Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar   Belakang
            “Korupsi” kata ini mungkin sudah tak asing lagi di telinga kita, kata ini sering kita baca
di media masa dan bahkan kerap kali menghiasi layar kaca televisi kita. Dimana pelaku korupsi
biasanya berasal dari kalangan pejabat yang telah mendapat kepercayaan dari masyarakat.
Namun, dengan mudahnya mereka mengkhianati kepercayaan rakyat. Dengan rasa tidak
bersalah mereka menggelapkan uang Negara dan berhura-hura dengan uang tersebut
sementara itu Negaralah yang menjadi korban ulah mereka dan harus menanggung
kerugian yang mereka  sebabkan. Korupsi di negeri ini sekarang sedang merajalela bahkan telah
menjadi suatu “kebiasaan” bahkan bisa dikatakan sudah menjamur hingga sulit untuk
dihilangkan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam menangani korupsi.
Namun, tetap saja korupsi masih terdapat di negeri ini. Salah satu mengapa orang berani
melakukan tindak pidana korupsi yaitu karena kurangnya kesadaran pribadi tentang bahaya
korupsi. Tentu saja kita tidak bisa menyadarkan para koruptor karena mereka sudah terlanjur
terbiasa   dengan tindak tersebut.
            Salah satu upaya jangka panjang yang terbaik untuk mengatasi korupsi adalah dengan
memberikan pendidikan anti korupsi dini kepada kalangan generasi muda dan lingkungan pesantren.
Karena generasi muda adalah generasi penerus yang akan menggantikan kedudukan para
penjabat terdahulu. Selain itu, generasi muda juga sangat mudah terpengaruh dengan
lingkungan di sekitarnya. Melalui penerapan pendidikan anti korupsi di sekolah diharapkan
bisa lebih mudah mendidik dan memengaruhi generasi muda supaya tidak melakukan tindak
pidana korupsi sebelum mereka lebih dulu dipengaruhi oleh “budaya” korupsi dari generasi
pendahulunya. Pesantren secara empiris dikenal sebagai institusi yang sukses dalam
membangun pendidikan yang berkualitas, khususnya di bidang agama. Imam Suprayogo,
rektor UIN Maliki Malang, bahkan mengakui bahwa santri madrasah diniyah yang
merupakan bagian integral dari pesantren (salaf) lebih mampu membaca kitab kuning
daripada lulusan IAIN. Hal ini terjadi, antara lain, karena keikhlasan kyai dan guru yang
mengajar yang tidak mengharapkan gaji. Dan keikhlasan santri yang belajar betul-betul untuk
menimba ilmu, bukan mencari ijazah formal.

B.            TUJUAN
1.      Untuk mengetahui lebih dalam tentang pendidikan anti korupsi.
2.      Untuk mengetahui Formulasi pembelajaran pendidikan anti korupsi  berbasis
pesantren
3.      Untuk mengetahui peranan penting pendidikan anti korupsi dini di  dalam mencegah
korupsi

C.           Ruang Lingkup Masalah


Pada makalah ini penulis akan membahas mengenai pengertian dari pendidikan anti korupsi,
bagaimana implementasinya di sekolah dan juga peranannya di dalam mencegah tindak
pidanakorupsi

D.           Rumusan     Masalah
Dari latar belakang di atas penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1.      Apakah yang dimaksud dengan pendidikan anti korupsi?


2.      Bagaimanakah Formulasi pembelajaran pendidikan anti korupsi berbasis pesantren?
3.      Mengapa pendidikan anti korupsi dini memiliki peranan penting di dalam mencegah tindak pidana
korupsi?

