PENYEBAB KORUPSI
Nama-nama kelompok 1
Louis C.R.G Manorek
Cintia Damongilala
Nusela G. Kapitan
Immanuel
Minarti Salam
Menempatkan korupsi “sebagai masalah keserakahan elite” yang telah mencoreng
citra bangsa di mata internasional, sangatlah wajar apabila kampanye anti
kerakusan dijadikan sebagai salah satu criminal policy non-punitif untuk
memberantas korupsi. banyak faktor, sebagai penyebab terjadinya korupsi, tapi
sebenarnya berpusat pada satu hal, yakni “toleransi terhadap korupsi” lebih
banyak wicara dan upacara ketimbang aksi dan empati terhadap prilaku
antikorupsi. untuk itu mencermati faktor penyebab terjadinya korupsi sangatlah
tepat sebagai langkah awal bergerak menuju pemberantasan korupsi yang riil.
Secara garis besar penyebab korupsi dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu: Faktor internal dan Faktor eksternal.
3. Moral
Seseorang yang mempunyai moral lemah cenderung mudah tergoda untuk
melakukan tindakan korupsi. godaan itu bisa berasal dari atasan, teman
setingkat, bawahan, atau pihak lain yang memberi kesempatan untuk
melakukan korupsi. sehingga dapat dikatakan bahwa dari aspek moral,
misalnya lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, aspek sikap atau perilaku
misalnya pola hidup konsumtif dan aspek sosial seperti keluarga yang dapat
mendorong seseorang untuk berperilaku korupsi.
B. FAKTOR PENYEBAB
EKSTERNAL
1. Aspek Sosial
Perilaku korupsi dapat terjadi karena dorongan keluarga. kaum behavioris
mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan
dorngan bagi orang untuk korupsi dan mengalahkan sifat baik seseorang
yang sudah menjadi traits pribadinya. lingkungan dalam hal ini justru
memberikan dorongan dan bukan memberikan hukuman pada orang ketika
ia menyalahgunakan kekuasaannya
Mencermati realita yang demikian maka sikap masyarakat yang berpotensi memberi peluang perilaku korupsi antara
lain:
a. Niali nilai dan budaya di masyarakat yang mendukung untuk terjadinya korupsi. misalnya masyarakat menghargai
seseorang karena kekayaan yang dimilikinya.
b. masyarakat menganggap bahwa korban yang mengalami kerugian akibat korupsi adalah Negara. padahal justru pada
akhirnya kerugian terbesar dialami oleh masyarakat sendiri. contohnya akibat korupsi anggaran pembangunan
menjadi berkurang, pembangunan transportasi umum menjadi terbatas misalnya.
c. masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat dalam perilaku korupsi. setiap tindakan korupsi pasti melibatkan
masyarakat, namun masyarakat justru terbiasa terlibat dalam korupsi sehari hari dengan cara-ara terbuka namun
tidak disadari.
d. masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi dapat dicegah dan diberantas bila masyarakat ikut aktiIf dalam agenda
pencegahan dan pemberantasan korupsi.
2. Aspek Politik
Harus diakui, bahwa semakin maraknya praktik korupsi di negeri ini tidak hanya karena inkonsistensi internal
dalam peraturan-perundangan yang menyebabkan tumpang-tindihnya kewenangan lembaga penegak hukum.
juga tidak seluruhnya karena ketidakberesan aparat pelaksananya, namun disadari atau tidak sebenarnya korupsi
dipahami seolah mendarah daging dalam seluruh bangunan dan mata rantai birokrasi serta hubungan-hubungan
politik dan ekonomi dalam berbagai level. situasi demikian di tanah air, dengan sangat jelas memperlihatkan
tragedi keadaban. keadaan sangat bertentangan dengan keadilan, keadaban, dan kemanusiaan. ketika angka
kemiskinan kian membesar, pelanggaran hukum dilakukan tanpa sungkan oleh elit politik, dan realitas korupsi
terjadi di setiap ruang serta penyalahgunaan kekuasaan terus terjadi. pada kenyataan yang demikian maka ruang
politik merupakan salah satu sarana melakukan korupsi. hal ini dapat dilihat ketika terjadi instabilitas politik
atau ketika politisi mempunyai hasrat untuk mempertahankan kekuasaannya.
Dari sisi moral politik, kontrol sosial terhadap pejabat publik bukanlah persoalan boleh atau tidak boleh,
tetapi suatu keharusan. asumsi dasarnya adalah, bahwa sebuah negara demokrasi harus menjunjung
tinggi moralitas politik. “pemerintah merupakan pelaksana kehendak rakyat” dalam segi ini, adalah hal
yang sangat wajar kalau rakyat meminta penjelasan dan pertanggungjawaban seorang pejabat publik,
apalagi menyangkut penyalahgunaan kekuasaan.
Dalam konteks penegakan hukum, Soekanto (1986 : 6) menyebut lima unsur yang mempengaruhi proses
penegakan hukum, yakni: faktor hukum itu sendiri faktor aparat penegak hukum faktor sarana atau fasilitas
yang mendukung penegakan hukum tersebut FaktRr masyarakat, dan faktor budaya.
Substansi atau aturan hukum, merupakan titik awal proses penegakan hukum. aturan itulah yang menjadi
pedoman aparat penegak hukum melakukan tugas penerapan hukum. oleh karena itu, sampai derajat tertentu,
“mutu” suatu peraturan akan menentukan proses penegakannya. ada sejumlah persoalan yang terkait dengan
masalah substansi atau aturan hukum tersebut
4. Aspek Ekonomi
Faktor ekonomi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. hal itu dapat dilihat ketika tingkat pendapat
atau gaji yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya, maka seseorang berpotensi melakukan tindakan korupsi
demi terpenuhinya semua kebutuhan. secara teori karl marx menyatakan secara rinci menjelaskan betapa hebatnya
pengaruh kuasa ekonomi terhadap kehidupan manusia. lebih jauh ia mengatakan, bahwa siapapun yang menguasai
ekonomi, maka akan menguasai manusia. seluruh tindak-tanduk manusia dikendalikan oleh motif-motif ekonomi.
Tidak ada satupun peristiwa sejarah di dunia ini, yang tidak dapat dijelaskan dengan kategori-kategori kepentingan
ekonomi perang, revolusi, pemberontakan, bahkan penjajahan selalu mempunyai motif-motif ekonomi dalam
kehidupan sehari-hari kita sering jumpai, tentang betapa kuatnya pengaruh ekonomi itu dalam hidup dan sikap
masyarakat. ketidakstabilan politik dan pertumbuhan ekonomi yang rendah, dan akibatnya adalah hak-hak
demokratis menjadi porak poranda.
5. Aspek Organisasi
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, termasuk sistem
pengorganisasian lingkungan masyarakat.
Faktor internal dan faktor eksternal penyebab korupsi apabila dielaborasi dalam konsep atau teori, biasa kenal dengan teori
GONE, atau GONE teori yang dihadirkan oleh jack bologne (bologna : 2006) yaitu Greedy (keserakahan) Opportunity
(kesempatan) Need (kebutuhan) dan Exposure (pengungkapan)Keserakahan dan kebutuhan merupakan factor internal,
sedangkan kesempatan dan pengungkapan merupakan faktor eksternal.
Dalam perspektfI teori lain, Culltural determinisme sering dipakai sebagai acuan ketika mempelajari penyebab terjadinya
korupsi. sebagai mana ungkapan Fiona Robertson-snape
(1999) bahwa penjelasan kultural praktik korupsi di indonesia di hubungkan dengan bukti-bukti kebiasaan-kebiasaan kuno
orang jawa. padahal bila dirulut perilaku korup pada dasarnya merupakan sebuah IenRmena sRsiRlRgis yang memiliki
implikasi ekRnRmi dan pRlitik yang terkait dengan jabaran beberapa teori. teori tersebut antara lain means-end scheme
yang di perkenalkan oleh Robert merton ini sebagai mana dikutip Handoyo (2009: 55) ini dinyatakan bahwa korupsi
merupakan suatu perilaku manusia yang diakibatkan oleh tekanan sosial, sehingga menyebabkan pelanggaran norma-norm