Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH TEORI KEPRIBADIAN KLASIK

Berjudul :
TEORI PSIKOANALISA DAN TEORI INDIVIDUAL

Disusun oleh
- Yurfa Auliya Putri (10050017203)
- Zahra Raudia (10050017205)
- Dessy Fatmawati (10050017207)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
BANDUNG
2017
TEORI PSIKOANALISA DAN TEORI INDIVIDUAL
A. Teori Psikoanalisa
1. Mengapa Mempelajari Freud?
Untuk menjawab mengapa mempelajari Freud, terdapat tiga jawaban yaitu:
1) Karya Freud memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan dan budaya intelektual kita;
2) Mempelajari Freud adalah sulit untuk mengapresiasi secara penuh teori kepribadian
lain tanpa terlebih dahulu mempertimbangkan kekuatan psikoanalisis;
3) Beberapa topik yang sentral bagi pengalaman manusia yang dibahas secara langsung
oleh Freud, tetapi hanya menerima sedikit pembahasan dalam kerangka teori
kepribadian selain psikodinamis.

2. Sigmun Freud (1856-1939): Sekilas tentang Sang teoritikus


Sigmun Freud lahir di Austria pada 1856. Di sekolah kedokteran, Freud mendapat
pendidikan yang kelak membentuk teori kepribadian yang dikembangkannya kemudian hari.
Setelah mendapatkan sarjana kedokterannya, Freud bekerja di bidang Neurologi. Freud
meninggalkan karir riset dan beralih ke praktik pengobatan. Secara personal, Freud mengalami
depresi periodik dan serangan kecemasa, terkadang ia menggunakan kokain untuk
menenangkan diri dan menghilangkan depresi.
Peristiwa penting bagi Freud adalah mempelajari teknik yang disebut katarsis (catharsis),
yang diajarkan kepadanya oleh Joseph Breuer, dokter Viena. Katarsis adalah usaha
membebaskan emosi dengan cara membicarakan masalah yang dialami. Dengan mengenang
peristiwa-peristiwa tersebut, emosi terkubur yng berkaitan dengan peristiwa tersebut dapat
dilepaskan. Poin kuncinya adalah, sebelum katarsis, orang tersebut tidak menyadari sumber
gangguan emosionalna; ide yang menyebabkan gangguan bersifat bawah sadar.
Pada 1987, tahun setelah kematian ayahnya, Freud didera periode depresi. Untuk
memahami kehidupan mental bawah sadarnya, Freud memulai aktivitas yang amat
fundamental bagi perkembangan psikoanalisis: analisis diri. Freud menganalisa isi
pengalamannya sendiri, berkonsentrasi pada makna tertentu dari mimpinya, yang dianggapnya
akan mengungkapkan pemikiran dan hasrat bawah sadarnya.
Pada awalnya, Freud mencoba berbagai teknik dalam kerja terapeutiknya, termasuk
hipnotis sampai akhirnya mendapatkan metode yang penting dalam upayanya: free association
(asosiasi bebas). Orang yang doanalisa membiarkan semua pemikirannya muncul tanpa
halangan atau pemalsuan apapun. Bagi Freud, teknik asosiasi bebas bukan hanya metode
perawatan tetapi juga metode ilmiah.
Pada usia 64 tahun Freud mengembangkan teori insting kematian (death instinct)-
keinginan untuk mati, yang berlawanan dengan insting hidup atau keinginan untuk bertahan
hidup.

3. Psikoanalisis: Teori Kepribadian


1) Struktur
Freud memberikan dua model struktur pikiran yaitu level kesadaran dan sistem fungsional
dalam pikiran.
a. Konsep Bawah Sadar dan Level Kesadaran
Adalah mustahil mengabaikan nilai penting konsep bawah sadar terhadap teori
psikoanalisis. Bagi Freud, “Tujuan Psikoanalisis hanyalah mengungkapkan ketidak sadaran
dalam kehidupan mental”. Konsep bawah sadar menyatakan adanya aspek aktivitas kita yang
tidak kita sadari sepenuhnya.
LEVEL KESADARAN. Ada tiga level kesadaran, yaitu:
a. Sadar (conscious) mencakup fenomena yang kita sadari terjadi, hanyalah bagian kecil
dari mind, namun satusatunya bagian yang memiliki kontak langsung dengan realitas;
b. Setengah sadar atau pra-kesadaran (preconscious) merujuk pada konten mental yang
dapat kita sadari apabila berhubugan denganya, berperan sebagai jembatan antara
conscious dan unconscious, berisi ingatan atau ide yang dapat diakses kapan saja.
c. Bawah sadar (unconscious) merupakan bagian dari pikiran yang tidak kita sadari dan
tidak dapat kita sadari kecuali dalam kondisi khusus, tersimpan ingatan masa kecil,
energi psikis yang besar dan instink. Aspek ini paling dominan dan paling penting
dalam menentukan perilaku manusia (analoginya dengan gunung es).
b. Sistem Fungsional
Kepribadian terdiri atas tiga sistem atau aspek, yaitu :
a) Id (Das es)
Ciri-ciri dari struktur kepribadian ini adalah :
1. Merupakan aspek biologis kepribadian karena berisi unsur-unsur biologis termasuk di
dalamnya instink-instink,
2. Merupakan sistem yang paling asli di dalam diri seseorang karena dibawa sejak lahir dan
tidak memperoleh campur tangan dari luar(dunia objektif),
3. Berupa realitas psikis yang sesungguhnya karena hanya merupakan dunia batin/dunia
subjektif manusia dan samasekali tidak berhubungan dengan dunia objektif.
4. Merupakan sumber energi psikis yang menggerakkan das ich dan das ueber ich. Bila energi
psikis di dalam das es meningkat karena adanya perangsang, maka akan timbul ketegangan
yang menimbulkan perasaan tidak enak, sehingga das es berusaha menguranginya.
5. Prinsip kerja das es untuk mengurangi ketegangan adalah prinsip kenikmatan (pleasure
principle), yaitu mengurangi ketegangan dengan menghilangkan ketidakenakan dan
mengejar kenikmatan.
6. Prinsip kenikmatan ini dilakukan melalui dua proses, yaitu refleks dan reaksi otomatis,
misalnya bersin, berkedip dan proses primer, misalnya orang lapar membayangkan
makanan.

b) Ego (Das ich )


Ciri-ciri dari struktur kepribadian ini adalah :
1. Merupakan aspek psikologis kepribadian karena timbul dari kebutuhan organisme untuk
berhubungan secara baik dengan dunia nyata dan menjadi perantara antara kebutuhan
instinktif organisme dengan keadaan lingkungan,
2. Bekerja dengan prinsip kenyataan (reality principle) yaitu menghilangkan ketegangan
dengan mencari objek yang tepat di dunia nyata untuk mengurangi ketegangan,
3. Proses yang dilalui adalah proses sekunder, yaitu proses berfikir realistis melalui
perumusan rencana pemuasan kebutuhan dan mengujinya (secara teknis disebut reality
testing) untuk mengetahui berhasil tidaknya melalui suatu tindakan,
4. Merupakan aspek eksekutif kepribadian karena merupakan aspek yang mengatur dan
mengontrol jalan yang ditempuh serta memilih objek yang tepat untuk memuaskan
kebutuhan.

c) Superego (Das ueber ich ).


Ciri-ciri dari struktur kepribadian ini adalah:
1. Merupakan aspek sosiologis kepribadian karena merupakan wakil nilai-nilai tradisional
dan cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan orangtua kepada anak-anaknya melalui
berbagai perintah dan larangan,
2. Merupakan aspek moral kepribadian karena fungsi pokoknya adalah menentukan apakah
sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak, susila atau tidak sehingga seseorang dapat
bertindak sesuatu dengan moral masyarakat,
3. Dihubungkan dengan ketiga aspek kepribadian, fungsi pokok das ueber ich adalah:
a) Merintangi impuls-impuls das es terutama impuls-impuls seksual dan agresi yang
sangat ditentang oleh masyarakat.
b) Mendorong das ich untuk lebih mengejar hal-hal yang moralistis daripada yang
realistis.
c) Mengejar kesempurnaan.

2) Dinamika Kepribadian
Manusia bertingkah laku digerakkan oleh kompleks sistem energi yang berasal dari
makanan, yang disebut energi psikis dan energi fisiologis.
Energi yang dipergunakan dalam bidang psikis disebut energi psikis, dan sebaliknya energi
yang dipergunakan dalam bidang fisik disebut energi fisiologis.
Menurut Freud, energi psikis dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain dan tidak
dapat hilang. Selain itu energi psikis ini juga dapat dipindahkan ke energi fisiologis dan
sebaliknya.
Jembatan antara energi tubuh dengan kepribadian ialah ego dengan instink-instinknya.

B. Teori Individual
1. Alfred Adler
Alfred Adler dilahirkan di Wina pada tanggal 9 Pebruari 1870, ia menyelesaikan studinya
dalam lapangan kedokteran pada Universitas Wina pada tahun 1895. Mula-mula mengambil
spesialisasi daalam opthamologi, dan kemudian dalam lapangan psikiatri. Mula-mula bekerja
sama dengan Freud dan menjadi anggota serta akhirnya menjadi presiden “Masyarakat
Psikoanalisis Wina”. Namun dia segera mengembangkan pendapatnya sendiri yang
menyimpang dari pendapat Freud, yang akhirnya menyebabkan dia mengundurkan diri dari
jabatannya sebagai presiden serta dari keanggotaannya dalam “Masyarakat Psikoanalisis
Wina” tersebut pada tahun 1911 dan mendirikan aliran baru yang diberi nama “Individual
Psikoanalisis pengaruh Adler lekas meluas, walaupun tidak seluas pengaruh Psikoanalisis,
terutama karena Adler dan pengikut-pengikutnya mempraktekan teorinya dalam lapangan
Pendidikan. Juga di Amerika Serikat pengaruh Individual Psychologie itu cukup luas.
Pendapat-pendapat Adler tetap terpelihara dan bertambah luas berkat adanya “The American
Society of Individual Psychology” yang mempunyai majalah tersendiri, yaitu: The American
Journal of Individual Psychology.

2. Pandangan Adler Mengenai Perilaku Manusia


Ada tujuh prinsip yang terkandung dari teori Psikologi Individual Adler, yaitu:
1) Prinsip Rasa Rendah Diri (Inferiority Principle)
Adler meyakini bahwa manusia dilahirkan disertai dengan perasaan rendah diri. Seketika
individu menyadari eksistensinya, ia merasa rendah diri akan perannya dalam lingkungan.
Individu melihat bahwa banyak mahluk lain yang memiliki kemampuan meraih sesuatu yang
tidak dapat dilakukannya. Perasaan rendah diri ini mencul ketika individu ingin menyaingi
kekuatan dan kemampuan orang lain. Misalnya, anak merasa diri kurang jika dibandingkan
dengan orang dewasa. Karena itu ia terdorong untuk mencapai taraf perkembangan yang lebih
tinggi. Jika telah mencapai taraf perkembangan tertentu, maka timbul lagi rasa kurang untuk
mencapai taraf berikutnya. Demikian seterusnya, sehingga individu dengan rasa rendah dirinya
ini tampak dinamis mencapai kesempurnaan dirinya.
Berkenaan dengan perasaan rendah diri dalam kondisi organik, Adler menciptakan istilah
masculine protest, yakni istilah yang dimaksud untuk menerangkan perasaan rendah diri atau
inferior ini dihubungkan dengan kelemahan (weakness) dan kewanita-wanitaan (femininity).
Istilah ini merupakan suatu dinamika kepribadian manusia yang utama, karena hal ini
merupakan usaha individu dalam mencapai kondisi yang kuat dalam mengkompensasikan
perasaan rendah dirinya.

2) Prinsip Superior (Superiority Principle)


Sebagai reaksi atas penekanan aspek seksualitas sebagai motivator utama perilaku menurut
Freud, Adler beranggapan bahwa manusia adalah mahluk agresif dan harus selalu agresif bila
ingin survive. Namun kemudian dorongan agresif ini berkembang menjadi dorongan untuk
mencari kekuatan baik secara fisik maupun simbolik agar dapat survive.
Demikian banyak pasien Adler yang dipandang kurang memiliki kualitas agresif dan
dinyatakan sebagai manusia tak berdaya. Karenanya, yang diinginkan manusia adalah kekuatan
(power). Dari sini konsepnya berkembang lagi, bahwa manusia mengharapkan untuk bisa
mencapai kesempurnaan (superior). Dorongan superior ini sangat bersifat universal dan tak
mengenal batas waktu. Bagi Adler tak ada pemisahan antara drive dan need seperti yang
diungkapkan oleh Murray. Bagi Adler hanya ada satu dorongan, yakni dorongan untuk superior
sebagai usaha untuk meninggalkan perasaan rendah diri. Namun perlu dicatat bahwa superior
disini bukanlah kekuatan melebihi orang lain, melainkan usaha untuk mencapai keadaan
superior dalam diri dan tidak selalu harus berkompetisi dengan orang lain. Superioritas yang
dimaksud adalah superior atas diri sendiri. Jadi daya penggerak yang utama dalam hidup
manusia adalah dinamika yang mengungkapkan sebab individu berperilaku, yakni dorongan
untuk mencapai superior atau kesempurnaan.

3) Prinsip Gaya Hidup (Style of Life Principle)


Usaha individu untuk mencapai superioritas atau kesempurnaan yang diharapkan,
memerlukan cara tertentu. Adler menyebutkan hal ini sebagai gaya hidup (Style of Life). Gaya
hidup yang diikuti individu adalah kombinasi dari dua hal, yakni dorongan dari dalam diri (the
inner self driven) yang mengatur arah perilaku, dan dorongan dari lingkungan yang mungkin
dapat menambah, atau menghambat arah dorongan dari dalam tadi. Dari dua dorongan itu, yang
terpenting adalah dorongan dalam diri (inner self) itu.
Menurut Adler, justru jauh lebih banyak hal-hal yang muncul dan berkembang dalam diri
manusia yang mempengaruhi gaya hidupnya. Gaya hidup manusia tidak ada yang identik
sama, sekalipun pada orang kembar. Sekurang-kurangnya ada dua kekuatan yang dituntut
untuk menunjukkan gaya hidup seseorang yang unik, yakni kekuatan dari dalam diri yang
dibawa sejak lahir dan kekuatan yang datang dari lingkungan yang dimasuki individu
tersebut. dengan adanya perbedaan lingkungan dan pembawaan, maka tidak ada manusia
yang berperilaku dalam cara yang sama.

4) Prinsip Diri Kreatif (Creative Self Principle)


Diri yang kreatif adalah faktor yang sangat penting dalam kepribadian individu, sebab hal
ini dipandang sebagai penggerak utama, sebab pertama bagi semua tingkah laku. Dengan
prinsip ini Adler ingin menjelaskan bahwa manusia adalah seniman bagi dirinya.

5) Prinsip Diri yang Sadar (Conscious Self Principle)


Kesadaran menurut Adler, adalah inti kepribadian individu. Meskipun tidak secara eksplisit
Adler mengatakan bahwa ia yakin akan kesadaran, namun secara eksplisit terkandung dalam
setiap karyanya. Adler merasa bahwa manusia menyadari segala hal yang dilakukannya setiap
hari, dan ia dapat menilainya sendiri. Meskipun kadang-kadang individu tak dapat hadir pada
peristiwa tertentu yang berhubungan dengan pengalaman masa lalu, tidak berarti Adler
mengabaikan kekuatan-kekuatan yang tersembunyi yang ditekannya.

6) Prinsip Tujuan Semu (Fictional Goals Principle)


Meskipun Adler mangakui bahwa masa lalu adalah penting, namun ia mengganggap bahwa
yang terpenting adalah masa depan. Yang terpenting bukan apa yang telah individu lakukan,
melainkan apa yang akan individu lakukan dengan diri kreatifnya itu pada saat tertentu.
Dikatakannya, tujuan akhir manusia akan dapat menerangkan perilaku manusia itu sendiri.

7) Prinsip Minat Sosial (Social Interest Principle)


Setelah melampaui proses evolusi tentang dorongan utama perilaku individu, Adler
menyatakan pula bahwa manusia memiliki minat sosial. Bahwa manusia dilahirkan dikaruniai
minat sosial yang bersifat universal. Kebutuhan ini terwujud dalam komunikasi dengan orang
lain, yang pada masa bayi mulai berkembang melalui komunikasi anak dengan orang tua.

3. Perilaku Manusia Menurut Adler


Perilaku manusia menurut teori Adler, bahwa tujuan akhir perilaku individualah yang dapat
dijadikan gambaran untuk menerangkan perilaku tersebut. Jadi aktivitas seperti perkawinan,
pelanggaran hukum, bunuh diri, humor, keadaan supranatural, merokok, bermain dan
reakreasi, serta psikoseneurosis, adalah aktivitas yang bertujuan menurut apa yang dirumuskan
oleh individu, yang dipengaruhi oleh perasaan rendah diri atau superior yang khas, gaya hidup
dan diri yang kreatif yang khas pula. Jadi sukar untuk menafsirkan satu aktivitas yang
mempunyai makna aktivitas itu sangat khas untuk tiap orang dan hanya dapat dirumuskan oleh
dirinya sendiri, atau setidak-tidaknya oleh tindakan yang ditampilkannya.

4. Memprediksi Perilaku Manusia Menurut Teori Individual


Prediksi bukanlah sisi kekuatan teori Adler, sebab ada dua alasan yang dapat dilukiskan dari
inti sistemnya, yakni bahwa teori Adler ini bersifat unik, dan tekanan pada manusia adalah
pada eksistensinya, dan bukan penghargaan yang tinggi dan bersifat pribadi. Meskipun
demikian dapat juga diidentifikasi melalui pandangan tentang gaya hidup manusia bahwa
setiap individu akan meneruskan kecenderungannya untuk tetap unik dalam lingkungan yang
ditempatinya.
1) Prediksi Pribadi Prediksi secara pribadi yang mungkin dilakukan adalah menerima gagasan
Adler mengenai pola perilaku yang muncul dan menjadi gaya hidup, khususnya mengenai
posisi seseorang dalam keluarganya, sebagai anak sulung, bungsu atau anak tengah dan
tunggal. Melalui telaahannya Adler dapat mengantisipasi pola perilaku tertentu dari anak
yang memiliki status tertentu dalam keluarga. Seperti anak bungsu, cenderung agak lunak,
acuh, mampu menyesuaikan diri, dan kurang usaha untuk superioritas.
2) Prediksi Labolatorium atau Ilmiah Teori Adler yang dimasukkan ke dalam wilayah
penelitian hanya sedikit, yakni terbatas pada konsep kedudukan urutan anak dalam keluarga
dan gaya hidupnya yang terbentuk karena statusnya itu. Meskipun dikatakan Adler bahwa
anak pertama cenderung bersifat pada setiap keluarga, namun yang penting diamati adalah
bahwa status anak dalam keluarga tertentu mempunyai dampak yang kuat atas
kepribadiannya, dan itu tergantung pula pada lingkungan keluarga yang membinannya,
yang bersifat sangat pribadi.
DAFTAR PUSTAKA
Pervin, A Lawrence, dkk. 2004. Psikologi Keprobadian: Teori dan Penelitian. Jakarta:
Kencana.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/kartika-nur-fathiyah-spsimsi/bab-2a-
freud2.pdf
file:///C:/Users/USER/Documents/PSIKOLOGI_INDIVIDUAL_ALFRED_ADLER.pdf

Anda mungkin juga menyukai