Anda di halaman 1dari 12

B.

FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PENYEBAB KORUPSI


Tindakan korupsi pada dasarnya acara yang berdiri sendiri. Perilaku korupsi
menyangkut berbagai hal yang bersifat kompleks. Faktor-faktor penyebabnya bisa
dari internal pelaku-pelaku korupsi, tetapi bisa juga berasal dari situasi lingkungan
yang kondusif bagi seseorang untuk melakukan korupsi. Dengan demikian secara
garis besar penyebab korupsi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal
dan faktor eksternal
1. Faktor internal

Berikut faktor pendorong korupsi dalam diri, yang dapat dirinci menjadi:

a) Aspek perilaku individu

1
Sifat tamak atau rakus manusia

Korupsi bukan kejahatan kecil-kecilan karena mereka membutuhkan makan.


Korupsi adalah kejahatan orang profesional yang rakus. Sudah berkecukupan,
tapi serakah memiliki keinginan besar untuk diri. Tidak penyebab korupsi
pada pelaku semacam itu datang dari dalam diri sendiri, yaitu sifat tamak dan
rakus. Maka tindakan keras tanpa kompromi,wajib hukumnya.

1. moral lemah

Seseorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah tergoda untuk


melakukan korupsi. Godaan dan tekanan ini dapat muncul dari atasan,
teman setingkat, bawahan, atau pihak lain yang memberikan celah korupsi,

2. Penghasilan kurang mencukupi

Penghasilan seorang pegawai dari sebuah pekerjaan seharusnya


memenuhi atau sejalan dengan kebutuhan hidup yang wajar. Jika tidak,
maka seseorang cenderung berusaha memenuhinya dengan berbagai cara.
Ketika tidak ada peluang, maka seseorang bisa jadi memanfaatkan celah
korupsi, baik korupsi waktu, tenaga, maupun pikiran untuk hal-hal di luar
pekerjaan yang seharusnya.

2
3. Kebutuhan hidup yang mendesak

Pada situasi terdesak terkait ekonomi, dapat terbuka ruang bagi seseorang
untuk menempuh jalan pintas baik maupun buruk. Salah satu jalan
pintas yang buruk yaitu korupsi.

4. Gaya hidup konsumtif

Kehidupan di kota besar kerap mendorong gaya hidup seseorang


berperilaku konsumtif. Perilaku konsumtif berisiko membuka celah
korupsi demi memenuhi kebutuhan hidup jika tidak diimbangi dengan
pendapatan memadai.
5. Malas atau tidak mau bekerja

Sejumlah orang ingin mendapat hasil dari suatu pekerjaan tanpa berusaha.
Sifat malas ini berisiko memicu seseorang melakukan cara yang mudah dan
cepat demi mencapai tujuan. Salah satu cara tersebut adalah korupsi.

3
b) Aspek sosial

Perilaku dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum behavioris


mengatakan bahwa lingkungan keluarga lah yang secara kuat memberikan
dorongan bagi korupsi dan mengalahkan sifat baik seseorang yang sudah
menjadi sifat pribadinya lingkungan dalam hal ini justru mendorong dorongan
dan bukan memberikan hukuman pada orang ketika ia menyalahgunakan
kekuasaannya.

Contohnya : akibat korupsi anggaran pembangunan menjadi


berkurang, pembangunan transportasi umum terbatas. Masyarakat juga yang
rugi besar, padahal sudah patuh membayar pajak

2. Faktor eksternal

Pemicu perilaku koruptor yang disebabkan oleh faktor di luar diri menjadi pelaku,
dapat diarahkan:

4
a. Aspek Sikap Masyarakat Terhadap Korupsi
Pada umumnya jajaran manajemen selalu untuk mengatasi korupsi
yang dilakukan oleh segelintir oknum dalam organisasi. Akibat sifat tertutup
ini bolong korupsi justru terus berjalan dengan berbagai bentuk. Oleh karena
itu sikap masyarakat yang mungkin menyuburkan tindak korupsi yang terjadi
karena :
1. Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi. Masyarakat
menghargai seseorang karena kekayaan yang dimiliki. Sikap ini seringkali
membuat masyarakat tidak kritis pada kondisi, misalnya dari mana
kekayaan yang didapatkan.

2. Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama Korupsi adalah


masyarakat sendiri. Terlepas dari masalah masyarakat umum terhadap
korupsi. Sosok yang paling diragukan adalah negara. Padahal bela negara
merugi, esensinya yang paling rugi adalah masyarakat juga, karena proses
anggaran pembangunan Bisa berkurang sebagai akibat dari perbuatan
korupsi.

5
b. Aspek Ekonomi

Pendapatan tidak mencukupi kebutuhan. Dalam rentang Kehidupan


Ada kemungkinan seseorang mengalami situasi terdesak dalam hal ekonomi.
Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang untuk mengambil jalan-jalan
pintas diantaranya dengan melakukan korupsi contohnya :

1. Penghasilan kurang mencukupi

Penghasilan seorang pegawai dari sebuah pekerjaan seharusnya


memenuhi atau sejalan dengan kebutuhan hidup yang wajar. Jika tidak,
maka seseorang cenderung berusaha memenuhinya dengan berbagai
cara. Ketika tidak ada peluang, maka seseorang bisa jadi
memanfaatkan celah korupsi, baik korupsi waktu, tenaga, maupun
pikiran untuk hal-hal di luar pekerjaan yang seharusnya

c. Aspek Politik

Menurut Rahardjo (1983) bahwa kontrol sosial adalah suatu proses yang
dilakukan untuk mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku sesuai

6
dengan harapan masyarakat. Kontrol sosial tersebut dijalankan dengan
menggerakkan berbagai aktivitas yang melibatkan penggunaan kekuasaan
negara sebagai suatu lembaga yang diorganisasikan secara politik, melalui
lembaga-lembaga yang dibentuknya. Dengan demikian instabilitas politik,
kepentingan politik, meraih dan mempertahankan kekuasaan sangat potensial
yang menyebabkan perilaku korupsi.

Contoh : Penyuapan

Penyuapan dalam politik tidak hanya untuk memperkaya diri sendiri,


tetapi juga untuk berkuasa atau mempertahankan pengaruhnya dalam birokrasi
publik. Jika berhasil berkuasa kembali, maka pelaku akan mengatur undang-
undang, peraturan, dan kebijakan yang dihasilkan agar berpihak kepada
kepentingan ekonomi dirinya semata.

Suap politik misalnya terjadi ketika seorang politisi menyuap lembaga


penyelenggara pemilu untuk memenangkan dirinya dalam pilkada atau pemilu.
Kongkalikong antara politisi dan lembaga penyelenggara pemilu ini adalah
bentuk korupsi dalam sektor politik.

d. Aspek Organisasi

1. Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan

Posisi pemimpin dalam suatu lembaga formal maupun informal


mempunyai pengaruh penting bagi bawahannya. Bila pemimpin tidak bisa

7
memberi keteladanan yang baik dihadapan bawahannya, misalnya korupsi,
maka kemungkinan besar bawahnya akan mengambil kesempatan yang
sama dengan atasannya.Contoh :

1. Tidak adanya sikap keteladanan dari pimpinan


2. Tidak adanya kultur/budaya organisasi yang benar

2. Tidak adanya budaya organisasi yang benar

Kultur organisasi biasanya memiliki pengaruh kuat terhadap


anggotanya. Kapan kultur organisasi tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan berbagai situasi tidak mendukung kehidupan organisasi. Pada
posisi perbuatan negatif, seperti korupsi memiliki peluang untuk terjadi.

3. Kurang memadainya akuntabilitas sistem

Institusi pemerintahan umumnya pada satu sisi belum dirumuskan dengan


jelas visi dan misi yang diembannya dan belum dirumuskan tujuan dan
sasaran yang harus dicapai dalam periode tertentu guna mencapai hal
tersebut. Hasil, terdapat instansi pemerintah dilakukan penilaian Apakah
instansi tersebut berhasil mencapai target atau tidak. Akibat lebih lanjut
adalah kurangnya perhatian pada efisiensi penggunaan sumber daya yang
dimiliki. Keadaan ini memunculkan situasi organisasi yang kondusif
untuk praktik korupsi.

8
4. Kelemahan sistem pengendalian manajemen

Pengendalian manajemen merupakan salah satu syarat bagi tidak bolong


korupsi dalam sebuah organisasi. Semakin longgar atau lemah
pengendalian manajemen sebuah organisasi akan membuka tindakan
korupsi dari anggota atau pegawai di dalamnya.

5. Lemahnya pengawasan

Secara umum pengawasan terbagi menjadi dua yaitu pengawasan internal


(pengawasan fungsional dan pengawasan langsung oleh pimpinan) dan
pengawasan bersifat eksternal (pengawasan dari legislatif dan
masyarakat). Pengawasan ini kurang bisa efektif karena beberapa faktor,
diantaranya adanya tumpang-tumpang tinggi pengawasan pada berbagai
instansi, kurang profesional pengawas serta kurang kepatuhan pada etika
hukum maupun pemerintah oleh pengawas sendiri.

BAB III

9
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Faktor internal terdiri dari aspek moral, misalnya lemahnya keberuntungan
kejujuran rasa malu, aspek sikap atau perilaku misalnya pola hidup konsumtif dan
aspek sosial seperti keluarga yang dapat mendorong seseorang untuk berperilaku
koruptif. Faktor eksternal bisa dilacak dari aspek ekonomi misalnya pendapatan atau
gaji tidak mencukupi kebutuhan, aspek politis manajemen dan organisasi yaitu
akuntabilitas dan transparans, aspek hukum terlihat dalam buruknya wujud undang-
undang dan lemahnya penegakan hukum serta aspek sosial yaitu lingkungan atau
masyarakat yang kurang mendukung perilaku anti korupsi.
Korupsi terjadi karena adanya kewenangan dan jabatan yang dimiliki oleh
pejabat atau pegawai dihitung dengan pribadi dengan laki-laki atas namakan pribadi
atau keluarga, sangat saudara dan teman.
Tindakan korupsi pada dasarnya acara yang berdiri sendiri titik perilaku
korupsi menyangkut berbagai hal yang bersifat Kompleks. Faktor-faktor penyebabnya
bisa dari internal pelaku-pelaku korupsi, tetapi bisa juga berasal dari situasi
lingkungan yang kondusif bagi seseorang untuk melakukan korupsi. Dengan demikian
secara garis besar penyebab korupsi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.

B. SARAN
Dalam mengerjakan makalah ini,kami sebagai penulis ataupun sebagai
penyusun makalah ini menyadari bahwa ada bebrbagai macam keterbatasan dan
kekurangan,baik dalam proses penyususnan,penggunaan kalimat,kerapihan,dan juga
ada berbagaimacam kekurangannya maka oleh karena itu sangat diharapkan saran
atau kritik dari pembaca yang membangun sehingga dengan demikian makalah ini
dapat mencapai kesempuranaan atau sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

10
Hamzah, Andi, 2006, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan
Internasional, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Hamzah, Andi, 2007, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan
Internasional, Edisi Revisi, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Raja Grafindo Persada, Jakarta.HS, Salim dan Septiana N, Erlies, 2014, Penerapan Teori
Hukum Pada Penelitian Tesis dan Disertasi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

IKAHI, Pimpinan Pusat, 2016, Undang-Undang Administrasi Pemerintahan Dalam Upaya


Pemberantasan Korupsi. Sinar Grafika, Jakarta, Ilmar, Aminuddin, 2014, Hukum
Tata Pemerintahan, Prenada Media Grup,Jakarta.

Danil, Elwi, 2016 Konsep, Tindak Pidana dan Pemberantasannya, Jakarta: Rajawali Pers

Djaja, Ermansjah, 2008, Memberantas Korupsi Bersama KPK, Jakarta: Sinar Grafika.

Hamzah, Andi, 1985, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia

Hartanti Evi, 2005, Tindak Pidana Korupsi, Jakarta: Penerbit Sinar Grafika

Indriati,Etty, 2014, Pola dan Akar Korupsi, Jakarta: PT. Gramedia pustaka Utama

Harahap, Zairin, 2002, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Edisi Revisi

11
12

Anda mungkin juga menyukai