Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TEORI KEPRIBADIAN PSIKOANALISIS –

SIGMUND FREUD

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Kepribadian

Disusun oleh:

Akiko Sarah Azka Audina (19001774)

Keniya Adikaputri (19001773)

STIT Muhammadiyah Kendal

2021/ 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori Kepribadian Psikoanalisis
– Sigmund Freud” ini. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Psikologi Kepribadian.
Melalui kesempatan ini kami juga menyampaikan terimakasih kepada
semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu dalam
proses pengerjaan makalah ini terutama kepada yang terhormat Ibu Lailati Nazula,
M.A., selaku dosen mata kuliah Psikologi Kepribadian.
Dalam menyelesaikan makalah ini, kami mengakui masih banyak
kekurangan di dalamnya. Untuk itu kami mengharapkan partisispasi rekan-rekan
untuk ikut memberikan kritik dan sarannya agar kami dapat melakukan perbaikan
pada kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
untuk kita semua. Demikian dari kami, kami sampaikan terimakasih.

Kendal, 15 Maret 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Apakah yang membuat manusia berperilaku seperti yang mereka
lakukan? Apakah biasanya manusia akan sadar akan apa yang sedang ia
lakukan, atau apakah perilaku mereka merupakan hasil dari motif-motif
tersembunyi yang tidak disadari? Banyak pertanyaan-pertanyaan yang
muncul dalam pikiran filsuf, mahasiswa dan para pemikir religius sejak
berabad-abad lalu.
Hal ini memunculkan berbagai macam teori-teori yang ada dalam
psikologi kepribadian, perlu dilakukan pendekatan sejarah terhadap
berbagai macam aliran psikologi kepribadian yang ada serta mempelajari
latar belakang dan biografi dari para tokoh-tokoh pencetus aliran-aliran
tersebut.
Salah satu tokoh yang berpengaruh terhadap perkembangan
berbagai berbagai macam teori psikologi kepribadian, diantaranya
Sigmund Freud dengan teori Psikoanalisis miliknya yang hingga sekarnag
masih dijadikan acuan dalam mempelajari psikologi kepribadian.
Psikoanalisis dianggap sebagai salah satu Gerakan revolusioner di
bidang psikologi yang dimulai dari satu metode peyembuhan sakit mental,
hingga menjelma menjadi sebuah konsepsi baru tentang manusia.
Hipotesis pokok psikoanalisis menyatakan bahwa tingkah laku manusia
Sebagian besar ditentukan oleh motif-motif tidak sadar.

B. Rumusan Masalah
1. Siapakah Sigmund Freud?
2. Apa itu teori psikoanalisis Sigmund Freud?
3. Bagaimanakah teori psikoanalisis memandang kepribadian?
4. Apa itu naluri?
5. Apa saja macam-macam naluri?
6. Bagaimana penyaluran dan penggunaan energi psikis?
7. Apa itu kecemasan?
8. Bagaimana mekanisme pertahanan ego?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mahasiswa mampu mengetahui tokoh psikologi Sigmund Freud.
2. Mahasiswa mampu mengetahui teori psikoanalisis Sigmund Frued.
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memaparkan bagaimana teori
psikoanalisis memandang kepribadian.
4. Mahasiswa mampu mengetahui apa itu naluri.
5. Mahasiswa mampu memahami dan menyebutkan macam-macam
naluri.
6. Mahasiswa mampu memahami penyaluran dan penggunaan energy
psikis
7. Mahasiswa dapat mengetahui a tentang kecemasan
8. Mahasiswa dapat memahami mekanisme pertahanan ego
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sigmund Freud
Sigmund Freud atau Sigismund Schlomo Freud, adalah neurolog
berkebangsaan Austria yang lahir pada 6 Mei 1856 di kota Freiburg,
Moravia, yang kini merupakan bagian dari wilayah Republik Ceko. Dia
adalah anak dari seorang pedagang wol keturunan Yahudi bernama Jacob
Freud dan istri ketiganya Amalie.1 Meskipun Sigmund Freud lahir di
Freiburg, Moravia, dan meninggal di London, Inggris, dia adalah warga
negara Wina, tempat dimana dia menghabiskan hampir 80 tahun
kehidupannya. Pada tahun ketika Freud yang berusia tiga tahun dibawa
keluarganya ke Wina, dia menyaksikan diterbitkannya buku Origin of
Species (Asal-usul spesies) anggitan Charles Darwin (1809-1882). Tahun
berikutnya setelah penerbitan Origin of Spescies, Ketika Freud berusia 4
tahun, Gustav Fechner (1801-1887), mendirikan ilmu psikologi. Dua
orang ini, Darwin dan Fechner memiliki dampak yang sangat besar
terhadap perkembangan intelektual Freud seperti halnya yang menimpa
banyak kaum muda lain dalam periode itu. Minat terhadap ilmu-ilmu
biologis dan psikologi tumbuh subur sepanjang paruh kedua abad 19.2 Di
zamannya, ilmu psikiatri tidak menaruh perhatian pada bidang-bidang
kesehatan mental atau psikologis. Disiplin ilmu ini hanya melihat perilaku
manusia dalam terang pemahaman struktur anatomis otak.3
Penemuan yang mengakibatkan nama Freud menjadi masyhur
adalah psikoanalisis. Istilah ini diciptakan Freud sendiri dan muncul untuk
pertama kali pada tahun 1896. Secara agak umum psikoanalisis merupakan
suatu pandangan baru tentang manusia, dimana ketidaksadaran
memainkan peranan sentral.4 Pada saat itu, teori ini termasuk baru karena
1
Rika Febriani, Sigmund Freud VS Carl Jung, (Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia), 2021, hlm. 8
2
Calvin S. Hall, Psikologi Freud: Sebuah Bacaan Awal, (Yogyakarta: IRCiSod), 2019, hlm. 17-
18.
3
Rika Febriani, op. cit. hlm. 11.
4
K. Bertens, Psikoanalisis Sigmund Freud, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), 2005, hlm. 3.
para ahli masih berkutat dengan alam kesadaran. Frued memperkenalkan
alam ketidaksadaran.5 Pandangan ini mempunyai relevansi praktis, karena
dapat digunakan dalam mengobati pasien-pasien yang mengalami
gangguan psikis. Teori psikoanalisis lahir dari praktek dan tidak
sebaliknya. Psikoanalisis ditemukan dalam usaha untuk menyembuhkan
pasien-pasien histeria. Baru kemudian Freud menarik kesimpulan-
kesimpulan teoritis dari penemuannya di bidang praktis.6
Freud membedakan teori psikoanalisis dalam tiga arti. Pertama,
istilah psikoanalisis dipakai untuk menunjukkan suatu metode penelitian
terhadap proses-proses psikis (seperti mimpi) yang sebelumnya tidak
terjangkau oleh penelitian ilmiah. Kedua, istilah ini menunjukkan juga
suatu teknik untuk mengobati gangguan-gangguan psikis yang dialami
oleh pasien neurosis. Teknik pengobatan ini bertumpu pada metode
penelitian tadi. Ketiga, inilah yang sama dipakai pula dalam arti lebih luas
lagi, untuk menunjukkan seluruh pengetahuan psikologis yang diperoleh
melalui metode, dan teknik tersebut di atas. Dalam arti terakhir ini kata
“psikoanalisis” mengacu pada suatu ilmu yang di mata Freud benar-benar
baru.7

B. Kepribadian dalam Teori Psikoanalisis


Para psikolog memiliki pendapat yang berbeda tentang arti
kepribadian. Mereka umumnya sepakat bahwa personality berasal dari
kata persona (bahasa Latin), yaitu topeng yang dikenakan dan diperkuat
dengan gerak-gerik dan apa yang diucapkan, karakter dari tokoh yang
diperankan tersebut dapat menembus keluar, dalam arti dapat dipahami
oleh para penonton. Dan sekarang ini, istilah personality oleh para ahli
dipakai untuk menunjukkan suatu atribut tentang individu, atau untuk
menggambarkan apa, mengapa, dan bagaimana tingkah laku manusia. 8
5
Wahyu Saefudin, Psikologi Pemasyarakatan, (Jakarta: Kencan A), 2020, hlm. 19.
6
K. Bertens, op. cit, hlm. 3.
7
Ibid., hlm. 5.
8
Nur Fatwikiningsih, Teori Psikologi Kepribadian Manusia, (Yogyakarta: Penerbit ANDI), 2020,
hlm. 3-4
Ringkasnya, kepribadian adalah pola sifat-sifat dan ciri-ciri unik yang
relatif menetap, yang memberikan konsistensi dan individualitas pada
tingkah laku seseorang yang menentukan cara khas bagi individu dalam
menyesuaikan diri terhadap lingkungan.9
Yang menjadi ciri khas utama dan sumbangan terbesar dari Freud
adalah konsep tentang kesadaran dan ketidaksadaran untuk memahami
tingkah laku dan masalah kepribadian. Dalam pandangan Feud, unsur
utama dalam jiwa adalah ketidaksadaran, yang juga memegang peranan
besar pada fungsi psikologis.10
Menurut pandangan psikoanalisis, struktur kepribadian dibagi
menjadi tiga sistem, id (naluri), ego (aku), dan super ego (hati nurani).
Ketiganya tidak terpisah satu dengan lainnya, merupakan satu proses
psikologis. Baik agresi maupun seks berada pada alam ketidaksadaran atau
yang lebih dikenal dengan id. Adapun yang dapat mengontrol perilaku
tersebut adalah super ego yang berkaitan dengan norma-norma dalam
masyarakat dan ego yang berhadapan dengan kenyataan dalam lingkungan
sekitar.
Id, menurut Corey (2007) adalah sistem kepribadian yang paling
asli, karena merupakan bawaan ketika Iahir. Id adalah tempat tinggal
naluri-naluri, sehingga ciri khasnya adalah buta, kurang terorganisasi,
menuntut, dan mendesak. Id selalu mempunyai dorongan-dorongan untuk
dipuaskan, bersifat amoral, serta tidak logis. Id adalah anak manja dari
kepribadian karena tidak pernah matang, sedangkan sifatnya adalah tidak
sadar.
Ego adalah eksekutif dari kepribadian yang mengendali kan dan
mengarahkan. Tugas utama ego adalah sebagai perantara id dengan dunia
luar. Ego selalu sadar dan berpikiran rasional untuk merencanakan
pemuasan-pemuasan kebutuban dan naluri-naluri. Ego yang merupakan

9
Ibid., hlm. 10.
10
Wahyu Saefudin, op. cit., hlm. 20.
tempat tinggal inteligensi dan rasionalitas selalu mengawasi impuls-impuls
buta dari id.
Super ego menurut Corey adalah pengatur moral dalam
kepribadian. Super ego adalah kode moral individu yang menyimpulkan
standar perilaku baik atau buruk, benar atau salah. Di dalamnya terdapat
nilai-nilai local masyarakat yang diajarkan oleh orangtua. Super ego juga
memberikan penilaian-penilaian berkaitan dengan imbalan dan hukuman.
Imbalannya adalah perasaan bangga, sedangkan hukumannya adalah
perasaan berdosa.11

