Anda di halaman 1dari 20

LEMBAR JAWABAN

MATA KULIAH KEWARGANEGARAAN TINDAK PIDANA KORUPSI


Dosen Pengampu: BARTHEL, SH

Dosen Pengampu:
Tomi Satalar, Ners., M.Kep.

Disusun oleh:

NAMA : AGUNG BAGUS PRIBADI


NIM : 2022-02-14201-002

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ALIH JENJANG S1 KEPERAWATAN ANGKATAN XI
T.A 2022/2023
LEMBAR JAWABAN
MATA KULIAH TINDAK PIDANA KORUPSI
JUM’AT 13 JANUARI 2023.

1. Coba saudara jelaskan mengapa materi Tindak Pidana Korupsi diberikan


kepada Mahasiswa Kesehatan S1 Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka
Raya ?
JAWABAN:
Pendidikan anti korupsi adalah pendidikan yang bertujuan untuk membangun
kepedulian warga negaranya khususnya kepada generasi muda terhadap
bahaya dari tindakan korupsi. Tujuan utama dari pendidikan anti korupsi
adalah memperlihatkan fenomena korupsi sampai dengan akibat dari korupsi
itu sendiri. Oleh karena itu, pendidikan anti korupsi merupakan pendidikan
penanaman nilai-nilai dasar untuk membentuk sifat anti korupsi dari setiap
mahasiswa.

Berdasarkan rumusan yang dibuat oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),


ada sembilan nilai dasar yang perlu ditanamkan melalui pendidikan
anti korupsi, yaitu kejujuran, adil, berani, sederhana, tanggung
jawab, disiplin, kerja keras, hemat dan mandiri. Selain untuk
menanamkan kesembilan nilai dasar tersebut, tujuan lainnya mempelajari
pendidikan anti korupsi adalah sebagai berikut :

a. Memahami Pengetahuan tentang Korupsi


Banyak hal yang dapat diketahui mengenai korupsi. Mulai dari kriteria,
penyebab, sampai dengan akibat perbuatan korupsi itu sendiri.
Mahasiswa diharapkan mendapatkan pengetahuan tersebut secara
menyeluruh agar mereka dapat mengenal perbuatan korupsi, dapat
membedakan kejahatan korupsi dengan kejahatan yang lainnya, dapat
membedakan mana perbuatan baik dan perbuatan buruk dan juga
dapat membuat pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam menilai
sesuatu. Dengan pertimbangan tersebut, mahasiswa dapat
menentukan perilaku yang akan dilakukan.

Mahasiswa juga diharapkan dapat mempunyai argumen yang jelas


terhadap perbuatan korupsi yang dianggap sebagai perbuatan yang
harus dihindari serta merugikan banyak pihak dan juga dapat menilai
perbuatan korupsi di sekitar lingkungan mereka.

b. Dapat Merubah Sikap


Memang tidak mudah untuk dapat merubah sikap yang telah dimiliki
sebelumnya. Apalagi jika sifat tersebut berlawanan dengan sifat
sebelumnya. Contohnya seperti jika sebelumnya tidak dapat
membiasakan hidup tepat waktu, berbuat curang pada saat ujian
sampai menyogok aparat penegak hukum pada saat melanggar lalu
lintas. Jika sikap tersebut telah berkelanjutan, maka akan terasa sulit
untuk mengubahnya dan tidak melakukan hal tersebut.

Dengan adanya pendidikan anti korupsi, sifat-sifat seperti itu perlu


untuk diubah sesuai dengan nilai-nilai dasar anti korupsi. Memang,
diperlukannya waktu untuk mengatasi hal ini karena ketika
menerapkan pengetahuan sifat-sifat anti korupsi ke dalam suatu
tindakan yang tidak biasa dilakukan membutuhkan waktu yang lama.

c. Dapat Mengembangkan Sikap


Dalam pengembangan sikap, pendidikan anti korupsi memberikan
perhatian yang cukup besar untuk pengembangan sikap mahasiswa.
Pendidikan anti korupsi bukanlah suatu aturan yang dibuat oleh orang
dan harus diikuti oleh orang lain karena korupsi adalah suatu
kejahatan yang dapat dihindari.