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.         Definisi korupsi
1.      Pengertian korupsi
          Dalam UU No. 20 Tahun 2001 terdapat pengertian bahwa korupsi adalah tindakan melawan
hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korupsi yang berakibat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara. Ada sembilan tindakan kategori korupsi dalam UU
tersebut, yaitu: suap, illegal profit, secret transaction, hadiah, hibah (pemberian), penggelapan,
kolusi, nepotisme, dan penyalahgunaan jabatan dan wewenang serta fasilitas negara.
Dalam ilmu politik, korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan dan administrasi,
ekonomi atau politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri maupun orang lain, yang ditujukan
untuk memperoleh keuntungan pribadi, sehingga meninmbulkan kerugian bagi masyarakat umum,
perusahaan, atau pribadi lainnya (Adhyta Satya, 2014:5).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Korupsi adalah menyalahgunakan kewenangan, jabatan
atau amanah secara melawan hukum untuk memperoleh keuntungan atau manfaat pribadi dan atau
kelompok tertentu yang dapat merugikan kepentingan umum.
2.      Dampak Korupsi
Korupsi sangat berdampak negatif pada kehidupan masyarakat sekitar. Adapun dampak korupsi
yang terlihat secara langsung dan tidak langsung adalah sebagai berikut:
         Kenaikan harga-harga barang akibat anggaran APBN yang dikorupsi
         Bertambahnya rakyat miskin dikarenakan uang tunjangan bagi rakyat miskin yang seharusnya
disalurkan dikorupsi.
         Mahalnya biaya yang harus rakyat keluarkan untuk mendapatkan layanan dasar seperti pendidikan
dan kesehatan yang seharusnya bersubsidi.
         Kesenjangan pendapatan semakin tinggi.
         Banyaknya rkyat yang di PHK akibat perusahaan kecil tempat mereka kerja gulung tikar akibat dana
investasinya dikorupsi.
3.      Bentuk-bentuk Korupsi
Bentuk/ jenis tindak pidana korupsi pada dasarnya dapat dikelompokkan sebagai berikut, (KPK,
2006:20-21):
  Kerugian keuangan Negara
  Suap-menyuap
  Penggelapan dalam jabatan
  Pemerasan
  Perbuatan curang
  Benturan kepentingan dalam pengadaan, dan
  Gratifikasi
BAB III
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Pendidikan Anti Korupsi                                                              


            Pendidikan anti korupsi adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses
belajar mengajar yang kritis terhadap nilai-nilai anti korupsi. Dalam proses tersebut, maka
Pendidikan Anti korupsi bukan sekedar media bagi transfer pengalihan pengetahuan (kognitif)
namun juga menekankan pada upaya pembentukan karakter (afektif) dan kesadaran moral dalam
melakukan perlawanan (psikomotorik) terhadap penyimpangan perilaku korupsi

1.      Dasar Pemikiran Pendidikan Anti Korupsi

a.       Realitas dan praktek korupsi di Indonesia sudah sangat akut, maka masalah tidakbisa diselesaikan
hanya melalui penegakan hukum.

b.      Menurut Paulo Freire, pendidikan mesti menjadi jalan menuju pembebasan permanen agar manusia
menjadi sadar (disadarkan) tentang penindasan yang menimpanya, dan perlu melakukan aksi-aksi
budaya yang membebaskannya.

c.       Perlawanan masyarakat terhadap korupsi masih sangat rendah jalur penyelenggaraan Pendidikan
Anti korupsi selama ini tidak ada.

2.      Latar Belakang Pendidikan Anti Korupsi :

a.       Praktek korupsi di Indonesia telah terjadi sejak masa kerajaan di wilayah nusantara, bahkan telah
tersistematisasi mulai pada masa VOC dan pemerintahan Hindia Belanda

b.      Secara Faktual persoalan korupsi di Indonesia, dikatakan telah sampai pada titik kulminasi yang
akut tidak hanya mewabah di kultur dan struktur birokrasi pemerintah juga menjadi fenomena
multi dimensional telah menggerogoti sendi-sendi kehidupan sosial dan kultural

c.       Pergeseran pola hidup masyarakat yang tadinya menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual mulai
bergeser pada nilai-nilai materialistis dan konsumerisme.

d.      Korupsi “extra ordinary crime”, Upaya menjadikan musuh bersama/commonenemy belum menjadi
bagian dari gerakan moral bangsa Karena itu pemberantasan korupsi harus dijadikan sebagai
collective ethics movement

B.       Formulasi Pembelajaran Pendidikan Anti Korupsi Berbasis Pesantren

            Nilai Dasar Pendidikan Anti Korupsi di Pesantren Dalam menuyusun desain pembelajaran
Pendidikan Anti- korupsi di Pesantren, langkah awal yang harus dilakukan adalah merumuskan nilai-
nilai dasar pendidikan anti korupsi sebagai dasar acuan. Sebagaimana telah diketahui, asal mula
nilai-nilai pendidikan di pesantren yang juga menjadi acuan dasar pendidikan anti korupsi tidak bisa
terlepaskan oleh pelestarian pengajaran kitab-kitab klasik yang berjalan terus menerus dan secara
kultural telah menjadi ciri khusus pesantren sampai saat ini. Di sini peran kelembagaan pesantren
dalam meneruskan tradisi keilmuan Islam klasik sangatlah besar. Pengajaran kitab-kitab klasik
tersebut pada gilirannya telah menumbuhkan warna tersendiri dalam bentuk paham dan sistem nilai
tertentu. Sistem nilai ini berkembang secara wajar dan mengakar dalam kultur pesantren, baik
terbentuk dari pengajaran kitab-kitab klasik, maupun yang lahir dari pengaruh lingkungan
pesantren itu sendiri. Dengan demikian, pesantren merupakan lembaga keagamaan yang sarat nilai
dan tradisi luhur yang telah menjadi karakteristik pesantren pada hampir seluruh perjalanan
sejarahnya. Secara potensial, karakteristik tersebut memiliki peluang cukup besar untuk dijadikan
dasar pijakan dalam rangka menyikapi persoalan-persoalan lain yang menghadang pesantren, secara
khusus, dan masyarakat luas, secara umum. Misalnya; kesabaran, kesalihan, kemandirian,
keikhlasan, dan kesederhanaan. Kelima nilai itu merupakan nilai-nilai yang dapat melepaskan
masyarakat dari dampak negatif globalisasi dalam bentuk ketergantungan dan pola hidup
konsumerisme yang lambat tetapi pasti akan menghancurkan sendi- sendi kehidupan umat manusia

            Pesantren harus berdiri dengan tegak dan berkewajiban secara massif untuk bergerak
melawan korupsi dengan melakukan penanaman kesadaran melawan perilaku korupsi melalui
institusi pendidikan pesantren. Selain karena kontribusi out put pendidikan pesantren yang sangat
minim dirasakan sampai saat ini dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia, ada beberapa
alasan mengapa pesantren harus menjadi “the leader of potential power” dalam memberantas
korupsi dengan melahirkan out put pesantren yang mempunyai jiwa, pengetahuan dan perilaku
yang suci dari korupsi.

a)         Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang indegeneous.


b)        Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang sangat banyak jumlahnya terutama di daerah
pedesaan
c)         Di samping sebagai lembaga pendidikan, pesantren juga menjadi lembaga masyarakat bahkan
menjadi basis politic power
d)        Pesantren sering dipandang sebagai lembaga pendidikan agama yang sangat kental dengan ajaran-
ajaran normatif dan nilai-nilai madani
e)         Secara historis, pesantren banyak melahirkan para pejuang, tokoh dan pahlawan bangsa indonesia
yang membawa bangsa indonesia bergerak lebih dinamis dan demokratis.
f)         Korupsi budaya baru di indonesia, sehingga solusi yang paling relevan untuk menjawab dan
menimalisir pemasalahan korupsi yaitu dengan memposisikan pesantren sebagai “the mother of
culture”. Dari alasan di atas maka pertanyaan-pertanyaan yang mendesak untuk didiskusikan lebih
lanjut dalam tulisan ini yaitu akankah upaya penyadaran melalui dunia pesantren ini bisa
melengkapi pendekatan hukum? bagaimana latar dan apa tujuan pendidikan anti korupsi?
Bagaimana bentuk kurikulum pendidikan anti korupsi yang bisa diterapkan di lembaga pesantren?
C.      Peranan Penting Pendidikan Anti Korupsi sejak Dini untuk mencegah tindak korupsi

            Berdasarkan sumber dari internet dinyatakan bahwa, Indonesia tercatat sebagai salah satu
negara yang memiliki kasus korupsi yang cukup tinggi di dunia. Hal ini dapat disimpulkan dari hasil
pengumuman negara-negara korup yang dikeluarkan oleh Transparency International sebuah
organisasi internasional yang bertujuan untuk memerangi korupsi pada tahun 2010 yang
menempatkan Indonesia di ranking ke 110 dengan IPK (Indeks Presepsi Korupsi) 2,8. Prestasi yang
memalukan ini tidak terlepas dari tingkah laku dan tindak tanduk para pejabat yang menduduki
posisi-posisi penting di pemerintahan. Maraknya kasus korupsi di Indonesia dapat diartikan sebagai
lemahnya kontrol diri para pejabat terkait dan tidak berdayanya instansi-instansi pemerintahan
maupun non-pemerintahan yang menjadi pengamat kasus ini. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah
antisipasi yang dapat menekan laju pertumbuhan kasus korupsi Indonesia di masa mendatang.
       Pendidikan anti korupsi sejak dini adalah salah satu cara untuk menekan laju tersebut.
Mengingat pendidikan merupakan salah satu penuntun generasi muda untuk ke jalan yang benar.
Pendidikan, sebagai awal pencetak pemikir besar, termasuk koruptor sebenarnya merupakan aspek
awal yang dapat merubah seseorang menjadi koruptor atau tidak. Pedidikan merupakan salah satu
tonggak kehidupan masyarakat demokrasi yang madani, sudah sepantasnya mempunyai andil dalam
hal pencegahan korupsi. Salah satu yang bisa menjadi gagasan baik dalam kasus korupsi ini adalah
penerapan anti korupsi dalam pendidikan karakter bangsa di Indonesia.
            Betapa pentingnya pendidikan anti korupsi sejak dini bisa dianalogikan sebagai betapa
pentingnya merawat, menjaga dan mempersiapkan bibit-bibit tanaman yang hendak ditumbuhkan
menjadi sebuah pohon yang memberikan banyak manfaat. Yang keberadaanya tak hanya bisa
menyerap sari tanah dengan akarnya tetapi juga bisa menghasilkan buah-buah yang segar untuk
dikonsumsi serta dahan yang rindang untuk dijadikan tempat berteduh. Ini sejalan dengan misi
pendidikan anti-korupsi sejak dini. Dengan penanaman nilai-nilai moral, pembekalan ilmu
pengetahuan tentang hukum, adat istiadat ketimuran serta religiusitas kepercayaan pada Tuhan
diharapkan bisa mencetak calon-calon figure pemangku kekuasaan yang bersih dari korupsi.
Pendidikan anti-korupsi sejak dini pun diharapkan bisa menumbuhkan pemikiran yang kritis bagi
peserta didik. Nantinya diharapkan, anak-anak terdidik ini bisa menjadi garda terdepan dalam
upaya pemberantasan korupsi di Indonesia. Pendidikan anti korupsi sejak dini itu penting. Akan
tetapi, akan menjadi lebih penting dan powerful jika dibarengi dengan pendidikan agama yang
dilaksanakan secara konsisten dan berkelanjutan.
Maraknya kasus korupsi di Indonesia memang tidak bisa secara serta merta diberantas dan hilang
begitu saja. Perlu antisipasi dini untuk menekan laju peningkatan kasus korupsi ini. Dengan adanya
pendidikan anti korupsi, diharapkan beberapa tahun kemudian ketika bibit-bibit calon pemimpin
yang kini masih menjadi tunas menjabat bisa menghilangkan kegelisahan masyarakat akan kasus
korupsi yang tak kunjung berakhir. Dan Indonesia bisa menjadi salah satu negara di dunia yang
bersih dari korupsi.

BAB IV
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dari uraian pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1.       Pendidikan anti korupsi adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses belajar
mengajar yang kritis terhadap nilai-nilai anti korupsi. Dan bukan sekedar media bagi transfer
pengalihan pengetahuan (kognitif) namun juga menekankan pada upaya pembentukan karakter
(afektif) dan kesadaran moral dalam melakukan perlawanan (psikomotorik) terhadap penyimpangan
perilaku korupsi.
2.       Pesantren harus berdiri dengan tegak dan berkewajiban secara massif untuk bergerak melawan
korupsi dengan melakukan penanaman kesadaran melawan perilaku korupsi melalui institusi
pendidikan pesantren.
3.       Pendidikan anti korupsi sejak dini memiliki peranan yang sangat penting karena pentingnya
pendidikan anti korupsi dini dapat dianalogikan sebagai betapa pentingnya merawat, menjaga dan
mempersiapkan bibit-bibit tanaman yang hendak ditumbuhkan menjadi sebuah pohon yang
memberikan banyak manfaat. Yang keberadaanya tak hanya bisa menyerap sari tanah dengan
akarnya tetapi juga bisa menghasilkan buah-buah yang segar untuk dikonsumsi serta dahan yang
rindang untuk dijadikan tempat berteduh. Ini sejalan dengan misi pendidikan anti-korupsi sejak
dini. Dengan penanaman nilai-nilai moral, pembekalan ilmu pengetahuan tentang hukum, adat
istiadat ketimuran serta religiusitas kepercayaan pada Tuhan diharapkan bisa mencetak calon-calon
figure pemangku kekuasaan yang bersih dari korupsi.

B.       Saran
Berdasarkan uraian-uraian di atas, penulis menyarankan agar para pembaca dan seluruh
masyarakat luas hendaknya memiliki kesadaran untuk tidak melakukan korupsi, karena selain
melanggar hukum, korupsi juga dapat merugikan banyak orang. Selain itu, masyarakat, pemerintah
serta instansi terkait perlu melakukan kerja sama secara sinergis untuk dapat
mengimplementasikan dan menerapkan pendidikan anti korupsi dini di segala aspek kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai