Anda di halaman 1dari 12

PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI

DISUSUN OLEH :

Amelia Yusriana

Nim: PO7120117162

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV


JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES JAMBI

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kita panjatkan pada ALLAH SWT karena atas izinya dan kehendaknya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul “factor penyebab korupsi ” dalam penyusunan
makalah ini tak sedikit halangan dan hambatan yang kami hadapi, kami berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua orang.

Dalam penulisa makalah ini masi banyak kekurangan – kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi untuk itu kami membutuhkan kritik dan saran yang membangun demi untuk
penyempurnaan dalam pembuatan makalah yang lebih baik.

Jambi, 20 februari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................2

DAFTAR ISI.....................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................4

B. Rumusan Masalah ......................................................................... ........4

C. Tujuan Penulisan ........................................................................... ........5

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Penyebab Terjadinya Korupsi di Indonesia ................................. ...........6

B. Faktor Penyebab Terjadinya Korupsi .......................................... ..........10

BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................... .........12

B. Studi Kasus .................................................................................. .........13

C. Saran ......................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................19


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

.Korupsi adalah suatu tindak pidana yang merugikan banyak pihak. Penyebab adanya tindakan
korupsi sebenarnya bervariasi dan beraneka ragam. Akan tetapi, secara umum dapatlah
dirumuskan, sesuai dengan pengertian korupsi diatas yaitu bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan pribadi atau orang lain secara tidak sah.

Banyak kasus korupsi yang sampai sekarang tidak diketahui ujung pangkalnya Korupsi tidak
akan pernah bisa kita pisahkan dari apa yang dinamakan kekuasaan. Di mana ada kekuasaan,
pasti ada korupsi. Hal ini telah menjadi kodrat dari kekuasaan itu sendiri, yang menjadi “pintu
masuk” bagi terjadinya tindakan korupsi. Kekuasaan dan korupsi yang selalu berdampingan,
layaknya dua sisi mata uang, merupakan hakikat dari pernyataan yang disampaikan oleh Lord
Acton, dari Universitas Cambridge, “Power tends to corrupt, and absolute power corrupt
absolutely.

Sesuai dengan definisinya, korupsi sebagai prilaku yang menyimpang merupakan suatu
tindakan yang melanggar aturan etis formal yang dilakukan oleh seseorang dalam posisi otoritas
publik (penguasa). Korupsi cenderung dilakukan oleh orang yang memiliki kuasa atau
wewenang terhadap sesuatu. Apabila seseorang tersebut tidak memiliki kuasa, kecil
kemungkinan bagi dirinya untuk melakukan korupsi. Namun, merupakan suatu kemustahilan
bagi manusia yang tidak memiliki sebuah ‘kekuasaan’. Selain itu, ciri paling utama dari korupsi
adalah tindakan tersebut dilakukan untuk kepentingan dan keuntungan pribadi semata dan
merugikan pihak lain di luar dirinya.

B. Rumusan masalah

1. Apa penyebab terjadinya korupsi di Indonesia?

2. Apa faktor eksternal dari korupsi?

C. Tujuan penulisan

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Anti Korupsi yang diberikan oleh
dosen pembimbing.
2. Untuk mengetahui dan memahami penyebab terjadinya korupsi di Indonesia.
3. Untuk memberi pemahaman bagi pembaca.
BAB II

KAJIAN TEORI A.

Diskripsi Teori

1. Tinjauan tentang Pendidikan Antikorupsi

a. Pengertian Pendidikan Antikorupsi Menurut Ki Hajar Dewantara dalam Siswoyo dkk. (2007:
18) yang dinamakan pendidikan yaitu: Tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun
maksudnya pendidikan yaitu, menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu,
agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan
dan kebahagiaan yang setinggitingginya. Sedangkan menurut Undang-Undang Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang dituliskan oleh Siswoyo
dkk. (2007: 19) pengertian pendidikan adalah: Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Korupsi menurut Danang (2012: 125) dapat diartikan sebuah bentuk tindakan yang
bertujuan untuk menguntungkan diri sendiri, orang lain ataupun korporasi. Tidak jauh berbeda
dengan pendapat dari Chablullah Wibisono (2011: 22) Pengertian korupsi 18 adalah bentuk
penyalahgunaan kekuasaan ataupun wewenang yang dilakukan secara individual ataupun
kolektif untuk mendapatkan keuntungan dengan cara melawan hukum sehingga menimbulkan
kerugian baik bagi masyarakat maupun negara. Agus Wibowo (2013: 38) berpendapat bahwa
pendidikan antikorupsi merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses belajar
mengajar yang kritis terhadap nilainilai anti korupsi. Muhamad Nuh (2012) dalam Agus Wibowo
(2013: 38) berpendapat bahwa program pendidikan antikorupsi bertujuan untuk menciptakan
generasi muda yang bermoral baik dan berperilaku anti koruptif. Sedangkan menurut Haryono
Umar (2012) dalam Agus Wibowo (2013: 38) tujuan pendidikan antikorupsi tidak lain untuk
membangun karakter teladan agar anak juga dapat menjadi promotor pemberantas korupsi.

b. Penyebab Korupsi Ada motif dan faktor penyebab terjadinya korupsi seperti yang
dikemukakan oleh Caplin (2002) dalam Chabulah (2011: 26- 27) bahwa ada dua motif yang
mendorong terjadinya korupsi motif tersebut adalah motif intrinsik dan ekstrinsik. Motif intrinsik
adalah motif yang muncul dari dalam diri sendiri bukan dorongan dari luar pribadi tersebut
misalnya adalah kepuasan yang akan didapat setelah melakukan korupsi. Sedangkan motif
ekstrinsik 19 adalah motif yang berasal dari luar individu bukan dorongan dari dalam diri
individu tersebut, motif ekstern misalnya adalah ajakan, atau paksaan dari pihak lain. Di samping
motif ada juga faktor yang berpengaruh dilakukannya korupsi, faktor tersebut adalah faktor
internal dan eksternal. Faktor internal bersumber dari dalam diri individu yaitu misalnya sifat
rakus, serakah yang tertanam kuat dalam pribadi individu tersebut. Untuk faktor eksternal berarti
faktor yang berasal dari luar individu misalnya karena adanya kesempatan untuk melakukan
korupsi, seperti lemahnya penegakkan hukum karena para penegak hukum mudah untuk disuap.
Selain motif dan faktor di atas ada tiga aspek yang menjadi penyebab korupsi menurut buku
“Strategi Pemberantasan Korupsi” dari Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
yang dikutip Chabullah (2011: 28-29) yaitu aspek individu pelaku, aspek organisasi, aspek
tempat individu dan organisasi berada. Aspek individu pelaku meliputi sifat tamak, malas,
moralitas lemah, gaya hidup yang sehingga banyak kebutuhan yang mendesak sedangkan
penghasilan kurang mencukupi dan ajaran agama yang tidak diterapkan. Aspek organisasi
meliputi tidak adanya kultur organisasi yang benar ditunjukkan dari sistem akuntabilitas yang
kurang memadai di instansi pemerintah, lemahnya sistem pengendalian manajemen dan
manajemen 20 cenderung menutupi korupsi yang terjadi di dalam organisasi namun yang tidak
kalah penting adalah kurangnya sikap keteladanan pimpinan. Aspek yang yang terakhir yaitu
tempat individu dan organisasi berada. Aspek ini meliputi nilai-nilai yang tumbuh dalam
masyarakat ternyata mendorong korupsi semakin subur kemudian kurangnya kesadaran
masyarakat bahwa mereka terlibat dalam korupsi dan mereka juga yang menjadi korban dari
korupsi serta kurang sadarnya masyarakat bahwa bila masyarakat ikut berperan aktif ke arah
positif korupsi bisa dicegah dan diberantas
BAB III

PEMBAHASAN

KASUS I

1. Bupati Hulu Sungai Tengah Abdul Latif

Abdul Latif ditetapkan sebagai tersangka dengan tiga orang lainnya yakni, Ketua Kamar
Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Barabai Fauzan Rifani; Direktur Utama PT
Sugriwa Agung Abdul Basit, dan Direktur Utama PT Menara Agung Pusaka Donny
Witono.

Baca juga: Mantan Panglima GAM dan Eks Kadensus 88 Demo Desak KPK Bebaskan
Gubernur Aceh

Keempatnya diduga terlibat dalam kasus dugaan suap proyek pengadaan pekerjaan
pembangunan RSUD Damanhuri, Barabai, tahun anggaran 2017. Mereka ditangkap
dalam operasi tangkap tangan pada 4 Januari 2018.

Dugaan komitmen fee dalam proyek pembangunan ruang perawatan kelas I, II, VIP, dan
Super VIP RSUD Damanhuri, Barabai sebesar 7,5 persen atau senilai Rp 3,6 miliar.

Dalam kasus ini, pihak yang diduga sebagai penerima uang suap adalah Abdul Latif,
Abdul Basit, dan Fauzan Rifani. Sementara, sebagai pemberi suap adalah Donny Witono.
Saat ini, Abdul Latif berstatus sebagai terdakwa.

Factor internal yang terjadi dalam kasus korupsi di atas adalah :

A. Aspek perilaku individu


1. Moral yang kurang kuat
kurang nya ilmu dan iman seorang dapat menimbulkan keinginan untuk korupsi
2. Tamak
dari kasus di atas udah terlihat bagaimana Pendapatan gaji seorang Bupati padahal gaji
sudah besar masih juga melakukan korupsi
3. Gaya hidup yang konsumtif
Seorang Bupati i pasti berkehidupan mewah memiiliki atau mempunyai gaya hidup
yang mewah jika suatu saat mereka tersebut penghsilanya sedikit menurun mereka
pasti akan melakukan cara apapun agar kehidupan mereka yang mewah tidak akan
menurun salah satu nya mereka biasa menggunakan potongan uang orang lain untuk
kepentingan pribadi mereka, ini juga termasuk dalam korupsi.

B. ASPEK SOSIAL

Perilaku korupsi biasanya terjadi karena dorongan keluarga seperti kebutuhan untuk anak
sekolah kebutuhan sehari hari dan lain lain.Dugaan komitmen fee dalam proyek
pembangunan ruang perawatan kelas I, II, VIP, dan Super VIP RSUD Damanhuri,
Barabai sebesar 7,5 persen atau senilai Rp 3,6 miliar.

KASUS II
Bupati Subang Imas Aryumningsih.

Imas ditangkap dalam operasi tangkap tangan yang dilakukan KPK di Subang dan Bandung, Jawa Barat
pada Selasa (13/2/2018) hingga Rabu (14/2/2018) dini hari.

Baca juga: Kamis Ini, Idrus Marham Janji Penuhi Panggilan KPK

Imas ditetapkan sebagai tersangka bersama Kabid Perizinan DPM PTSP Pemkab Subang, Asep Santika
dan pihak swasta Data, setelah diduga menerima suap dari pengusaha bernama Miftahhudin.
Miftahhudin diduga memberikan suap untuk Imas dan dua orang penerima lainnya untuk mendapatkan
izin prinsip membuat pabrik atau tempat usaha di Subang.

Pemberian suap dilakukan melalui orang-orang dekat Imas yang bertindak sebagai pengumpul dana.
Diduga, Bupati dan dua penerima lainnya telah menerima suap yang total nilainya Rp 1,4 miliar.

Adapun commitment fee antara perantara suap dengan pengusaha sebesar Rp 4,5 miliar. Sementara
commitment fee antara Imas dengan perantara suap sebesar Rp 1,5 miliar.

Imas mencalonkan diri lagi sebagai Bupati Subang bersama Sutarno pada pilkada 2018. Pasangan calon
ini diusung Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Golkar. Imas saat ini sedang menjalani
persidangan di pengadilan.

Dari kasus di atas dapat kita ketahui factor eksternal yang menyebabkan bupati tersebut
korupsi.

a. Aspek organisasi
1. Manajemen yang kurang baik sehingga memberikan peluang untuk melakukan
korupsi .
Kurangnya memanajemen suatu kegiatan sehingga para koruptor bias saja
mengambil ahli dalam korupsi kurangnya pengawasan sehingga bias menyebabkan
suatu koruptor bereaksi dalam korupsi.
2. Kultur organisasi yang kurang baik.
Kultur adalah suatu budaya atau kebiasaan yang dimiliki seseorang, jadi dari kasus di
atas kita ketahui bahwa kebiasaan yang dimiliki seseorang yang tidak baik lama
kelamaan bias menjadi sebuah korupsi seperti kasus di sebut seorang bupati subang
tertangkap korupsi karena menyalah gunakan dana BPJS. Jadi jika seseorang sudah
memiliki dan memepunyai kebiasaan yang tidak baik lama kelamaan akan
menyebabkan seprti kasus diatas yaitu korupsi.
3. Lemahnya controlling /pengendalian dan pengawasan.
Dari contoh kasus di atas telah kita ketahui bahwa kurangnya pengawasan yang ketat
hingga menyebabkan dana yang digunakan di salah gunakan untuk kepentingan
pribadi. Seharusnya agar tidak terjadi nya korupsi pemerintah haru melakukan
pengawasan yang ketat agar dana yang digunakan tidak disalah gunakan.
4. Kurangnya transparansi pengelolaan keuangan
Kurangnya pengatur pengelolan dalam keuangan akan berdampak pada korupsi
seperti kasus diatas pemerintah kurang mengontrol dalam pengeluaran sebuah dana
jadi kurang nya pengontrolan tersebut bias menyebabkan korupsi.
b. Aspek ekonomi
Seorang pejabat pasti memiliki kebutuhan hidup yang mewaah dan tinggi mereka selalu
saja merasa tidak kecukupan atau merasa belum puas dengan uang yang dimilikinya dari
situ lah yang menyebab kan seseorang trdorong agar untuk selalu mendapatkan
penghasilan yang lebih dan lebih lagi hingga suatu cara yang digunakan bukan dari hasil
kerja keras mereka melainka menggunakan uang yang bukan milik mereka.
c. Aspek politik atau tekanan kelompok.
Seseorang yang korupsi pasti karena adanya tekana dari orang terdekat seperti keluarga
ataupun kerabat kerja, seperti kebutuhan keluarga yang semakin hari semakin meningkat
hingga penghasilan yang di dapatkan tidak tercukupi jadi mereka malah memilih jalan
untuk berkorupsi agar semua kebutuhan bias tercukupi.
d. Aspek hokum.
Kurangnya pemberian hukuman yang diberikan kepada seorang koruptor, terkadang
seorang koruptor malah dihukum dengan cara membuat mereka tidak terkena jera akan
korupsi seharusnya penegak hokum harus memberikan hukuman yang setimpal atas
perbuatan yang mereka perbuat.

BAB IV
PENUTUP

4.1.Kesimpulan
Korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang secara langsung
merugikan negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam perbuatan korupsi
meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan menggunakan kedudukannya
dan aspek penggunaan uang Negara untuk kepentingannya.Adapun penyebabnya antara
lain, ketiadaan dan kelemahan pemimpin,kelemahan pengajaran dan etika, kolonialisme,
penjajahan rendahnya pendidikan, kemiskinan, tidak adanya hukuman yang keras,
kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi, rendahnya sumber daya
manusia, serta struktur ekonomi.Korupsi dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu
bentuk, sifat,dan tujuan.Dampak korupsi dapat terjadi di berbagai bidang diantaranya,
bidang demokrasi, ekonomi, dan kesejahteraan negara.
4.2. Saran
Sikap untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak dini.Dan pencegahan
korupsi dapat dimulai dari hal yang kecil

DAFTAR PUSTAKA

-
http://makalainet.blogspot.com/2013/10/korupsi.html?m=1
https://nasional.kompas.com/read/2018/07/19/07554661/januari-juli-2018-19-kepala-daerah-
ditetapkan-tersangka-oleh-kpk

Anda mungkin juga menyukai