Anda di halaman 1dari 26

MENGANALISIS

PERILAKU KORUPSI
Oleh : H. Manaf
A. Analisis Penyebab Perilaku Korupsi
Kenapa orang yang rajin ibadah juga korupsi?
Dibawah ini akan dibahas melalui pendapat beberapa tokoh dan
juga beberapa pendekatan.
Tiga hal yang membuat mereka melakukan korupsi :
1. Psikologi aliran “behaviouris”  bahwa perilaku manusia
kebanyakan dipengaruhi (tidak ditentukan) oleh faktor-faktor
yang ada di luar dirinya. Antara lain : sistem pengawasan dari
negara yang sangat lemah, sistem hukuman bagi koruptor yang
sangat ringan, sistem penegakan hukum yang rapuh, sistem
politik yang tidak profesional dan faktor lingkungan lainnya.
2. Faktor lingkungan kerja yang memang koruptif, bahwa korupsi sudah
saling keterkaitan antara individu dengan individu lainnya, saling membenarkan
dan saling melindungi demi keuntungan bersama.

3. Faktor kepribadian.
Menurut Jack Bologne, akar penyebab korupsi ada empat : Greed,
Opportunity, Need, Exposes.
1. Greed keserakahan dan kerakusan para pelaku korupsi. Koruptor adalah
orang yang tidak puas akan keadaan dirinya. Punya satu gunung emas, berhasrat
punya gunung emas yang lain. Punya harta segudang, ingin punya pulau pribadi.
2. Opportunity  dengan sistem yang memberi lubang terjadinya korupsi.
Sistem pengendalian tak rapi, yang memungkinkan seseorang bekerja asal-
asalan. Mudah timbul penyimpangan. Saat bersamaan, sistem pengawasan tak
ketat. Orang gampang memanipulasi angka. Bebas berlaku curang. Peluang
korupsi menganga lebar.

3. Need berhubungan dengan sikap mental yang tidak pernah cukup, penuh
sikap konsumerisme, dan selalu sarat kebutuhan yang tak pernah usai.

4. Exposes berkaitan dengan hukuman pada pelaku korupsi yang rendah.


Hukuman yang tidak membuat jera sang pelaku maupun orang lain. Deterrence
effect yang minim.
Menurut Dr. Sarlito W. Sarwono, tidak ada jawaban yang persis, tetapi ada dua
hal yang jelas, yakni :

a. Dorongan dari dalam diri sendiri (keinginan, hasrat, kehendak dan


sebagainya),
b. Rangsangan dari luar (dorongan teman-teman, adanya kesempatan, kurang
kontrol dan sebagainya.
Dr. Andi Hamzah dalam disertasinya menginventarisasikan beberapa penyebab
korupsi, yakni :
a. Kurangnya gaji pegawai negeri dibandingkan dengan kebutuhan yang makin
meningkat;
b. Latar belakang kebudayaan atau kultur Indonesia yang merupakan sumber
atau sebab meluasnya korupsi;
c. Manajemen yang kurang baik dan kontrol yang kurang efektif dan efisien,
yang memberikan peluang orang untuk korupsi;
d. Modernisasi pengembangbiakan korupsi
Analisa yang lebih detil lagi tentang penyebab korupsi diutarakan oleh Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam bukunya berjudul
"Strategi Pemberantasan Korupsi," antara lain :
1. Aspek Individu Pelaku
a. Sifat tamak manusia; Kemungkinan orang melakukan korupsi bukan karena
orangnya miskin atau penghasilan tak cukup. Kemungkinan orang tersebut
sudah cukup kaya, tetapi masih punya hasrat besar untuk memperkaya diri.
Unsur penyebab korupsi pada pelaku semacam itu datang dari dalam diri
sendiri, yaitu sifat tamak dan rakus.
b. Moral yang kurang kuat; Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung
mudah tergoda untuk melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan,
teman setingkat, bawahanya, atau pihak yang lain yang memberi kesempatan
untuk itu.
c. Penghasilan yang kurang mencukupi; Penghasilan seorang pegawai dari
suatu pekerjaan selayaknya memenuhi kebutuhan hidup yang wajar. Bila hal itu
tidak terjadi maka seseorang akan berusaha memenuhinya dengan berbagai
cara. Tetapi bila segala upaya dilakukan ternyata sulit didapatkan, keadaan
semacam ini yang akan memberi peluang besar untuk melakukan tindak korupsi,
baik itu korupsi waktu, tenaga, pikiran dalam arti semua curahan peluang itu
untuk keperluan di luar pekerjaan yang seharusnya.
d. Kebutuhan hidup yang mendesak; Dalam rentang kehidupan ada
kemungkinan seseorang mengalami situasi terdesak dalam hal ekonomi.
Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang untuk mengambil jalan pintas
diantaranya dengan melakukan korupsi.
e. Gaya hidup yang konsumtif; Kehidupan di kota-kota besar acapkali
mendorong gaya hidup seseong konsumtif. Perilaku konsumtif semacam ini bila
tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai akan membuka peluang
seseorang untuk melakukan berbagai tindakan untuk memenuhi hajatnya. Salah
satu kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi.
f. Malas atau tidak mau kerja; Sebagian orang ingin mendapatkan hasil dari
sebuah pekerjaan tanpa keluar keringat alias malas bekerja. Sifat semacam ini
akan potensial melakukan tindakan apapun dengan cara-cara mudah dan cepat,
diantaranya melakukan korupsi.
g. Ajaran agama yang kurang diterapkan; Indonesia dikenal sebagai bangsa
religius yang tentu akan melarang tindak korupsi dalam bentuk apapun.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bila korupsi masih berjalan subur di tengah
masyarakat. Situasi paradok ini menandakan bahwa ajaran agama kurang
diterapkan dalam kehidupan.
2. Aspek Organisasi
a. Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan; Posisi pemimpin dalam suatu
lembaga formal maupun informal mempunyai pengaruh penting bagi
bawahannya. Bila pemimpin tidak bisa memberi keteladanan yang baik di
hadapan bawahannya, misalnya berbuat korupsi, maka kemungkinan besar
bawahnya akan mengambil kesempatan yang sama dengan atasannya.
b. Tidak adanya kultur organisasi yang benar; Kultur organisasi biasanya punya
pengaruh kuat terhadap anggotanya. Apabila kultur organisasi tidak dikelola
dengan baik, akan menimbulkan berbagai situasi tidak kondusif mewarnai
kehidupan organisasi. Pada posisi demikian perbuatan negatif, seperti korupsi
memiliki peluang untuk terjadi.
c. Sistim akuntabilitas yang benar di instansi pemerintah yang kurang
memadai; Pada institusi pemerintahan umumnya belum merumuskan dengan
jelas visi dan misi yang diembannya dan juga belum merumuskan dengan tujuan
dan sasaran yang harus dicapai dalam periode tertentu guna mencapai misi
tersebut. Akibatnya, terhadap instansi pemerintah sulit dilakukan penilaian
apakah instansi tersebut berhasil mencapai sasaranya atau tidak. Akibat lebih
lanjut adalah kurangnya perhatian pada efisiensi penggunaan sumber daya yang
dimiliki. Keadaan ini memunculkan situasi organisasi yang kondusif untuk praktik
korupsi.
d. Kelemahan sistim pengendalian manajemen; Pengendalian manajemen
merupakan salah satu syarat bagi tindak pelanggaran korupsi dalam sebuah
organisasi. Semakin longgar/lemah pengendalian manajemen sebuah organisasi
akan semakin terbuka perbuatan tindak korupsi anggota atau pegawai di
dalamnya.
e. Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasi; Pada
umumnya jajaran manajemen selalu menutupi tindak korupsi yang dilakukan
oleh segelintir oknum dalam organisasi. Akibat sifat tertutup ini pelanggaran
korupsi justru terus berjalan dengan berbagai bentuk.
3. Aspek Tempat Individu dan Organisasi Berada
a. Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi Korupsi bisa
ditimbulkan oleh budaya masyarakat. Misalnya, masyarakat menghargai
seseorang karena kekayaan yang dimilikinya. Sikap ini seringkali membuat
masyarakat tidak kritis pada kondisi, misalnya dari mana kekayaan itu
didapatkan.
b. Masyarakat kurang menyadari sebagai korban utama korupsi Masyarakat
masih kurang menyadari bila yang paling dirugikan dalam korupsi itu masyarakat.
Anggapan masyarakat umum yang rugi oleh korupsi itu adalah negara. Padahal
bila negara rugi, yang rugi adalah masyarakat juga karena proses anggaran
pembangunan bisa berkurang karena dikorupsi.
c. Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi Setiap korupsi
pasti melibatkan anggota masyarakat. Hal ini kurang disadari oleh masyarakat
sendiri. Bahkan seringkali masyarakat sudah terbiasa terlibat pada kegiatan
korupsi sehari-hari dengan cara-cara terbuka namun tidak disadari.
d. Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dan
diberantas bila masyarakat ikut aktif Pada umumnya masyarakat berpandangan
masalah korupsi itu tanggung jawab pemerintah. Masyarakat kurang
menyadari bahwa korupsi itu bisa diberantas hanya bila masyarakat ikut
melakukannya.
e. Aspek peraturan perundang-undangan Korupsi mudah timbul karena
adanya kelemahan di dalam peraturan perundang-undangan yang dapat
mencakup adanya peraturan yang monopolistik yang hanya menguntungkan
kroni penguasa, kualitas peraturan yang kurang memadai, peraturan yang kurang
disosialisasikan, sangsi yang terlalu ringan, penerapan sangsi yang tidak konsisten
dan pandang bulu, serta lemahnya bidang evaluasi dan revisi peraturan
perundang-undangan.
Sigmund Freud merupakan pendiri Psikoanalisis. Teori Psikoanalisis fokus
pada pentingnya pengalaman masa kanak-kanak. Intinya, masa kanak-kanak
memegang peran menentukan dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku
manusia ketika dewasa kelak.
Ada lima tahap perkembangan kepribadian dalam Psikoanalisis. Menurut Freud,
manusia dalam perkembangan kepribadiannya melalui tahapan oral, anal, phallis,
laten, dan genital.
1. Tahap oral, Pada tahap ini manusia melulu menggunakan mulutnya untuk
merasakan kenikmatan. Bayi selalu memasukkan ke mulutnya setiap benda yang
dipegangnya. Tahapan ini berlangsung pada 0-3 tahun.
2. Tahap anal, Inilah tahapan ketika anak memperoleh kenikmatan ketika
mengeluarkan sesuatu dari anusnya. Anak menyukai melihat tumpukan
kotorannya. Pada tahap ini anak dapat berlama-lama dalam toilet.
3. Tahap phallis, Tahap phallis berlangsung pada umur 8-10 tahun. Anak
memperoleh kenikmatan dengan memainkan kelaminnya.
4. Tahap laten, Anak melupakan tahapan memperoleh kenikmatan karena sudah
memasuki usia sekolah. Anak mempunyai teman dan permainan baru.
5. Tahap genital, Inilah tahapan ketika perkembangan kedewasaan mencapai
puncaknya. Manusia sudah memasuki tingkat kedewasaan. Tahap-tahap
perkembangan ini berjalan normal, dari satu tahap ke tahap berikutnya. Namun,
bisa saja orang terhambat dalam perkembangan dini. Freud menyebutnya fiksasi.
Penyebabnya beragam, bisa karena orang tua, lingkungan sosial, atau konflik
mental.
Ada hubungan antara tahapan perkembangan kepribadian anak dengan kondisi
anak setelah dewasa. Bila pada tahap-tahap itu terjadi fiksasi atau hambatan
perkembangan kepribadian., maka kepribadian itulah yang dibawanya sampai
besar.
Sifat serakah adalah sifat dari orang yang terhambat dalam perkembangan
kepribadiannya, yaitu ketika dia terhambat dalam tahap kepribadian anal.
Seorang anak yang mengalami hambatan kepribadian pada fase anal, ketika besar
ia akan mempertahankan kepribadian anal. Karakter orang ini ditandai dengan
kerakusan untuk memiliki.
Ia merasakan kenikmatan dalam pemilikan pada hal-hal yang material. Fase anal
ditandai oleh kesenangan anak melihat kotoran yang keluar dari anusnya. Kini,
kotoran telah diganti benda lain. Benda itu berujud uang, mobil, rumah, saham,
berlian, emas, intan.
Koruptor adalah anak kecil dalam tubuh orang dewasa. Badannya besar, jiwanya
kerdil. Untuk menyembuhkannya, hilangkan hambatan itu. Tunjukkan padanya
bahwa pada dasarnya dia belum dewasa. Kesenangan mengumpulkan harta
adalah simbol perilaku menyimpang akibat terhambat dalam perkembangan
kepribadian di masa kanak-kanak.
Beberapa analisis penyebab perilaku korupsi dari berbagai teori :
1. Teori (pendekatan) Biologis
Para ilmuwan : bahwa manusia lahir dengan berbagai karakteristik
yang berbeda. Perbedaan disini tergantung pada naluri atau bawaan
yang dibawa sejak lahir oleh masing-masing individu. Dan naluri
itulah yang akan menentukan dan membentuk perilaku pada diri
individu selama hidup. Dalam diri manusia memiliki naluri untuk
menjadi agresif. Konrad Lorenz dan juga ahli lain mengungkapkan
pendapat bahwa dorongan agresif ada di dalam diri manusia sejak
lahir dan tidak bisa dirubah.
Dalam kasus korupsi yang merajalela di negeri kita ini, kemungkinan yang
pertama, mereka para pemimpin yang korupsi dalam dirinya memang sudah
terbawa karakteristik atau naluri agresi, rakus atau tamak, dan material.
Sehingga dengan itu, ketika mereka menjadi pemimpin yang kesehariannya tidak
lepas dengan yang namanya uang, maka disaat ada kesempatan mereka akan
rela untuk melakukan apapun termasuk korupsi demi memenuhi semua
keinginannya, tanpa memikirkan apa akibat yang akan diterimanya dan juga
akibat pada yang lain terutama kepada rakyat.
Kemungkinan yang kedua, mungkin mereka memang keturunan dari orang-
orang yang suka berbohong. Dan mungkin juga mereka adalah keturunan dari
orang-orang yang memang sudah terbiasa melakukan korupsi. Inilah hal yang
paling kuat bagi mereka untuk berperilaku korupsi disaat ada kesempatan. Sebab,
jika mereka sudah tahu bahwa keluarganya adalah orang yang terbiasa korupsi,
maka sangat gampang juga bagi mereka untuk menirunya, karena dalam diri
mereka terdapat gen korupsi yang dibawa dari sejak lahir.
2. Teori (pendekatan) Belajar
Kebanyakan manusia yang hidup di dunia ini dalam berperilaku kesehariannya
disebabkan karena proses belajar. Proses belajar disini antara lain lingkungan,
pengalaman sebelumnya, dan idola.
1. lingkungan. Telah kita ketahui bahwa sistem pemerintahan yang ada di
Indonesia khususnya dalam persoalan hukum yang tidak tepat dan tidak jelas.
Hampir semua permasalahan baik ekonomi, politik, dan bahkan pendidikan pun
tidak lepas dari yang namanya korupsi, mulai dari bawah hingga ke daerah
pusat. Untuk sekarang korupsi sudah merupakan hal biasa yang sudah
membudaya dimana-mana. Maka dari itu, meskipun orang baik-baik dan orang
suci pun jika sudah terjun dan berbaur dengan lingkungan pemerintahan yang
didalamnya terbiasa korup, sangat kecil kemungkinannya untuk tidak mengikuti
budaya itu. Sebab, lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan
perilaku seseorang.
2. Pengalaman di masa lampau. Kebanyakan manusia dari sejak kecil khususnya
saat masih sekolah sudah mulai dipelajari benih-benih dari korupsi. Salah satunya
seperti kebohongan atau kecurangan disaat pelaksanaan UNAS. Sehingga kalau
dari kecil sudah dididik seperti itu, sangat besar kemungkinan untuk meniru dan
mengulangi kembali hal-hal yang bahkan lebih buruk (korupsi). Selain itu juga,
mungkin mereka para pemimpin yang koruptor sebelumnya sudah terbiasa
dengan gaya hidup yang bermewah-mewahan. Mulai dari rumah mewah, mobil
mewah, pakaian yang bagus-bagus, dan lain-lainnya. Sehingga untuk memenuhi
dan mempertahankan gaya hidupnya, cara yang paling cepat dan mudah adalah
mengumpulkan uang sebanyak mungkin. Dan itupun tidak cukup jika hanya
mengandalkan gajinya. Maka dari itu, satu-satunya jalan yang harus dilakukan
hanyalah korupsi.
3. Idola : Setiap manusia individu dalam hidupnya pasti
mempunyai seseorang yang diidolakan. Sedikit banyak mereka
akan meniru dan mengikuti perilaku dan pola hidup orang yang
diidolakan kasus korupsi ini mereka para koruptor juga memiliki
seorang idola, spt atasannya, jabatannya yang lebih tinggi atau yang
lainnya. Sehingga kalau idola mereka sudah korupsi, mereka akan
kecewa dan rasa kekecewaannya mereka lampiaskan dengan cara
korupsi juga (atasan saya korupsi kenapa saya tidak).
3. Teori (pendekatan) Insentif
Orang bertindak berdasarkan pilihan antara keuntungan dan
kerugian yang akan diperolehnya dari setiap perilaku. Orang
memperhitungkan kerugian dan keuntungan berbagai tindakan,
serta secara rasional mengambil alternatif yang paling baik. Mereka
memilih mana tindakan memberikan keuntungan sebesar
mungkin dan kerugian sekecil mungkin. Edward menyatakan
bahwa keputusan diambil atas dasar nilai dari berbagai akibat
keputusan yang mungkin, dan derajat ekspektasi atau dugaan
tentang akibat yang akan ditimbulkan oleh setiap keputusan.
Kembali pada kasus korupsi yang merajalela saat ini, mungkin disaat ada
kesempatan mereka memiliki pilihan antara melakukan korupsi atau tidak. Kalau
mereka memilih untuk melakukan korupsi, mereka berfikir yang jelas kalau
ketahuan akan dipenjara, malu, mungkin bisa dipecat dari jabatannya, dan
dicemooh banyak orang (pilihan negatif). Sedangkan kalau mereka tidak
mengambil korup dan membuang kesempatan emas itu mereka akan selamat dan
tidak terancam, namun merasa rugi (pilihan positif). Akan tetapi, mereka lebih
memilih untuk korupsi mungkin antara pilihan negatif dan positif, yang dapat
menguntungkan baginya adalah pilihan negatif. Karena mereka pikir pilihan itu
lebih besar keuntungannya dari pada kerugian yang akan diterima. Sebab, mereka
belum tentu diketahui akan perbuatannya itu. Walaupun nantinya diketahui,
mereka bisa membeli hukum dengan uang yang mereka punya itu.
Selain itu, mereka korupsi karena ingin mengembalikan uang modal yang ia
keluarkan pada saat mau mencalonkan menjadi pemimpin (contohnya para
caleg). Mungkin dia pikir pilihan negatif itu justru akan memberikan keuntungan
besar dan dia tidak peduli dengan akibat yang akan diterimanya. Yang penting
mereka mendapatkan uang sebanyak mungkin untuk kembali modal. Mereka
menjadikan kepemimpinan atau jabatan sebagai jembatan perbisnisan uang.
4. Teori (pendekatan) Kognitif
Dalam kehidupan sosial perilaku seseorang tergantung pada caranya mengamati
situasi sosial. Dan hukum mengenai persepsi sosial sangat mirip dengan hukum
persepsi objek. Secara spontan dan otomatis orang mengorganisasikan persepsi,
pikiran, dan keyakinannya tentang situasi sosial ke dalam bentuk yang sederhana
dan bermakna, seperti yang mereka lakukan terhadap objek. Tidak peduli
bagaimana kacau atau rancunya situasi, orang akan selalu mengadakan
pengaturan. Dan organisasi ini, persepsi dan pengartian lingkungan mempengaruhi
perilaku kita dalam situasi sosial.
Kembali pada kasus korupsi, mungkin kebanyakan dari mereka
menginterpretasikan atau memaknai bahwa situasi sosial seperti korupsi adalah
suatu jalan yang bisa membuat hidup mereka cepat kaya shg mereka juga
memaknai bahwa mereka akan menjadi orang terpandang (derajat yang tinggi
dalam masyarakat), dan bisa dianggap orang yang sukses serta berhasil dalam
hidupnya. Sebab, mayoritas manusia hidup di dunai ini yang dipikirkan hanyalah
materi, jabatan, dan terpandang di mata orang. Selain itu, mungkin mereka juga
menginterpretasikan atau memaknai bahwa korupsi bukanlah hal yang
mengancam atau membahayakan bagi dirinya, mereka sudah memaknai kalau
korupsi adalah hal biasa yang menjadi bagian dari pekerjaannya.
Namun dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
penyebab yang paling berpengaruh besar terhadap perilaku korupsi
yaitu karena :
- Adanya motivasi dasar sifat serakah yang akut.
- Adanya sifat rakus dan tamak tiada tara.
- Korupsi, menyebabkan ada orang yang berlimpah, ada yang
terkuras, ada yang jaya, ada yang terhina, ada yang mengikis, ada
yang habis.
- Korupsi paralel dengan sikap serakah.
SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai