Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

DOSEN PENGAMPU:
MOCHAMAD MANSUR, S.H., M.H.

DISUSUN OLEH:
MOCH. DEDEN SULISTIYO
NIM. 20.74201.1.123

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BOJONEGORO
TAHUN 2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

“Korupsi” kata ini mungkin sudah tak asing lagi di telinga kita, Kata

ini sering kita baca di media masa dan bahkan kerap kali menghiasi layar

kaca televisi kita. Dimana pelaku korupsi biasanya berasal dari kalangan

pejabat yang telah mendapat kepercayaan dari masyarakat. Namun,

dengan mudahnya mereka mengkhianati kepercayaan rakyat. Dengan

rasa tidak bersalah mereka menggelapkan uang Negara dan berhura-hura

dengan uang tersebut sementara itu Negaralah yang menjadi korban ulah

mereka dan harus menanggung kerugian yang mereka sebabkan.

Korupsi di negeri ini sekarang sedang merajalela bahkan telah

menjadi suatu “kebiasaan” bahkan bisa dikatakan sudah menjamur hingga

sulit untuk dihilangkan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah

dalam menangani korupsi. Namun, tetap saja korupsi masih terdapat di

negeri ini. Salah satu mengapa orang berani melakukan tindak pidana

korupsi yaitu karena kurangnya kesadaran pribadi tentang bahaya korupsi.

Tentu saja kita tidak bisa menyadarkan para koruptor karena mereka

sudah terlanjur terbiasa dengan tindakan tersebut.

Salah satu upaya jangka panjang yang terbaik untuk mengatasi

korupsi adalah dengan memberikan pendidikan anti korupsi dini kepada

kalangan generasi muda sekarang. Karena generasi muda adalah generasi

1
penerus yang akan menggantikan kedudukan para penjabat terdahulu.

Selain itu, generasi muda juga sangat mudah terpengaruh dengan

lingkungan di sekitarnya. Melalui penerapan pendidikan anti korupsi di

kampus diharapkan bisa lebih mudah mendidik dan memengaruhi

generasi muda supaya tidak melakukan tindak pidana korupsi sebelum

mereka lebih dulu dipengaruhi oleh “budaya” korupsi dari generasi

pendahulunya.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas kami merumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan pendidikan anti korupsi?

2. Bagaimanakah implementasi pendidikan anti korupsi di kampus?

3. Mengapa pendidikan anti korupsi dini memiliki peranan penting di

dalam mencegah tindak pidana korupsi?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui lebih dalam tentang pendidikan anti korupsi.

2. Untuk mengetahui implementasi pendidikan anti korupsi di kampus.

3. Untuk mengetahui peranan penting pendidikan anti korupsi dini di

dalam mencegah korupsi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Korupsi

1. Pengertian Korupsi

Dalam UU No. 20 Tahun 2001 terdapat pengertian bahwa korupsi

adalah tindakan melawan hukum dengan maksud memperkaya diri

sendiri, orang lain, atau korporasi yang berakibat merugikan keuangan

negara atau perekonomian negara. Ada sembilan tindakan kategori

korupsi dalam UU tersebut, yaitu: suap, illegal profit, secret transaction,

hadiah, hibah (pemberian), penggelapan, kolusi, nepotisme, dan

penyalahgunaan jabatan dan wewenang serta fasilitas negara.

Dalam ilmu politik, korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan

jabatan dan administrasi, ekonomi atau politik, baik yang disebabkan oleh

diri sendiri maupun orang lain, yang ditujukan untuk memperoleh

keuntungan pribadi, sehingga meninmbulkan kerugian bagi masyarakat

umum, perusahaan, atau pribadi lainnya (Adhyta Satya, 2014:5). Dengan

demikian dapat kami simpulkan bahwa Korupsi adalah menyalahgunakan

kewenangan, jabatan atau amanah secara melawan hukum untuk

3
memperoleh keuntungan atau manfaat pribadi dan atau kelompok

tertentu yang dapat merugikan kepentingan umum.