C. Dinamika Kepribadian
Menurut pendapat Freud, energi manusia dapat dibedakan dari
penggunaannya, yaitu aktivitas fisik disebut energi fisik dan aktivitas
psikis disebut energi psikis. Berdasarkan teori ini, Freud mengatakan,
energi fisik dapat diubah menjadi energi psikis.12
1. Pengertian Naluri
Menurut konsep Freud, naluri atau instink merupakan reprentasi
psikologis bawaan dari eksitasi (keadaan tegang dan terangsang) akibat
muncul suatu kebutuhan tubuh. Bentuk naluri menurut Freud adalah
pengurangan tegangan (tension reduction), cirinya regresif dan bersifat
koservatif (berupaya memelihara keseimbangan) dengan memperbaiki
keadaan kekurangan. Proses naluri berulang-ulang (tenang, tegang dan
tenang) – repetition compulsion (Clark, 1997:136). Kata instinct (naluri)
bagi Freud, pengertiannya bukan semata gambaran yang dirujuk oleh kata
itu. Instinct bagi orang Perancis, memunculkan pengertian kemahiran atau
semacam penyesuaian biologis bawaan.13
Freud meyakini bahwa perilaku manusia dilandasi oleh dua energi
mendasar yaitu, pertama, naluri kehiduoan (life instinct -Eros) yang
11
Wahyu Saefudin, op. cit., hlm. 19-20.
12
Prof. Dr. Albertine Minderop, MA., Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh
Kasus, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia), 2016, hlm. 23.
13
Ibid., hlm. 104-105.
dimanifestasikan dalam perilaku seksual, menunjang kehidupan serta
pertumbuhan. Kedua, naluri kematian (death instinct – Thanatos) yang
mendasari Tindakan agresif dan destruktif. Kedua naluri ini, walaupun
berada di alam bawah sadar menjadi kekuatan motivasi (Hilgard et al.,
1975:303 dan 334).14
2. Macam-Macam Naluri
a. Insting Hidup (Life Instinct)
Insting hidup disebut juga eros adalah dorongan yang menjamin
survival dan reproduksi, seperti lapar, haus, dan seks. Bentuk
energi yang dipakai oleh insting hidup itu disebut libido. Walaupun
Freud mengakui adanva bermacam•macam bentuk insting hidup,
namun dalam kenyataannya yang paling diutamakan adalah insting
seksual (terutama pada masa-masa permulaan, sampai kira-kira
tahun 1920). Pada saat itu sebenarnya insting seksual bukanlah
hanya untuksatu insting saja, melainkan sekumpulan insting-
insting, karena ada bermacammacam kebutuhan jasmaniah yang
menimbulkan keinginan-keinginan erotis.
b. Insting Mati (Death Instinct)
Insting mati disebut juga insting-insting merusak (destruktif),
Insting ini fungsinya kurang jelas jika dibandingkan dengan insting
hidup, karenanya tidak begitu dikenal. Akan tetapi adalah Suatu
kenyataan Yang tak dapat dipungkiri, bahwa hap orang itu pada
akhirnya akan mati juga. Inilah Yang menyebabkan Freud
merumuskan bahwa "tujuan semua hidup adalah (1920).
Suatu derivatif insting mati Yang terpenting adalah dorongan
agresif. Sifat agresif adalah perusakan diri Yang diubah dengan
Objek substitusi.
Insting hidup dan insting mati dapat Saling bercampur dan
Saling menetralkan. Makan misalnya merupakan campuran
dorongan makan dan dorongan destruktif, yang dapat

