Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan dan perkembangan pendidikan sejalan dengan ilmu


pengetahuan dan teknologi, sehingga perubahan akhlak pada anak sangat
dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan
pendidikan akhlak pada anak sebaiknya dilakukan sedini mungkin sebagai
bekal khusus bagi dirinya, umunya bagi keluarga,masyarakat, bangsa dan
agama. Betapa banyak faktor penyebab terjadinya kenalakan pada anak-anak
yang dapat menyeret mereka pada dekadensi moral dan pendidikan yang
buruk dalam masyarakat, dan kenyataan kehidupan yang pahit penuh dengan
“kegiatan”, betapa banyak sumber kejahatan dan kerusakan yang menyeret
mereka dari berbagai sudut dan tempat berpijak. Oleh karena itu, jika para
pendidik tidak dapat memikul tanggung jawab dan amanat yang diberikan
pada mereka, dan pula tidak mengetahui faktor-faktor yang dapat
menimbulkan kelainan pada anak-anak serta upaya penanggulangannya
maka akan terlihat suatu generasi yang bergelimang dosa dan penderitaan
dalam masyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan karakter ?


2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan karakter menurut para ahli ?
3. Apa fungsi dari pendidikan karakter ?
4. Apa tujuan dari pendidikan karakter ?
5. Apa yang dimaksud dengan korupsi ?

1
6. Bagaimana bentuk-bentuk korupsi ?
7. Apa penyebab dari korupsi ?
8. Bagaimana dampak dari perilaku korupsi ?
9. Bagaimana cara mengatasi korupsi ?
10. Bagaimana cara mengukur sebuah korupsi ?
11. Bagaimana pendidikan anti korupsi ?
12. Apa saja hambatan dalam penerapan pendidikan antikorupsi ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan pendidikan karakter ?


2. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan pendidikan karakter
menurut para ahli ?
3. Untuk mengetahui Apa fungsi dari pendidikan karakter ?
4. Untuk mengetahui Apa tujuan dari pendidikan karakter ?
5. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan korupsi ?
6. Untuk mengetahui Bagaimana bentuk-bentuk korupsi ?
7. Untuk mengetahui Apa penyebab dari korupsi ?
8. Untuk mengetahui Bagaimana dampak dari perilaku korupsi ?
9. Untuk mengetahui Bagaimana cara mengatasi korupsi ?
10. Untuk mengetahui Bagaimana cara mengukur sebuah korupsi ?
11. Untuk mengetahui Bagaimana pendidikan anti korupsi ?
12. Untuk mengetahui Apa saja hambatan dalam penerapan pendidikan
antikorupsi ?
1.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Karakter

 PENDIDIKAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta
keteranpilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa dan negara.

 KARAKTER

Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi
ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan standar-
standar batin yang terimplementasi dalam berbagai bentuk kualitas diri

 PENDIDIKAN KARAKTER

Pendidikan karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai


jenis nilai hidup, seperti kejujuran,kecerdasan,kepedulian,tanggung
jawab,kebenaran,keindahan,kebaikan dan keimanan untuk dijadikan
pandangan hidup yang berguna bagi upaya penanggulangan persoalan
hidupnya. Sehingga tercipta menjadi suatu bangsa yang tangguh,
berwawasan, bermoral dan memiliki akhlak yang baik.

3
a. Pendidikan Karakter Menurut Para Ahli

1. Ramli (2003)

Menurutnya pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang


sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak.

2. Suyanto (2009)

Mengemukakan pendidikan karakter sebagai cara berpikir dan


berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja
sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun  negara.

3. Elkind (2004)

Pendidikan karakter ialah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang


mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu
membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan
bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi,
bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.

b. .Fungsi Pendidikan Karakter

Fungsi pendidikan karakter yaitu untuk mengembangkan potensi


dasar seorang anak agar berhati baik, memiliki perilaku yang baik serta
berpikiran yang baik. Dalam fungsi besarnya pendidikan karakter yaitu yaitu
untuk memperkuat dan membangun perilaku anak bangsa yang multikultur.
Fungsi lainnya yaitu untuk meningkatkan peradaban manusia dan menjadi
bangsa yang baik di dalam pergaulan dunia. Pendidikan karakter ini tidak

4
hanya didapatkan di bangku sekolah, melainkan dari berbagai media yang
meliputi lingkungan, keluarga, media teknologi, dunia usaha dan juga
pemerintahan.

c. Tujuan Pendidikan Karakter

Tujuan pendidikan karakter yaitu untuk membentuk bangsa yang


tangguh, bangsa yang bermoral, berakhlak mulia, bertoransi serta bekerja
atau gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Pendidikan karakter
juga bertujuan untuk membentuk suatu bangsa agar memiliki jiwa yang
patriotik atau jiwa suka menolong antar sesama.Selain itu, pendidikan
karakter juga untuk membentuk jiwa seseorang agar berkembang secara
dinamis, berorientasi terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk
menciptakan manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang
Maha Esa.

B. Pengertian Korupsi

kata korupsi dari bahasa Latin corruptio atau corruptus yang berasal
dari bahasa Latin yang lebih tua corrumpere.Istilah korupsi dalam bahasa
Inggris corruption dan corrupt, dalam bahasa Perancis corruption dan dalam
bahasa Belanda corruptie yang menjadi kata korupsi dalam bahasa
Indonesia.
 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan tentang
pengertian istilah korup (kata sifat) dan korupsi (kata benda). Korup adalah
buruk, rusak, busuk. Arti lain korup adalah suka memakai barang (uang)
yang dipercayakan kepadanya; dapat disogok (memakai kekuasannya
untuk kepentingan pribadi). Mengkorup adalah merusak, menyelewengkan
(menggelapkan) barang (uang) milik perusahaan (negara) tempat
kerjanya.Korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara
(perusahaan dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang

5
lain.Mengkorupsi adalah menyelewengkan atau menggelapkan (uang dan
sebagainya).

b. Pengertian Korupsi Menurut Para Ahli

1. Nurdjana (1990)

Pengertian Korupsi Menurut Nurdjana, korupsi berasal dari bahasa


Yunani yaitu “corruptio” yang berarti perbuatan yang tidak baik, buruk,
curang, dapat disuap, tidak bermoral, menyimpang dari kesucian,
melanggar norma-norma agama materiil, mental dan hukum.

2. UU No. 20 Tahun 2001

Pengertian Korupsi Menurut UU No. 20 Tahun 2001 adalah tindakan


melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau
korupsi yang berakibat merugikan negara atau perekonomian negara

3. Kartono (1983)

Pengertian Korupsi Menurut Kartono adalah tingkat laku individu


yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan
pribadi, dan atau merugikan kepentingan umum dan negara.

c. Bentuk-bentuk Korupsi

1. Penyuapan (bribery) mencakup tindakan memberi dan menerima suap,


baik berupa uang maupun barang. 
2. Embezzlement, merupakan tindakan penipuan dan pencurian sumber daya
yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang mengelola sumber daya
tersebut, baik berupa dana publik atau sumber daya alam tertentu. 
3. Fraud, merupakan suatu tindakan kejahatan ekonomi yang melibatkan
penipuan (trickery or swindle). Termasuk didalamnya proses manipulasi

6
atau mendistorsi informasi dan fakta dengan tujuan mengambil
keuntungan-keuntungan tertentu. 
4. Extortion, tindakan meminta uang atau sumber daya lainnya dengan cara
paksa atau disertai dengan intimidasi-intimidasi tertentu oleh pihak yang
memiliki kekuasaan. Lazimnya dilakukan oleh mafia-mafia lokal dan
regional. 
5. Favouritism, adalah mekanisme penyalahgunaan kekuasaan yang
berimplikasi pada tindakan privatisasi sumber daya. 
6. Melanggar hukum yang berlaku dan merugikan negara. 
7. Serba kerahasiaan, meskipun dilakukan secara kolektif atau korupsi
berjamaah.

 Jenis korupsi yang lebih operasional juga diklasifikasikan oleh tokoh


reformasi, M. Amien Rais yang menyatakan sedikitnya ada empat jenis
korupsi, yaitu (Anwar, 2006:18)

1. Korupsi ekstortif, yakni berupa sogokan atau suap yang dilakukan


pengusaha kepada penguasa. 
2. Korupsi manipulatif, seperti permintaan seseorang yang memiliki
kepentingan ekonomi kepada eksekutif atau legislatif untuk membuat
peraturan atau UU yang menguntungkan bagi usaha ekonominya. 
3. Korupsi nepotistik, yaitu terjadinya korupsi karena ada ikatan
kekeluargaan, pertemanan, dan sebagainya. 
4. Korupsi subversif, yakni mereka yang merampok kekayaan negara
secara sewenang-wenang untuk dialihkan ke pihak asing dengan sejumlah
keuntungan pribadi.

7
d. Penyebab Korupsi

1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan suatu sifat yang berasal dari dalam diri
kita sendiri. Dasar perilaku korup menurut faktor internal disebabkan dari
adanya (1) sifat tamak dari seseorang yang seakan selalu merasa tidak
pernah cukup dengan apa yang diperolehnya, dan (2) gaya hidup yang
konsumtif dimana setia manusia akan terus berusaha untuk memenuhi
kebutuhannya yang tidak akan terus berkurang, namun senantiasa terus
bertambah.

2. Faktor Eksternal

Selain faktor internal, terdapat pula faktor eksternal yang


mempengaruhi terjadi atau tidaknya perilaku korup. Faktor eksternal ini
diantaranya adalah (1) faktor politik, (2) faktor hukum, (3) faktor
ekonomi, dan (4) faktor organisasi.

Kesemua faktor tersebut dapat saling berkaitan dan saling


berpengaruh karena antara satu faktor dengan yang lainnya bisa saling tarik
menarik. Baik itu faktor intenal ataupun faktor eksternal biasanya akan tetap
dibuktikan dalam sidang terdakwa kasus korupsi agar segala bentuk kerugian
yang telah disebabkan dapat dituntut dan dimintakan ganti kerugiannya.

e. Dampak Perilaku Korupsi

Korupsi berdampak buruk bagi suatu negara baik itu negara maju
maupun negara yang sedang berkembang. Dampak dengan adanya korupsi di
negara berkembang adalah menghalangi perekonomian untuk rakyat
sehingga rakyat akan semakin sengsara. Selain itu berdampak pada harga

8
barang dan jasa di suatu negara. Banyak pengusaha besar yang menyuap para
petinggi pemerintahan agar para pengusaha bisa mempermainkan harga
dengan seenaknya sendiri. Hal tersebut tentunya akan berdampak pada
kebutuhan rakyat kecil yang semakin tidak berdaya. Selain itu korupsi
berdampak pada infrastruktur negara yang rusak. Rusaknya infrastruktur
seperti jalan raya, jembatan, dan fasilitas umum lainnya karena tindakan
korupsi.Korupsi antara pejabat pemerintah dengan pengusaha yang membuat
infrastruktur membuat pengusaha tidak melakukan dengan serius kerjaannya
dan hanya dikerjakan asal asalan sehingga infrastruktur tersebut cepat rusak.
Hal tersebut terbukti dengan pengerjaan pengaspalan diberbagai wilayah di
Indonesia. Banyak pengerjaan pengaspalan jalan yang dilakukan seenaknya
sendiri yang berakibat jalan rusak lagi dalam waktu yang cukup singkat.

f. Cara Mengatasi Korupsi .

Cara yang paling baik agar korupsi dapat ditekan dan dihilangkan di
negara Indonesia ini adalah dengan cara memperbarui sistem birokrasinya,
menerapkan sistem hukum yang tegas dan menekan agar kasus korupsi tidak
terjadi lagi, birokrasi yang lebih transparan sehingga setiap warga negara
bisa mengawasi pejabat negara tanpa ada yang ditutup tutupi lagi.
Pengawasan bisa dilakukan dengan kerja sama dengan media pers, agar
kebijakan pemerintah dapat diketahui dan dimengerti oleh seluruh
masyarakat.

g. Mengukur Korupsi

Dalam artian statistik, mengukur korupsi adalah untuk


membandingkan beberapa negara yang secara alami dan tidak sederhana
karena pelakunya lebih banyak bersembunyi guna menghindari nama
baiknya yang telah tercemar. Tranparansi internasional dan beberapa
lembaga swadaya yang terkemuka yang bergerak dalam bidang anti korupsi

9
memberikan 3 bentuk tolak ukur yang diterbitkan dan terus diperbarui setiap
tahunnya yang dinamakan sebagai Indeks Persepsi Korupsi. Barometer
korupsi ditingkat global berdasarkan suatu survei pandangan rakyat terhadap
adanya persepsi dan pengalaman terhadap korupsi dan adanya kegiatan
survei pemberi sogokan dapat melihat seberapa relanya suatu perusahaan
asing dalam memberikan sogokan sogokan kepada pihak pihak yang terkait
agar kebijakannya tidak merugikan bisnis mereka. Bahkan, bank dunia
sebagai salah satu penggerak dan evaluator perkenomian global bahkan juga
mengumpulkan sejumlah data yang terkait dengan kasus korupsi berikut
sejumlah indikator korupsi dalam sistem tata pemerintahan.

C. Pendidikan Anti Korupsi

menyediakan materi pendidikan anti-korupsi kepada kaum muda untuk


membangun budaya anti-korupsi.beberapa dari sebab sebabnya ialah :

1. Perilaku keluarga dan sekolah


sangat penting dalam kehidupan sosial mendidik individu untuk menjadi
anti korupsi. sangat penting (76,5%),
dengan rincian; 19,3% menyatakan sangat setuju, 44% menyatakan sangat
setuju, dan 55% setuju, karena keluarga dan sekolah adalah lingkungan
yang dekat dengan anak-anak, sehingga siswa belajar memahami makna
dan nilai anti korupsi.
2. Budaya anti korupsi dapat dibangun melalui proses belajar mengajar
kegiatan dinyatakan sangat penting dalam kegiatan pembelajaran (72,8%)
dengan rincian 8% dinyatakan sangat setuju, 48% menyatakan sangat
setuju, dan 44% setuju, dengan alasan memasukkan bahan -
materi yang cocok dengan topik yang ada di komunitas.
3. Guru harus memiliki gagasan mendidik siswa untuk menumbuhkan sikap
anti-korupsi. dinyatakan sangat penting dalam kegiatan pembelajaran
(84,8%) dengan rincian 39,3% menyatakan sangat setuju, 45,3%

10
menyatakan sangat setuju, dan 15,3% setuju,
untuk setiap guru harus mampu menciptakan dan mengajar siswa untuk
membudayakan anti-korupsi dalam pelajaran sosial
mata pelajaran.
4. Bahan ajar mengharuskan siswa untuk melakukan berbagai kegiatan di
melakukan berbagai kegiatan belajar, yang bertujuan untuk membangun
pengetahuan siswa tentang konsep, prinsip,
penyebab, efek negatif, mengatasi dan mencegah korupsi, dan korupsi
pidana dipertimbangkan
sangat penting dalam kegiatan pembelajaran (78, 4%) dengan 22%
menyatakan sangat setuju, 48% menyatakan sangat
setuju, dan 30% setuju, dengan alasan bahwa siswa tahu dan mengerti
tentang yang negatif
konsekuensi dari perilaku korupsi.
5. Bahan ajar memanfaatkan pengetahuan awal siswa
untuk membangun tindakan korup sangat penting dalam kegiatan
pembelajaran (82,4%) dengan 43,3% dari rincian dinyatakan
sangat setuju, 25,3% menyatakan sangat setuju, dan 31,3% menyatakan
setuju, dengan alasan untuk mengetahui siswa
pemahaman tentang korupsi.
6. Bahan ajar mengundang siswa untuk membangun pengetahuan baru
mereka sendiri
tentang aksi antikorupsi dengan pengalaman dinyatakan sangat penting
dalam kegiatan pembelajaran (75,3%) dengan
Rincian 20% menyatakan sangat setuju, 36,7% menyatakan sangat setuju,
dan 43,3% setuju, dengan alasan untuk menghubungkan
pemahaman siswa terhadap realitas kehidupan sehari-hari tentang tindakan
korupsi.
7. materi pengajaran tentang pendidikan anti korupsi harus melibatkan emosi
dan sosial
aspek sehingga untuk menarik dan memotivasi siswa untuk menumbuhkan

11
9 karakter anti korupsi sangat penting
dalam kegiatan pembelajaran (83,6%) dengan perincian 42% menyatakan
sangat setuju, 34% mengatakan sangat setuju, dan
24% setuju, dengan alasan bahwa siswa menanamkan berbagai nilai anti-
korupsi dan termotivasi untuk
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
8. Bahan ajar yang berisi undangan kepada siswa untuk dipahami setiap
Aspek pencegahan anti korupsi dinyatakan sangat penting dalam kegiatan
pembelajaran (75,8%) dengan
Rinciannya, 14% menyatakan sangat setuju, 51,3% menyatakan sangat
setuju, dan 34, 67% setuju, dengan alasan itu
siswa dapat melakukan kegiatan untuk mencegah korupsi dari yang
terkecil.
9. Bahan ajar mengundang siswa mengajukan pertanyaan yang dapat
mengarahkan siswa untuk membangun konsep antikorupsi dinyatakan
sangat penting dalam kegiatan pembelajaran (77,6%) dengan 24%
menyatakan sangat setuju, 40% menyatakan sangat
setuju, dan 36% setuju, dengan alasan bahwa bahan ajar yang menarik
akan memotivasi siswa untuk bertanya apa
mereka ingin tahu tentang korupsi.
10. Bahan ajar mensyaratkan siswa untuk mengevaluasi argumen
asumsi dan mengidentifikasi asumsi untuk melatih keterampilan berpikir
kritis siswa. (Evaluasi dari
argumen dan pengakuan asumsi) dinyatakan sangat penting dalam kegiatan
pembelajaran (72,9%) dengan 8%
perincian menyatakan sangat setuju sepenuhnya, 48,7% menyatakan sangat
setuju, dan 43,7% setuju, harus mampu
meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam kegiatan belajar
mengajar.

12
c. Hambatan Dalam Penerapan Pendidikan Anti Korupsi

1.      Penegakan hukum yang tidak konsisten dan cenderung setengah-


setengah.
2.      Struktur birokrasi yang berorientasi ke atas, termasuk perbaikan birokrasi
yang cenderung terjebak perbaikan renumerasi tanpa membenahi struktur
dan kultur.
3.     Kurang optimalnya fungsi komponen-komponen pengawas atau
pengontrol, sehingga tidak ada check and balance.
4.      Banyaknya celah/lubang-lubang yang dapat dimasuki tindakan korupsi
pada sistem politik dan sistem administrasi Indonesia.
5.      Kesulitan dalam menempatkan atau merumuskan perkara, sehingga dari
contoh-contoh kasus yang terjadi para pelaku korupsi begitu gampang
mengelak dari tuduhan yang diajukan oleh jaksa.
6.      Taktik-taktik koruptor untuk mengelabui aparat pemeriksa, masyarakat,
dan rasti yang semakin canggih.
7.      Kurang kokohnya landasan moral untuk mengendalikan diri dalam
menjalankan amanah yang diemban.

13
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Korupsi adalah sesuatu yang busuk,jahat dan juga merusak.


Berdasarkan kenyataan tersebut perbuatan korupsi menyangkut sesuatu yang
bersifat amoral, sifat dan keadaan busuk, menyangkut jabatan instansi atau
aparatur pemerintah. Selain terjadi dalam instansi politik, budaya korupsi
juga sudah menyebar ke instansi pendidikan. Untuk itu salah satu kebijakan
agar masalah budaya korupsi dapat dihilangkan adalah dengan menerapkan
pendidikan antikorupsi beserta pendidikan karakter sehingga generasi masa
depan memiliki karakter antikorupsi sehingga mampu membangun jati diri
sebuah bangsa

B. Saran
Dengan menulis makalah ini, penulis mengharapkan kepada pembaca
agar makalah ini dapat dijadikan sebagai kegiatan motivasi agar tidak
terjerumus oleh hal-hal buruk dan dapat menambah wawasan mengenai
pendidikan karakter, korupsi beserta pendidikan anti korupsi .

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Doni Kusumah A.2007. Pendidikan Karakter. Jakarta:Grasindo.3-5


2. Agus Rukiyanto.2009. Pendidikan Karakter. Yogyakarta:Kanisius.64-67
3. Fawa’id, Ahmad,dkk, 2006, pengertian korupsi , Jakarta: Tim Kerja
4. Komisi Pemberantasan Korupsi, 2006, penyebab korupsi, Jakarta: Komisi
Pemberantasan Korupsi.
5. Nasir, Ridwan, 2006, Bentuk-bentuk korupsi, IAIN Press & LKiS.
6. Azhar, Muhammad, 2003, Pendidikan Antikorupsi, Yogyakarta: LP3 UMY,
Partnership

15

Anda mungkin juga menyukai