2. Dampak Korupsi

Korupsi sangat berdampak negatif pada kehidupan masyarakat

sekitar. Adapun dampak korupsi yang terlihat secara langsung dan tidak

langsung adalah sebagai berikut :

a. Kenaikan harga-harga barang akibat anggaran APBN yang

dikorupsi;

b. Bertambahnya rakyat miskin dikarenakan uang tunjangan bagi

rakyat miskin yang seharusnya disalurkan dikorupsi;

c. Mahalnya biaya yang harus rakyat keluarkan untuk mendapatkan

layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan yang seharusnya

bersubsidi;

d. Kesenjangan pendapatan semakin tinggi;

e. Banyaknya rkyat yang di PHK akibat perusahaan kecil tempat

mereka kerja gulung tikar akibat dana investasinya dikorupsi.

3. Bentuk-bentuk Korupsi

Bentuk/ jenis tindak pidana korupsi pada dasarnya dapat

dekelompokkan sebagai berikut, (KPK, 2006:20-21):

a. Kerugian keuangan Negara;

4
b. Suap-menyuap;

c. Penggelapan dalam jabatan;

d. Pemerasan;

e. Perbuatan curang;

f. Benturan kepentingan dalam pengadaan, dan

g. Gratifikasi

B. Definisi Pendidikan

Pada dasarnya pengertian pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun

2003 ) adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia)

menjelaskan tentang Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya

anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala

kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai

manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai

keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Dari definisi di atas

dapat kami simpulkan bahwa Pendidikan adalah Bimbingan atau

pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan

anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup

5
cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang

lain.

C. Pengertian Pendidikan AntiKorupsi

Pendidikan antikorupsi adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan proses belajar mengajar yang kritis terhadap nilai-nilai anti

korupsi. Dalam proses tersebut, maka Pendidikan Antikorupsi bukan

sekedar media bagi transfer pengalihan pengetahuan(kognitif) namun

juga menekankan pada upaya pembentukan karakter (afektif) dan

kesadaran moral dalam melakukan perlawanan (psikomotorik) terhadap

penyimpangan perilaku korupsi.

1. Dasar Pemikiran Pendidikan AntiKorupsi :

a. Realitas dan praktek korupsi di Indonesia sudah sangat akut,

maka masalah tidakbisa diselesaikan hanya melalui penegakan

hukum.

b. Menurut Paulo Freire, pendidikan mesti menjadi jalan menuju

pembebasan permanen agar manusia menjadi sadar

(disadarkan) tentang penindasan yang menimpanya, dan perlu

melakukan aksi-aksi budaya yang membebaskannya.

6
c. Perlawanan masyarakat terhadap korupsi masih sangat rendah

jalur penyelenggaraan Pendidikan Anti korupsi selama ini tidak

ada.

2. Latar Belakang Pendidikan Anti Korupsi :

a. Praktek korupsi di Indonesia telah terjadi sejak masa kerajaan di

wilayah nusantara, bahkan telah tersistematisasi mulai pada masa

VOC dan pemerintahan Hindia Belanda.

b. Secara Faktual persoalan korupsi di Indonesia, dikatakan telah

sampai pada titik kulminasi yang akut tidak hanya mewabah di kultur

dan struktur birokrasi pemerintah juga menjadi fenomena multi

dimensional telah menggerogoti sendi-sendi kehidupan sosial dan

kultural.

c. Pergeseran pola hidup masyarakat yang tadinya menjunjung tinggi

nilai-nilai spiritual mulai bergeser pada nilai-nilai materialistis dan

konsumerisme.

d. Korupsi = extra ordinary crime, Upaya menjadikan musuh

bersama/commonenemy belum menjadi bagian dari gerakan moral

bangsa Karena itu pemberantasan korupsi harus dijadikan

sebagai collective ethics movement.

7
D. Implementasi Pendidikan AntiKorupsi Di Kampus

Pemberantasan korupsi merupakan agenda utama reformasi yang

diamanatkan oleh masyarakat Indonesia. Tindakan korupsi telah

mengakar begitu kuat dan menjadi bahaya laten yang semakin

mengikis moral masyarakat. Bisa dikatakan, korupsi merupakan

permasalahan serius yang harus segera dientaskan. Karena itulah,

perlu adanya upaya untuk membudayakan antikorupsi di Indonesia.

Budaya antikorupsi tersebut bisa diupayakan melalui pendidikan

antikorupsi di kampus. Pendidikan antikorupsi merupakan tindakan

untuk mengendalikan dan mengurangi perilaku korupsi melalui upaya

untuk mendorong generasi mendatang agar mengembangkan sikap

menolak berbagai bentuk tindakan korupsi.

Pendidikan antikorupsi sangat penting bagi perkembangan

psikologis mahasiswa. Pola pendidikan yang dijalankan secara

sistematis akan membuat mahasiswa mengenal lebih dini mengenai

berbagai hal yang berkaitan dengan korupsi, termasuk sanksi yang

akan diterima jika melakukan tindakan korupsi. Melalui pendidikan

antikorupsi, diharapkan setiap individu sebagai bagian dari masyarakat

berupaya mendorong generasi masa depan untuk mengembangkan

sikap menolak tegas berbagai bentuk korupsi. Keberhasilan penanaman

nilai-nilai antikorupsi di kampus dipengaruhi cara penyampaian dan

juga pendekatan pembelajaran yang digunakan ketika di kampus.

8
Untuk menanamkan nilai-nilai antikorupsi, kampus bisa

menyelenggarakan beberapa model pendidikan seperti berikut:

a. Model Terintegrasi dalam Mata Pelajaran

Pendidikan antikorupsi secara terintegrasi pada mata pelajaran

dilakukan dengan memilih nilai-nilai yang akan ditanamkan melalui

materi bahasan di setiap mata pelajaran. Nilai-nilai antikorupsi bisa

ditanamkan melalui pokok atau sub pokok bahasan yang berkaitan

dengan nilai-nilai hidup. Dengan model semacam ini, semua dosen

adalah pengajar pembelajaran antikorupsi tanpa terkecuali. Karena

itulah, dosen harus benar-benar memahami persepsi tentang nilai-

nilai antikorupsi yang akan ditanamakan melalui proses

pembelajaran. Model pembelajaran seperti ini memiliki keunggulan,

di mana pemahaman nilai-nilai antikorupsi tidak selalu bersifat

informatif-kognitif, melainkan bersifat terapan pada setiap mata

pelajaran.

b. Model di Luar Pembelajaran

Pembelajaran antikorupsi juga bisa diberikan melalui kegiatan di luar

pembelajaran, misalnya melalui kegiatan non akademik. Penanaman

nilai-nilai antikorupsi dengan model ini lebih mengutamakan

pengolahan serta penanaman nilai melalui suatu kegiatan.

Keunggulan penerapan model ini ialah mahasiswa akan memperoleh

nilai-nilai melalui berbagai pengalaman yang kongkrit. Pengalaman

9
akan lebih tertanam dalam diri mahasiswa jika dibandingkan sekedar

pemberian informasi. Mahasiswa akan lebih terlibat dalam proses

penggalian nilai-nilai kehidupan melalui kegiatan yang

menyenangkan. Sayangnya model pembelajaran di luar kelas ini

memiliki kelemahan, seperti tidak adanya struktur yang tetap dalam

kerangka pendidikan dan pengajaran di kampus. Dalam model ini

dibutuhkan pendamping yang kompak dan memiliki persepsi yang

sama untuk disampaikan kepada mahasiswa.

c. Model Pembiasaan dalam Seluruh Aktivitas dan Suasana

Kampus

Penanaman nilai-nilai antikorupsi juga bisa dilakukan melalui

pembiasaan dalam seluruh aktivitas dan suasana di kampus. Sikap

pembiasaan ini sangat penting bagi mahasiswa. Hal tersebut karena

dengan sikap pembiasaan akhirnya suatu aktivitas akan menjadi

milik mahasiswa di kemudian hari. Pembiasaan yang baik akan

membentuk sosok manusia yang berkepribadian baik pula.

Berdasarkan pembiasaan itulah mahasiswa akan menaati aturan

yang ada di kampus. Pembiasaan di kampus tersebut nantinya akan

terbawa dalam kehidupan sehari-hari ketika di rumah dan juga ketika

mahasiswa sudah dewasa kelak. Menanam kebiasaan yang baik

memang tidak mudah, bahkan bisa membutuhkan waktu yang lama.

Namun kebiasaan yang sudah tertanam juga akan sulit diubah.

10
Implementasi pendidikan antikorupsi bisa dilakukan dosen dengan

cara mengintegrasikan nilai-nilai moral (affektif) ke dalam mata pelajaran

yang diajarkan. Pendidikan antikorupsi dapat dilaksanakan pada saat jam

pengembangan diri, melalui kegiatan pembiasaan. Di samping itu, sangat

mungkin dilaksanakan melalui pembelajaran yang terintregrasi ke dalam

setiap mata pelajaran. Oleh karena itu, agar pelaksanaannya dapat

berjalan efektif, maka pembelajaran harus diletakkan dalam kerangka

mendewasakan anak, serta membangun insan-insan bermoral. Karenanya

isi pembelajaran harus mencakup seluruh ranah (domain pembelajaran),

yakni afektif, kognitif, dan psikomotor.

Upaya kongkrit dosen agar mahasiswa memahami essensi pendidikan

antikorupsi adalah dengan tindakan kelas, mengingatkan dan memberikan

pembinaan ketika menjumpai mahasiswa yang mencoba melakukan

perilaku menyimpang. Misalnya, menjelaskan sebab-sebab korupsi,

menjelaskan bahaya korupsi, memberi contoh orang/pejabat yang

tersandung rnasalah korupsi ketika masalahnya diputus pengadilan,

memberi contoh sebuah bangsa yang rakyat/pejabatnya banyak yang

korup. Bukankah dosen selain bertugas mengajar, juga mendidik.

Pendidikan antikorupsi juga bisa dilakukan dengan menggelar

bazaar/kantin kejujuran. Pada saat jam jam istirahat peserta didik

dipersilakan jajan dengan cara swalayan. Mereka ambil jajanan sendiri,

bayar-bayar sendiri. Kalau uangnya kembali, ambil kembalian sendiri.

11
E. Peranan Penting Pendidikan Anti Korupsi sejak Dini unruk

mencegah tindak korupsi

Berdasarkan sumber dari internet dinyatakan bahwa, Indonesia

tercatat sebagai salah satu negara yang memiliki kasus korupsi yang

cukup tinggi di dunia. Hal ini dapat disimpulkan dari hasil pengumuman

negara-negara korup yang dikeluarkan oleh Transparency International –

sebuah organisasi internasional yang bertujuan untuk memerangi korupsi-

pada tahun 2010 yang menempatkan Indonesia di ranking ke-110 dengan

IPK (Indeks Presepsi Korupsi) 2,8.

Prestasi yang memalukan ini tidak terlepas dari tingkah laku dan

tindak tanduk para pejabat yang menduduki posisi-posisi penting di

pemerintahan. Maraknya kasus korupsi di Indonesia dapat diartikan

sebagai lemahnya kontrol diri para pejabat terkait dan tidak berdayanya

instansi-instansi pemerintahan maupun non-pemerintahan yang menjadi

pengamat kasus ini. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah antisipasi yang

dapat menekan laju pertumbuhan kasus korupsi Indonesia di masa

mendatang.

12
Pendidikan anti-korupsi sejak dini adalah salah satu cara untuk

menekan laju tersebut. Mengingat pendidikan merupakan salah satu

penuntun generasi muda untuk ke jalan yang benar. Pendidikan, sebagai

awal pencetak pemikir besar, termasuk koruptor sebenarnya merupakan

aspek awal yang dapat merubah seseorang menjadi koruptor atau tidak.

Pedidikan merupakan salah satu tonggak kehidupan masyarakat

demokrasi yang madani, sudah sepantasnya mempunyai andil dalam hal

pencegahan korupsi. Salah satu yang bisa menjadi gagasan baik dalam

kasus korupsi ini adalah penerapan anti korupsi dalam pendidikan karakter

bangsa di Indonesia.

Betapa pentingnya pendidikan anti-korupsi sejak dini bisa

dianalogikan sebagai betapa pentingnya merawat, menjaga dan

mempersiapkan bibit-bibit tanaman yang hendak ditumbuhkan menjadi

sebuah pohon yang memberikan banyak manfaat. Yang keberadaanya tak

hanya bisa menyerap sari tanah dengan akarnya tetapi juga bisa

menghasilkan buah-buah yang segar untuk dikonsumsi serta dahan yang

rindang untuk dijadikan tempat berteduh. Ini sejalan dengan misi

pendidikan anti-korupsi sejak dini. Dengan penanaman nilai-nilai moral,

pembekalan ilmu pengetahuan tentang hukum, adat istiadat ketimuran

serta religiusitas kepercayaan pada Tuhan diharapkan bisa mencetak

calon-calon figure pemangku kekuasaan yang bersih dari korupsi.

13
Pendidikan anti-korupsi sejak dini pun diharapkan bisa

menumbuhkan pemikiran yang kritis bagi peserta didik. Nantinya

diharapkan, anak-anak terdidik ini bisa menjadi garda terdepan dalam

upaya pemberantasan korupsi di Indonesia. Pendidikan anti korupsi sejak

dini itu penting. Akan tetapi, akan menjadi lebih penting dan powerful jika

dibarengi dengan pendidikan agama yang dilaksanakan secara konsisten

dan berkelanjutan.

Maraknya kasus korupsi di Indonesia memang tidak bisa secara serta

merta diberantas dan hilang begitu saja. Perlu antisipasi dini untuk

menekan laju peningkatan kasus korupsi ini. Dengan adanya pendidikan

anti korupsi, diharapkan beberapa tahun kemudian ketika bibit-bibit calon

pemimpin yang kini masih menjadi tunas menjabat bisa menghilangkan

kegelisahan masyarakat akan kasus korupsi yang tak kunjung berakhir.

Dan Indonesia bisa menjadi salah satu negara di dunia yang bersih dari

korupsi.

14
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pendidikan anti korupsi adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan proses belajar mengajar yang kritis terhadap nilai-nilai

anti korupsi. Dan bukan sekedar media bagi transfer pengalihan

pengetahuan (kognitif) namun juga menekankan pada upaya

pembentukan karakter (afektif) dan kesadaran moral dalam

melakukan perlawanan (psikomotorik) terhadap penyimpangan

perilaku korupsi.

2. Implementasi pendidikan antikorupsi bisa dilakukan dosen dengan

cara mengintegrasikan nilai-nilai moral (affektif) ke dalam mata

pelajaran yang diajarkan, dan bisa juga dilakukan melalui tindakan

kelas seperti mengingatkan dan memberi pembinaan kepada

15
mahasiswa yang melakukan perbuatan menyimpang, selain itu bisa

juga dilakukan dengan mengadakan bazaar/kantin kejujuran.

3. Pendidikan anti korupsi sejak dini memiliki peranan yang sangat

penting karena pentingnya pendidikan anti korupsi dini dapat

dianalogikan sebagai betapa pentingnya merawat, menjaga dan

mempersiapkan bibit-bibit tanaman yang hendak ditumbuhkan

menjadi sebuah pohon yang memberikan banyak manfaat. Yang

keberadaanya tak hanya bisa menyerap sari tanah dengan akarnya

tetapi juga bisa menghasilkan buah-buah yang segar untuk

dikonsumsi serta dahan yang rindang untuk dijadikan tempat

berteduh. Ini sejalan dengan misi pendidikan anti-korupsi sejak dini.

Dengan penanaman nilai-nilai moral, pembekalan ilmu pengetahuan

tentang hukum, adat istiadat ketimuran serta religiusitas kepercayaan

pada Tuhan diharapkan bisa mencetak calon-calon figure pemangku

kekuasaan yang bersih dari korupsi.

B. Saran

Berdasarkan uraian-uraian di atas, penulis menyarankan agar para

pembaca dan seluruh masyarakat luas hendaknya memiliki kesadaran

untuk tidak melakukan korupsi, karena selain melanggar hukum,

korupsi juga dapat merugikan banyak orang. Selain itu, masyarakat,

pemerintah serta instansi terkait perlu melakukan kerja sama secara

sinergis untuk dapat mengimplementasikan dan menerapkan

16
pendidikan anti korupsi dini di segala aspek kehidupan. Seorang yang

tidak mudah bingung tentang mana yang benar atau salah, baik atau

buruk, demikian pula persepsinya tentang tingkah laku yang benar

tidak mengalami banyak keraguan. Memiliki kemampuan melihat hidup

secara jernih, melihat hidup apa adanya, dan bukan menurut

keinginannya seseorang tidak lagi bersikap emosional, melainkan

bersikap lebih objektif terhadap hasil pengamatannya. Serta setiap

orang harus punya Integritas formal mengarahkan pada situasi individu

yang konsisten dan komitmen atas sesuatu yang belum tentu

mengarah pada nilai dan moral. Sementara itu, integritas substantif

mengarahkan pada situasi individu yang konsisten dan komitmen atas

sesuatu dengan dasar nilai dan moral. Konsep integritas inilah yang

penting untuk dicapai.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ashbur. (2013). Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi. [Online]. Tersedia dalam


: http://ashbur-backstage.blogspot.com/2011/03/pentingnya-pendidikan-
anti-korupsi.html. [Diakses pada 20 Februari 2018].

Ayla, Azzahra. (2014). Pengertian Pendidikan menurut Ahli. [Online]. Tersedia


dalam: http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-menurut-
ahli/”\l“ixzz3PzB3gt5q/. [Diakses pada 20 Februari 2018].

Harmoni. (2011). Korupsi dan Dampaknya Bagi Masyarakat. [Online]. Tersedia


dalam: https://harmoniharmoni.wordpress.com/2011/10/05/korupsi-dan-
dampaknya-bagi-massyarakat/. [Diakses pada 20 Februari 2018].

Jamal. (2014). Perlukah Pendidikan AntiKorupsi. [Online]. Tersedia


dalam: http://dosen.or.id/perlukah-pendidikan-antikorupsi-itu.html/.
[Diakses pada 20 Februari 2018].

Komisi Pemberantasan Korupsi. (2006). Memahami Untuk Membasmi: Buku


Saku Untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi . Jakarta: KPK-IKAPI.

Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia. (2003). Undang-undang


Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Sekretariat Negara. Jakarta: KPK-IKAPI.

Mistar. (2013). Pendidikan AntiKorupsi. [Online]. Tersedia


dalam: https://mistarppkn.wordpress.com/2013/05/15/pendidikan-anti-
korupsi-artikel/. [Diakses pada 20 Februari 2018].

18
Putra, Mahardhika. (2011). Pentingnya Pendidikan AntiKorupsi. [Online].
Tersedia
dalam: http://mahardhikaputra31.blogspot.com/2011/11/pentingnya-
pendidikan-anti-korupsi.html. [Diakses pada 20 Februari 2018].

Rohmat, (2013). Pengertian Model, Bentuk, dan Jenis Korupsi . [Online].


Tersedia dalam: http://www.kajianpustaka.com/2013/08/pengertian-
model-bentuk-jenis-korupsi.html. [Diakses pada 20 Februari 2018].
Satya Widyananda, Adhyta. (2014). Peran Pendidikan Anti Korupsi Dini Dalam
Mencegah Terjadinya Tindak Korupsi. Malang: Univesrsitas Negeri Malang

19

Anda mungkin juga menyukai