14
Ibid., hlm. 105.
dipuaskan denga menggigit, mengunyah, dan menelan
makanan.15

D. Penyaluran dan Penggunaan Energi Psikis


Dinamika kepribadian merujuk pada cara kepribadian berubah atau
berkembang melalui pendistribusian dan penggunaan energi psikis, baik
oleh id, ego, mapun superego. Energi psikis pada awalnya dimiliki
sepenuhnya oleh id, tetapi dalam proses pemenuhan kebutuhan atau
mencapai kepuasan dorongan (instink) secara nyata dan proses identifikasi
nilai-nilai moral anak kepada orang tua, maka energi tersebut mengalami
pendistribusian di antara ketiga system kepribadian: id, ego, superego.
Id menggunakan energi psikis untuk memperoleh kenikmatan (pleasure
principle) melalui (1) gerakan reflex dan (2) proses primer (menghayal,
atau berfantasi tentang objekobjek yang dapat memuaskan instink).
Penggunaan energi untuk menghasilkan gerakan, baik reflex maupun
proses primer disebut kateksis (daya dorong instink). Dikarnakan proses
primer tidak dapat memperoleh kepuasan, maka energi tersebut dipinjam
oleh ego untuk mencocokan antara apa yang digambarkan atau
dikhayalkan dengan objek di dunia nyata melalui proses sekunder.
Mekanisme atau proses pengalihan energi dari id ke ego atau dari id ke
superege disebut identifikasi. Ego menggunakan energi untuk keperluan
(1) memuaskan dorongan atau instink melalui proses sekunder, (2)
meningkatkan perkembangan aspek-aspek psikologis, seperti berfikir,
belajar, mempersepsi, mengingat, menilai, mengkomparasi,
mengkonseloris, menggeneralisasi, dan memecahkan masalah, (3)
mengekang atau menyangkal id (daya tangkal ini disebut antikateksi) agar
tidak bertindak impulsive atau irasional dan (4) menciptakan integrasi
diantara ketiga system kepribadian, dengan tujuan
terciptanyakeharmonisan dalam kepribadian, sehingga dapat melakukan
transaksi dengan dunia luar (lingkungan) secara efektif. Seperti halnya

