Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Sigmund Freud merupakan salah satu tokoh dalam disiplin ilmu kepribadian yang
melahirkan teori-teori dikarenakan pengalaman pribadinya semasa kecil. Teori yang
dikembangkannya itu menjadi kontroversi diantara beberapa ahli lainnya. Namun begitu,
pemikiran Freud ini juga banyak menjadi dasar teori kepribadian selanjutnya.
Freud dipandang sebagai teoretis psikologi pertama yang memfokuskan perhatiannya
kepada perkembangan kepribadian. Dia berpendapat bahwa masa anak (usia 0-5 tahun) atau
usia pregenital mempunyai peranan yang sangat dominan dalam membentuk kepribadian atau
karakter seseorang. Karena sangat menentukannya masa ini, dia berpendapat bahwa “The
child is the father of man” (anak adalah ayah manusia). Berdasarkan hal ini, maka pada
masalah kejiwaan pada usia selanjutnya (khususnya usia dewasa), faktor penyebabnya dapat
ditelusuri pada usia pregenital ini.
Apabila diperhatikan maka perkembangan kepribadian seorang manusia menurut teori
Freud ini, benar-benar harus fokus dalam pengolahan karakter atau kepribadian ketika
manusia itu masih kecil. Ini tentu ada benarnya, sebab pada usia-usia yang dimaksudkan oleh
Freud, anak memiliki potensi untuk menyerap segala sesuatu yang ada di sekitarnya secara
lebih cepat dan itu akan menjadi referensinya dalam melakukan tindakan berikutnya.
Begitu pentingnya pemerhatian yang harus diberikan kepada seorang manusia pada usia-
usia tertentu, membuat penulis yakin bahwa uraian yang akan diungkap dalam makalah ini
mempunyai manfaat besar. Hal itu dikarenakan kehidupan manusia yang dengan banyak
macam karakter di sekitarnya, dari yang paling baik bahkan sampai yang paling buruk, yang
dipengaruhi karena orang lain di sekitarnya. Adapun uraian-uraiannya seputar tahap-tahap
perkembangan psikoseksual menurut Freud seperti oral, anal, phallik, Latensi dan Genital.

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, kami dapat mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud perkembangan kepribadian menurut Freud?
2. Bagaimanakah tahap-tahap perkembangan psikoseksual Freud?

1
1.3.Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, kami dapat mengambil tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengkaji tentang makna perkembangan kepribadian menurut Freud.
2. Untuk mendeskripsikan tentang tahap-tahap perkembangan psikoseksual Freud.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1.Teori Perkembangan Psikososial menurut Freuds

Suatu perkembangan lainnya dalam sejarah psikologi ialah yang dipelopori oleh

Sigmund Freud, seorang psikiater Austria (1856 1939), yang secara sistematis dan

empiris telah menunjukkan bahwa pergolakan jiwa manusia itu tidak hanya melibatkan

kelangsungan-kelangsungan yang sadar bagi diri orang yang bersangkutan, tetapi juga

melibatkan pergolakan yang tidak sadar atau bawah sadar pada diri orang tersebut.

Sigmund Freud mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat

kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak-sadar (unconscious).

Topografi atau peta kesadaran ini dipakai untuk mendiskripsi unsur cermati (awareness)

dalan setiap event mental seperti berfikir dan berfantasi. Sampai dengan tahun 1920an,

teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur kesadaran itu. Baru pada

tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yakni id, ego, dan

superego. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama, tetapi melengkapi atau

menyempurnakan gambaran mental terutama dalam fungsi atau tujuannya. Enam elemen

pendukung struktur kepribadian itu adalah sebagai berikut:

1. Sadar (Conscious)

Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada saat tertentu.

Menurut Freud, hanya sebagian kecil saja dari kehidupan mental (fikiran,

persepsi, perasaan dan ingatan) yang masuk kekesadaran (consciousness). Isi

daerah sadar itu merupakan hasil proses penyaringan yang diatur oleh stimulus.

Isi-isi kesadaran itu hanya bertahan dalam waktu yang singkat di daerah

3
conscious, dan segera tertekan ke daerah perconscious atau unconscious, begitu

orang memindah perhatiannya ke hal yang lain.

2. Prasadar (Preconscious)

Disebut juga ingatan siap (available memory), yakni tingkat kesadaran yang

menjadi jembatan antara sadar dan tak sadar. Isi preconscious berasal dari

conscious dan unconscious. Pengalaman yang ditinggal oleh perhatian, semula

disadari tetapi kemudian tidak lagi dicermati, akan ditekan pindah ke daerah

prasadar. Di sisi lain, isi materi daerah taksadar dapat muncul ke daerah prasadar.

Kalau sensor sadar menangkap bahaya yang bisa timbul akibat kemunculan materi

tak sadar materi itu akan ditekan kembali ke ketidaksadaran. Materi taksadar yang

sudah berada di daerah prasadar itu bisa muncul kesadaran dalam bentuk

simbolik, seperti mimpi, lamunan, salah ucap, dan mekanisme pertahanan diri.

3. Tak Sadar (Unconscious)

Tak sadar adalah bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan

menurut Freud merupakan bagian terpenting dari jiwa manusia. Secara khusus

Freud membuktikan bahwa ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotetik tetapi itu

adalah kenyataan empirik. Ketidaksadaran itu berisi insting, impuls dan drives

yang dibawa dari lahir, dan pengalaman-pengalaman traumatik (biasanya pada

masa anak-anak) yang ditekan oleh kesadaran dipindah ke daerah taksadar. Isi

atau materi ketidaksadaran itu memiliki kecenderungan kuat untuk bertahan terus

dalam ketidaksadaran, pengaruhnya dalam mengatur tingkahlaku sangat kuat

namun tetap tidak disadari.

Model perkembangan psikoanalisis dasar, yang terus-menerus dimodifikasi oleh Freud

selama 50 tahun terakhir hidupnya, terdiri atas tiga komponen pokok; (1) satu komponen

dinamik atau ekonomik yang menggambarkan pikiran manusia sebagai sistem energi yang

4
cair; (2) satu komponen struktural atau topografik berupa sebuah sistem yang memiliki tiga

struktur psikologis berbeda tetapi saling berhubungan dalam menghasilkan perilaku; dan (3)

satu komponen sekuensial (urutan) atau tahapan yang memastikan langkah maju dari satu

tahap perkembangan menuju tahap lainnya, yang terpusat pada daerah-daerah tubuh yang

sensitif, tugas-tugas perkembangan, dan konflik-konflik psikologis tertentu.

2.2.Komponen Dinamik (Energi Psikis)

Semangat (atau arah) perkembangan ilmiah dan intelektual pada akhir abad ke-19

terpusat di sekitar kajian tentang energi, dan Freud menerapkan konsep energi tersebut

terhadap perilaku manusia. Ia menyebut energi ini sebagai energi psikis (psychic energy atau

energy yang mengoperasikan berbagai komponen sistem psikologis.

Freud berpendapat bahwa insting (instincts) atau dorongan-dorongan psikologis yang

muncul tanpa dipelajari adalah sumber utama energy psikis. Insting memiliki dua ciri khas

yang sangat penting, yakni: ciri konservatif (pelestarian) dan ciri repetitif (perulangan).

Maksudnya, insting selalu menggunakan sesedikit mungkin jumlah energi yang di perlukan

untuk melaksanakan aktivitas tertentu dan kemudian mengembalikan organisme kepada

keadaannya yang semula, dan hal itu terjadi secara berulang-ulang. Dalam sistem Freud,

insting bertindak sebagai perangsang pikiran mendorong individu untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan tertentu. Insting juga bisa dipandang sebagai gambaran psikologis dari

proses biologis yang berlangsung.

2.3.Komponen Struktural

1. Id

Id adalah sistem kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Dari id ini

kemudian akan muncul ego dan superego. Saat dilahirkan, id berisi semua aspek

5
psikologik yang diturunkan, seperti insting, impuls dan drives. Id berada dan

beroperasi dalam daerah unansdous, mewakili subjektivitas yang tidak pemah

disadari sepanjang usia. Id berhubungan erat dengan proses fisik untuk

mendapatkan enerji psikis yang digunakan untuk mengoperasikan sistem dari

struktur kepribadian lainnya.

Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasunprinciple), yaitu:

berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Bagi Id,

kenikmatan adalah keadaan yang relatif inaktif atau tingkat energi yang rendah,

dan rasa sakit adalah tegangan atau peningkatan energi yang mendambakan

kepuasan. Jadi ketika ada stimuli yang memicu energi untuk bekerja akan timbul

tegangan energi. Id beroperasi dengan prinsip kenikmatan; berusaha mengurangi

atau menghilangkan tegangan itu; mengembalikan din ke tingkat energi yang

rendah. Pleasure principle diproses dengan dua Cara, tindak refleks (reflex

actions) dan proses primer (primaryprocess). Tindak refleks adalah reaksi

otomatis yang dibawa sejak lahir seperti mengejapkan mata dipakai untuk

menangani pemuasan rangsang sederhana dan biasanya segera dapat dilakukan.

Proses primer adalah reaksi membayangkan atau mengkhayal sesuatu yang dapat

mengurangi atau menghilangkan tegangan dipakai untuk menangani stimulus

kompleks, seperti bayi yang lapar membayangkan makanan atau puting ibunya.

Proses membentuk gambaran objek yang dapat mengurangi tegangan, disebut

pemenuhan hasrat (nosh fullment), misalnya mimpi, lamunan, dan halusinasi

psikotik.

Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan

khayalan itu dengan kenyataan yang benar-benar memuaskan kebutuhan. Id tidak

mampu menilai atau membedaka benar-salah, tidak tabu moral. Jadi hams

6
dikembangkan jalan memperoleh khayalan itu secara nyata, yang memberi

kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru khususnya masalah moral. Alasan

inilah yang kemudian membuat Id memunculkan ego.

2. Ego

Ego berkembang dari id agar orang mampu menangani realita; sehingga ego

beroperasi mengikuti prinsip realita (realityprinciple): usaha memperoleh

kepuasan yang dituntut Id dengan mencegah terjadinya tegangan barn atau

menunda kenikmatan sampai ditemukan objek yang nyata-nyata dapat

memuaskan kebutuhan. Prinsip realita itu dikerjakan metalui proses sekunder

(secondaryprocess), yakni berfikir realistik menyusun rencana dan menguji

apakah rencana itu menghasilkan objek yang dimaksud. Proses pengujian itu

disebut uji realita (reality testin : melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana

yang telah difikirkan secara realistik. Dari cara kerjanya dapat difahami sebagian

besar daerah operasi ego berada di kesadaran, namun ada sebagian kecil ego

beroperasi di daerah prasadar dan daerah taksadar.

Ego adalah eksekutif (pelaksana) dari kepribadian, yang memiliki dua tugas

utama; pertama, memilih stimuli mana yang hendak direspon dan atau insting

mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua,

menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan

tersedianya peluang yang. resikonya minimal. Dengan kata lain, ego sebagai

eksekutif kepribadian berusaha memenuhi kebutuhan Id sekaligus juga memenuhi

kebutuhan moral dan kebutuhan berkembang-mencapai-kesempurnaan dan

superego. Ego sesungguhnya bekerja untuk memuaskan Id, karena itu ego yang

tidak memiliki enerji sendiri akan memperoleh enegi dari Id.

7
3. Superego

Superego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi

memakai prinsip idealistik (idealisticprinciple) sebagai lawan dari prinsip

kepuasan Id dan prinsip realistik dad Ego. Superego berkembang dari ego, dan

seperti ego dia tidak mempunyai energi sendiri. Sama dengan ego, superego

beroperasi di tiga daerah kesadaran. Namun berbeda dengan ego, dia tidak

mempunyai kontak dengan dunia luar (sama dengan Id) sehingga kebutuhan

kesempurnaan yang diperjuangkannya tidak realistik (Id tidak realistik dalam

memperjuangkan kenikmatan).

Prinsip idealistik mempunyai dua subprinsip, yakni conscience dan ego-ideal.

Super-ego pada hakekatnya merupakan elemen yang mewakili nilai-nilai orang

tua atau interpretasi orang tua mengenai standar sosial, yang diajarkan kepada

anak melalui berbagai larangan dan perintah. Apapun tingkahlaku yang dilarang,

dianggap salah, dan dihukum oleh orang tua, akan diterima anak menjadi suara

hati (conscience), yang berisi apa saja yang tidak boleh dilakukan. Apapun yang

disetujui, dihadiahi dan dipuji orang tua akan diterima menjadi standar

kesempurnaan atau ego ideal, yang berisi apa saja yang seharusnya dilakukan.

Proses mengembangkan konsensia dan ego ideal, yang berarti menerima standar

salah dan benar itu disebut introyeksi (introjection). Sesudah terjadi introyeksi,

kontrol pribadi akan mengganti kontrol orang tua.

Superego bersifat nonrasional dalam menuntut kesempurnaan, menghukum

dengan keras kesalahan ego, baik yang telah dilakukan maupun baru dalam

fikiran. Super-ego juga seperti ego dalam hal mengontrol id, bukan hanya

menunda pemuasan tetapi merintangi pemenuhannya. Paling tidak, ada 3 fungsi

superego; (1) mendorong ego menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan-

8
tujuan moralistik, (2) merintangi impuls id, terutama impuls seksual dan agresif

yang bertentangan dengan standar nilai masyarakat, dan (3) mengejar

kesempurnaan.

Struktur kepribadian id-ego-superego itu bukan bagian-bagian yang

menjalankan kepribadian, tetapi itu adalah nama dalam sistem struktur dan proses

psikologik yang mengikuti prinsip-prinsip tertentu. Biasanya sistem-sistem itu

bekerja bersama sebagai team, di bawah arahan ego. Baru kalau timbul konflik

diantara ketiga struktur itu, mungkin sekali muncul tingkahlaku abnormal.

2.4.Komponen Sekuensial (Tahapan)

Bagian ketiga dan terakhir dari model Freud adalah komponen tahapan atau komponen

sekuensial (sequential or stage component). Bagian ini menekankan pola atau gerak maju

organisme melalui tahapan-tahapan perkembangan yang berbeda dan semakin lama semakin

adaptif. Menurut Freud, pintu pertama menuju kematangan adalah tahapan perkembangan

genital, dimana terbentuk hubungan yang berarti berlangsung terus menerus.

1. Teori Freuds disebut Teori Psikoseksual

Menurut Freud, para bayi terlahir dengan kemampuan untuk merasakan

kenikmatan apabila terjadi kontak kulit, dan para bayi itu memiliki semacam

ketegangan di permukaan kulit mereka yang perlu diredakan melalui kontak kulit

secara langsung dengan orang lain. Freud menyerupakan kenikmatan ini dengan

rangsangan seksual tetapi ia memberi catatan bahwa hal ini berbeda secara kualitatif

dari tipe rangsangan seksual yang dialami oleh orang dewasa karena kejadian yang

dialami bayi ini lebih bersifat umum dan belum terdiferensiasi. Freud (790511959)

menyebut kemampuan untuk mengalami kenikmatan ini dan kebutuhan untuk

9
meredakannya dengan nama seksualitas bayi, yang berbeda dari seksualitas orang

dewasa.

Pandangan mengenai seksualitas bayi dan anak-anak ini memicu protes luas

orang-orang menentang Freud pada masa-masa akhir era Victorian dan awal abad ke-

20. Tetapi Freud dan para pengikutnya, yang mendasarkan pendirian mereka pada

pengalaman-pengalaman klinis, bersikukuh pada teori tersebut” Mereka tetap

berpegang pada pandangan bahwa kornponen-komponen psikologis-eksperiensial

saling terkait dengan disertai pergantian zona-zona erogen secara biologis melalui

urutan (sekuen) tertentu. Dengan demikian tahapan-tahapan perkembangan ini disebut

sebagai tahapan-tahapan psikoseksual (Psychosexual stages). Teori Freud.

memandang bahwa tahapan-tahapan ini bersifat urniversal, berlaku pada sernua anak-

anak dimana saja.

Menurut Freud, kemunculan setiap tahapan psikoseksual dan sebagian bentuk

perilaku yang terjadi di setiap tahapan dikendalikan oleh faktor-faktor genetik atau

kematangan sedangkan isi tahapan-tahapan tersebut berbeda-beda bergantung pada

kultur tempat terjadinya perkembangan. Sekali lagi ini memperlihatkan contoh

mengenai pentingnya interaksi antara kekuatan keturunan dan kekuatan lingkungan

bagi proses perkembangan.

Freud berpendapat bahwa dalam perkembangan manusia terdapat dua hal

pokok yaitu: (1) bahwa tahun-tahun awal kehidupan memegang peranan penting bagi

pembentukan kepribadian; dan (2) bahwa perkembangan manusia meliputi tahap-

tahap psikoseksual:

a. Tahap oral ( sejak lahir hingga 1tahun )

Sumber kenikmatan pokok yang berasal dari mulut adalah makan. Dua macam

aktivitas oral ini, yaitu menelan makanan dan mengigit, merupakan prototipe bagi

10
banyak ciri karakter yang berkembang di kemudian hari. Karena tahap oral ini

berlangsung pada saat bayi sama sekali tergantung pada ibunya untuk memdapatkan

makanan, pada saat dibuai, dirawat dan dilindungi dari perasaan yang tidak

menyenangkan, maka timbul perasaan-perasaan tergantung pada masa ini. Frued

berpendapat bahwa simtom ketergantungan yang paling ekstrem adalah keinginan

kembali ke dalam rahim.

b. Tahap anal ( usia 1-3 tahun )

Setelah makanan dicernakan, maka sisa makanan menumpuk di ujung bawah dari

usus dan secara reflex akan dilepaskan keluar apabila tekanan pada otot lingkar dubur

mencapai taraf tertentu. Pada umur dua tahun anak mendapatkan pengalaman pertama

yang menentukan tentang pengaturan atas suatu impuls instingtual oleh pihak luar.

Pembiasaan akan kebersihan ini dapat mempunyai pengaruh yang sangat luas

terhadap pembentukan sifat-sifat dan nilai-nilai khusus. Sifat-sifat kepribadian lain

yang tak terbilang jumlahnya konon sumber akarnya terbentuk dalam tahap anal.

c. Tahap phalik ( usia 3-5 tahun)

Selama tahap perkembangan kepribadian ini yang menjadi pusat dinamika

adalah perasaan-perasaan seksual dan agresif berkaitan dengan mulai berfungsinya

organ-organ genetikal. Kenikmatan masturbasi serta kehidupan fantasi anak yang

menyertai aktivitas auto-erotik membuka jalan bagi timbulnya kompleks Oedipus.

Freud memandang keberhasilan mengidentifikasikan kompleks Oedipus sebagai salah

satu temuan besarnya.

Freud mengasumsikan bahwa setiap orang secara inheren adalah biseksual,

setiap jenis tertarik pada anggota sejenis maupun pada anggota lawan jenis. Asumsi

tentang biseksualitas ini disokong oleh penelitian terhadap kelenjar-kelenjar endokrin

yang secara agak konklusif menunjukkan bahwa baik hormon seks perempuan

11
terdapat pada masing-masing jenis. Timbul dan berkembangnya kompleks Oedipus

dan kompleks kastrasi merupakan peristiwa-peristiwa pokok selama masa phalik dan

meninggalkan serangkaian bekas dalam kepribadian.

d. Tahap laten ( usia 5 – awal pubertas)

Masa ini adalah periode tertahannya dorongan-dorongan seks agresif. Selama

masa ini anak mengembangkan kemampuannya bersublimasi ( seperti mengerjakan

tugas-tugas sekolah, bermain olah raga, dan kegiatan lainya). Tahapan latensi ini

antara usia 6-12 tahun (masa sekolah dasar)

e. Tahap genital atau kelamin ( masa remaja)

Kateksis-kateksis dari masa-masa pragenital bersifat narsisistik. Hal ini berarti

bahwa individu mendapatkan kepuasan dari stimulasi dan manipulasi tubuhnya

sendiri sedangkan orang-orang lain dikateksis hanya karena membantu memberikan

bentuk-bentuk tambahan kenikmatan tubuh bagi anak. Selama masa adolesen,

sebagian dari cinta diri atau narsisisme ini disalurkan ke pilihan-pilihan objek yang

sebenarnya.

Kateksis-kateksis pada tahap-tahap oral, anal, dan phalik lebur dan di

sistensiskan dengan impuls-impuls genital. Fungsi biologis pokok dari tahap genital

tujuan ini dengan memberikan stabilitas dan keamanan sampai batas tertentu.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sigmund Freud mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat

kesadaran: yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak-sadar

(unconscious). Pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain,

yakni id, ego, dan superego. Freud berpendapat bahwa dalam perkembangan manusia

terdapat dua hal pokok yaitu: (1) bahwa tahun-tahun awal kehidupan memegang

peranan penting bagi pembentukan kepribadian; dan (2) bahwa perkembangan

manusia meliputi tahap-tahap psikoseksual : tahap oral, tahap anal, tahap fhalik, tahap

laten dan tahap genital.

13

Anda mungkin juga menyukai