Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

DOSEN PENGAMPU : OLENGGIUS JIRAN DORES M.Pd

DISUSUN OLEH :

AMINNG 200310030

KRISTINA JULIA WATI ANDAP 200310034

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SINTANG

2022
Kata pengantar

Puji dan Syukur, kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu dalam
bentuk dan isinya yang sederhana.

Dalam penyusunan makalh ini penulis masih merassa banyak kekurangan baik
secara teknis maupun materi. Untuk itu kritis dan saran sangat diperlukan dari
semua pihak sangat diharapkan penulis demi penyempurnaan makalh ini.

Dengan demikian penulis mengucapkan banyak terimakasih yang tak terhingga


kepada semua pihak yang terlibatdalam membantu dalam menyelesaikan makalh
ini.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan anti korupsi merupakan pendidikan pembentuk
karakter yang bermuara pada perilaku anti korupsi. Berdasarkan berbagai
sudut pandang dan kajian, Negara Indonesia memiliki banyak sekali nilai-
nilai karakter bangsa.
Kemendikbud melansir terdapat 18 nilai karakter yang
dikembangkan di sekolah yang diperoleh melalui kajian empiris yang
bersumber dari Agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional.
Berdasarkan 18 nilai karakter tersebut, melalui kajian yang dilakukan KPK
ditemukan 9 nilai karakter sebagai pembentuk perilaku anti korupsi yang
kemudian digunakan untuk mengimplementasikan pendidikan anti korupsi
di sekolah.
Pendidikan antikorupsi adalah sebuah usaha sadar dan terencana
untuk mendorong generasi muda dalam mengembangkan sikap menolak
secara tegas segala bentuk perbuatan korupsi melalui penanaman nilai-
nilai anti korupsi dalam kegiatan pembelajaran. Pendidikan anti korupsi ini
tidak diajarkan melalui suatu mata pelajaran tersendiri. Melainkan dengan
cara mengintegrasikan melalui beberapa mata pelajaran seperti yang
terdapat pada pembelajaran tematik terpadu kurikulum 2013. Nilai-nilai
yang digunakan dalam mengintegrasikan pendidikan anti korupsi dalam
pembelajaran ada 9 yaitu nilai kejujuran, kepedulian, kemandirian,
kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras, kesederhanaan, keberanian, dan
keadilan.
Untuk mengatasi masalah tersebut pendidikan anti korupsi perlu
diintegrasikan dalam kegiatan pembelajaran untuk menanamkan nilai-nilai
anti korupsi seperti kejujuran, tanggung jawab, dan kemandirian sebagai
upaya pencegahan atau mengatasi tindak pidana korupsi. Agar
pengintegrasian nilai-nilai anti korupsi dapat terlaksana dengan baik, maka
guru juga harus mampu memilih model, metode, atau media yang sesuai
dengan karakteristik.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas yang telah diuraikan maka
rumusan masalah sebagai berikut ini :
1. Apa saja penyebab terjadinya korupsi?
2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab?
3. Apa saja cara agar korupsi tidak terjadi lagi?
4. Perilaku apa saja yang harus dikembangkan dalam korupsi?
5. Strategi apa yang harus disikapi oleh generasi sekarang?
6. Model pendidikan apa yang haus diterapkan oleh siswa untuk
menyikapi korupsi?
7. Nilai apa saja yang terkandun dalam pendidikan anti korupsi?

C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diurakan diatas maka tujuan dari
pendididikan anti korupsi sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan terjadinya sumber masalah korupsi
2. Mengidentifikasi masalah yang terjadi
3. Mengembangkan sifat dan perilaku terhadap korupsi
4. Untuk mengetahui pendididkan apa saja yang harus dikembangkan
5. Untuk mengetahui nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam
pendidikan anti korupsi
6. Untuk mengetahui model apa saja yang terkandung dalam pendidikan
anti korupsi
7. Untuk mengetahui strategi apa yang diterapkan dalam pendidikan anti
korupsi
BAB II
PEMBAHASAN
A. KORUPSI DIINDONESIA
Korupsi merupakan masalah paling kursi al yang di dp oleh negara
dan bangsa indonesia saat ini, Korupsi terjadi mulai dari korupsi kecil-
kecilan seperti pemberian uang sampai korupsi besar-besaran seperti
penyelewengan dana bantuan Dalam perkembangan tematik nya kata
korupsi diartikan sesuai perspektif yang digunakan.
Dalam dunia politik, korupsi berarti "abuse public of power" untuk
kepentingan pribadi atau kelompok. Dari aspek moralitas, korupsi
diartikan sebagai "mode of conduct" yang menyimpang dari standar nilai
kemanusiaan dan norma masyarakat. Menurut kamus besar bahasa
indonesia, korupsi berarti busuk, palsu, suap. Korupsi adalah tindakan
yang menyebabkan negara menjadi bangkrut dengan pengaruh luar biasa
seperti hancurnya perekonomian, pelayanan kesehatan tidak memadai, dan
rusaknya sistem pendidikan sehingga membudaya dalam kehidupan
bangsa Indonesia.
Pengertian korupsi bisa menjadi lebih luas, seperti berbohong,
markup, menyontek di sekolah, memberi hadiah sebagai pelicin, dan lain-
lain titik Dengan demikian, tindakan korupsi merupakan sekumpulan
kegiatan yang menyimpang dan merugikan orang lain. Di lingkungan
sekolah banyak ditemukan praktik korupsi mulai dari yang paling
sederhana seperti menyontek, berbohong, melanggar aturan sekolah,
masuk sekolah terlambat, sampai menggelapkan uang pembangunan
sekolah yang bernilai puluhan juta rupiah. Bentuk atau jenis tindakan
pidana korupsi dan tindak pidana yang berkaitan dengan korupsi
berdasarkan undang-undang tentang tindak pidana korupsi dikelompokkan
antara lain sebagai berikut :
1. Melawan hukum untuk memperkaya diri dan dapat merugikan
keuangan negara
2. Menyalahgunakan kewenangan untuk kepentingan diri sendiri dan
dapat merugikan keuangan negara
3. Menyuap pegawai negeri
4. Memberi hadiah kepada pegawai negeri karena jabatannya
5. Pegawai negeri menerima suap
6. Menyuap hakim
7. Menyuap advokat
8. Hakim dan advokat menerima suap
9. Pegawai negeri menggelapkan uang atau membiarkan penggelapan
10. Pegawai negeri memalsukan buku untuk pemeriksaan administrasi
a. Bentuk Krorupsi
Berdasarkan tingkatnya bentuk korupsi dikelompokkan menjadi 3 antara
lain :
1. Penghianatan kepercayaan (betrayal of trust) adalah bentuk korupsi
paling sederhana semua orang yang berkhianat atau menghianati
kepercayaan atau amanat yang diterima adalah koruptor.
2. Penyalahgunaan kepercayaan (abuse of power) merupakan korupsi
si tingkat menengah penyalahgunaan kepercayaan ialah segala bentuk
penyimpangan yang dilakukan melalui struktur kekuasaan baik di
tingkat negara maupun lembaga struktural lain termasuk lembaga
pendidikan tanpa memperoleh keuntungan mater
3. Penyalahgunaan kekuasaan agar bisa memperoleh keuntungan
materi (material benefit) Penyimpangan kekuasaan dilakukan untuk
memperoleh keuntungan materi baik bagi dirinya sendiri maupun
orang lain koruptor di tingkat ini merupakan struktur paling
membahayakan karena kekuasaan dan keuntungan materi bentuk
korupsi ini adalah korupsi yang paling banyak terjadi di Indonesia

b. Faktor Penyebab Korupsi


Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi, baik yang
berasal dari dalam diri sendiri pelaku maupun dari luar berlaku secara
umum ICW mengidentifikasi 4 faktor penyebab korupsi antara lain
sebagai berikut :
1. Faktor politik
Politik merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi hal ini dapat
dilihat saat terjadi ketidakstabilan politik kepentingan politis bahkan
saat meraih dan mempertahankan kekuasaan. Korupsi pada tingkat
pemerintah dari sisi penerimaan pemerasan uang suap pemberian
perlindungan pencurian barang publik untuk kepentingan pribadi
tergolong korupsi yang disebabkan oleh konstelasi politik.
Korupsi politik meliputi perilaku curang uang pada pemilihan anggota
legislatif ataupun para pejabat eksklusif dana ilegal untuk pembiayaan
kampanye. Penyelesaian konflik parlemen melalui cara ilegal dan
teknik lobi yang menyimpang. Penyimpangan pemberian kredit atau
penarikan pajak pada pengusaha kongsi antar pengusaha kasus pejabat
Bank Indonesia atau menteri di bidang ekonomi.
2. Faktor Hukum
Faktor hukum dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek perundang-
undangan dan lemahnya penegakan hukum dari aspek perundang-
undangan korupsi disebabkan karena tidak baiknya substansi hukum
aturan diskriminatif dan tidak adil rumusan yang tidak jelas sehingga
menyebabkan multitafsir kontradiksi dan overlapping dengan
peraturan lain. Dari aspek lemahnya penegak hukum korupsi
disebabkan karena sanksi yang tidak ekuivalen dengan perbuatan yang
dilarang.
Penyebab keadaan ini sangat beragam pertama tawar-menawar dan
pertarungan kepentingan antar kelompok dan golongan pada
parlementer sehingga memunculkan aturan yang bias dan dan
diskriminatif. Berkaitan dengan hal itu korupsi mudah timbul karena
ada kelemahan di dalam peraturan perundang-undangan meliputi
adanya peraturan perundang-undangan yang bermuatan kepentingan
pada pihak-pihak tertentu, terdapat lima hal yang dianggap berpotensi
menjadi penyebab tindak korupsi pertama adalah sistem politik yang
ditandai dengan munculnya aturan perundang-undangan kedua
intensitas moral seseorang atau kelompok ketiga remunerasi atau
pendapatan yang minim ke empat pengawasan internal maupun
pengawasan eksternal terima budaya taat aturan.
3. Faktor Ekonomi
Merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi hal ini dijelaskan
dari kurangnya gaji dan pendapatan pegawai negeri memang
merupakan faktor paling menonjol sehingga menyebabkan merata dan
meluas korupsi faktor ekonomi lain yang menjadi penyebab terjadinya
korupsi yaitu kekuasaan pemerintah dibarengi dengan faktor
kesempatan pegawai pemerintah untuk memenuhi kekayaan mereka
dan kroninya. Terkait faktor ekonomi korupsi banyak pendapat
menyatakan bahwa kemiskinan merupakan akar masalah korupsi
pernyataan ini tidak benar sepenuhnya karena banyak korupsi
dilakukan oleh pemimpin Asia dan Afrika.
4. Faktor Organisasi
Organisasi yang menyebabkan korban korupsi atau di mana korupsi
terjadi itu memberi andil terjadinya korupsi karena membuka peluang
atau kesempatan untuk terjadinya korupsi. Aspek-aspek penyebab
terjadinya korupsi dari sudut pandang organisasi meliputi kurang
adanya teladan dari pemimpin tidak adanya budaya organisasi yang
benar sistem akuntabilitas di instansi pemerintah kurang memadai serta
pihak manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasinya.

c. Faktor Internal dan Ekasternal Penyebab Korupsi


Faktor penyebabnya adalah internal pelaku korupsi maupun situasi
lingkungan yang kondusif bagi seseorang untuk melakukan korupsi
korupsi ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu internal merupakan
pendorong korupsi dari dalam diri dan faktor eksternal memicu perilaku
korup karena faktor dari luar :
Faktor internal dapat dirinci menjadi dua aspek sebagai berikut :
1. Aspek perilaku individu
a) Sifat tamak atau rakus manusia adalah kejahatan profesional yang
rakus mereka sudah berkecukupan tetapi serakah karena
mempunyai hasrat besar untuk memperkaya diri.
b) Moral yang kurang kuat seseorang yang moralnya tidak kuat
cenderung mudah tergoda untuk melakukan korupsi ini berasal dari
atasan teman setingkat bawahan atau pihak lain.
c) Gaya hidup konsumtif kehidupan di kota besar sering kali
mendorong gaya hidup seseorang menjadi konsumtif perilaku ini
apabila tidak diimbangi pendapatan yang memadai akan membuka
peluang seseorang untuk melakukan berbagai tindakan korupsi.
2. Aspek Sosial
Disebabkan karena dorongan keluarga lingkungan keluarga yang
memberikan dorongan kuat bagi seseorang untuk korupsi dan
mengalahkan sifat baik seseorang.
Faktor eksternal penyebab korupsi dapat dilihat menjadi empat aspek
antara lain :
1. Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi yang terjadi karena
empat faktor yaitu :
a. Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadi korupsi
ditimbulkan karena budaya masyarakat seperti masyarakat
yang menghargai seseorang karena kekayaan yang dimilikinya
b. Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi
adalah masyarakat. masyarakat umum menganggap sosok yang
paling dirugikan dari perilaku korupsi adalah negara maka yang
rugi adalah masyarakat karena proses anggaran pembangunan
berkurang akibat korupsi
c. Masyarakat kurang menyadari terlibat korupsi. Setiap
perbuatan pasti melibatkan anggota masyarakat hal ini kurang
disadari masyarakat seringkali masyarakat terbiasa terlibat pada
kegiatan korupsi dengan cara terbuka tetapi tidak disadari
d. Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi bisa dicegah dan
diberantas apabila ikut aktif dalam pencegahan dan
pemberantasan korupsi
2. Aspek ekonomi yaitu pendapatan tidak mencukupi kebutuhan ada
kemungkinan seseorang mengalami situasi ekonomi terdesak
keterdesakan ini membuka ruang bagi seseorang untuk mengambil
jalan pintas dengan korupsi
3. Aspek politik yaitu adanya ketidakstabilan politik kepentingan
politik serta meraih dan mempertahankan kekuasaan sangat
berpotensi menyebabkan korupsi.
4. Aspek organisasi terdapat lima faktor yaitu :
a. Kurang adanya sikap keteladanan pemimpin dalam lembaga
formal atau informal memiliki pengaruh penting bagi
bawahannya jika pembeli tidak memberi teladan baik di
hadapan bawahannya maka berbuat korupsi kemungkinan besar
bawahnya melakukan hal yang sama.
b. Tidak adanya budaya organisasi yang benar budaya memiliki
pengaruh kuat terhadap anggotanya jika budaya organisasi
tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai situasi
tidak kondusif yang mewarnai kehidupan organisasi
c. Kurang memadainya sistem akuntabilitas visi misi tujuan dan
sasaran pemerintah belum dirumuskan dengan jelas sehingga
sulit melakukan penilaian apakah instansi berhasil mencapai
sasarannya atau tidak dan kurangnya perhatian pada efisiensi
penggunaan sumber daya yang dimiliki
d. Kelemahan sistem pengendalian manajemen adalah salah satu
syarat tindak pelanggaran korupsi dalam organisasi semakin
longgar atau lama pengendalian manajemen organisasi akan
semakin terbuka perbuatan korupsi anggota atau pegawai.
e. Lemahnya pengawasan internal dan eksternal kurang dapat
efektif karena adanya tumpang tindih pengawasan pada
berbagai intensi pengawasan kurang profesional serta
pengawasan kurang patuh terhadap etika hukum

Oleh sebab itu kita perlu menghubungkan upaya pemberantasan korupsi dengan
melibatkan karakteristik dari berbagai pihak yang terlibat serta lingkungan
Dimana mereka bekerja atau beroperasi.

d. Peran KPK dalam Pendidikan Anti Korupsi


Komisi pemberantasan korupsi atau KPK adalah lembaga negara yang dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari
pengaruh kekuasaan manapun UU no 30 tahun 2002 (pasal 3). Pasal 1 butir 3
menjelaskan pemberantasan tindak pidana korupsi adalah serangkaian tindakan
untuk mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi melalui upaya
koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan penyidikan penuntutan dan
pemeriksaan di sidang pengadilan dengan peran serta masyarakat.
Pasal 6 menjelaskan KPK memiliki 5 tugas yaitu
a. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi.
b. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi
c. Melakukan penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak
pidana korupsi
d. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi.
e. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah negara

Dalam melaksanakan tugas KPK berwenang melakukan upaya pencegaha ada 6


upaya pencegahan sebagai berikut :

1. Melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta kekayaan


penyelenggara negara
2. Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
3. Menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap jenjang
pendidikan
4. Merancang dan mendorong terlaksananya program sosialisasi
pemberantasan tindak pidana korupsi
5. Melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat umum
6. Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan
tindak pidana korupsi

e. Peta strategi KPK dalam pemberantasan korupsi


Berdasarkan jangka waktu strategi pencegahan korupsi yang dilakukan oleh KPK
terbagi atas tiga jenis antara lain sebagai berikut :
1. Strategi jangka pendek yaitu strategi yang diharapkan mampu segera
memberikan manfaat atau pengaruh dalam pencegahan dan pemberantasan
korupsi.
2. Strategi jangka menengah yaitu strategi yang secara sistematis mampu
mencegah terjadi tindak pidana korupsi atau TPK melalui perbaikan
sistem administrasi dan manajemen penyelenggaraan negara.
3. Strategi jangka panjang itu seperti yang diharapkan mampu mengubah
budaya anti korupsi dan persepsi masyarakat terhadap korupsi menjadi
budaya produktif dan inovatif terhadap korupsi.

f. Pendidikan anti korupsi di sekolah dan perguruan tinggi


Departemen Pendidikan lithuanian yang telah mengimplementasikan pendidikan
anti korupsi dengan negaranya sejak tahun 2005 mengatakan bahwa tugas utama
pendidikan anti korupsi di sekolah adalah memberikan pemahaman kepada siswa
bagaimana siswa dapat membedakan antara kejahatan korupsi dan bentuk
kejahatan lain memberikan pendapat yang logis dan rasional mengapa korupsi
dianggap sebagai kejahatan serta menunjukkan cara-cara dapat ditempuh dalam
mengurangi terjadinya korupsi. Ditinjau dari konteks pendidikan, tindakan untuk
mencegah, mengurangi, bahkan memberantas korupsi adalah keseluruhan upaya
untuk mendorong generasi muda agar bisa mengembangkan sikap tidak bersedia
menerima dan memanfaatkan perbuatan korupsi bahkan menolak setiap bentuk
korupsi secara tegas. Perubahan sikap membiarkan dan menerima menuju pada
sikap menolak korupsi tidak akan pernah terwujud apabila tidak dilakukan
pembinaan secara sadar terhadap generasi muda yang akan datang untuk
memperbaharui sistem nilai yang diwarisi sesuai dengan tuntutan yang muncul
dalam setiap tahap perjalanan bangsa.

g. Peran Pendidikan Aanti Korupsi


Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 3
menyatakan secara eksplisit bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan jelaskan kehidupan bangsa bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat berilmu,
cakep, kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Pendidikan Anti korupsi adalah usaha sadar untuk memberikan pemahaman dan
mencegah terjadinya perbuatan korupsi yang dilakukan melalui pendidikan formal
di sekolah di lingkungan, keluarga, serta pendidikan nonformal di masyarakat.
Sasaran utama pendidikan Anti korupsi adalah memperkenalkan fenomena
korupsi yang mencakup kriteria-kriteria penyebab dan akibat, mengingkatkan
sikap tidak toleran terhadap tindakan korupsi menunjukkan berbagai
kemungkinan usaha untuk melawan korupsi serta berkontribusi terhadap standar
yang telah ditentukan sebelumnya seperti mewujudkan nilai-nilai dan kapasitas
untuk menentang korupsi di kalangan generasi muda.

h. Tujuan dan Sasaran Pendidikan Matematika


Ada 5 tujuan pendidikan anti korupsi yaitu sebagai berikut:
1. Membangun kehidupan sekolah sebagai bagian dari masyarakat melalui
penciptaan lingkungan belajar yang berbudaya integritas anti korupsi yaitu
jujur disiplin adil tanggung jawab kerja keras sederhana mandiri berani peduli
dan bermartabat.
2. Mengembangkan potensi kalbu atau nurani peserta didik melalui ranah afektif
sebagai manusia yang memiliki kepekaan hati dan selalu menjunjung tinggi
nilai-nilai budaya sebagai wujud rasa cinta tanah air serta didukung wawasan
kebangsaan yang kuat
3. Membutuhkan sikap perilaku kebiasaan yang terpuji sejalan dengan nilai
universal dan tradisi budaya bangsa yang religius
4. Menanamkan jiwa kepemimpinan yang profesional dan bertanggung jawab
sebagai generasi penerus bangsa
5. Menyelenggarakan manajemen sekolah secara terbuka transparan profesional
serta bertanggung jawab.
Caranya pendidikan anti korupsi merupakan bagian dari pendidikan karakter maka
pendidikan antikorupsi harus ditanamkan secara terpadu melalui jenjang
pendidikan dasar sampai perguruan tinggi pendidikan ini penting bagi
perkembangan psikologis siswa secara sistematis akan membuat siswa mengenal
lebih dini hal-hal yang berkenaan dengan korupsi termasuk sanksi yang akan
diterimanya dengan demikian akan tercipta generasi yang memahami bahaya
korupsi dan bentuk korupsi serta mengetahui sanksi yang diterima jika melakukan
korupsi. Peran pendidikan Anti korupsi adalah mencegah meluasnya perilaku
tindak korupsi sejak dini ada 3 penyelenggaraan kegiatan anti korupsi sebagai
berikut :
1) Penyelenggaraan manajemen berbasis sekolah atau MBS secara profesional
transparan dan akuntabel
2) Penyelenggaraan kegiatan pembelajaran holistik yang akan mengembangkan
semua ranah kemampuan melalui pendekatan belajar aktif keteladanan
pembiasaan serta pembudayaan
3) Meningkatkan kepedulian dan partisipasi publik agar sekolah menjadi institut
yang berbudaya integrasi dalam setiap aktivitasnya.

i. MBS Dalam Pendidikan Anti Korupsi


Penyelenggaraan MBS yang profesional transparan dan akuntabel meliputi 6
aspek beserta indikatornya sebagai berikut :
1. Perencanaan indikator adalah memiliki visi misi dan tujuan dokumen
kurikulum yang berorientasi pada pembangunan integritas sebagai dasar
penyusunan rencana strategis dan rencana aksi sekolah serta kalender
pendidikan
2. Organisasi kepemimpinan dan mekanisme kerja indikator adalah setiap
jabatan dalam struktur organisasi memiliki dokumen perencanaan kerja tata
tertib dan kode etik serta instrumen evaluasi untuk mengukur ketercapaian
program
3. Pelaksanaan implementasi indikatornya semua pihak menjalankan tugas serta
konsisten sesuai dengan perencanaan aturan tata tertib dan kode etik yang
telah disepakati
4. Pengawasan supervisi dan evaluasi indikatornya adalah memiliki sistem
program dan instrumen pengawasan melekat dan pembinaan secara
berkesinambungan serta melaksanakan pengelolaan keuangan yang akuntabel
dan transparan mengacu pada PSAK 45 tentang tata cara laporan keuangan
sekolah
5. Akreditas sekolah dan sertifikat pendidikan indikatornya memberikan data
sesuai dengan fakta yang sebenarnya
6. Tindak lanjut indikator adalah memberi penghargaan serta sanksi secara
objektif konsisten dan berlaku adil
UU nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat 3
disebut pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang
saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Manajemen kesiswaan bertujuan mengatur berbagai kegiatan kesiswaan sehingga
kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancar tertib dan teratur serta
mampu mencapai tujuan yang diinginkan apabila dikaitkan dengan pendidikan
antikorupsi manajemen kesiswaan lebih difokuskan pada pengembangan budaya
mutu program bimbingan dan penyuluhan serta program peningkatan belajar
siswa.

j. Implementasi Pendidikan Anti Korupsi


Pendidikan anti korupsi dalam KTSP melalui tiga hal sebagai berikut :
1) Integrasi dalam mata pelajaran yang ada dibutuhkan komitmen guru dan
siswa untuk jujur disiplin kerja keras dan sebagainya sekolah harus
mengembangkan silabus RPP bahan ajar dan penilaian pada kompetisi sesuai
nilai pendidikan antikorupsi yang dikembangkan
2) Mata pelajaran dalam muatan lokal pendidikan antikorupsi dikembangkan
dan ditetapkan sekolah dengan mengkombinasikan kearifan dan keunggulan
lokal serta kebutuhan peserta didik atau daerah setempat
3) Kegiatan pengembangan diri kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui
dua hal yaitu antara lain sebagai berikut
a. Pembudayaan dan pembiasan yaitu pengkondisian kegiatan rutin keteladanan
dan kegiatan spontan
b. Kegiatan terprogram melalui ekstrakurikuler Pramuka PMR UKS KIR
olahraga seni dan OSIS serta bimbingan dan konseling
Ada tiga bentuk partisipasi publik untuk meningkatkan kepedulian dan partisipasi
publik agar sekolah menjadi institusi yang berbudaya integritas dalam setiap
aktivitas antara lain sebagai berikut
1. Keteladanan
2. Sosialisasi
3. Dukungan dana sarana dan prasarana

k. Pendekatan Implementasi Pendidikan Anti Korupsi


Terdapat tiga pendekatan implementasi pendidikan anti korupsi sebagai berikut:
1. Kebijakan nasional yang diteruskan sampai satuan pendidikan yaitu
a) Sosialisasi
b) pengembangan regulasi
c) pengembangan kapasitas
d) implementasi dan kerjasama
e) pemantauan dan evaluasi

2. Menemukenali praktik contoh terbaik pendidikan karakter melalui :


a) Penemuan dalam berbagai pengalaman praktik terbaik pendidikan karakter di
tingkat satuan pendidikan kabupaten kota provinsi sampai tingkat nasional
b) Pendokumentasian praktik terbaik tersebut dalam buku CD dan sebagainya.

3. Revitalisasi kegiatan ekstrakurikuler melalui :


a) Pramuka
b) kantin kejujuran
c) usaha kesehatan sekolah
d) palang merah remaja
e) perlombaan olimpiade sains dan olahraga
f) sekolah hijau
g) pendidikan tertib lalu lintas

l. Poin-poin [enting da;am Pendidikan Anti Korupsi


1. Pengetahuan tentang korupsi
Untuk memiliki pengetahuan yang benar dan tepat analisis mengenai penyebab
dan akibat dari tindakan korupsi terhadap berbagai aspek kehidupan manusia
termasuk aspek moralitas dan memberikan wawasan kepada siswa tentang korupsi
yang lebih luas. Berdasarkan pengetahuan yang dimiliki tersebut diharapkan siswa
mampu menilai perilaku korupsi dalam masyarakat atau institusi disekitarnya.
Oleh karena itu, pemberian informasi tentang korupsi bukan untuk memberi kan
informasi sebanyak mungkin kepada siswa tetapi informasi itu diperlukan agar
siswa mampu membuat pertimbangan tertentu dalam menilai.

2. Pengembangan sikap
Perubahan pada suatu unsur sikap siswa akan mengubah pola unsur yang lainnya
misalnya menghilangkan kemauan dan perilaku mungkin mengubah pengetahuan
sikap dan reaksi aktif oleh sebab itu ketika memberikan informasi tentang korupsi
guru berupaya mengembangkan sikap berdasarkan pengetahuan siswa harus
memiliki pengetahuan yang benar dan dipahami secara baik sehingga pengetahuan
itu dapat bertahan lama dalam memorinya dan dipergunakan setiap kali mereka
akan membuat pertimbangan tertentu

3. Perubahan sikap
Pendidikan anti korupsi menghendaki sikap-sikap seperti itu perlu dirubah untuk
sesuai dengan nilai-nilai dasar anti korupsi oleh karena itu diperlukan pola dan
strategi perubahan sikap yang dapat digunakan dari berbagai sumber untuk
membentuk persepsi tentang korupsi yang berlawanan dengan persepsi yang
dimiliki siswa antara lain dengan menyajikan informasi secara tak terduga melalui
permainan atau parodi. Karena pengetahuan dan sikap disimpan dalam memori
yang berbeda diperlukan waktu agar mencapai pengetahuan dan sikap artinya
proses pengetahuan berubah menjadi sikap membutuhkan waktu yang cukup
panjang apabila sikap secara tidak langsung atau diatasi dengan cara persuasif
dalam jangka panjang sikap tersebut akan berganti dengan sendirinya jika
informasi yang mendiskreditkan korupsi disajikan dalam cara yang bermakna dan
memancing siswa untuk berpikir secara kritis tentang fenomena tersebut.

4. Persektif moral dan konvensional


Pendidikan anti korupsi didasarkan pada pendidikan nilai yang tidak membedakan
secara tegas antara dua regulasi itu moralitas dan konveksi oleh karena itu
pendidikan anti korupsi sebaiknya memperhatikan perbedaan antara moralitas dan
konveksi. Dari perspektif konvensi apapun boleh dilakukan selama tidak dilarang
sedangkan perspektif konsepsi lebih melibatkan pelanggaran kesepakatan
konsistensi dan harapan dari pemilik wewenang. Apapun juga nilai yang di ingin
dimasukkan ke dalam pendidikan pendidikan moral adalah hal utama merupakan
bagian dari kewajiban untuk mempersiapkan generasi muda agar memasuki dunia
yang menghendaki perilaku lebih baik dari yang pernah ada oleh karena itu
pendidikan yang memperkuat moralitas siswa harus lah di tangan oleh institusi
pendidikan secara serius

5. Pengembangan karakter anti korupsi


Agar perilaku tersebut dapat menjadi karakter siswa ada beberapa langkah yang
bisa dilakukan dalam pendidikan anti korupsi di antaranya sebagai berikut:
a. Melatih siswa menentukan pilihan berlakunya siswa harus diberitahukan
tentang hak kewajiban dan konsekuensi dari tindakan yang telah dilakukan
jika siswa menemukan pilihannya kepada sesuatu dalam diskusi guru dapat
memberikan beberapa alternatif lain.
b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pemahaman
luas dengan menciptakan situasi fleksibel di mana siswa dapat bekerjasama
berbagai dan memperoleh bimbingan yang diperlukan dari guru oleh karena
itu kegiatan menganalisis kasus diskusi bermain peran atau jarak adalah
situasi yang akan mengembangkan karakter anti korupsi dalam siswa
c. Tidak begitu terfokus pada semua fakta seperti berapa persen PNS yang
terlibat korupsi berapa banyak uang negara yang hilang di korupsi pertahun
atau beberapa kuman yang tepat untuk pelaku korupsi dan sebagainya hal ini
juga penting tetapi yang terpenting adalah bagaimana membuat siswa
menemukan sumber informasi dan cara apa informasi dapat dikumpulkan.
d. Melibatkan siswa dalam berbagai aktivitas sosial di sekolah dan di
lingkungan hal ini ditunjuk untuk menanamkan rasa tanggung jawab dan
hormat terhadap orang lain dalam rangka melatih mereka untuk berbagai
tanggung jawab sosial Dimana mereka tinggal.

m. Dimensi Korupsi
1. Dimensi politik
Dari aspek korupsi terdapat model kompetensi yaitu kompetisi dengan iming-
iming materi dan bentuk lainnya untuk menarik simpati pada pemilihan secara
perorangan atau kelompok kerja dalam masyarakat. Model ini memberikan
tekanan besar terhadap penyimpangan dana publik dan memperkuat struktur
korupsi dari bentuk penggunaan dana dan sarana publik untuk memperluas basis
pendukung ketika pemilu. Korupsi di pemilihan umum dan di badan legislatif
mengurangi akuntabilitas serta perwakilan dalam pembentukan kebijaksanaan
korupsi politik artinya kebijaksanaan pemerintah seringkali menguntungkan
pemberi suap bukan rakyat luas

2. Dimensi sosiologi
Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan
keberadaan orang lain dengan mengadakan hubungan sosial hubungan terjadi karena
adanya kontak dan interaksi dari berbagai perilaku manusia atau yang disebut
interaksi sosial. Hal tersebut perbuatan korupsi merupakan konsekuensi dari interaksi
antar individu baik secara individu maupun kelompok yang merupakan perwujudan
dari penyimpangan sosial. Berkaitan korupsi yang merupakan salah satu bentuk
penyimpangan sosial perlu dilakukan pengendalian sosial melalui sistem untuk
mendidik dan mengarahkan dengan mekanisme tertentu mendidik itu dimaksudkan
agar di dalam diri seseorang terdapat perubahan sikap dan tingkah laku untuk
bertindak sesuai dengan berbagai norma yang berlaku yaitu sikap anti korupsi.

3. Dimensi ekonomi
Korupsi mempersulit pembangunan ekonomi dan mengurangi kualitas pelayanan
pemerintah antara lain dengan membuat distorsi atau kekacauan dan ketidak efisien
dari pembayaran ilegal dan biaya manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup
meskipun terdapat pendapat yang menyatakan bahwa korupsi mengurangi biaya
dengan mempermudah biokrasi. Dalam sektor publik korupsi menimbulkan distorsi
dengan mengalihkan investasi publik ke proyek masyarakat dimana suap dan upah
tersedia lebih banyak dalam sektor swasta maupun publik pejabat dimungkinkan
membuat peraturan dan hambatan baru sebagai tambahan proyek masyarakat untuk
menyembunyikan praktek korupsi. Korupsi di bidang ekonomi juga menyebabkan
persaingan tidak kompetitif antara pelaku ekonomi karena seluruh proses harus
melalui uang pencicilan dan memerlukan waktu yang relatif lama, bagi masyarakat
kelas bawah korupsi menimbulkan biaya hidup yang lebih tinggi dan harga menjadi
lebih mahal sebagai dampak adanya biaya manajemen seperti dipaparkan di atas.
Akibatnya muncul banyak pengemis pengangguran pemerasan sapi penggunaan
dengan sumber utama uang.

4. Dimensi hukum
Dari sudut pandang hukum tidak pidana korupsi itu secara garis besar mencakup
unsur sebagai berikut
Perbuatan melanggar hukum
a) Penyalahgunaan wewenang kesempatan atau sarana
b) Memperkaya diri orang lain atau korporasi
c) Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara
d) Memberi dan menerima hadiah atau janji
e) Penggelapan dalam jabatan
f) Pemerasan dalam jabatan
g) Ikut serta dalam pengadaan bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara
h) Menerima gratifikasi

B. PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANTIKORUPSI


1. Pengembangan Siswa Dalam Nilai-nilai Dan Perilaku Antikuropsi
Nilai-nilai dan perilaku antikorupsi yang akan ditanamkan melalui
pengembangan melalui kegiatan kesiswaan dapat diidentifikasikan sebagai
berikut:
a. Menunjukkan sikap ebjektif, berorentasi pada kwalitas kepribadian dan
kemampuan profesional dalam memilih calon pengurus dan pemimpin.
b. Melakukan tugas sesuai fungsi dan tanggung jawab dengan ikhlas dan
penuh pengabdian.
c. Menunjukkan sikap terbuka dalam merencanakan dan melakukan
kegiatan bersama.
d. Melakukan sikap terbuka dalam mengelola anggaran keuangan
kegiatan.
e. Memiliki motivasi dan kreativitas tinggi dalam menggemukakan
gagasan antikorupsi.
f. Memiliki keberanian yang kuat untuk ikut serta melakukan
pemberantasan korupsi.
g. Memiliki wawasan dan pola pikir mantap serta luas mengenai prilaku
antikorupsi.
h. Menunjukkan penghayatan dan apresiasi mendalam mengenai perilaki
antikorupsi.
i. Memiiki beberapa sikap terpuji yang dapat menghindari diri dari
perilaku antikorupsi.
j. Memiliki perasaan dan kesan yang kuat untuk menghindari perilaku
antikorupsi.

2. Strategi Pengembangan Siswa


Pengembangan pendidikan antikorupsi melalui kegiatan kesiswaan bisa
dilakukan dengan sepuluh strategi :
a. Melaksanakan pemilihan kepengurusan kesiswaan (OSIS, Pramuka,
PMR, Koperasi siswa, dll) serta panitia kegiatan yang dilaksanakan
secara demokratis dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan yang
mengutamakan kemampuan dan kualitas siswa tanpa dipengaruhi oleh
unsur-unsur subjektif yang mengarah pada korupsi.
b. Memastikan bahwa setiap pengurus organisasi kesiswaan (OSIS,
Pramuka, PMR, Koperasi siswa, dll) dan kepanitian kegiatan telah
melaksanakan tugas pekerjaannya masing-masing sesuai fungsi dan
tanggung jawab masing-masing dengan penuh dedikasi, keikhlasan,
serta rasa pengabdian.
c. Semua hasil keputusan rapat, setiap perencanaan, proses pelaksanaan,
dan hasil kegiatan kesiswaan diumumkan secara tertulis dalam papan
informasi kegiatan siswa secara terbuka.
d. Setiap kegiatan kesiswaan harus disertai rencana anggaran kegiatan
secara rinci dan setiap kali selesai kegiatan pelaksanaan kegiatan
secepatnya ditulis dalam laporan keuangan dan pengeluaran dilengkapi
bukti yang sah.
e. Menyediakan rubrik antikorupsi sebagai rubrik tetap selain rubrik-
rubrik lain dalam majalah dinding siswa.
f. Dalam kegiatan Hari Besar Nasional dan Keagamaan dapat dilakukan
perlombaan yang mengandung muatan antikorupsi.
g. Pada saat tertentu seperti Hari Besar Nasional dan Keagamaan dapat
dilakukan dialog, ceramah, seminar, diskusi, atau kegiatan sejenisnya
yang bertemakan anrikorupsi.
h. Pada kahir atau awal tahun dapat dilakukan pentas seni yang
menunjukkan kreativitas dan apresiasi siswa dalam berbagai bidang
yang mengandung nilai-nilai dan perilaku antikorupsi.
i. Berbagai kegiatan serta kejuaraan olahraga perlu ditekankan pada
internalisasi nilai-nilai dan penumbuhan sikap yang mendukung
perilaku antikorupsi.
j. Penanaman modal nilai-nilai dan perilaku antikorupsi juga bisa
dilakukan melalui kegiatan kunjungan lapangan untuk mengetahui
secara faktual peristiwa-peristiwa berkaitan dengan korupsi.

3. Kebiasaan Perilaku Dalam Nilai-Nilai Dan Perilaku Antikorupsi


Agar perilaku antikorupsi dapat menjadi karakter siswa, ada beberapa hal
yang harus dilakukan, antara lain sebagai berikut :
i. Melatih siswa agar menentukan pilihan perilakunya. Siswa harus
diberitahukan hak, kewajiban, dan kosekuensi dari tindakan yang
dilakukannya.
ii. Memberikan siswa kesempatan agar bisa mengembangkan pemahaman
yang luas dengan menciptakan situasi di mana siswa dapat bekerja
sama, berbagi, serta memperoleh bimbingan guru.
Nilai-nilai dan perilaku antikorupsi yang ditanamkan melalui
pembiasaan perilaku dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a. Memiliki semangat dan komitmen antikorupsi yang kuat.
b. Berperilaku terbuka, bertanggung jawab, dan menjujung tinggi
kepentingan umum.
c. Berperilaku jujur pada diri sendiri dan orang lain dalam melakukan
transaksi.
d. Berperilaku hanya mau menerima suatu yang memang menjadi hak
atau miliknya.
4. Strategi Pembiasaan Perilaku Antikorupsi
Pengembangan pendidikan antikorupsi melalui pembiasan perilaku
dilakukan dengan lima strategi, antara lain sebagai berikut.
1. Penyampaian komitmen antikorupsi dalam upacara. Pembiasan
antikorupsi memerlukan komitmen yang kuat. Jadi, sekolah perlu
membangun komitmen secara terus menerus dengan berkelanjutan.
2. Pengadaan kas sosial kelas. Pembagian perilaku antikorupsi juga dapat
dilakukan melalui pengadaan kas sosial kelas. Kebiasaan penggelolaan
kas keuangan kas sosial secara jujur, trasparan, dan penuh tanggung
jawab dapat membentuk pembiasaan terhadap perilaku tersebut.
3. Pengadaan pos kehilangan dan benda tak bertuan. Salah satu
perwujudan sikap jujur adalah tidak mau memiliki benda apa pun yang
bukan miliknya, meskipun benda itu hasil temuan dan ternyata tidak
ada yang memilikinya, pembiasaan sikap ini sangat efektif dan relevan
untuk menghindari perilaku korupsi.
4. Salam dan yel-yel antikorupsi. Perilaku antikorupsi harus disertai
dengan penciptaan atmosfer yang mendukung. Atmosfer antikorupsi
dapat diciptakan melalui pembiasaan salam dan yel-yel yang secara
ekstrim dan ekspilist menolak perilaku korupsi.
5. Pemasangan poster atau karikatur. Penciptaan atmosfer antikorupsi
disekolah dapat juga dilakukan dengan pemasangan poster atau
karikatur yang mengandung nilai-nilai antikorupsi.

C. PENDIDIKAN ANTIKORUPSI PADA PENDIDIKAN DASAR DAN


MENEGAH

A. Model Pendidikan Antikorupsi Di Sekolah


Keberhasilan penanaman nila-nilai antikorupsi dipengaruhi oleh
pendekatan dan cara penyampaian pembelajaran yang digunakan.

1. Model Terintegritas Dalam Mata Pelajaran


Penanaman nilai-nilai antikorupsi dalam pendidikan antikorupsi dapat
disampaikan secara terintegritas dalam semua mata pelajaran. Guru dapat
memilih nilai-nilai yang dapat ditanamkan kepada siswa melalui materi
pembahasan mata pelajaran.
Keunggulan model ini adalah semua guru ikut serta dan bertanggung
jawab pada penanaman nilai-nilai antikorupsi ke siswa.
Kelemaham model ini adalah pemahaman dan presepsi nilai-nilai
antikorupsi yang akan ditanamkan harus jelas dan sama bagi semua guru.

2. Model Di Luar Pembelajaran Melalui Kegiatan Ekstra Kurikurel


Penanaman nilai-nilai antikorupsi dapat ditanamakan dalam berbagai
kegiatan di luar pembelajaran seperti dalam kegiaatn ektrakulikuler atau
isidental. Penanaman nilai dengan model ini lebih mengutamakan
pengelolaan dan penanaman nilai melalui kegiatan untuk dibahas dan
dikupas nilai-nilainya.
Keunggulan model ini adalah siswa sungguh mendapatkan nilai melalui
pengalaman konkret. Pengalaman akan lebih tertanam mendalam jika
dibandingkan dengan informasi termasuk monolog.
Kelemahan model ini adalah tidak ada struktur yang tetap dalam
pendidikan dan pengajaran di sekolah sehingga akan memerlukan lebih
banyak waktu. Model ini menuntut kreativitas dan pemahaman terhadap
kebutuhan siswa secara mendalam, tidak hanya acara bersama, tetapi
dibutuhkan guru pendamping agar mempunyai persepsi yang sama.

3. Model Pembelajaran dan Pembiasaan Nilai Dalam Aktivitas dan


Suasana Sekolah
Penanaman nilai-nilai antikorupsi juga dapat ditanamkan melalui
pembudayaan pada semua aktivitas dan suasana sekolah.
Bagi siswa yang masih kecil, pembiasaan sangatlah penting karena dengan
pembiasaan itulah suatu aktivitas akan menjadi milik siswa di kemudia
hari. Menanamkan kebiasaan yang baik memang tidak mudah dan
terkadang membutuhkan waktu yang lama untuk menanamkan nilai-nilai
antikorupsi melalui pembiasaan. Oleh sebab itu, di awal kehidupan siswa,
sekolah menanamkan nilai-nilai antikorupsi melalui kebiasaan baik dan
jangan sekali-kali mendidik siswa agar berdusta, tidak displin, dll.

B. Pendidikan Antikorupsi Di Sekolah


Pembalajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber
belajar pada lingkungan belajarnya. Pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan oleh guru agar dapat terjadi proses memperoleh ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap
dan kepercayaan dalam diri siswa.
Pembelajaran pendidikan antikorupsi yang berkualitas sangat bergantung
pada motivasi siswa dan kreativitas guru. Siswa dengan motivasi yang
tinggi ditunjang dengan guru yang mampu memfasilitasi motivasi dapat
membawa pada keberhasilan pembelajaran dan sasaran belajar.
C. Metode Pendidikan Antikorupsi Di Sekolah
1. Metode Inqury
Metode inqury menekankan pada pencarian secara bebas dan
penghayatan nilai-nilai hidup dengan melibatkan siswa secara
langsung untuk menemukan nilai- nilai tersebut dalam pendampingan
serta pengarahan guru.
Metode ini bisa digunakan untuk menanamkan nilai-nilai antara lain
keterbukaan, kejujuran, penghargaan terhadap pendapat orang lain,
sportif, rendah hati, dan toleransi. Melalui metode ini, siswa diajak
untuk mulai berani menggungkapkan gagasan, pendapat, maupun
perasaannya.

2. Metode Pencarian Bersama (kolaboratif)


Metode kolaboratif menekankan pada pencarian bersama yang
melibatkan siswa dan guru. Metode ini berorentasi pada diskusi
mengenai permasalah yang aktual di masyarakat, di mana proses
diskusi diharapkan menumbuhkan berfikir logis, kritis, analisis,
sistematis, serta argumen yang dapat digunakan dalam mengambil
nilai-nilai yang terkandung dalam permasalah yang diolah bersama.
Dalam metode ini, siswa diajak untuk aktif serta mencari dan
menemukan tema yang sedang berkembang saat itu dan menjadi
perhatian bersama. Dengan menemukan, mengkritisi, dan mengelola
permasalah itu, siswa diharapkan mampu mengambil nilai-nilai dari
permasalah tersebut dan mempraktekkannya kedalam kehidupan
sehari-hari.

3. Metode Siswa Aktif atau Aktivitas Bersama


Metode aktivitas bersama menekankan pada proses yang melibatkan
siswa sejak awal pembelajaran. Guru memberikan pokok permasalah
dan siswa di dalam kelompok mencari serta mengembangkan proses
selanjutnya.

4. Metode Keteladanan (pemodelan)


Metode pemodelan ini menekankan pada proses penanaman nilai-nilai
antikorupsi kepada siswa melalui keteladanan. Pembelajaran awal
dilakukan dengan mencontoh, tetapi siswa perlu diberikan pemahaman
mengapa hal tersebut dilakukan.

5. Metode Live in
Metode live in dimaksudkan agar siswa mempunyai pengalaman hidup
bersama orang lain secara langsung dengan situasi yang sangat berbeda
dari kehidupan sehari-hari.
Melalui metode ini, siswa diajak untuk mensyukuri hidupnya yang
jauh lebih baik dari orang lain, tumbuh sikap toleran dan sosial yang
tinggi pada kehidupan bersama.

6. Metode Pembelajaran nilai (klarifikasi nilai)


Metode klarifikasi nilai menekankan pada pengajaran agar membantu
siswa dalam mencari dan menentukan nilai baik dalam menghadapi
persoalan melalui proses menganalisis nilai-nilai yang sudah ada dan
tertanam dalam diri siswa.
Kelemahan dari pada metode ini adalah nilai atau sikap adalah proses
pembelajaran yang dilakukan secara langsung oleh guru. Itu berarti
guru menanamkan nilai-nilai yang baik tanpa memperhatikan nilai-
nilai yang sudah tertanam dalam diri siswa. Akibatnya, sering terjadi
benturan atau konflik dalam diri siswa antara ketidakcocoknya nilai
lama yang sudah terbentuk dengan nilai-nilai baru ditanamkan oleh
guru.
Pada dasarnya, pendidikan antikorupsi menggunakan metode yang
melibatkan seluruh aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, serta
kecerdasan sosial.
Cara penyampian nilai-nilai antikorupsi ini juga penting karena dengan
cara penyampaian yang tidak tepat maka tujuan yang akan dicapai juga
sulit diperoleh.

D. Materi Pembelajaran Pendidikan Antikorupsi Di Sekolah


Materi pendidikan antikorupsi mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Aspek kognitif memberikan bekal pengetahuan dan
pemahaman kepada siswa tentang bahayanya korupsi. Aspek afektif akan
memiliki hubungan tinggi terhadap upaya pemberantasan korupsi. Aspek
psikomotorik akan memberikan keterampilan dan perilaku kepada siswa
tentang cara mengenal korupsi.
Keseluruhan aktivitas yang ada di sekolah memberikan pengalaman
kepada siswa mengenai pentingnya pengembangan sikap, perilaku, dan
kebiasaan yang berorentasi pada kejujuran. Saat ini, siswa sudah sesak
dengan melimpahkan mata pelajaran yang harus dipelajari dan diujikan.
Untuk menunjang keefektivitas penyampaian materi pembelajaran
antikorupsi, Sekolah perlu membuat membuat media pembelajaran yang
berbasis individualisme. Sumber belajar yang bisa digunakan dalam
pendidikan antikorupsi adalah koran, majalah, buku, dan sumber cetak
lainnya.
E. Kreteria Keberhasilan Pendidikan Antikorupsi Di Sekolah
Semua pihak menyadari pendidikan antikorupsi di sekolah dimaksudkan
untuk memberikan siswa berperilaku terpuji sehingga dapat terhindar dari
hal-hal yang kurang baik. Namun untuk mewujudkan hal tersebut perlu
jangka waktu yang panjang serta komitmen dan didikung dari semua
pihak.
Oleh sebab itu, ada beberapa kriteria yang bisa dijadikan pedoman dan
menentukan keberhasilannya pelaksanaan pendidikan antikorupsi di
sekolah ;
1. Secara kuantitatif, terhadap peningkatan sejumlah sekolah secara
signifikan dari waktu ke waktu yang melaksanakan pendidikan
antikorupsi. Pendidikan antikorupsi diharapkan mampu menjangkau
setiap sekolah
2. Secara kualitatif, terdapat pengembangan pola pelaksanaan pendidikan
antikorupsi di sekolah baik dalam hal pelibatan unsur maupun
komponen sekolah maupun perluasan integrasi menuju keseluruh mata
pelajaran yang ada serta pembagunan strategi melalui aktivitas
kesiswaan.
3. Adanya dukungan dan kebijakan yang memadai dari pemerintah
daerah, baik kabupaten atau kota maupun provinsi. Dukungan dari
pemerintah daerah berupa payung hukum (regulasi) berbentuk
peraturan daerah, maupun bentuk program kerja dari dinas pendidikan.
4. Adanya keterlibatan dari pihak luar sekolah dan lembaga pendidikan di
dalam pelaksanaan pendidikan antikorupsi, seperti dunia usaha, ormas,
dan intansi terkait lainnya.

F. Evaluasi Pendidikan Antikorupsi Di Sekolah


Evaluasi pendidikan antikorupsi dilakukan secara internal dan eksternal.
Evaluasi internal ini adalah evaluasi yang direnanakan dan dilakukan oleh
guru pada saat prosespembelajaran berlangsung. Evaluasi elsternal adalah
evaluasi yang dilakukan oleh pihak lain yang tidak terlihat oleh
pembelajaran untuk mengendalikan mutu.
Evaluasi terhadap pelaksanaan pendidikan antikorupsi di sekolah
dilakukan untuk :
1. Mengidentifikasi dan menkomplikasi jumlah sekolah yang
melaksanakan pendidikan antikorupsi di setiap jenjang.
2. Menilai peningkatan jumlah sekolah yang melaksanakan pendidikan
antikorupsi dari waktu ke waktu
3. Mengidentifikasi pola intgrasi pendidikan antikorupsi yang
dilaksanakan di masing-masing sekolah.
4. Menilai pengembangan pola integrasi pendidikan antikorupsi yang
dilaksanakan di masing-masing sekolah.
5. Mengidentifikasi bentuk dukungan kebijakan dari masing-masing
pemerintah daerah dalam pelaksanaan pendidikan antikorupsi di
sekolah.
6. Menilai efektivitas dukungan kebijakan dari masing-masing
pemerintah daerah pada pelaksanaan pendidikan antikorupsi di
sekolah.
7. Mengidentifikasi bentuk dukungan dari pihak instansi terkait, dunia
usaha, ormas, serta pihak lain dalam pelaksanaan pendidikan
antikorupsi di sekolah.
8. Menilai efektivitas dukungan dari instansi terkait, dunia usaha, ormas,
serta pihak lain dalam pelaksanaan pendidikan antikorupsi di sekolah.
BAB II

PENUTUP

KESIMPULAN

Korupsi dipandang sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang oleh
karena itu memerlukan upaya luar biasa pula untuk memberantasnya. Upaya
pemberantasan korupsi - yang terdiri dari dua bagian besar, yaitu penindakan dan
pencegahan - tidak akan pernah berhasil optimal jika hanya dilakukan oleh
pemerintah saja tanpa melibatkan peran serta masyarakat. Oleh karena itu tidaklah
berlebihan jika mahasiswa - sebagai salah satu bagian penting dari masyarakat
yang merupakan pewaris masa depan - diharapkan dapat terlibat aktif dalam
upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.

Keterlibatan mahasiswa dalam upaya pemberantasan korupsi tentu tidak pada


upaya penindakan yang merupakan kewenangan institusi penegak hukum. Peran
aktif mahasiswa diharapkan lebih difokuskan pada upaya pencegahan korupsi
dengan ikut membangun budaya antikorupsi di masyarakat. Mahasiswa
diharapkan dapat berperan sebagai agen perubahan dan motor penggerak gerakan
antikorupsi di masyarakat. Untuk dapat berperan aktif, mahasiswa perlu dibekali
dengan pengetahuan yang cukup tentang seluk beluk korupsi dan
pemberantasannya. Yang tidak kalah penting, untuk dapat berperan aktif
mahasiswa harus dapat memahami dan menerapkan nilai-nilai antikorupsi dalam
kehidupan sehari-hari.

SARAN

Saran dari peulis, semoga pembaca bisa memberikan motivasi kepada penulis
supaya penulis lebih giat dan banyak kreasi dalam membuat makalah..harapan
penulis semoga makalh ini bisa membantu dalam mencari sumber belajar
kedepannya.
Daftar pustaka

. KETUT M KUSWARA S., M. Pendidikan Anti Korupsi Kelas A ,


elearning.undana
.

Anda mungkin juga menyukai