Anda di halaman 1dari 8

PSIKOLOGI DALAM

(Pengertian, Ruang Lingkup, Manfaat dan Aplikasi)


Mata Kuliah: Psikologi Dalam
Dosen Pengampu: Otih Jembarwati, S.Psi, MA

Disusun Oleh:
Rachma Zulfa Makrifah (2204046010)
Sayyida Roychana Salma (2204046021)

PROGRAM STUDI TASAWUF DAN PSIKOTERAPI


FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
UNIVERTISAN NEGERI WALISONGO SEMARANG
2023

1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayat-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Psikoanalisis
(Pengertian, Ruang lingkup, Manfaat dan Aplikasi)”. Adapun tujuan dari makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Psikologi Dalam. Selain itu penulis juga berharap
makalah ini dapat menambah wawasan tentang pengertian, ruang lingkup, manfaat dan aplikasi
psikologi dalam.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Otih Jembarwati selaku dosen pengampu
mata kuliah Psikologi Dalam. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada seluruh pihak
yang telah membantu dalam proses penyelesaikan makalah ini. Kami menyadari makalah yang
kami tulis masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 28 Agustus 2023

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Schultz dan Schultz (2011), terdapat tiga faktor yang melatarbelakangi
munculnya psikoanalisis (Schultz & Schultz, 2011). Pertama, sebelumnya memang
sudah terdapat pakar yang berspekulasi dengan adanya ketidaksadaran, Jadi, ide tentang
adanya unsur ketidaksadaran dalam struktur jiwa manusia sebenarnya bukanlah hal
baru. Leibniz menyatakan bahwa kejadian mental itu terjadi karena aktivitas monad
atau semacam persepsi, dan kejadian mental itu bertingkat-tingkat, dari mulai aktivitas
monad yang tidak disadari (petites perception) sampai dengan aktivitas monad yang
disadari (apperception). Fechner mengibaratkan pikiran manusia itu seperti gunung es
di lautan dan bagian yang ada dipermukaan lautan adalah pikiran yang tidak sadari serta
berpengaruh besar pada kesadaran seseorang.
Kedua, masalah gangguan psikologis dan penanganannya pun bukanlah hal
yang baru. Pandangan dan penanganan gangguan psikologis tersebut berkembang dari
waktu ke waktu. Ada banyak penjelasan mengenal gangguan psikologis, dari mulai
karena gangguan setan, gangguan fisiologis. Pada Abad ke-18 pandangan ilmu
kedokteran terhadap gangguan psikologis terbagi dua, yaitu karena faktor fisik dan
faktor psikis. Walaupun tidak terlalu dominan, penanganan gangguan psikologis
dengan menggunakan pendekatan faktor psikis tampaknya cukup memengaruhi
Sigmund Freud.
Ketiga, teori evolusi dari Charles Darwin mengenai ketidaksadaran, konflik
mental, pentingnya mimpi, perkembangan anak, dan dorongan seksual yang
mempunyai pengaruh besar terhadap pemikirab Sigmund Freud. Pandangan Darwin
bahwa manusia merupakan produk evolusi yang mengasumsikan bahwa manusia pun
dipengaruhi oleh insting juga berpengaruh pada pemikiran Sigmund Freud.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Psikoanalisis

Psikoanalisis adalah suatu teori psikologi yang dikembangkan oleh Sigmund


Freud pada abad ke-20. Psikoanalisis merupakan aliran psikologi yang lebih fokus pada
ketidaksadaran dalam menjelaskan perilaku manusia, menganggap penting masa lalu,
dan menjadikan motivasi seksual sebagai motivasi dasar. Menurut Freud terdapat empat
tahap perekembangan psikoanalisis. Tahap pertama adalah pre-analytic phase (1885-
1897) pada tahapan ini, Freud menunjukkan ketertarikannya pada metode hipnosis
yang dipakai oleh Charcot dalam menangani pasien hysteria. Freud menyimpulkan
beberapa hal, yaitu: (1) tidak semua pasien bisa ditangani dengan menggunakan teknik
hipnosa; (2) metode hipnosa lebih menekankan pada peran terapis; (3) munculnya
fenomena transference antara pasien dan terapis; (4) dan sexual trauma pada masa anak-
anak yang dinyakini sebagai faktor yang bisa menjelaskan pasien yang mengalami
masalah psikologis.
Tahap kedua disebut dengan psycoanalysis proper (1897-1908). Yaitu tahapan
yang ditandai dengan ditinggalkannya metode hipnotis dan menggantikannya dengan
metode free association. Pada tahapan ini, Freud mulai menyadari bahwa masalah
psikologis bukan disebabkan masalah-masalah neurologis, tapi lebih karena konfliks
yang tidak disadari, terutama konfliks yang berhubungan dengan seksualitas. Freud
meyakini bahwa konfliks tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan
kepribadian seseorang.
Tahap ketiga adalah mulainya gerakan psikoanalisis (1907-1920). Pada tahun
1920, menanggapi Perang Dunia I yang menelan banyak korban, Freud menyampaikan
pikiran mengenai sisi gelap dari manusia yaitu insting kematian atau thanatos, dan di
saat metode lain mempunyai keterbatasan, psikoanalisis menjadi alternatif yang serius
untuk menangani trauma paska perang yang dialami para tentara.
Terakhir, tahapan menjelang kematian Freud (1920-1939). Pada tahun 1923,
Freud mempublikasikan bukunya yang berjudul The Ego and the Id yang berisi tentang
pikirannya mengenai model tripartite, yaitu Id. Ego, dan Superego menggantikan
topographical model yang terdiri dari unconscious, preconscious, dan conscious. Pada
tahun 1926, ia pun merevisi teorinya mengenai kecermasan yang tadinya sebagai
manifestasi terlalu banyaknya energi erotik, atau libido menjadi sebagai tanda adanya
ancaman terhadap diri. Selain itu, Freud pun berspekulasi mengenai agama dan
seksualitas perempuan, sampai akhirnya meninggal pada tahun 1939.

B. Ruang Lingkup Psikoanalisis


a. Struktur Kepribadian
Struktur kepribadian merupakan salah satu konsep penting dalam psikoanalisis
Freud. Struktur kepribadian menurut freud memiliki tiga tingkat kesadaran yaitu, sadar
(consious), prasadar (preonsious), dan tak sadar (unconsious) sampai pada tahun 1923.

4
Kemudian Freud mengenalkan tiga model baru structural yang lain yaitu, das es (id),
das ich (ego), dan superego.

Id merupakan salah satu elemen dari sistem kepribadian Freud yang merupakan
sumber dari segala dorongan dasar. Dorongan yang bersumber dari Id sifatnya primitif
dan tidak disadari, seperti lapar, haus, dan seks serta selalu berupaya untuk dipenuhi. Id
tidak terlalu peduli dengan kenyataan dan norma-norma yang ada dalam Masyarakat.
Id selalu mendesak ego untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannaya agar mendapatkan
kesenangan. Id tidak bisa membedakan antara kenyataan dan ilusi. Dalam hal ini id
termasuk ke dalam ketidaksadaran (unconsious). Maka id merupakan wadah dari
doringan-dorongan dan keinginan atau nafsu terkekang yang ditolak oleh alam bawah
sadar.
Superego merupakan bagian dari elemen kepribadian yang berisis norma-norma
yang sudah terinternalisasikan dalam diri seseorang yang diperoleh dari keluarga atau
masyarakat. Seperti halnya id, tuntutan superego pun kadang tidak realistis, tidak
rasional bahkan tidak mungkin. Jika id menggunakan prinsip kesenangan, superego
menggunakan prinsip kesempurnaan atau morality principle. Tidak heran jika dorongan
id dan superego selalu bertentangan.
Ego memiliki fungsi untuk menjaga keseimbangan kepribadian dengan
memperhatikan dorongan id dan harapan superego. Dengan memperhatikan tuntutan
realitas (reality principle), ego kemudian berusaha mencari solusi dalam mengatasi
tuntutan id dan superego.

b. Mekanisme Pertahanan Diri

Ketika dihadapkan pada situasi yang tidak bisa diatasi, ego akan mengalami
kecemasan. Kecemasan tersebut merupakan mekanisme adaptasi ketika ego tidak lagi
sanggup mengatasi situasi. Untuk mengatasi kecemasan ego melakukan mekanisme
pertahanan diri. Mekanisme pertahanan diri tersebut dilakukan secara tidak sadari,
menimbulkan rasa puas, dan mendistorsi realitas. Ada beberapa mekanisme pertahanan
diri yang biasa dilakukan oleh ego.
1. Represi
Represi merupakan strategi pertahanan diri dengan menekan memori, pikiran, dan
persepsi yang membahayakan diri ke dalam ketidaksadaran. Mimpi menjadi salah satu
jalan yang cukup mudah untuk keluarnya materi-materi yang direpres, karena dalam
kondisi tidur represi, represi yang dilakukan lebih lemah ketika terjaga.
2. Displacement
Displacement merupakan strategi pertahanan diri dengan mengganti objek atau yang
menimbulkan kecemasan dengan tujuan yang tidak menimbulkan kecemasan.
3. Proyeksi
Proyeksi merupakan mengalamatkan kekurangan atau kesalahan pribadinya kepada
benda, kejadian ataupun orang lain.

