Dalam Perkembangan Kepribadian

Menurut Freud, kepribadian seseorang mengalami perkembangan dalam tiga tahapan fase :

1. Fase Infatile
Tahapan ini berlangsung sejak anak lahir hingga berusia 5 tahun. Naluri seks menjadi hal yang
utama dalam pembentukan kepribadian anak tersebut. Pada range usia ini, Freud
mengklasifikasikan fase infantil menjadi tiga fase lagi, yaitu :

 Fase Oral (0-1 tahun)


Seseorang akan mendapatkan kesenangan melalui segala sesuatu yang masuk melalui mulutnya.
Contohnya adalah, aktivitas makan, minum dan menghisap jari.

Freud mengemukakan bahwa personaliti anak yang berlebihan mendapatkan kepuasan oral pada
fase ini, akan tumbuh menjadi seseorang yang gemar menimbun harta/ilmu dan juga terlalu
gampang percaya orang lain. Tapi sebaliknya, jika anak tidak puas terhadap kebutuhan oral ini,
mereka akan menjadi pribadi yang rakus namun tidak pernah puas. Mereka juga terkenal sebagai
pendebat dan bersikap sarkas.

Baca Juga : Psikologi Anak


 Fase Anal (1-3 tahun)
Pada fase ini, kesenangan bayi akan didapat dari aktivitas buang air besar, yang menggambarkan
kepuasan karena hilangnya rasa tertekan dan tidak nyaman pada saluran pencernaan. Freud
menyatakan bahwa proses belajar buang air menjadi pemuas id dan superego dalam waktu yang
bersamaan. Ia mengibaratkan fase anal ini adalah fase seseorang dalam melakukan kontrol diri
atau pengendalian diri.

Baca Juga : Psikologi Keluarga


 Fase Falik (3-5 tahun)
Freud memberikan pandangan bahwa pada fase ini, seseorang akan mendapatkan kepuasan
melalui organ kelaminnya. Contoh paling sederhana yang khas adalah, seseorang akan mulai
menyukai lawan jenisnya. Anak yang selama ini memandang ibu sebagai sumber cintanya, dan
beranggapan bahwa ayah adalah saingannya, akan memunculkan perasaan cemas karena
khawatir cnta ibunya terebut.

Baca Juga : Psikologi Pendidikan


2. Fase Laten (5-12 tahun)
Fase ini dikenal juga dengan fase pubertas (puberity). Yang menjadi ciri khas dari fase in iadalah
seseorang mulai merasa malu dan mementingkan aspek moral (estetika). Freud
mengistilahkannya dengan kemampuan sublimasi. Sebuah kemampuan mengganti kesenangan
seksual dengan kesenangan lain yang sifatnya non-seksual.

3. Fase Genital (12 tahun-dewasa)


Tahapan lanjutan ini, seseorang mulai menyalurkan keinginan seksual mereka melalui objek
luar. Contohnya saja, keikutsertaan pada sebuah komunitas, menikah dengan orang yang dicintai
dan karir. Orientasi hidup seseorang tersebutpun mengalami perubahan menjadi sosialis dan
realistis.
Baca juga: Psikologi Sosial
Teori Psikoanalisis Klasik Sebagai Teknik Penyembuhan (Terapi)

Menurut Freud, seseorang haruslah melalui fase-fase yang disebutkan diatas. Seseorang akan
mengalami neurosis. Yaitu, sebuah gangguan mental yang dapat menyebabkan stres meskipun
dianggap tidak terlalu serius. Teori yang dibawa Freud melalui psikoanalisis mampu dijadikan
dasar dalam mengevaluasi kepribadian. Sehingga permasalahan pada orang yang mengalami
neurosis bisa disembuhkan. Berikut teknik-tekniknya :

1. Teknik Talking Care


Teknik ini pada dasarnya adalah tentang membangun hubungan baik dengan klien/pasien.
Sehingga para pasien dapat menceritakan pengalaman masa lalunya. Freud membuat ajang bagi
para pasien untuk mengalirkan rasa sehingga hati mereka lega dari apa yang membebaninya.

Meski begitu, Freud menganggap teknik ini memiliki kelemahan karena apa yang diceritakan
oleh pasien adalah hal yang berada pada alam sadar. Dianggap kurang tepat karena permasalahan
sesungguhnya terjadi pada alam ketidaksadaran.

Baca Juga : Psikologi Konseling


2. Teknik Kartasis
Freud berusaha memasuki alam bawah sadar pasien dengan metode ini. Ia menggabungkan
momen setengah sadar, untuk bisa mengavaluasi persoalan pasien. Istilah yang biasa kita dengar
berkaitan dengan teknik ini adalah metode hipnosis. Meski Freud pernah berhasil menangani
pasien penderita gangguan saraf. Namun kemudian ia menyatakan kurang puas dengan metode
ini, dan mulai mengembangkan teknik terapinya.

Baca juga: Konsep Diri Dalam Psikologi


3. Teknik Asosiasi Bebas
Teknik ini banyak dikembangkan oleh para psikolog kontemporer dan bisa kita temui sehari-
hari. Teknik ini meminta para pasien untuk rileks dan beristirahat sejenak dari pikiran yang
biasanya meliputi para pasien setiap hari. Kemudian mereka diminta untuk menceritakan hal-hal
yang membuat dirinya trauma.
Baca juga:

 Psikologi Agama
 Kecerdasan Emosional dalam Psikologi
4. Teknik Penafsiran Mimpi
Menurut Freud, mimpi merupakan hasil psikis yang tergambar ketika kita tidur. Tidak puas
dengan teknik sebelumnya karena mereka bekerja pada alam sadar, Freud menggunakan mimpi
sebagai materi yang muncul ketika seseorang tidak sadar. Dari hal yang diceritakan pasien lewat
mimpinya, Freud mendapat kepuasan karena ia dapat mengupas memori pasien pada masa lalu.

Demikian penjelasan singkat tentang teori psikoanalis klasik yang dikembangkan oleh Sigmund
Freud.

Artikel Terkait

 Teori Psikoanalisis Klasik


 Kecerdasan Emosional dalam Psikologi
 Psikologi Industri dan Organisasi
 Psikologi Pendidikan
 Psikologi Cinta
 Teori Nativisme
 Psikologi Abnormal
 Teori Belajar dalam Psikologi
 Psikologi Eksperimen
 Antropologi
 Konsep Diri Dalam Psikologi
2 .Teori Psikososial Erikson dan Perkembangannya written by Devita Retno
Sebagai orang tua, tentunya selalu mempunyai harapan bahwa anak akan tumbuh menjadi
pribadi yang mantap dan mandiri tanpa menghilangkan sisi baik dari karakternya.

Pembentukan pribadi yang baik akan berguna sebagai bekal anak untuk menghadapi lingkungan
sosialnya sendiri, serta juga menentukan kemampuannya berjuang dalam menghadapi
masalahnya sendiri. Orang tua mana yang tidak ingin anaknya dapat memiliki kemampuan
berjuang dalam kehidupannya sendiri, bukan? Karena itulah, pembentukan pribadi anak menjadi
hal yang sangat penting untuk dipelajari.

Baca juga:

 Cabang – Cabang Psikologi


 Psikologi Sosial
Perkembangan anak selalu menarik untuk dibicarakan dalam dunia psikologi, sebab hal ini
sangat mendasari pembentukan karakter anak dan menentukan menjadi pribadi seperti apakah
sang anak tersebut. Pengaruh – pengaruh yang masuk di dalam kehidupan seorang anak sangat
menentukan pembentukan karakternya kelak.

Karena itulah, masa – masa awal seorang anak selalu menjadi perhatian intens para ahli
psikologi, dan juga tentunya perhatian orang tua. Banyak teori tentang perkembangan psikologi
anak, salah satunya adalah teori psikososial Erikson yang dicetuskan oleh Erik Erikson.

Biografi Singkat Erik Erikson


Erik Homburger Erikson yang terlahir dengan nama Erik Salomonsen ( 15 Juni 1902 – 12 Mei
1994) adalah seorang pakar psikologi perkembangan dan psikoanalis berkebangsaan Jerman,
dikenal akan teorinya akan perkembangan psikososial manusia.
Erikson terlahir sebagai seorang anak keturunan ayah Jerman dan ibu Yahudi, akan tetapi dia
hanya mengenal ayah tirinya yang juga Yahudi. Sehingga ketika kecil ia selalu diejek karena
menjadi satu – satunya anak berambut pirang dan bermata biru diantara lingkungan Yahudi,
sementara di lingkungan sekolah yang lebih umum ia justru selalu diejek sebagai seorang
Yahudi. Selama hidupnya ia selalu berada dalam kebimbangan tentang identitas dirinya sampai
memutuskan untuk mengganti nama. Erikson adalah nama buatannya sendiri yang ia tetapkan
untuk menentukan identitas pribadinya.

Baca juga:

 Antropologi
 Persepsi dalam Psikologi
Ketika sedang mengajar seni di sebuah sekolah di Wina, ia mendapati sekolah tersebut
mempraktekkan teori psikoanalisis dibawah pengawasan oleh putri dari Sigmund Freud
yaitu Anna Freud. Anna melihat kepedulian Erikson kepada anak – anak, lalu menyarankan
agar Erikson mempelajari psikoanalisis di Institut Psikoanalisis Wina. Disana dengan
pengajaran para ahli, Erikson mempelajari spesialisasi tentang analisa psikologi pada anak –
anak dan mempelajari metode Montessori dalam pendidikan yang menfokuskan pada
perkembangan anak dan tingkatan seksualnya.
Pada tahun 1933, Erikson dan keluarganya pindah ke Amerika Serikat dan menjadi ahli
psikoanalis anak pertama di Boston. Ia mulai memperdalam ketertarikannya pada psikoanalis
dan mengembangkan hubungan antara psikologi dan antropologi. Penelitian – penelitian yang ia
lakukan kelak menjadi dasar dari Teori Psikososial Erikson yang terkenal tersebut. Pada tahun
1950 ia menerbitkan sebuah buku berjudul Childhood and Society.
Erikson kemudian melanjutkan penelitiannya pada anak – anak dan anak muda, ia
mengembangkan suatu konsep bahwa terjadinya krisis perasaan dan identitas tidak bisa
diacuhkan pada masa remaja. Ia masih menulis buku dan kembali mengajar di Harvard sampai
pensiun pada tahun 1970.
Baca juga:

 Psikologi Industri dan Organisasi


 Psikologi Pendidikan
 Psikologi Eksperimen
Perkembangan Psikososial dan Ego

Teori dari Erikson tentang perkembangan manusia dikenal dengan istilah perkembangan
psikososial. Teori psikososial Erikson ini merupakan salah satu teori terbaik mengenai
kepribadian yang ada dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson juga mempercayai
bahwa kepribadian seseorang akan berkembang melalui beberapa tingkatan tertentu.

Baca juga:

 Hakikat Manusia dalam Prespektif Psikologi


 Psikologi Perkembangan
 Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik
Salah satu elemen yang penting dari tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan
mengenai persamaan ego, suatu perasaan sadar yang kita kembangkan melalui proses interaksi
sosial. Perkembangan ego akan selalu berubah berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang
didapatkan seseorang sebagai hasil dari interaksinya dengan orang lain. Ego yang sempurna
menurut Erikson adalah yang mengandung tiga aspek utama yaitu:

 Faktualitas – Yaitu kumpuan fakta dan data yang dapat diverifikasi dengan metode kerja yang
digunakan, sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan.
 Universalitas – Berkaitan dengan kesadaran akan kenyataan atau sense of reality,
menggabungkan hal yang praktis dan konkrit dengan pandangan mengenai seluruh semesta.
 Aktualitas – Yaitu suatu cara untuk memperkuat hubungan dengan orang lain agar mencapai
tujuan bersama.
Erikson juga mempercayai bahwa kemampuan untuk memotivasi sikap dan perbuatan seseorang
dapat memicu suatu perkembangan menjadi positif, hal inilah yang kemudian mendasari
penyebutan teorinya sebagai Teori Perkembangan Psikososial.

Baca juga:

 Teori Cinta Stenberg


 Kepribadian Ganda
[Adsense-B]

Teori Perkembangan Psikososial Erikson

Dasar dari teori Erikson adalah sebuah konsep yang mempunyai tingkatan. Ada delapan
tingkatan yang menjadi bagian dari teori psikososial Erikson, yang akan dilalui oleh manusia.
Setiap manusia dapat naik ke tingkat berikutnya walaupun tidak sepenuhnya tuntas mengalami
perkembangan pada tingkat sebelumnya.

Setiap tingkatan dalam teori Erikson berhubungan dengan semua bidang kehidupan yang artinya
jika setiap tingkatan itu tertangani dengan baik oleh manusia, maka individu tersebut akan
merasa pandai. Sebaliknya jika tingkatan – tingkatan tersebut tidak tertangani dengan baik, akan
muncul perasaan tidak selaras pada orang tersebut.

Erikson percaya bahwa dalam setiap tingkat, seseorang akan mengalami konflik atau krisis yang
akan menjadi titik balik dalam setiap perkembangannya. Menurut pendapatnya, konflik – konflik
ini berpusat pada perkembangan kualitas psikologi atau kegagalan dalam pengembangan kualitas
tersebut. Selama masa ini, potensi pertumbuhan pribadi meningkat sejalan dengan potensi
kegagalannya pula.

Baca juga : psikologi pendidikan – psikologi cinta


Tahapan Perkembangan Psikososial

Teori psikososial Erikson berkaitan dengan prinsip – prinsip dari perkembangan secara psikologi
dan sosial, dan merupakan bentuk pengembangan dari teori psikoseksual dari Sigmund Freud.
Delapan tahapan yang dibuat oleh Erikson yaitu:

1. Trust vs Mistrust ( Percaya & Tidak Percaya, 0-18 bulan)


Karena ketergantungannya, hal pertama yang akan dipelajari seorang anak atau bayi dari
lingkungannya adalah rasa percaya pada orang di sekitarnya, terutama pada ibu atau
pengasuhnya yang selalu bersama setiap hari. Jika kebutuhan anak cukup dipenuhi oleh sang ibu
atau pengasuh seperti makanan dan kasih sayang maka anak akan merasakan keamanan dan
kepercayaan.

Akan tetapi, jika ibu atau pengasuh tidak dapat merespon kebutuhan si anak, maka anak
bisa menjadi seorang yang selalu merasa tidak aman dan tidak bisa mempercayai orang lain,
menjadi seorang yang selalu skeptis dan menghindari hubungan yang berdasarkan saling percaya
sepanjang hidupnya.

Baca juga: Konsep Diri Dalam Psikologi


2. Otonomi vs Malu dan Ragu – ragu (Autonomy vs Shame and Doubt, 18 bulan – 3 tahun)
Kemampuan anak untuk melakukan beberapa hal pada tahap ini sudah mulai berkembang,
seperti makan sendiri, berjalan, dan berbicara. Kepercayaan yang diberikan orang tua untuk
memberikannya kesempatan bereksplorasi sendiri dengan dibawah bimbingan akan dapat
membentuk anak menjadi pribadi yang mandiri serta percaya diri.

Baca juga: Kepribadian Ganda


Sebaliknya, orang tua yang terlalu membatasi dan bersikap keras kepada anak, dapat membentuk
sang anak berkembang menjadi pribadi yang pemalu dan tidak memiliki rasa percaya diri, dan
juga kurang mandiri. Anak dapat menjadi lemah dan tidak kompeten sehingga selalu merasa
malu dan ragu – ragu terhadap kemampuan dirinya sendiri.

Baca juga:

 Teori Psikoanalisis Klasik


 Kecerdasan Emosional dalam Psikologi
3. Initiative vs Guilt (Inisiatif vs Rasa Bersalah, 3 – 6 tahun)
Anak usia prasekolah sudah mulai mematangkan beberapa kemampuannya yang lain seperti
motorik dan kemampuan berbahasa, mampu mengeksplorasi lingkungannya secara fisik maupun
sosial dan mengembangkan inisiatif untuk mulai bertindak.

Apabila orang tua selalu memberikan hukuman untuk dorongan inisiatif anak,
akibatnya anak dapat selalu merasa bersalah tentang dorongan alaminya untuk mengambil
tindakan. Namun, inisiatif yang berlebihan juga tidak dapat dibenarkan karena anak tidak akan
memedulikan bimbingan orang tua kepadanya. Sebaliknya, jika anak memiliki inisiatif yang
terlalu sedikit, maka ia dapat mengembangkan rasa ketidak pedulian.

Baca :

 Psikologi Abnormal
 Kepribadian Ganda
 Teori Nativisme
4. Industry vs Inferiority ( Tekun vs Rasa Rendah Diri, 6-12 tahun)
Anak yang sudah terlibat aktif dalam interaksi sosial akan mulai mengembangkan suatu perasaan
bangga terhadap identitasnya. Kemampuan akademik anak yang sudah memasuki usia sekolah
akan mulai berkembang dan juga kemampuan sosialnya untuk berinteraksi di luar keluarga.

Dukungan dari orang tua dan gurunya akan membangun perasaan kompeten serta percaya diri,
dan pencapaian sebelumnya akan memotivasi anak untuk mencapai pengalaman baru.
Sebaliknya kegagalan untuk memperoleh prestasi penting dan kurangnya dukungan dari guru
dan orang tua dapat membuat anak menjadi rendah diri, merasa tidak kompeten dan tidak
produktif.

Baca : Teori Belajar dalam Psikologi


5. Identity vs Role Confusion ( Identitas vs Kebingungan Peran, 12-18 tahun)
Pada tahap ini seorang anak remaja akan mencoba banyak hal untuk mengetahui jati diri mereka
sebenarnya, dan biasanya anak akan mencari teman yang memiliki kesamaan dengan dirinya
untuk melewati hal tersebut.

Jika anak dapat menjalani berbagai peran baru dengan positif dan dukungan orang tua, maka
identitas yang positif juga akan tercapai. Akan tetapi jika anak kurang mendapat bimbingan dan
mendapat banyak penolakan dari orang tua terkait berbagai peranannya, maka ia bisa jadi akan
mengalami kebingungan identitas serta ketidak yakinan terhadap hasrat serta kepercayaan
dirinya.

Baca Juga : Kode Etik Psikologi


6. Intimacy vs Isolation ( Keintiman vs Isolasi, 18-35 tahun)
Tahap pertama dalam perkembangan kedewasaan ini biasanya terjadi pada masa dewasa muda,
yaitu merupakan tahap ketika seseorang merasa siap membangun hubungan yang dekat dan intim
dengan orang lain. Jika sukses membangun hubungan yang erat, seseorang akan mampu
merasakan cinta serta kasih sayang.

Pribadi yang memiliki identitas personal kuat sangat penting untuk dapat menembangkan
hubungan yang sehat. Sementara kegagalan menjalin hubungan bisa membuat seseorang
merasakan jarak dan terasing dari orang lain.
Baca:

 Psikologi Sastra
 Psikologi Keperawatan
7. Generativity vs Stagnation ( Bangkit vs Stagnan, 35-64 tahun)
Ini adalah tahap kedua perkembangan kedewasaan. Normalnya seseorang sudah mapan dalam
kehidupannya. Kemajuan karir atau rumah tangga yang telah dicapai memberikan seseorang
perasaan untuk memiliki suatu tujuan. Namun jika seseorang merasa tidak nyaman dengan alur
kehidupannya, maka biasanya akan muncul penyesalan akan apa yang telah dilakukan di masa
lalu dan merasa hidupnya mengalami stagnasi.

Baca juga:

 Psikologi Keluarga
 Psikologi Kognitif
8. Integrity vs Despair (Integritas vs Keputusasaan, 65 tahun keatas)
Pada fase ini seseorang akan mengalami penglihatan kembali atau flash back tentang alur
kehidupannya yang telah dijalani. Juga berusaha untuk mengatasi berbagai permasalahan yang
sebelumnya tidak terselesaikan. Jika berhasil melewati tahap ini, maka seseorang akan
mendapatkan kebijaksanaan, namun jika gagal mereka bisa menjadi putus asa.

Baca juga:

 Psikologi Faal
 Psikologi Forensik
Kelebihan Teori Erikson

Sebenarnya teori dari Erikson adalah pengembangan dari teori Freud. Banyak orang yang lebih
memilih teori Erikson daripada teori Freud karena Erikson mencakup seluruh masa dan tahapan
kanak – kanak hingga lanjut usia sementara Freud hanya sebagian diantaranya yaitu sampai masa
remaja.

Dan juga karena banyak orang tidak percaya bahwa manusia hanya didominasi oleh naluri
seksual mereka seperti yang dinyatakan Freud. Erikson menangkap banyak masalah utama dalam
kehidupan yang menjadi dasar pembentukan teori psikososisalnya tersebut. Teori psikososial
Erikson dianggap lebih realistis karena membawa aspek kehidupan seperti sosial dan budaya.

Baca juga:

 Psikologi Agama
 Psikologi Olahraga
Setiap teori tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri, namun teori psikososial
Erikson telah mendasari banyak metode pendidikan dan pengasuhan terhadap anak – anak usia
dini. Para orang tua pun dapat mendasarkan pola pengasuhan mereka kepada teori ini jika
menginginkan anak terbentuk dengan baik dan memiliki kepribadian serta karakter yang positif .

3. Teori Perkembangan/Kematangan Arnold Gesell


Profil Arnold Lucius Gesell Nama sebenar beliau ialah Arnold Lucius Gesell. Rousseau
mempercayai bahawa tingkah laku berkembang menurut tahap-tahap atau jadual dalaman yang
berlaku secara semula jadi. Dengan perkataan lain kita namakan proses ini sebagai kematangan
biologis. Arnold Gesell (1880-1961) telah berusaha memulakan kajian kematangan. Gesell
dibesarkan di Alma, Winconsin, sebuah bandar kecil di pinggir Sungai Mississippi bahagian
utara.
Dalam sebuah penulisan autobiografi, beliau menerangkan zaman kanak-kanak yang beliau
alami hampir menyenangkan di mana ‘hills, valley, water and climate concurred to make the
seasons distinct and intense in my home town. Each season had its own challenges and keen
pleasures, accentuated by the everchanging yet enduring river” (Gesell, 1952). Menurut
Bakinsky (1983) Gesell menggunakan bahasa yang sama untuk menerangkan keindahan yang
dilihatnya dalam proses pertumbuhan dengan “ its seasons and sequences”.
Beliau mengkaji pertumbuhan kanak-kanak dengan pemerhatian bersungguh-sungguh. Untuk
menambah pengetahuannya mengenai proses psikologi yang tersirat, beliau menuntut di sekolah
perubatan pada umur 30 tahun, walaupun beliau telah memperolehi ijazah doktor falsafah dan
bekerja sebagai ahli psikologi yang berjaya. Sepanjang 50 tahun di klinik pertumbuhan kanak-
kanak Yale, Gesell dengan rakan sekerjanya melibatkan diri dalam sebuah kajian teliti dan luas
mengenai perkembangan neuromotor kanak-kanak dan bayi.
Mereka mamperkembangkan norma tingkah-laku yang menyeluruh yang masih bertindak
sebagai bahan asas informasi kepada ahli pediatik dan ahli psikologi. Gesell juga
memperkembangkan satu daripada kajian pertamanya “ kecerdikan bayi” (Gesell, 1952). Gesell
memperkatakan bahawa pertumbuhan dan perkembangan kanak-kanak dipengaruhi oleh dua
faktor yang utama. Pertama, kanak-kanak itu adalah hasil daripada persekitaran sendiri.
Tetapi secara khususnya, Gesell percaya bahawa perkembangan kanak-kanak ditujukan dari
dalaman dengan perlakuan baka. Satu ciri perkembangan yang penting mengenai perkembangan
ialah ia terjadi dalam sekuen yang tetap. Ini dapat dilihat dalam fetus yang berkembang
misalnya, jantung selalunya adalah organ pertama yang berkembang dan berfungsi dulu.
Kemudian sel pembeza yang pantas bermula membentuk pusat sistem saraf iaitu otak dan
gentian saraf tulang belakang. Perkembangan otak dan kepala bermula sebelum bahagian lain
seperti lengan dan kaki terbentuk. Urutan ini diarahkan oleh ‘blueprint’ genetik.
Perkembangan berurutan bersambung selepas kelahiran. Misalnya sebaik sahaja kepala
berkembang di peringkat awal fetus, ia juga mengambil keutamaan dalam perkembangan awal
selepas bersalin. Bayi pada mulanya mempunyai kawalan terhadap bibir dan lidah, kemudiannya
menguasai kawalan terhadap pegerakan mata diikuti dengan kawalan terhadap leher, bahu ,
lengan jari , batang tubuh dan kaki. Menurut Gesell (1952) semasa perkembangan bayi, mereka
belajar duduk, berdiri, berjalan, dan berlari dan keupayaan tersebut juga berkembang dalam
urutan yang spesifik. Mereka muncul dengan pertumbuhan sistem saraf yang berbeza dari segi
kepantasan perkembangan.
Mereka tidak berdiri dan berjalan pada umur yang sama. Walau bagaimanapun, mereka melalui
sekuens yang serupa. Dari pandangan Gesell, perbezaan individu dalam kepantasan pertumbuhan
dikawal sepenuhnya oleh mekanisme genetik dalaman. Menurut Gesell (1952) lagi kesan
kematangan dibandingkan dengan kesan persekitaran. Dalam perkembangan sebelum kelahiran,
ini bermakna bahawa diasingkan kematangan dari aspek persekitaran dalaman, seperti suhu
badan fetus dan oksigen yang diterima daripada ibunya. Faktor persekitaran ini penting.
Kematangan menyokong pertumbuhan yang baik tetapi mereka tidak memainkan peranan terus
dalam stuktur perkembangan sekuens dan bentuk tingkah laku.
Ia adalah tugas mekanisme kematangan. Sebaik sahaja bayi dilahirkan, ia memasuki jenis
persekitaran yang berlainan. Ia bukan sahaja persekitaran yang bertemu dengan kehendak fizikal
tetapi persekitaran sosial dan budaya yang cuba menggalakannya berkelakuan dalam cara yang
sewajarnya. Gesell memperkatakan bahawa kanak-kanak itu dengan jelasnya memerlukan
persekitaran sosial untuk menyedari potensinya tetapi dia juga menegaskan bahawa kuasa
sosialisasi bertindak dengan berkesannya apabila mereka berirama dengan prinsip kematangan
dalaman. Gesell (1952) lebih menitikberatkan keupayaan untuk mengajar kanak-kanak akan
perkara terdahulu daripada jadual.
Kanak-kanak akan duduk, berjalan, dan bercakap apabila mereka bersedia dan sistem saraf
sudah matang dengan sepenuhnya. Pada masa yang sesuai mereka mula menguasai sesuatu
tugasan yang datang dari keinginan diri sendiri. Sehingga pada masa itu pengajaran tidak
memberi makna mungkin menimbulkan ketegangan antara pengasuh dan kanak-kanak. Beberapa
bukti untuk kedudukan kematangan dalam pengajaran datang dari kajian terhadap anak kembar
seiras. Misalnya, Balinsky (1983) memberi seorang kembar latihan aktiviti seperti memanjat
tangga dan memegang serta memanipulasi kiub.
Anak kembar ini dapat menunjukkan beberapa kemahiran lebih daripada yang seorang lagi
kembar yang tidak dilatih juga akan menguasai kemudian, tanpa banyak latihan. Dia akan buat
demikian pada umur semasa kita mengharapkan menjalankan berbagai tugasan lain. Dengan
jelasnya terdapat jadual waktu dalaman yang menentukan kesediaan untuk membuat sesuatu
manakala kebaikan latihan awal bersifat sementara sahaja.
RAJAH2.1

(Sekumpulan sel. Nukleus mengandungi nukleus kromosom yang terdiri

daripada gen cytoplasm)

Kematangan merujuk kepada proses perkembangan yang dikawal oleh faktor intrinsik,
terutamanya gen, iaitu bahan kimia terkandung dalam nukleus setiap sel. Gen yang menentukan
sekuens, masa dan bentuk tingkah laku yang terhasil. Walau bagaimanapun proses mekanisme
ringkas dimana gen tidak bekerja secara berasingan dan mereka menerima isyarat daripada
‘cytoplasm’, iaitu bahan sel di luar nukleus (Gesell, 1952, rajah 2.1) oleh sebab ‘cytoplasm) ialah
persekitaran gen, maka sukar bagi kita menentukan perbezaan antara faktor dalaman dan
persekitaran.

Walau bagaimanapun, kita dapat menganggap kematangan sebagai proses semasa gen
mengarahkan perkembangan, walaupun bersamaan dengan faktor lain. Setakat ini saya secara
dasarnya telah menggambarkan pertumbuhan kematangan dengan tingkah laku motor awal iaitu
fokus utama kajian saintifik gesell. Walau bagaimanapun gesell percaya bahawa kematangan
mengawal pertumbuhan keseluruhan personaliti. Kajian Mengenai Bentuk Gesell (1952)
mengatakan bahawa apabila kita mengkaji pertumbuhan, kita tidak hanya mengukur benda
dalam bentuk kuatitatif tetapi perlu mengkaji bentuk itu.

Sesuatu bentuk mungkin yang mempunyai rupa atau bentuk yang khusus, misalnya kenyitan
mata. Tetapi yang paling penting dalam proses pembentukan itu dimana tingkah laku menjadi
tersusun. Seterusnya beliau mengatakan bahawa terdapat illustrasi yang jelas mengenai proses
pembentukan dalam kes pengilihatan bayi. Semasa kelahiran mata bayi lebih bergerak tanpa arah
tetapi setelah beberapa hari ataupun jam bayi dapat memberhentikan matanya dan melihat benda
untuk seketika masa.

Mereka dapat memberhentikan mata mereka dan melihat “at will” kerana satu bentuk perkaitan
baru telah terbentuk antara dedenyut saraf dalam otak dan otototot kecil yang menggerakkan
mata. Dalam waktu sebulan, bayi biasanya boleh mengikutinya melalui sebuah organisasi baru
iaitu antara otot mata dan otot yang memusingkan kepala.Pembentukan berterusan dalam proses
perkembangan ialah apabila bayi dapat mengorganisasikan pergerakan mata mereka dengan
pergerakan tangan mereka apabila melihat apa yang mereka pegang. Dalam usia empat bulan,
bayi iasanya boleh memegang sebuah alat permainan dan memerhatikannya dalam masa yang
sama.

“This is significant growth gain. It means that eyes and hand are doing team work, coming into
more effective coordination. Mental growth cannot be measured in inches and pounds. So it is
appraised by patterns” (Gesell, 1952).

Walaupun demikian, koordinasi tangan dengan mata adalah tidak menyeluruh pada usia empat
bulan pertama. Untuk seketika mata terlibat terlebih dahulu. Misalnya, pada empat bulan bayi
biasanya boleh ‘mengangkat’ sebuah kiub satu inci ataupun sebiji gula-gula yang kecil dengan
matanya iaitu mereka boleh memfokus kepada kiub itu dan menganggapnya dari sudut yang
berlainan sedikit. Tetapi mereka masih tidak dapat memegangnya dengan tangan mereka.

Mungkin kelihatan bayi sedang melihat kepada kiub itu dan kemudian melihat tangan mereka
seperti mereka ada cara memegang kiub itu tetapi mereka tetap tidak dapat membuat demikian.
Sistem saraf masih belum bertumbuh dengan secukupnya. Cuma sehingga enam bulan barulah
bayi dapat mengangkat kiub itu dengan seluruh tapak tangannya dan sehingga sepuluh bulan
barulah bayi mereka dapat mengangkat biji gula-gula itu dengan ibu jari dan jari telunjuknya.
Oleh demikian, koordinasi tangan dengan mata berkembang dengan perlahannya. Ia menjadi
lebih tersusun dengan perlahan-lahan dan diikuti dengan pergerakan yang lebih halus.

Prinsip Perkembangan Pemerhatian Gesell mencadangkan beberapa prinsip perkembangan yang


lain. Kita akan melihat kepada tiga prinsip iaitu penggabungjalinan dua hala, fungsi tidak
bersimetri dan peraturan kendiri. Penggabungjalinan Dua Hala Manusia terbina daripada prinsip
asas berpasangan iaitu kita mempunyai bahagian otak yang terdiri daripada dua hemispera,
sepasang mata, sepasang tangan, sepasang kaki dan lain-lain lagi. Pergerakan kita juga ada
mempunyai cirri-ciri dualistic seperti apabila kita mengeliatkan badan..

Penggabungjalinan dua hala merujuk kepada proses perkembangan dua keinginan yang akhirnya
akan mencapai satu cara pengelolaan yang efektif. Seperti contoh, dalam perkembangan
menggunakan tangan, seorang bayi menggunakan sebelah tangan, kemudian menggunakan
kedua-duanya sekali, kemudian menggunakan tangan sebelah yang lain, diikuti dengan
penggunaan kedua-dua belah tangan dan berulang-ulang sehingga dia mencapai dominasi satu
tangan. Perkara saling menggantikan penggunaan kedua-dua belah tangan memberi contoh
kepada kita tentang penggabungjalinan dua hala.

Gesell telah menunjukkkan bagaimana penggabungjalinan dua hala memberi penjelasan tentang
corak beberapa tingkah laku, termasuk tingkah laku yang boleh dilihat, iaitu merangkak dan
berjalan (Gesell,1946) Gesell juga percaya bahawa penggabungjalinan dua hala akan
menghuraikan perkembangan sesuatu personaliti. Di sini kita melihat kepada penggabung
organisma yang memungkinkan kecenderungan introvert dan extrovert. Sebagai contoh, seorang
kanak-kanak yang tenang pada usia tiga tahun bertukar menjadi introvert pada usianya tiga tahun
setengah, yang akan bersikap pendiam dan resah.

Jangka masa introvert ini diikut oleh zaman extrovert pada usia empat tahun dan kedua-dua
keadaan ini akan bergabung dan menjadi seimbang pada usia lima tahun. Peredaran seperti ni
akan bermula pada zaman bayi dan akan wujud sehingga seseorang itu berusia enam belas tahun.
Organisma ini akan kehilangan keadaan seimbang ini secara sementara pada waktu ianya
berkembang menjadi alam dalaman dan luaran yang baru, tetapi kemudiannya mengelolakan diri
pada tahap yang baru (gesell, 1956). Fungsi tidak bersimetri melalui proses penggabungjalinan
dua hala kita telah menseimbangkan asas berpasangan alam sekeliling kita.

