PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
6. Bagaimana bentuk-bentuk korupsi ?
7. Apa penyebab dari korupsi ?
8. Bagaimana dampak dari perilaku korupsi ?
9. Bagaimana cara mengatasi korupsi ?
10. Bagaimana cara mengukur sebuah korupsi ?
11. Bagaimana pendidikan anti korupsi ?
12. Apa saja hambatan dalam penerapan pendidikan antikorupsi ?
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
PENDIDIKAN
KARAKTER
Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi
ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan standar-
standar batin yang terimplementasi dalam berbagai bentuk kualitas diri
PENDIDIKAN KARAKTER
3
a. Pendidikan Karakter Menurut Para Ahli
1. Ramli (2003)
2. Suyanto (2009)
3. Elkind (2004)
4
hanya didapatkan di bangku sekolah, melainkan dari berbagai media yang
meliputi lingkungan, keluarga, media teknologi, dunia usaha dan juga
pemerintahan.
B. Pengertian Korupsi
kata korupsi dari bahasa Latin corruptio atau corruptus yang berasal
dari bahasa Latin yang lebih tua corrumpere.Istilah korupsi dalam bahasa
Inggris corruption dan corrupt, dalam bahasa Perancis corruption dan dalam
bahasa Belanda corruptie yang menjadi kata korupsi dalam bahasa
Indonesia.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan tentang
pengertian istilah korup (kata sifat) dan korupsi (kata benda). Korup adalah
buruk, rusak, busuk. Arti lain korup adalah suka memakai barang (uang)
yang dipercayakan kepadanya; dapat disogok (memakai kekuasannya
untuk kepentingan pribadi). Mengkorup adalah merusak, menyelewengkan
(menggelapkan) barang (uang) milik perusahaan (negara) tempat
kerjanya.Korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara
(perusahaan dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang
5
lain.Mengkorupsi adalah menyelewengkan atau menggelapkan (uang dan
sebagainya).
1. Nurdjana (1990)
3. Kartono (1983)
c. Bentuk-bentuk Korupsi
6
atau mendistorsi informasi dan fakta dengan tujuan mengambil
keuntungan-keuntungan tertentu.
4. Extortion, tindakan meminta uang atau sumber daya lainnya dengan cara
paksa atau disertai dengan intimidasi-intimidasi tertentu oleh pihak yang
memiliki kekuasaan. Lazimnya dilakukan oleh mafia-mafia lokal dan
regional.
5. Favouritism, adalah mekanisme penyalahgunaan kekuasaan yang
berimplikasi pada tindakan privatisasi sumber daya.
6. Melanggar hukum yang berlaku dan merugikan negara.
7. Serba kerahasiaan, meskipun dilakukan secara kolektif atau korupsi
berjamaah.
7
d. Penyebab Korupsi
1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan suatu sifat yang berasal dari dalam diri
kita sendiri. Dasar perilaku korup menurut faktor internal disebabkan dari
adanya (1) sifat tamak dari seseorang yang seakan selalu merasa tidak
pernah cukup dengan apa yang diperolehnya, dan (2) gaya hidup yang
konsumtif dimana setia manusia akan terus berusaha untuk memenuhi
kebutuhannya yang tidak akan terus berkurang, namun senantiasa terus
bertambah.
2. Faktor Eksternal
Korupsi berdampak buruk bagi suatu negara baik itu negara maju
maupun negara yang sedang berkembang. Dampak dengan adanya korupsi di
negara berkembang adalah menghalangi perekonomian untuk rakyat
sehingga rakyat akan semakin sengsara. Selain itu berdampak pada harga
8
barang dan jasa di suatu negara. Banyak pengusaha besar yang menyuap para
petinggi pemerintahan agar para pengusaha bisa mempermainkan harga
dengan seenaknya sendiri. Hal tersebut tentunya akan berdampak pada
kebutuhan rakyat kecil yang semakin tidak berdaya. Selain itu korupsi
berdampak pada infrastruktur negara yang rusak. Rusaknya infrastruktur
seperti jalan raya, jembatan, dan fasilitas umum lainnya karena tindakan
korupsi.Korupsi antara pejabat pemerintah dengan pengusaha yang membuat
infrastruktur membuat pengusaha tidak melakukan dengan serius kerjaannya
dan hanya dikerjakan asal asalan sehingga infrastruktur tersebut cepat rusak.
Hal tersebut terbukti dengan pengerjaan pengaspalan diberbagai wilayah di
Indonesia. Banyak pengerjaan pengaspalan jalan yang dilakukan seenaknya
sendiri yang berakibat jalan rusak lagi dalam waktu yang cukup singkat.
Cara yang paling baik agar korupsi dapat ditekan dan dihilangkan di
negara Indonesia ini adalah dengan cara memperbarui sistem birokrasinya,
menerapkan sistem hukum yang tegas dan menekan agar kasus korupsi tidak
terjadi lagi, birokrasi yang lebih transparan sehingga setiap warga negara
bisa mengawasi pejabat negara tanpa ada yang ditutup tutupi lagi.
Pengawasan bisa dilakukan dengan kerja sama dengan media pers, agar
kebijakan pemerintah dapat diketahui dan dimengerti oleh seluruh
masyarakat.
g. Mengukur Korupsi
9
memberikan 3 bentuk tolak ukur yang diterbitkan dan terus diperbarui setiap
tahunnya yang dinamakan sebagai Indeks Persepsi Korupsi. Barometer
korupsi ditingkat global berdasarkan suatu survei pandangan rakyat terhadap
adanya persepsi dan pengalaman terhadap korupsi dan adanya kegiatan
survei pemberi sogokan dapat melihat seberapa relanya suatu perusahaan
asing dalam memberikan sogokan sogokan kepada pihak pihak yang terkait
agar kebijakannya tidak merugikan bisnis mereka. Bahkan, bank dunia
sebagai salah satu penggerak dan evaluator perkenomian global bahkan juga
mengumpulkan sejumlah data yang terkait dengan kasus korupsi berikut
sejumlah indikator korupsi dalam sistem tata pemerintahan.
10
menyatakan sangat setuju, dan 15,3% setuju,
untuk setiap guru harus mampu menciptakan dan mengajar siswa untuk
membudayakan anti-korupsi dalam pelajaran sosial
mata pelajaran.
4. Bahan ajar mengharuskan siswa untuk melakukan berbagai kegiatan di
melakukan berbagai kegiatan belajar, yang bertujuan untuk membangun
pengetahuan siswa tentang konsep, prinsip,
penyebab, efek negatif, mengatasi dan mencegah korupsi, dan korupsi
pidana dipertimbangkan
sangat penting dalam kegiatan pembelajaran (78, 4%) dengan 22%
menyatakan sangat setuju, 48% menyatakan sangat
setuju, dan 30% setuju, dengan alasan bahwa siswa tahu dan mengerti
tentang yang negatif
konsekuensi dari perilaku korupsi.
5. Bahan ajar memanfaatkan pengetahuan awal siswa
untuk membangun tindakan korup sangat penting dalam kegiatan
pembelajaran (82,4%) dengan 43,3% dari rincian dinyatakan
sangat setuju, 25,3% menyatakan sangat setuju, dan 31,3% menyatakan
setuju, dengan alasan untuk mengetahui siswa
pemahaman tentang korupsi.
6. Bahan ajar mengundang siswa untuk membangun pengetahuan baru
mereka sendiri
tentang aksi antikorupsi dengan pengalaman dinyatakan sangat penting
dalam kegiatan pembelajaran (75,3%) dengan
Rincian 20% menyatakan sangat setuju, 36,7% menyatakan sangat setuju,
dan 43,3% setuju, dengan alasan untuk menghubungkan
pemahaman siswa terhadap realitas kehidupan sehari-hari tentang tindakan
korupsi.
7. materi pengajaran tentang pendidikan anti korupsi harus melibatkan emosi
dan sosial
aspek sehingga untuk menarik dan memotivasi siswa untuk menumbuhkan
11
9 karakter anti korupsi sangat penting
dalam kegiatan pembelajaran (83,6%) dengan perincian 42% menyatakan
sangat setuju, 34% mengatakan sangat setuju, dan
24% setuju, dengan alasan bahwa siswa menanamkan berbagai nilai anti-
korupsi dan termotivasi untuk
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
8. Bahan ajar yang berisi undangan kepada siswa untuk dipahami setiap
Aspek pencegahan anti korupsi dinyatakan sangat penting dalam kegiatan
pembelajaran (75,8%) dengan
Rinciannya, 14% menyatakan sangat setuju, 51,3% menyatakan sangat
setuju, dan 34, 67% setuju, dengan alasan itu
siswa dapat melakukan kegiatan untuk mencegah korupsi dari yang
terkecil.
9. Bahan ajar mengundang siswa mengajukan pertanyaan yang dapat
mengarahkan siswa untuk membangun konsep antikorupsi dinyatakan
sangat penting dalam kegiatan pembelajaran (77,6%) dengan 24%
menyatakan sangat setuju, 40% menyatakan sangat
setuju, dan 36% setuju, dengan alasan bahwa bahan ajar yang menarik
akan memotivasi siswa untuk bertanya apa
mereka ingin tahu tentang korupsi.
10. Bahan ajar mensyaratkan siswa untuk mengevaluasi argumen
asumsi dan mengidentifikasi asumsi untuk melatih keterampilan berpikir
kritis siswa. (Evaluasi dari
argumen dan pengakuan asumsi) dinyatakan sangat penting dalam kegiatan
pembelajaran (72,9%) dengan 8%
perincian menyatakan sangat setuju sepenuhnya, 48,7% menyatakan sangat
setuju, dan 43,7% setuju, harus mampu
meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam kegiatan belajar
mengajar.
12
c. Hambatan Dalam Penerapan Pendidikan Anti Korupsi
13
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
Dengan menulis makalah ini, penulis mengharapkan kepada pembaca
agar makalah ini dapat dijadikan sebagai kegiatan motivasi agar tidak
terjerumus oleh hal-hal buruk dan dapat menambah wawasan mengenai
pendidikan karakter, korupsi beserta pendidikan anti korupsi .
14
DAFTAR PUSTAKA
15