5
4. Regresi
Regresi merupakan strategi pertahanan diri dengan kembali ke tahap perkembangan
sebelumnya.
5. Reaksi Formasi
Reaksi Formasi merupakan strategi pertahanan diri dengan melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan apa yang diinginkan sebenarnya. Hal ini dilakukan jika
melakukan apa yang sesuai dengan yang diinginkan akan mengancam ego.

c. Tahapan Perkembangan Psikoseksual


Motivasi seksual merupakan hal penting dalam psikoanalisis. Freud
menyatakan bahwa seks itu tidak hanya berhubungan dengan organ-organ tertentu saja,
tapi seluruh bagian tubuh bisa menjadi sumber kepuasan seksual. Menurut Freud
manusia memiliki tahap-tahap perkembangan psikoseksual yang setiap tahapannya
memiliki sumber kepuasan seksualnya.

1. Oral Stage (0-18 bulan)


Organ tubuh yang menjadi sumber kepuasan seksual berasal dari mulut, lidah,
bibir dan sekitarnya. Pada usia ini, anak biasanya suka menghisap, mengemut, menjilat,
atau mengunyah. Pemenuhan yang berlebihan atau kurang akan mengakibatkan
munculnya fiksasi.

2. Anal Stage (18-36 bulan)


Organ tubuh yang menjadi sumber kepuasan anus. Untuk mendapatkan
kepuasan seksual dari anus ini mendapatkan tantangan dari norma sosial, seperti toilet
training. Fiksasi pada masa ini akan menyebabkan munculnya karakter anal seperti
jorok, boros, dermawan, perfeksionis.

3. Phallic Ptage (3-6 tahun)


Organ tubuh yang menjadi sumber kepuasan adalah alat kelamin, baik pada
laki-laki maupun perempuan. Menurut Freud phallic stage merupakan tahapan yang
paling penting. Sebab, pada tahapan inilah munculnya Oedipus Complex dan
Castration Anxiety. Pada tahapan ini anak laki-laki menunjukkan ketertarikan kepada
ibunya, dan menganggap ayahnya sebagai rival sehingga muncul kecemasan akan
dikebiri oleh ayahnya yang dianggapnya lebih superior. Konsep Freud mengenai
Oedipus Complex ini sebenarnya berdasarkan analisis yang dilakukan terhapad dirinya
sendiri.

4. Latency stage (6-12 tahun)


Pada tahapan ini ditandai dengan ketertarikan terhadap pair group dan memiliki
rasa ingin tahu yang sangat besar. Ketertarikan seksual terhadap lawan jenis sudah
mulai muncul tetapi tidak diperlihatkan.

5. Genital Stage (12 tahun ke atas)


Pada tahapan ini anak sibuk dalam menjalin relasi dengan teman sebayanya dan
terlibat dalam aktivitas sosial. Pada tahapan ini bertujuan untuk reproduksi dan aktivitas
sosial serta kerja.

6
C. Manfaat Psikoanalisis
1. Pemahaman Diri
Psikoanalisis dapat membantu individu mengenali dan memahami aspek-aspek
tersembunyi dalam pikiran bawah sadar, sehingga membantu dalam pemahaman diri
yang lebih mendalam tentang individu termasuk motivasi, nilai-nilai dan konflik batin
yang mungkin dialami.
2. Pemecahan konflik individu
Dengan menganalisis dan mengidentifikasi konflik individu, psikoanalisis
dapat membantu individu menemukan cara-cara baru untuk mengatasi dan
menyelesaikan masalah hidup.
3. Perbaikan Hubungan Interpersonal.
Dengan memahami dinamika pikiran bawah sadar yang mempengaruhi
hubungan interpersonal, individu dapat mengembangkan keterampilan komunikasi dan
menghindari pola-pola negatif.
4. Penanganan Gejala Psikologis.
Psikoanalisis dapat membantu mengurangi gejala-gejala psikologis seperti
kecemasan, depresi, dan gangguan emosional lainnya dengan menggali akar
penyebabnya.

D. Aplikasi Psikoanalisis
1. Psikoterapi.
Psikoanalisis digunakan sebagai metode terapi untuk membantu individu
mengatasi masalah psikologis dan emosional.
2. Kajian Akademis.
Konsep-konsep psikoanalisis digunakan dalam kajian psikologi, sastra, dan
bidang-bidang lain untuk memahami karakter, motivasi, dan perilaku manusia.
3. Konseling Perkawinan dan Keluarga.
Psikoanalisis dapat membantu dalam konseling perkawinan dan keluarga
dengan menggali dinamika emosional dalam hubungan tersebut.

7
DAFTAR PUSTAKA
Rahman, Agus Abdul. 2019. Sejarah Psikologi dari Klasik Hingga Modern Edisi 1. Depok:
Rajawali Pers.

Ja’far, Suhermanto. 2015. Struktur Kepribadian Manusia Prespektif Psikologi Dan


Filsafat. dalam jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. 2, No. 2, (Hlm 209-221)

Anda mungkin juga menyukai