Pada dasarnya, pendidikan anti korupsi akan mengatur mahasiswa


agar dapat berperilaku sesuai dengan norma yang ada di dalam
masyarakat. Untuk mengembangkan sikap dari nilai dasar anti korupsi,
diperlukannya langkah yang dapat dilakukan, seperti melibatkan para
generasi muda secara langsung dalam aktifitas sosial di lingkungan
sekitar dan juga memberikan kesempatan untuk generasi muda
mengembangkan pemahaman yang mereka miliki.

2. Coba saudara jelaskan faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi


orang untuk melakukan tindak pidana korupsi ?
JAWABAN:
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi orang untuk melakukan tindak
pidana korupsi:
 Faktor Penyebab Internal :
a. Sifat serakah/tamak/rakus manusia
Keserakahan dan tamak adalah sifat yang membuat seseorang selalu
tidak merasa cukup atas apa yang dimiliki, selalu ingin lebih. Dengan
sifat tamak, seseorang menjadi berlebihan mencintai harta. Padahal
bisa jadi hartanya sudah banyak atau jabatannya sudah tinggi.
Dominannya sifat tamak membuat seseorang tidak lagi
memperhitungkan halal dan haram dalam mencari rezeki. Sifat ini
menjadikan korupsi adalah kejahatan yang dilakukan para
profesional, berjabatan tinggi, dan hidup berkecukupan.

b. Gaya hidup konsumtif


Sifat serakah ditambah gaya hidup yang konsumtif menjadi faktor
pendorong internal korupsi. Gaya hidup konsumtif misalnya membeli
barang-barang mewah dan mahal atau mengikuti tren kehidupan
perkotaan yang serba glamor. Korupsi bisa terjadi jika seseorang
melakukan gaya hidup konsumtif namun tidak diimbangi dengan
pendapatan yang memadai.

c. Moral yang lemah


Seseorang dengan moral yang lemah mudah tergoda untuk
melakukan korupsi. Aspek lemah moral misalnya lemahnya keimanan,
kejujuran, atau rasa malu melakukan tindakan korupsi. Jika moral
seseorang lemah, maka godaan korupsi yang datang akan sulit
ditepis. Godaan korupsi bisa berasal dari atasan, teman setingkat,
bawahan, atau pihak lain yang memberi kesempatan untuk
melakukannya.

 Faktor Penyebab Eksternal


a. Aspek Sosial
Kehidupan sosial seseorang berpengaruh dalam mendorong
terjadinya korupsi, terutama keluarga. Bukannya mengingatkan atau
memberi hukuman, keluarga malah justru mendukung seseorang
korupsi untuk memenuhi keserakahan mereka. Aspek sosial lainnya
adalah nilai dan budaya di masyarakat yang mendukung korupsi.
Misalnya, masyarakat hanya menghargai seseorang karena kekayaan
yang dimilikinya atau terbiasa memberikan gratifikasi kepada pejabat.

Dalam means-ends scheme yang diperkenalkan Robert Merton,


korupsi merupakan perilaku manusia yang diakibatkan oleh tekanan
sosial, sehingga menyebabkan pelanggaran norma-norma. Menurut
teori Merton, kondisi sosial di suatu tempat terlalu menekan sukses
ekonomi tapi membatasi kesempatan-kesempatan untuk
mencapainya, menyebabkan tingkat korupsi yang tinggi.

Teori korupsi akibat faktor sosial lainnya disampaikan oleh Edward


Banfeld. Melalui teori partikularisme, Banfeld mengaitkan korupsi
dengan tekanan keluarga. Sikap partikularisme merupakan perasaan
kewajiban untuk membantu dan membagi sumber pendapatan
kepada pribadi yang dekat dengan seseorang, seperti keluarga,
sahabat, kerabat atau kelompoknya. Akhirnya terjadilah nepotisme
yang bisa berujung pada korupsi.
b. Aspek Politik
Keyakinan bahwa politik untuk memperoleh keuntungan yang besar
menjadi faktor eksternal penyebab korupsi. Tujuan politik untuk
memperkaya diri pada akhirnya menciptakan money politics. Dengan
money politics, seseorang bisa memenangkan kontestasi dengan
membeli suara atau menyogok para pemilih atau anggota-anggota
partai politiknya.

Pejabat yang berkuasa dengan politik uang hanya ingin mendapatkan


harta, menggerus kewajiban utamanya yaitu mengabdi kepada
rakyat. Melalui perhitungan untung-rugi, pemimpin hasil money
politics tidak akan peduli nasib rakyat yang memilihnya, yang
terpenting baginya adalah bagaimana ongkos politiknya bisa kembali
dan berlipat ganda.

Balas jasa politik seperti jual beli suara di DPR atau dukungan partai
politik juga mendorong pejabat untuk korupsi. Dukungan partai politik
yang mengharuskan imbal jasa akhirnya memunculkan upeti politik.
Secara rutin, pejabat yang terpilih membayar upeti ke partai dalam
jumlah besar, memaksa korupsi.

c. Aspek Hukum
Hukum sebagai faktor penyebab korupsi bisa dilihat dari dua sisi, sisi
perundang-undangan dan lemahnya penegakan hukum. Koruptor
akan mencari celah di perundang-undangan untuk bisa melakukan
aksinya. Selain itu, penegakan hukum yang tidak bisa menimbulkan
efek jera akan membuat koruptor semakin berani dan korupsi terus
terjadi.

Hukum menjadi faktor penyebab korupsi jika banyak produk hukum


yang tidak jelas aturannya, pasal-pasalnya multitafsir, dan ada
kecenderungan hukum dibuat untuk menguntungkan pihak-pihak
tertentu. Sanksi yang tidak sebanding terhadap pelaku korupsi, terlalu
ringan atau tidak tepat sasaran, juga membuat para pelaku korupsi
tidak segan-segan menilap uang negara.

d. Aspek Ekonomi
Faktor ekonomi sering dianggap sebagai penyebab utama korupsi. Di
antaranya tingkat pendapatan atau gaji yang tak cukup untuk
memenuhi kebutuhan. Fakta juga menunjukkan bahwa korupsi tidak
dilakukan oleh mereka yang gajinya pas-pasan. Korupsi dalam jumlah
besar justru dilakukan oleh orang-orang kaya dan berpendidikan
tinggi.

Banyak kita lihat pemimpin daerah atau anggota DPR yang ditangkap
karena korupsi. Mereka korupsi bukan karena kekurangan harta, tapi
karena sifat serakah dan moral yang buruk.

Di negara dengan sistem ekonomi monopolistik, kekuasaan negara


dirangkai sedemikian rupa agar menciptakan kesempatan-
kesempatan ekonomi bagi pegawai pemerintah untuk meningkatkan
kepentingan mereka dan sekutunya. Kebijakan ekonomi
dikembangkan dengan cara yang tidak partisipatif, tidak transparan
dan tidak akuntabel.

e. Aspek Organisasi
Faktor eksternal penyebab korupsi lainnya adalah organisasi tempat
koruptor berada. Biasanya, organisasi ini memberi andil terjadinya
korupsi, karena membuka peluang atau kesempatan. Misalnya tidak
adanya teladan integritas dari pemimpin, kultur yang benar, kurang
memadainya sistem akuntabilitas, atau lemahnya sistem pengendalian
manajemen.
3. Coba saudara jelaskan upaya-upaya apa saja untuk dapat memberantas
supaya orang tidak melakukan tindak pidana korupsi ?
JAWABAN:
a. Strategi Preventif Upaya preventif adalah usaha pencegahan korupsi yang
diarahkan untuk meminimalisasi penyebab dan peluang seseorang
melakukan tindak korupsi.
Upaya preventif dapat dilakukan dengan:
1) Memperkuat Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR.
2) Memperkuat Mahkamah Agung dan jajaran peradilan di bawahnya.
3) Membangun kode etik di sektor publik.
4) Membangun kode etik di sektor partai politik, organisasi profesi, dan
asosiasi bisnis. Meneliti lebih jauh sebab-sebab perbuatan korupsi
secara berkelanjutan.
5) Penyempurnaan manajemen sumber daya manusia atau SDM dan
peningkatan kesejahteraan pegawai negeri.
6) Mewajibkan pembuatan perencanaan strategis dan laporan
akuntabilitas kinerja bagi instansi pemerintah.
7) Peningkatan kualitas penerapan sistem pengendalian manajemen.
8) Penyempurnaan manajemen barang kekayaan milik negara atau
BKMN
9) Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Kampanye untuk
menciptakan nilai atau value secara nasional.

b. Strategi Detektif Upaya detektif adalah usaha yang diarahkan untuk


mendeteksi terjadinya kasus-kasus korupsi dengan cepat, tepat, dan
biaya murah. Sehingga dapat segera ditindaklanjuti.
Berikut upaya detektif pencegahan korupsi:
1) Perbaikan sistem dan tindak lanjut atas pengaduan dari masyarakat.
Pemberlakuan kewajiban pelaporan transaksi keuangan tertentu.
2) Pelaporan kekayaan pribadi pemegang jabatan dan fungsi publik.
3) Partisipasi Indonesia pada gerakan anti korupsi dan anti pencucian
uang di kancah internasional.
4) Peningkatan kemampuan Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah
ata APFP dalam mendeteksi tindak pidana korupsi.

c. Strategi Represif Upaya represif adalah usaha yang diarahkan agar setiap
perbuatan korupsi yang telah diidentifikasi dapat diproses dengan cepat,
tepat, dan dengan biaya murah. Sehingga para pelakunya dapat segera
diberikan sanksi sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
Upaya represif dalam mencegah tindak pidana korupsi adalah:
1) Penguatan kapasitas badan atau komisi anti korupsi.
2) Penyelidikan, penuntutan, peradilan, dan penghukuman koruptor
besar dengan efek jera.
3) Penentuan jenis-jenis atau kelompok korupsi yang diprioritaskan
untuk diberantas.
4) Pemberlakuan konsep pembuktian terbalik.
5) Meneliti dan mengevaluasi proses penanganan perkara korupsi dalam
sistem peradilan pidana secara terus menerus.
6) Pemberlakuan sistem pemantauan proses penanganan tindak korupsi
secara terpadu.
7) Publikasi kasus-kasus tindak pidana korupsi beserta analisisnya.
8) Pengaturan kembali hubungan dan standar kerja antara tugas
penyidik tindak pidana korupsi dengan penyidik umum, penyidik
pegawai negeri sipil atau PPNS, dan penuntut umum.

4. Coba saudara jelaskan bentuk-bentuk tindak pidana korupsi beserta dengan


contoh-contohnya.
JAWABAN:
Korupsi diatur di dalam 13 pasal UU 31/1999 dan perubahannya yang
kemudian dirumuskan menjadi 30 jenis-jenis tindak pidana korupsi.
Ketigapuluh jenis tersebut disederhanakan ke dalam 7 kelompok tindak
pidana korupsi, yaitu korupsi yang terkait dengan kerugian keuangan negara,
suap-menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan, perbuatan curang,
benturan kepentingan dalam pengadaan, dan gratifikasi.

Bentuk-bentuk korupsi tersebut akan dijelaskan dalam pembahasan berikut.

a. Merugikan Keuangan Negara


Pengertian murni merugikan keuangan negara adalah suatu perbuatan
yang dilakukan oleh orang, Pegawai Negeri Sipil (“PNS”), dan
penyelenggara negara yang melawan hukum, menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan
atau kedudukan dengan melakukan tindak pidana

Jenis korupsi yang terkait dengan kerugian keuangan negara diatur di


dalam Pasal 2 dan Pasal 3 UU 31/1999 jo. Putusan MK No.
25/PUU-XIV/2016. Adapun unsur-unsur korupsi yang mengakibatkan
kerugian negara dalam kedua pasal tersebut adalah:

Pasal 2 UU 31/1999 jo. Putusan MK Pasal 3 UU 31/1999 jo. Putusan MK No.


No. 25/PUU-XIV/2016 25/PUU-XIV/2016
 Setiap orang;  Setiap orang;
 Memperkaya diri sendiri, orang  Dengan
lain atau suatu korporasi; tujuan menguntungkan diri sendiri
 Dengan cara melawan hukum; atau orang lain atau suatu
 Merugikan keuangan negara atau korporasi;
perekonomian negara.  Menyalahgunakan kewenangan,
kesempatan atau sarana;
   Yang ada padanya karena jabatan
atau kedudukan;
 Merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara

b. Suap-menyuap

Suap-menyuap adalah tindakan yang dilakukan pengguna jasa secara


aktif memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara dengan maksud agar urusannya lebih cepat, walau
melanggar prosedur. Suap-menyuap terjadi terjadi jika terjadi transaksi
atau kesepakatan antara kedua belah pihak.
Suap menyuap dapat terjadi kepada PNS, hakim maupun advokat, dan
dapat dilakukan antar pegawai ataupun pegawai dengan pihak luar. Suap
antar pegawai dilakukan guna memudahkan kenaikan pangkat atau
jabatan. Sementara suap dengan pihak luar dilakukan ketika pihak swasta
memberikan suap kepada pegawai pemerintah agar dimenangkan dalam
proses tender.

Korupsi yang terkait dengan suap menyuap diatur di dalam beberapa


pasal UU 31/1999 dan perubahannya, yaitu:
1) Pasal 5 UU 20/2021;
2) Pasal 6 UU 20/2021;
3) Pasal 11 UU 20/2021;
4) Pasal 12 huruf a, b, c, dan d UU 20/2021;
5) Pasal 13 UU 31/1999.

Contohnya Pasal 5 ayat (1) huruf a dan b UU 20/2001 dan Pasal


13 UU 31/1999 yang unsur-unsur pasalnya adalah sebagai berikut.

Pasal 5 ayat (1) huruf a UU Pasal 5 ayat (1) huruf b Pasal 13 UU 31/1999
20/2001 UU 20/2001
 Setiap orang;  Setiap orang;  Setiap orang;
 Memberi sesuatu atau  Memberi sesuatu;  Memberi hadiah
menjanjikan sesuatu;  Kepada pegawai atau janji;
 Kepada pegawai negeri atau negeri atau  Kepada pegawai
penyelenggara negara; penyelenggara negeri;
 Dengan maksud supaya negara;  Dengan mengingat
berbuat atau  Karena atau kekuasaan atau
tidak berbuat sesuatu dala berhubungan wewenang yang
m jabatannya sehingga dengan sesuatu melekat pada
bertentangan dengan yang bertentangan jabatan atau
kewajibannya. dengan kewajiban, kedudukannya atau
dilakukan atau oleh pemberi
tidak dilakukan hadiah/janji
dalam jabatannya dianggap, melekat
pada jabatan atau
kedudukan tersebut.

c. Penggelapan dalam Jabatan


Penggelapan dalam jabatan adalah tindakan dengan sengaja
menggelapkan uang atau surat berharga, melakukan pemalsuan buku-
buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi,
merobek dan menghancurkan barang bukti suap untuk melindungi
pemberi suap, dan lain-lain.

Adapun, ketentuan terkait penggelapan dalam jabatan diatur di dalam


Pasal 8 UU 20/2001, Pasal 9 UU 20/2001 serta Pasal 10 huruf a, b dan c
UU 20/2001.

Contoh penggelapan dalam jabatan yang diatur dalam Pasal 8 UU


20/2001 memiliki unsur-unsur sebagai berikut.

Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan dalam
menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk
sementara waktu;

Dengan sengaja; Menggelapkan atau membiarkan orang lain mengambil


atau membiarkan orang lain menggelapkan atau membantu dalam
melakukan perbuatan itu; Uang atau surat berharga; Yang disimpan
karena jabatannya.

Menurut R. Soesilo, penggelapan memiliki kemiripan dengan arti


pencurian. Bedanya dalam pencurian, barang yang dimiliki belum ada di
tangan pencuri. Sedangkan dalam penggelapan, barang sudah berada di
tangan pencuri waktu dimilikinya barang tersebut.

d. Pemerasan

Pemerasan adalah perbuatan dimana petugas layanan yang secara aktif


menawarkan jasa atau meminta imbalan kepada pengguna jasa untuk
mempercepat layanannya, walau melanggar prosedur. Pemerasan
memiliki unsur janji atau bertujuan menginginkan sesuatu dari pemberian
tersebut.

Pemerasan diatur dalam Pasal 12 huruf (e), (g), dan (h) UU 20/2001
memiliki unsur-unsur sebagai berikut.

Pasal 12 huruf e UU 20/2001 Pasal 12 huruf f UU Pasal 12 huruf g UU


20/2001 20/2001
 Pegawai negeri atau  Pegawai negeri atau  Pegawai negeri atau
penyelenggara negara penyelenggara penyelenggara
 Dengan maksud negara; negara;
menguntungkan diri  Pada waktu  Pada waktu
sendiri atau orang lain; menjalankan tugas; menjalankan tugas;
 Secara melawan  Meminta atau  Meminta,
hukum; menerima pekerjaan, menerima, atau
 Memaksa seseorang atau penyerahan memotong
memberikan sesuatu, barang; pembayaran;
membaya, atau  Seolah-olah  Kepada pegawai
menerima pembayaran merupakan utang negeri/penyelengga
dengan potongan, atau kepada dirinya; ra negara yang lain
untuk mengerjakan  Diketahuinya bahwa atau kepada kas
sesuai bagi dirinya; hal tersebut bukan umum;
 Menyalahgunakan merupakan utang.  Seolah-olah
kekuasaan. pegawai
negeri/penyelengga
ra negara yang lain
atau kepada kas
umum mempunyai
utang kepadanya;
 Diketahuinya
bahwa hal tersebut
bukan merupakan
utang.
e. Perbuatan Curang

Perbuatan curang dilakukan dengan sengaja untuk kepentingan pribadi


yang dapat membahayakan orang lain. Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) UU
20/2001 seseorang yang melakukan perbuatan curang diancam pidana
penjara paling singkat 2 tahun dan paling lama tahun dan/atau pidana
denda paling sedikit Rp100 juta dan paling banyak Rp350 juta.
Berdasarkan pasal tersebut, berikut adalah contoh perbuatan curang:

pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau


penjual bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan
bangunan, melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan
keamanan orang atau barang, atau keselamatan negara dalam keadaan
perang;

setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan


bahan bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang di atas;

setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan Tentara


Nasional Indonesia (“TNI”) dan atau kepolisian melakukan perbuatan
curang yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam keadaan
perang; atau

setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan TNI


dan atau kepolisian dengan sengaja membiarkan perbuatan curang di
atas.

f. Benturan Kepentingan dalam Pengadaan

Contoh dari benturan kepentingan dalam pengadaan berdasarkan Pasal


12 huruf (i) UU 20/2001 adalah ketika pegawai negeri atau
penyelenggara negara secara langsung ataupun tidak langsung, dengan
sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan atau persewaan
padahal ia ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya.

Misalnya, dalam pengadaan alat tulis kantor, seorang pegawai


pemerintahan menyertakan perusahaan keluarganya untuk terlibat proses
tender dan mengupayakan kemenangannya.

g. Gratifikasi

Berdasarkan Pasal 12B ayat (1) UU 20/2001, setiap gratifikasi kepada


pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap,
apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan
kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan:

Yang nilainya Rp10 juta atau lebih, maka pembuktian bahwa gratifikasi
tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi;

Yang nilainya kurang dari Rp10 juta, maka pembuktian bahwa gratifikasi
tersebut suap dibuktikan oleh penuntut umum.

Adapun sanksi pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara


yang menerima gratifikasi sebagaimana tersebut di atas, adalah pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 tahun dan
paling lama 20 tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp200 juta dan
paling banyak Rp1 miliar.

Namun demikian, perlu Anda catat bahwa apabila penerima melaporkan


gratifikasi kepada KPK paling lambat 30 hari kerja sejak tanggal gratifikasi
diterima, maka sanksi atau ancaman pidana terkait gratifikasi tidak
berlaku.

5. Coba saudara jelaskan apa saja peran mahasiswa dalam upaya


memberantas tindak pidana korupsi?
Berikut adalah peran mahasiswa dalam pemberantasan korupsi :

a. Moralitas
Sebagai generasi penerus bangsa, mahasiswa diharapkan memiliki
kemampuan interpersonal yang lebih tinggi sehingga memiliki moral, rasa
peduli dan rasa bertanggung jawab untuk turut memajukan Negara
Indonesia dengan memberantas korupsi. Mahasiswa yang menyelesaikan
pendidikannya cenderung memiliki tenggang rasa yang lebih baik
terhadap Negara dan masyarakat sekitarnya dan cenderung benci
terhadap tindakan korupsi.

b. Identifikasi korupsi
Mahasiswa fakultas tertentu (khususnya hukum dan ekonomi) memiliki
kemampuan untuk mengidentifikasi dan menganalisa suatu tindakan
korupsi lebih baik daripada masyarakat pada umumnya. Mahasiswa
memiliki pengetahuan mengenai standar standar identifikasi dan analisis
korupsi dari segi finansial maupun hukum. Dengan kemampuan ini
mahasiswa diharapkan dapat memperbaiki kualitas penegakkan hukum di
Indonesia.

c. Pelaporan
Seorang mahasiswa yang telah mengidentifikasi adanya tindakan korupsi
oleh suatu entitas, cenderung berhasil melaporkan tindakan korupsi
tersebut kepada pemerintah karena mahasiswa dianggap memiliki suara
yang lebih didengarkan oleh pemerintah dan mampu menekan
pemerintah. Selain itu mahasiswa cenderung lebih berani untuk
melaporkan tindakan korupsi tersebut karena mereka memiliki
pengetahuan akan prosedur dan langkah hukum untuk melaporkan suatu
tindakan korupsi.

d. Generasi masa depan


Ketika mahasiswa yang memiliki moralitas tinggi dan memiliki
kemampuan interpersonal tinggi naik dan menggantikan generasi
sekarang yang dianggap penuh dengan koruptor, Tindakan korupsi
diharapkan dapat ditekan bahkan dihapuskan karena adanya kesadaran
dalam diri mahasiswa untuk turut memajukan Negara dengan tidak
melakukan korupsi.

Kualitas kualitas professional maupun interpersonal yang ditanamkan


pada mahasiswa saat ini diharapkan mampu untuk memberantas korupsi
yang terus menggerogoti Negara Indonesia. Dengan artikel peran
mahasiswa dalam pemberantasan korupsi ini, kami harapkan anda dapat
lebih mengerti pentingnya pendidikan bukan hanya untuk memperoleh
hard skill, namun juga untuk mendapatkan kemampuan interpersonal dan
moralitas yang lebih baik.

6. Nilai-nilai apa saja yang dibutuhkan dalam gerakan anti korupsi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara . Coba saudara jelaskan ?
JAWABAN:
Dalam berbagai buku dan pembahasan disebutkan bahwa nilai-nilai yang
dibutuhkan dalam gerakan anti korupsi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara berjumlah 9 buah, yaitu :
a. Kejujuran
Kejujuran berasal dari kata jujur yang dapat di definisikan sebagai sebuah
tindakan maupun ucapan yang lurus, tidak berbohong dan tidak curang.
Bagi seorang mahasiswa kejujuran sangat penting dan dapat diwujudkan
dalam bentuk tidak melakukan kecurangan akademik, misalnya tidak
mencontek, tidak melakukan plagiarisme dan tidak memalsukan nilai.
Lebih luas, contoh kejujuran secara umum dimasyarakat ialah dengan
selalu berkata jujur, jujur dalam menunaikan tugas dan kewajiban,
misalnya sebagai seorang aparat penegak hukum ataupun sebagai
masyarakat umum dengan membaya pajak.

b. Kepedulian
Arti kata peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan
menghiraukan. Rasa kepedulian dapat dilakukan terhadap lingkungan
sekitar dan berbagai hal yang berkembang didalamnya.Nilai kepedulian
sebagai mahasiswa dapat diwujudkan dengan berusaha memantau
jalannya proses pembelajaran, memantau sistem pengelolaan sumber
daya dikampus serta memantau kondisi infrastruktur di kampus. Selain
itu, secara umum sebagai masyarakat dapat diwujudkan dengan peduli
terhadap sesama seperti dengan turut membantu jika terjadi bencana
alam, serta turut membantu meningkatkan lingkungan sekitar tempat
tinggal maupun di lingkungan tempat bekerja baik dari sisi lingkungan
alam maupun sosial terhadap individu dan kelompok lain.

c. Kemandirian
Di dalam beberapa buku pembelajaran, dikatakan bahwa mandiri berarti
dapat berdiri diatas kaki sendiri, artinya tidak banyak bergantung kepada
orang lain dalam berbagai hal. Kemandirian dianggap sebagai suatu hal
yang penting harus dimiliki oleh seorang pemimpin, karena tampa
kemandirian seseorang tidak akan mampu memimpin orang lain.

d. Kedisiplinan
Definisi dari kata disiplin ialah ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan.
Sebaliknya untuk mengatur kehidupan manusia memerlukan hidup yang
disiplin. Manfaat dari disiplin ialah seseorang dapat mencpai tujuan
dengan waktu yang lebih efisien. Kedisiplinan memiliki dampak yang
sama dngan nilai-nilai antikorupsi lainnya yaitu dapat menumbuhkan
kepercayaan dari orang lain dalam berbagai hal.

e. Tanggung Jawab
Kata tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala
sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan dan
diperkarakan). Seseorang yang memiliki tanggung jawab akan memiliki
kecenderungan menyelesaikan tugas dengan lebih baik. Seseorang yang
dapat menunaikan tanggung jawabnya sekecil apa-pun itu dengan baik
akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain.

f. Kerja Keras
Kerja keras didasari dengan adanya kemauan. Di dalam kemauan
terkandung ketekadan, ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendirian
keberanian, ketabahan, keteguhan dan pantang mundur. Bekerja keras
merupakan hal yang penting guna tercapainya hasil yang sesuai dengan
target. Akan tetapi bekerja keras akan menjadi tidak berguna jika tanpa
adanya pengetahuan.

g. Kesederhanaan
Gaya hidup merupakan suatu hal yang sangat penting bagi interaksi
dengan masyarakat disekitar. Dengan gaya hidup yang sederhana
manusia dibiasakan untuk tidak hidup boros, tidak sesuai dengan
kemampuannya. Dengan gaya hidup yang sederhana, seseorang juga
dibina untuk memprioritaskan kebutuhan diatas keinginannya.

h. Keberanian
Keberanian dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan dan
membela kebenaran, berani mengakui kesalahan, berani bertanggung
jawab, dan sebagainya. Keberanian sangat diperlukan untuk mencapai
kesuksesan dan keberanian akan semakin matang jika diiringi dengan
keyakinan, serta keyakinan akan semakin kuat jika pengetahuannya juga
kuat.

i. Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat sebelah dan
tidak memihak. Keadilan dari sudut pandang bangsa Indonesia disebut
juga keadilan sosial, secara jelas dicantumkan dalam pancasila sila ke-2
dan ke-5, serta UUD 1945. Keadilan adalah penilaian dengan memberikan
kepada siapapun sesuai dengan apa yang menjadi haknya, yakni dengan
bertindak proposional dan tidak melanggar hukum

7. Bagaimana pendapat saudara, mungkinkah korupsi itu dapat diberantas ?


JAWABAN:
Di negara kita korupsi telah mendarah daging dan menjadi budaya dalam
masyarakat yang sulit dihilangkan. Namun demikian kita harus berupaya
untuk memeranginya. Faktor-faktor yang mempengaruhi budaya korupsi di
Indonesia antara lain: pertama, faktor mentalitas yaitu budaya korupsi telah
mengakar kuat di kehidupan sehari-hari. Mental korup ini harus diperbaiki
agar bangsa ini menjadi bangsa yang maju. Pendidikan karakter menjadi
sangat fundamental untuk generasi penerus dan memerangi mental korupsi
ini. Kedua, faktor birokrasi yaitu birokrasi yang masih mempunyai budaya
kerja koruptif. Budaya kerja koruptif yaitu budaya kerja yang melegalkan atau
menggangap biasa terjadinya penyimpangan, penyelewengan, manipulasi,
dan pelanggaran norma dan aturan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai