Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI


MATA KULIAH:
PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI
DOSEN:
APRILIA WIDYA MANDEY, S.H., S.S., M.H.
DISUSUN OLEH:
FELANIA GLORIA EMOR
NIM:
2214201054
KELAS:
A2 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN
ILMU KEPERAWATAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
kasihnya-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang “Pendidikan Budaya Anti Korupsi”.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata
bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Kami berharap semoga karya ilmiah yang
kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I (PENDAHULUAN)
BAB I
PENDAHULUA
1 Latar Belakang

Korupsi merupakan ancaman global di dunia dikarenakan adanya penyalahgunaan kekuasaan oleh
pemerintah atau pihak-pihak terkait untuk kepentingan pribadi yang sangat merugikan. Indonesia merupakan
negara yang identik dengan tindakan korupsi , hal ini disebabkan karena buruknya moral para pemimpin
bangsa yang melakukan penyimpangan terhadap kepercayaan masyarakat. Tindakan korupsi dirasakan
semakin buruk di negara kita ini, maka dari itu banyak dilakukan upaya-upaya pemberantasan korupsi tetapi
faktanya masih banyak ditemukan para pejabat yang melakukan tindakan tersebut. Salah satu upaya yang
memang sedang gencar- gencarnya dilakukanadalah melalui pendidikan, hal ini mengarah pada pokok
pembahasan kita yaitu “Pendidikan Anti Korupsi”.

2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan hal- hal sebagai berikut :
1. Apa latar belakang pendidikan anti korupsi
2. Definisi dari korupsi
3. Pemberantasan korupsi di indonesia
4. Pendidikan anti korupsi
5. Bagaimana strategi pemberantasan korupsi di indonesia
3. Tujuan
Setelah memahami latar belakang diatas kita dapat memperoleh tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui latar belakang pendidikan anti korupsi
2. Mengetahui definisi korupsi
3. Mengetahui pemberantasan korupsi di indonesia
4. Mengetahui pendidikan anti korupsi
5. Mengetahui strategi pemberantasan korupsi di indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

a) Pengertian Pendidikan Anti Korupsi


Pendidikan anti korupsi adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses belajar mengajar
yang kritis terhadap nilai-nilai anti korupsi. Dalam proses tersebut, maka Pendidikan Anti korupsi bukan
sekedar media bagi transfer pengalihan pengetahuan (kognitif) namun juga menekankan pada upaya
pembentukan karakter (afektif) dan kesadaran moral dalam melakukan perlawanan (psikomotorik) terhadap
penyimpangan perilaku korupsi.
Dasar Pemikiran Pendidikan Anti Korupsi :
1. Realitas dan praktek korupsi di Indonesia sudah sangat akut, maka masalah tidak bisa diselesaikan
hanya melalui penegakan hukum.
2. Menurut Paulo Freire, pendidikan mesti menjadi jalan menuju pembebasan permanen agar manusia
menjadi sadar (disadarkan) tentang penindasan yang menimpanya, dan perlu melakukan aksi-aksi
budaya yang membebaskannya.
3. Perlawanan masyarakat terhadap korupsi masih sangat rendah (jalur penyelenggaraan Pendidikan
Antikorupsi selama ini tidak ada).
Latar Belakang Pendidikan Anti Korupsi
1. Praktek korupsi di Indonesia telah terjadi sejak masa kerajaan di wilayah nusantara, bahkan telah
tersistematisasi mulai pada masa VOC dan pemerintahan HindiaBelanda
2. Secara faktual persoalan korupsi di Indonesia, dikatakan telah sampai pada titik kulminasi yang akut
(tidak hanya mewabah di kultur dan struktur birokrasi pemerintah) juga menjadi fenomena multi
dimensional (telah menggerogoti sendi-sendi kehidupan sosial dan kultural).
3. Pergeseran pola hidup masyarakat yang tadinya menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual mulai bergeser
pada nilai-nilai materialistis dan konsumerisme.
4. Korupsi = extra ordinary crime (Upaya menjadikan “musuh bersama / commonenemy” belum
menjadi bagian dari gerakan moral bangsa Karena itu pemberantasan korupsi harus dijadikan sebagai
collective ethics movement).

b) Ciri - ciri korupsi sebagai suatu pengkhianatan terhadap kepercayaan

1. Usaha untuk memperoleh keuntungan dengan


mengatasnamakan suatu lembaga tertentu seperti penipuan
memperoleh hadiah undian dari suatu perusahaan, padahal
perusahaan yang sesungguhnya tidak menyelenggarakan
undian
2. Mengalihkan anggaran keuangan yang semestinya untuk
kegiatan sosial ternyata digunakan untuk kegiatan
kampanye partai politik.
3. Seseorang yang diberikan amanah seperti seorang pemimpin yang
menyalahgunakan wewenangnya untuk kepentingan pribadi, golongan,
atau kelompoknya.
4. Korupsi biasanya dilakukan secara tersembunyi untuk menghilangkan jejak
penyimpangan yang dilakukannya.
5. Pemberian suap pada kasus yang melibatkan petinggi Makamah Konstitusi
bertujuan memengaruhi keputusannya

Faktor Penyebab Korupsi


Faktor penyebab korupsi bisa bermacam-macam, ada yang berasal dari internal dan ada juga yang berasal
dari lingkup eksternal. Faktor penyebab korupsi internal dan eksternal ini perlu diketahui oleh setiap
masyarakat. Mengetahui faktor penyebab korupsi internal dan eksternal juga menjadi pengingat untuk
masyarakat agar tidak terjebak dalam praktik korupsi.
-Sifat Tamak dari Manusia

Faktor penyebab korupsi internal dan eksternal yang pertama adalah karena sifat tamak yang
dimiliki oleh manusia. Sifat tamak ini tergolong penyebab internal. Umumnya, pelaku korupsi
adalah pejabat atau para petinggi yang sudah memiliki banyak kekayaan. Namun, sifat tamak dan
rakus memunculkan hasrat besar untuk memperkaya diri sendiri.

-Gaya Hidup

Faktor penyebab korupsi internal dan eksternal yang kedua yaitu karena gaya hidup yang konsumtif.
Menjalani hidup di kota-kota besar biasanya akan mendorong gaya hidup seseorang menjadi lebih
konsumtif. Sayangnya, gaya hidup ini seringkali tidak seimbang dengan apa yang mereka miliki.
Pendapatan yang tidak dapat mendukung gaya hidup konsumtif akan mendorong seseorang
melakukan apa saja untuk memenuhi keinginannya. Salah satunya adalah dengan tindakan korupsi.

-Moral yang Lemah

karena moral yang dimiliki lemah. Orang yang memiliki moral yang tidak kuat atau lemah, cenderung
mudah terpengaruh untuk melakukan tindakan korupsi. Pengaruh-pengaruh ini bisa datang dari atasan,
teman kerja, atau pihak mana pun yang memberi kesempatan untuk melakukan korupsi.

-Dorongan Keluarga

Sangat disayangkan jika tindakan korupsi seseorang justru karena dorongan dari keluarga.Kaum behavioris
mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan dorongan pada seseorang untuk
melakukan korupsi. Dorongan ini bahkan bisa mengalahkan sifat baik dari orang yang sudah menjadi traits
pribadinya. Lingkungan yang seharusnya mengarahkan dan membangun moral yang baik, justru mendukung
seseorang ketika ia menyalahgunakan kekuasaannya.

-Aspek Ekonomi

Dalam perjalanan hidup seseorang, ada kalanya mereka mengalami situasi yang mendesak yang berkaitan
dengan ekonomi.
-Aspek Politis

Menurut Rahardjo (1983), kontrol sosial adalah suatu proses yang dilakukan untuk mempengaruhi orang-
orang agar bertingkah laku sesuai dengan harapan masyarakat. Kontrol sosial tersebut dijalankan dengan
menggerakkan berbagai aktivitas yang melibatkan penggunaan kekuasaan negara sebagai suatu lembaga
yang diorganisasikan secara politik, melalui lembaga-lembaga yang dibentuknya. Dengan demikian
instabilitas politik, kepentingan politis, meraih dan mempertahankan kekuasaan sangat berpotensi untuk
menyebabkan perilaku korupsi.

Tujuan Pelaksanaan Pendidikan Anti Korupsi di Lembaga Pendidikan

Pendidikan karakter anti korupsi di lembaga pendidikan dilakukan dengan dua tahapan awal yakni dengan
menentukan ruang dan target pembelajaran yang hendak dicapai, lalu selanjutnya dibuat kurikulum yang
sesuai untuk mencapai target-target tersebut.

Berikut ini tujuan pelaksanaan pendidikan anti korupsi yang dilakukan lembaga pendidikan:

1. Pembentukan Karakter Anti Korupsi Sesuai dengan Tahap Perkembangan Anak

Pembentukan karakter anti korupsi yang dilakukan oleh lembaga pendidikan mengikuti perkembangan usia
anak mulai dari jenjang PAUD, SD hingga Perguruan Tinggi. Pelaksanaan kurikulum yang dijalankan
disesuaikan dengan target pembentukan yang hendak dicapai di setiap jenjang pendidikan tersebut.

Pola kurikulum yang diajarkan disesuaikan dengan tahap perkembangan usia anak sehingga lebih mudah
diterima dan diaplikasikan.

2. Penanaman Pendidikan Anti Korupsi untuk Jangka Panjang

Salah satu pola pengajaran pendidikan anti korupsi yang dilakukan adalah jangka panjang.

Kondisi yang sudah sangat parah tidak bisa diatasi dalam waktu sehari, dua hari atau satu tahun saja, tetapi
harus dilakukan bertahun-tahun, bahkan bisa jadi seumur dengan usia seseorang. Tradisi yang sudah sangat
akut membudaya di masyarakat harus dipahamkan sejak dini.

Lembaga pendidikan menaungi pendidikan sejak usia dini hingga selevel profesor doktor. Maka sangat tepat
jika di lembaga pendidikan diajarkan pendidikan anti korupsi sebagai pembelajaran seumur hidup yang
perlu diberikan kepada generasi Indonesia.
Bukan hanya anak-anak, tetapi orang tua juga penting mendapatkan pembelajaran ini.

3. Menanamkan Nilai-Nilai Anti Korupsi pada Generasi Muda

Ada 9 nilai anti korupsi yang penting diajarkan kepada peserta didik untuk membantu membentengi dari
sikap korupsi. Sikap-sikap tersebut di antaranya kejujuran, tanggung jawab, kesederhanaan, kepedulian,
kemandirian, disiplin, keadilan, kerja keras, dan keberanian.

Bagi lembaga pendidikan mungkin membutuhkan anggaran pembiayaan untuk pelaksanaan program-
program pendidikan anti korupsi di sekolahnya.

Jangan khawatir, Pintek sebagai lembaga pemberi pinjaman dana pendidikan siap mendukung program
pengajaran pendidikan anti korupsi di berbagai lembaga pendidikan Indonesia.
Dukung generasi muda Indonesia untuk jauh dari tradisi kolonial yang sudah membudaya tersebut. Lembaga
pendidikan perlu serius mengawal hal ini, menjadi contoh dan menjadi lokomotif perubahan yang cepat bagi
pemutusan mata rantai tradisi buruk korupsi.

Pintek memberikan dukungan yang nyata untuk pelaksanaan pendidikan anti korupsi di semua jenjang
pendidikan.
BAB III
PENUTUP
3. KESIMPULAN
Korupsi pada dasarnya ada disekeliling kita, mungkin terkadang kita tidak menyadari itu. Korupsi bisa
terjadi dirumah, sekolah, masyarakat, maupun diintansi tertinggi dan dalam pemerintahan. Korupsi adalah
suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang secara langsung merugikan negara atau perekonomian
negara. Jadi, unsur dalam perbuatan korupsi meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan
menggunakan kedudukannya dan aspek penggunaan uang negara untuk kepentingannya. Adapun
penyebabnya antara lain, adanya kesempatan untuk melalukan tindakan korupsi, pencegahan yang gagal,
kelemahan dalam sistem penegakan hukum, integritas penegak hukum yang belum konsisten, penegakan
hukum yang terkesan kurang tegas, hukuman yang ringan terhadap tersangka korupsi, dan kesadaran dari
tiap individu akan bahaya dan dampak yang ditimbulkan akibat tindakan korupsi. Dampak korupsi dapat
terjadi di berbagai bidang diantaranya, bidang demokrasi, ekonomi, pendidikan dan kesejahteraan negara.
Dibutuhkan kesadaran berfikir dari tiap individu akan bahaya dan dampak dari tindakan korupsi dimulai dari
lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan dan lingkungan sosial. Peran aktif mahasiswa dalam
pencegahan dan sosialisasi pendidikan anti korupsi yang harus digiatkan sejak dini agar kesadaran akan
bahaya dan dampak dari korupsi bisa dicegah sejak awal.
3. SARAN
1. Diharapkan setelah membaca makalah ini mampu mengaplikasikannya di dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Memiliki sifat takut dalam melakukan korupsi.
3. Peran aktif para mahasiswa dalam sosialisasi bahaya anti korupsi di lingkungan pendidikan
4. Berusaha bersikap jujur didalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
5. Mengetahui dampak terjadinya korupsi dan dampak yang ditimbulkan.

Anda mungkin juga menyukai