FAKULTAS KEPERAWATAN
ILMU KEPERAWATAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
kasihnya-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang “Pendidikan Budaya Anti Korupsi”.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata
bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Kami berharap semoga karya ilmiah yang
kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I (PENDAHULUAN)
BAB I
PENDAHULUA
1 Latar Belakang
Korupsi merupakan ancaman global di dunia dikarenakan adanya penyalahgunaan kekuasaan oleh
pemerintah atau pihak-pihak terkait untuk kepentingan pribadi yang sangat merugikan. Indonesia merupakan
negara yang identik dengan tindakan korupsi , hal ini disebabkan karena buruknya moral para pemimpin
bangsa yang melakukan penyimpangan terhadap kepercayaan masyarakat. Tindakan korupsi dirasakan
semakin buruk di negara kita ini, maka dari itu banyak dilakukan upaya-upaya pemberantasan korupsi tetapi
faktanya masih banyak ditemukan para pejabat yang melakukan tindakan tersebut. Salah satu upaya yang
memang sedang gencar- gencarnya dilakukanadalah melalui pendidikan, hal ini mengarah pada pokok
pembahasan kita yaitu “Pendidikan Anti Korupsi”.
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan hal- hal sebagai berikut :
1. Apa latar belakang pendidikan anti korupsi
2. Definisi dari korupsi
3. Pemberantasan korupsi di indonesia
4. Pendidikan anti korupsi
5. Bagaimana strategi pemberantasan korupsi di indonesia
3. Tujuan
Setelah memahami latar belakang diatas kita dapat memperoleh tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui latar belakang pendidikan anti korupsi
2. Mengetahui definisi korupsi
3. Mengetahui pemberantasan korupsi di indonesia
4. Mengetahui pendidikan anti korupsi
5. Mengetahui strategi pemberantasan korupsi di indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Faktor penyebab korupsi internal dan eksternal yang pertama adalah karena sifat tamak yang
dimiliki oleh manusia. Sifat tamak ini tergolong penyebab internal. Umumnya, pelaku korupsi
adalah pejabat atau para petinggi yang sudah memiliki banyak kekayaan. Namun, sifat tamak dan
rakus memunculkan hasrat besar untuk memperkaya diri sendiri.
-Gaya Hidup
Faktor penyebab korupsi internal dan eksternal yang kedua yaitu karena gaya hidup yang konsumtif.
Menjalani hidup di kota-kota besar biasanya akan mendorong gaya hidup seseorang menjadi lebih
konsumtif. Sayangnya, gaya hidup ini seringkali tidak seimbang dengan apa yang mereka miliki.
Pendapatan yang tidak dapat mendukung gaya hidup konsumtif akan mendorong seseorang
melakukan apa saja untuk memenuhi keinginannya. Salah satunya adalah dengan tindakan korupsi.
karena moral yang dimiliki lemah. Orang yang memiliki moral yang tidak kuat atau lemah, cenderung
mudah terpengaruh untuk melakukan tindakan korupsi. Pengaruh-pengaruh ini bisa datang dari atasan,
teman kerja, atau pihak mana pun yang memberi kesempatan untuk melakukan korupsi.
-Dorongan Keluarga
Sangat disayangkan jika tindakan korupsi seseorang justru karena dorongan dari keluarga.Kaum behavioris
mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan dorongan pada seseorang untuk
melakukan korupsi. Dorongan ini bahkan bisa mengalahkan sifat baik dari orang yang sudah menjadi traits
pribadinya. Lingkungan yang seharusnya mengarahkan dan membangun moral yang baik, justru mendukung
seseorang ketika ia menyalahgunakan kekuasaannya.
-Aspek Ekonomi
Dalam perjalanan hidup seseorang, ada kalanya mereka mengalami situasi yang mendesak yang berkaitan
dengan ekonomi.
-Aspek Politis
Menurut Rahardjo (1983), kontrol sosial adalah suatu proses yang dilakukan untuk mempengaruhi orang-
orang agar bertingkah laku sesuai dengan harapan masyarakat. Kontrol sosial tersebut dijalankan dengan
menggerakkan berbagai aktivitas yang melibatkan penggunaan kekuasaan negara sebagai suatu lembaga
yang diorganisasikan secara politik, melalui lembaga-lembaga yang dibentuknya. Dengan demikian
instabilitas politik, kepentingan politis, meraih dan mempertahankan kekuasaan sangat berpotensi untuk
menyebabkan perilaku korupsi.
Pendidikan karakter anti korupsi di lembaga pendidikan dilakukan dengan dua tahapan awal yakni dengan
menentukan ruang dan target pembelajaran yang hendak dicapai, lalu selanjutnya dibuat kurikulum yang
sesuai untuk mencapai target-target tersebut.
Berikut ini tujuan pelaksanaan pendidikan anti korupsi yang dilakukan lembaga pendidikan:
Pembentukan karakter anti korupsi yang dilakukan oleh lembaga pendidikan mengikuti perkembangan usia
anak mulai dari jenjang PAUD, SD hingga Perguruan Tinggi. Pelaksanaan kurikulum yang dijalankan
disesuaikan dengan target pembentukan yang hendak dicapai di setiap jenjang pendidikan tersebut.
Pola kurikulum yang diajarkan disesuaikan dengan tahap perkembangan usia anak sehingga lebih mudah
diterima dan diaplikasikan.
Salah satu pola pengajaran pendidikan anti korupsi yang dilakukan adalah jangka panjang.
Kondisi yang sudah sangat parah tidak bisa diatasi dalam waktu sehari, dua hari atau satu tahun saja, tetapi
harus dilakukan bertahun-tahun, bahkan bisa jadi seumur dengan usia seseorang. Tradisi yang sudah sangat
akut membudaya di masyarakat harus dipahamkan sejak dini.
Lembaga pendidikan menaungi pendidikan sejak usia dini hingga selevel profesor doktor. Maka sangat tepat
jika di lembaga pendidikan diajarkan pendidikan anti korupsi sebagai pembelajaran seumur hidup yang
perlu diberikan kepada generasi Indonesia.
Bukan hanya anak-anak, tetapi orang tua juga penting mendapatkan pembelajaran ini.
Ada 9 nilai anti korupsi yang penting diajarkan kepada peserta didik untuk membantu membentengi dari
sikap korupsi. Sikap-sikap tersebut di antaranya kejujuran, tanggung jawab, kesederhanaan, kepedulian,
kemandirian, disiplin, keadilan, kerja keras, dan keberanian.
Bagi lembaga pendidikan mungkin membutuhkan anggaran pembiayaan untuk pelaksanaan program-
program pendidikan anti korupsi di sekolahnya.
Jangan khawatir, Pintek sebagai lembaga pemberi pinjaman dana pendidikan siap mendukung program
pengajaran pendidikan anti korupsi di berbagai lembaga pendidikan Indonesia.
Dukung generasi muda Indonesia untuk jauh dari tradisi kolonial yang sudah membudaya tersebut. Lembaga
pendidikan perlu serius mengawal hal ini, menjadi contoh dan menjadi lokomotif perubahan yang cepat bagi
pemutusan mata rantai tradisi buruk korupsi.
Pintek memberikan dukungan yang nyata untuk pelaksanaan pendidikan anti korupsi di semua jenjang
pendidikan.
BAB III
PENUTUP
3. KESIMPULAN
Korupsi pada dasarnya ada disekeliling kita, mungkin terkadang kita tidak menyadari itu. Korupsi bisa
terjadi dirumah, sekolah, masyarakat, maupun diintansi tertinggi dan dalam pemerintahan. Korupsi adalah
suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang secara langsung merugikan negara atau perekonomian
negara. Jadi, unsur dalam perbuatan korupsi meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan
menggunakan kedudukannya dan aspek penggunaan uang negara untuk kepentingannya. Adapun
penyebabnya antara lain, adanya kesempatan untuk melalukan tindakan korupsi, pencegahan yang gagal,
kelemahan dalam sistem penegakan hukum, integritas penegak hukum yang belum konsisten, penegakan
hukum yang terkesan kurang tegas, hukuman yang ringan terhadap tersangka korupsi, dan kesadaran dari
tiap individu akan bahaya dan dampak yang ditimbulkan akibat tindakan korupsi. Dampak korupsi dapat
terjadi di berbagai bidang diantaranya, bidang demokrasi, ekonomi, pendidikan dan kesejahteraan negara.
Dibutuhkan kesadaran berfikir dari tiap individu akan bahaya dan dampak dari tindakan korupsi dimulai dari
lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan dan lingkungan sosial. Peran aktif mahasiswa dalam
pencegahan dan sosialisasi pendidikan anti korupsi yang harus digiatkan sejak dini agar kesadaran akan
bahaya dan dampak dari korupsi bisa dicegah sejak awal.
3. SARAN
1. Diharapkan setelah membaca makalah ini mampu mengaplikasikannya di dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Memiliki sifat takut dalam melakukan korupsi.
3. Peran aktif para mahasiswa dalam sosialisasi bahaya anti korupsi di lingkungan pendidikan
4. Berusaha bersikap jujur didalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
5. Mengetahui dampak terjadinya korupsi dan dampak yang ditimbulkan.