15
Nur Fatwikiningsih, op. cit., hlm. 33.
ego, superego memperoleh suatu energi melalui identifikasi, yaitu anak
berlajar mencocokan atau menyelaraskan tingkah lakunya dengan sangsi
(punishment) dan ganjaran (rewards) atau cita-cita orang tuanya.
E. Mekanisme Pertahanan Ego
Menurut Freud, mekanisme pertahanan ego (ego defence mechanism)
sebagai strategi yang digunakan individu untuk mencegah kemunculan
terbuka dari dorongan-dorngan das Es maupun untuk menghadapi tekanan
das Uber Ich atas das Ich, dengan tujuan kecemasan yang dialami individu
dapat dikurangi atau diredakan (Kuntojo, 2015:46). Freud menyatakan
bahwa mekanisme pertahanan ego itu adalah mekanisme yang rumit dan
banyak macamnya. Berikut ini 7 macam mekanisme pertahanan ego yang
menurut Freud umum dijumpai (Koeswara, 2001: 46—48).
1. Identifikasi (Identification)
Cara mereduksi tegangan dengan meniru (mengimitasi) atau
mengidentifikasikan diri dengan orang yang dianggap lebih berhasil
memuaskan hasratnya dibanding dirinya. Diri orang lain diidentifikasi
tetapi cukup hal-hal yang dianggap dapat membantu mencapai tujuan
diri. Terkadang sukar menentukan sifat mana yang membuat tokoh itu
sukses sehingga orang harus mencoba mengidentifikasi beberapa sifat
sebelum menemukan mana yang ternyata membantu meredakan
tegangan. Apabila yang ditiru sesuatu yang positif disebut Introyeksi.
Mekanisme pertahanan identifikasi umumnya dipakai untuk tiga
macam tujuan, yaitu :
• Merupakan cara orang dapat memperoleh kembali sesuatu (obyek)
yang telah hilang.
• Untuk mengatasi rasa takut.
• Melalui identifikasi orang memperoleh informasi baru dengan
mencocokkan khayalan mental dengan kenyataan.
2. Represi, yaitu mekanisme yang dilakukan ego untuk meredakan
kecemasan dengan cara menekan dorongan-dorongan yang menjadi
penyebab kecemasan tersebut ke dalam ketidaksadaran.
3. Sublimasi, adalah mekanisme pertahanan ego yang ditujukan untuk
mencegah atau meredakan kecemasan dengan cara mengubah dan
menyesuaikan dorongan primitif das es yang menjadi penyebab
kecemasan ke dalam bentuk tingkah laku yang bisa diterima, dan
bahkan dihargai oleh masyarakat.
4. Proyeksi, adalah pengalihan dorongan, sikap, atau tingkah laku yang
menimbulkan kecemasan kepada orang lain. Displacement, adalah
pengungkapan dorongan yang menimbulkan kecemasan kepada objek
atau individu yang kurang berbahaya dibanding individu semula.
5. Rasionalisasi, menunjuk kepada upaya individu memutarbalikkan
kenyataan, dalam hal ini kenyataan yang mengamcam ego, melalui
dalih tertentu yang seakan-akan masuk akal. Rasionalissasi sering
dibedakan menjadi dua: sour grape technique dan sweet orange
technique.
6. Pembentukan reaksi, adalah upaya mengatasi kecemasan karena
insdividu memiliki dorongan yang bertentangan dengan norma,
dengan cara berbuat sebaliknya.
7. Regresi, adalah upaya mengatasi kecemasan dengan bertinkah laku
yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya.
F. Kecemasan
Kecemasan (anxiety) adalah variabel penting dari hampir semua teori
kepribadian. Kecemasan sebagai dampak dari konflik yang menjadi bagian
kehidupan yang tak terhindarkan, dipandang sebagai komponen dinamika
kepribadian yang utama. Kecemasan adalah fungsi ego untuk
memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya
sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Biasanya reaksi
individu terhadap ancaman ketidaksenangan dan pengrusakan yang belum
dihadapinya ialah menjadi cemas atau takut. Kecemasan berfungsi sebagai
mekanisme yang mengamankan ego karena memberi sinyal ada bahaya di
depan mata.
Kecemasan akan timbul manakala orang tidak siap menghadapi ancaman.
Hanya ego yang bisa memproduksi atau merasakan kecemasan. Akan
tetapi, baik id, superego, maupun dunia luar terkait dalam salah satu dari
tiga jenis kecemasan: realistis, neurotis dan moral. Ketergantungan ego
pada id menyebabkan munculnya kecemasan neurosis, sedangkan
ketergantungan ego pada superego memunculkan kecemasan moral, dan
ketergantungannya pada dunia luar mengakibatkan kecemasan realistis.

a. Kecemasan Realistis (Realistic Anxiety)


Adalah takut kepada bahaya yang nyata ada di dunia luar. Kecemasan ini
menjadi asal muasal timbulnya kecemasan neurotis dan kecemasan moral.
b. Kecemasan Neurotis (Neurotic Anxiety)
Adalah ketakutan terhadap hukuman yang bakal diterima dari orang tua
atau figur penguasa lainnya kalau seseorang memuaskan insting dengan
caranya sendiri, yang diyakininya bakal menuai hukuman. Hukuman
belum tentu diterimanya, karena orang tua belum tentu mengetahui
pelanggaran yang dilakukannya, dan misalnya orang tua mengetahui juga
belum tentu menjatuhkan hukuman. Jadi, hukuman dan figur pemberi
hukuman dalam kecemasan neurotis bersifat khayalan.
c. Kecemasan Moral (Moral Anxiety)
Adalah kecemasan kata hati, kecemasan ini timbul ketika orang melanggar
standar nilai orang tua. Kecemasan moral dan kecemasan neurotis tampak
mirip, tetapi memiliki perbedaan prinsip yakni : tingkat kontrol ego pada
kecemasan moral orang tetap rasional dalam memikirkan masalahnya
sedang pada kecemasan neurotis orang dalam keadaan distres – terkadang
panik sehingga mereka tidak dapat berfikir jelas.

Anda mungkin juga menyukai