Walau bagaimanapun kita jarang mencapai keseimbangan yang tepat atau simetri, malah satu
tahap keseimbangan tidak bersimetri yang selalunya berfungsi. Kita selalunya menunjukkan
kesan apabila kita menghadapi dunia darimsatu segi, lebih kepada menggunakan sebelah tangan,
sebelah mata dan lain-lain lagi. Keadaan ketidakseimbangan bayi ini dapat dilihat pada ‘tonic
neck reflex’ iaitu satu tindak balas yang ditemui oleh Gesell dalam diri manusia. Gesell
mendapati bahawa bayi lebih suka berbaring dengan mendongak kepala pada satu arah dan bila
mereka berbuat demikian, maka mereka akan memperlihatkan kedudukan badan ‘tonic neck
reflex’ tersebut.

Mereka akan menjulurkan lengan pada arah kepala ditudingkan (seolah-olah sedang
memerhatikan tangan tersebut) manakala tangan yang satu lagi akan dibengkokkan lalu
diletakkan di belakang kepala. Kedudukan badan ‘tonic neck reflex’ ini nampak seolah-olah
seperti cara asas berdiri seorang pemain pedang . Kedudukan badan ‘tonic neck reflex’ ini adalah
dominan dalam jangkamasa tiga bulan selepas kelahiran dan kemudian ianya akan diselubungi
oleh perkembangan baru dalam sistem saraf (Gesell, 1946).

Kendiri Gesell (1946) percaya bahawa mekanisma perkembangan intrinsik terlalu kuat sehingga
organisma tersebut pada sesuatu tahap akan dapat mengawal perkembangan dirinya. Dalam satu
siri penyelidikan beliau telah menunjukkan bagaimana bayi dapat mengawal kitaran menyusu,
tidur dan keadaan berjaga mereka. Bila bayi diberi kebebasan menentukan masa menyusu dan
tidur, mereka secara pelahan-lahan memerlukan kala penyusuan yang kurang dan mereka juga
berada dalam keadaan berjaga lebih lama pada siang hari. Kemajuan tidak dapat mengikut satu
garisan lurus, malah telah dapat beberapa perubahan yang menerus termasuk yang menurun.

Akan tetapi bayi tersebut secara perlahan-lahan telah mengalami jadual yang stabil. Gesell juga
telah menulis tentang peraturan kendiri ini dari pandangan yang berbeza sedikit, iaitu
memusatkan kepada keupayaan organisma untuk mempertahankan satu integrasi yang
menyeluruhdan seimbang. Pertumbuhan tentu sekali akan melibatkan ketidakseimbangan.
Sebagaimana yang kita lihat tadi corak tidur dan penyusuan berubah selalu. Kita telah juga
melihat ketidakseimbangan dalam perkembangan personaliti di mana telah terdapat jangkamasa
stabil yang diikuti oleh jangkamasa yang tidak stabil semasa bayi ini memasuki tahap introvet
dan ekstrovet yang baru.

Dalam satu perbincangkan yang menarik (Gesell, 1943) telah mempersembahkan keadaan tiga
orang kanak-kanak secara hypotetikal, iaitu seorang yang lambat membesar, seorang yang cepat
membesar manakala seorang lagi tidak sempurna tumbesarannya. Beliau telah mencadangkan
cara bagaimana setiap pembesaran yang mungkin dapat dilihat dari segi beberapa jenis cara
pembesaran secara persendirian. Kanak-kanak A, kanak-kanak B, yang membesar dengan cepat,
mungkin akan cepat bertindak balas, riang dan gembira, cergas dan secara amnya cerdik dan
pandai.
Kanak-kanak C, yang mengalami kebantutan pada pertumbuhannya, mungkin kadang-kadang
akan bersikap lebih berhati-hati dan ada kalanya kurang berhati-hati, murung, tidak sabar dan
kadang kala menunjukan kecerdikannya. Gesell percaya bahawa tabii seseorang individu dan
cara pembesarannya akan mengakibatkan keinginan yang berbeza ke atas budaya dan budaya
juga patut cuba menyesuaikan diri dengan keunikan setiap kanak-kanak. Gesell (1946) percaya
bahawa untuk membesar dan mendidik anak perlu bermula dengan memberi pengiktirafan
kepada kebijaksanaan implisit.

Bayi memasuki ke alam duniawi dengan satu jadualyang semula jadi yang dimana adalah hasil
daripada perkembangan beransur-ansur selama lebih daripada tiga juta tahun, dimana mereka
sangat arif tentang keperluan diri dan juga tentang perkara yang mereka sedia dan tidak sedia
untuk berbuat sesuatu. Oleh kerana ini para ibu bapa tidak harus memaksa anak-anak mereka
untuk melakukan sesuatu dengan menggunakan pola-pola perlakuan perangai mereka, tetapi
mereka patut mengambil iktibar daripada anak-anak mereka sendiri.

Dalam topik mengenai pemakanan, Gesell telah menyarankan memberi makanan secara
keinginan, iaitu memberi makanan kepada bayi apabila ianya menunjukkan persediaan untuk
menerima makanan, yang mana adalah bertentangan dengan corak memberi makanan kepada
bayi mengikut pola-pola yang telah ditentukan. Bila ibu bapa berhenti memikirkan tentang apa
yang bayi mereka patut buat di samping mengikut isyarat daripada bayi mereka akan mula
menghargai keupayaan semula jadi bayi tersebut untuk perkembangan kendirinya.

BAB III

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai