Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI

KASUS KORUPSI DANA HAJI MANTAN MENTERI AGAMA SURYADHARMA ALI

Disusun oleh :
SITI MUTMAINAH
P27240016045

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-Nya makalah
tentang “Kasus Korupsi Dana Haji Mantan Menteri Agama Suryadharma Ali” dapat
diselesaikan.

Tujuan dari makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Budaaya Anti Korupsi
yang diampu oleh Bapak Purwanto, SST.,Akp.,MPH.

Tentunya makalah ini tidak luput dari kesalahan, kesempurnaan baik dalam hal kata maupun
pengetikan dan memerlukan berbagai perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
sangat dibutuhkan.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat menjadi nilai bagi saya pribadi dan salah satu referensi
bagi para pembaca dan semua pihak.

Surakarta, 30 Mei 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. i

DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1

A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan....................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan.................................................................................... 2

BAB II LANDASAN TEORI........................................................................................ 3

BAB III PEMBAHASAN............................................................................................. 5

A. Bentuk Korupsi pada Kasus Korupsi Dana Haji.......................................... 5


B. Kronologi Penyelidikan Kasus Korupsi Dana Haji...................................... 6
C. Kerugian negara, Proses peradilan, dan Vonis yang dijatuhkan pada
Kasus Korupsi Dana Haji............................................................................ 12

BAB IV PENUTUP.................................................................................................... 15

A. Kesimpulan.............................................................................................. 15
B. Saran....................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dan keberhasilannya


dalam melaksanakan pembangunan. Pembangunan sebagai suatu proses perubahan yang
direncanakan mencakup semua aspek kehidupan masyarakat. Efektifitas dan keberhasilan
pembangunan terutama ditentukan oleh dua faktor, yaitu sumber daya manusia, yakni (orang-
orang yang terlibatsejak dari perencanaan samapai pada pelaksanaan) dan pembiayaan.
Diantara dua faktor tersebut yang paling dominan adalah faktor manusianya. Indonesia
merupakan salah satu negara terkaya di Asia dilihat dari keanekaragaman kekayaan sumber
daya alamnya. Tetapi ironisnya, negara tercinta ini dibandingkan dengan negara lain di
kawasan Asia bukanlah merupakan sebuah negara yang kaya malahan termasuk negara yang
miskin. Mengapa demikian? Salah satu penyebabnya adalah rendahnya kualitas sumber daya
manusianya. Kualitas tersebut bukan hanya dari segi pengetahuan atau intelektualnya tetapi
juga menyangkut kualitas moral dan kepribadiannya. Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat
kejujuran dari aparat penyelenggara negara menyebabkan terjadinya korupsi. Korupsi di
Indonesia dewasa ini sudah merupakan patologi social (penyakit social) yang sangat berbahaya
yang mengancam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Korupsi
telah mengakibatkan kerugian materiil keuangan negara yang sangat besar. Namun yang lebih
memprihatinkan lagi adalah terjadinya perampasan dan pengurasan keuangan negara yang
dilakukan secara kolektif oleh kalangan anggota legislatif dengan dalih studi banding, THR, uang
pesangon dan lain sebagainya di luar batas kewajaran. Bentuk perampasan dan pengurasan
keuangan negara demikian terjadi hampir di seluruh wilayah tanah air. Hal itu merupakan
cerminan rendahnya moralitas dan rasa malu, sehingga yang menonjol adalah sikap kerakusan
dan aji mumpung. Persoalannya adalah dapatkah korupsi diberantas? Tidak ada jawaban lain
kalau kita ingin maju, adalah korupsi harus diberantas. Jika kita tidak berhasil memberantas
korupsi, atau paling tidak mengurangi sampai pada titik nadir yang paling rendah maka jangan
harap Negara ini akan mampu mengejar ketertinggalannya dibandingkan negara lain untuk
menjadi sebuah negara yang maju. Karena korupsi membawa dampak negatif yang cukup luas
dan dapat membawa negara ke jurang kehancuran.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa bentuk korupsi yang dilakukan oleh mantan menteri agama Suryadharma Ali ?
2. Bagaimana proses penanganan kasus korupsi dana haji ?
3. Berapakah besar kerugian negara pada kasus korupsi dana haji ?
4. Bagaimanakah proses peradilan yang dilakukan pada kasus korupsi dana haji ?
5. Berapakah vonis yang dijatuhkan pada mantan menteri agama Suryadharma Ali ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui bentuk korupsi mantan menteri agama Suryadharma Ali.
2. Mengetahui proses penanganan kasus korupsi dana haji.
3. Mengetahui besar kerugian negara pada kasus korupsi dana haji.
4. Mengetahui proses peradilan pada kasus korupsi dana haji.
5. Mengetahui vonis yang dijatuhkan pada mantan menteri agama Suryadharma Ali.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah adalah:
1. Penulis
Manfaat penulisan makalah ini bagi penulis adalah untuk menambah wawasan dan
pemahaman tentang kasus korupsi dana haji mantan menteri agama Suryadharma
Ali.
2. Institusi pendidikan
Manfaat penulisan makalah ini bagi institusi pendidikan sebagai sarana pendidikan
untuk mempersiapkan peserta didik di lingkungan akupunktur dengan berbagai
modalitas yang ada, khususnya pada mata kuliah pendidikan budaya anti korupsi.
3. Masyarakat Umum
Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi berupa pendidikan dan
pengetahuan kepada masyarakat tentang kasus korupsi dana haji mantan menteri
agama Suryadharma Ali.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

Korupsi secara etimologis berasal dari bahasa latin corumpere yang bermakna busuk,
rusak, menyogok, dan menggoyahkan. Dalam hal ini kata korupsi merujuk pada tindakan yang
berupaya untuk menyalahgunakan kepercayaan publik guna mendapatkan keuntungan
tertentu secara sepihak. Dalam Bahasa Inggris, korupsi berasal dari kata corrupt, corruption
yang diartikan sebagai kecurangan yang bersifat merusak. Hal ini menggambarkan bahwa
korupsi mencakup pada penyalahgunaan wewenang oleh pejabat pemerintah
seperti penggelapan dan nepotisme, juga penyalahgunaan yang menghubungkan sektor
swasta dan pemerintahan seperti penyogokan, pemerasan, intervensi
kebijakan dan penipuan. Dengan mengacu pada corumpere, corrupt, dan corruption, maka
dapat diketahui bahwa korupsi merupakan sebuah aktivitas menyimpang yang bersifat
merusak dengan menyalahgunakan kepercayaan publik untuk mendapatkan keuntungan
tersendiri. Namun demikian hal yang patut untuk dikaji secara mendalam adalah keterikatan
penyimpangan dengan manuver yang dilakukan oleh aktor politik untuk menjatuhkan lawan
politiknya dalam sebuah konstelasi politik masyarakat.
Suryadharma Ali merupakan seorang politikus asal Jakarta yang pernah dipercaya untuk
memimpin lembaga negara sebesar Kementrian Agama Republik Indonesia. Lahir pada tanggal
19 September 1956, dalam perkembangannya beliau tercatat sebagai anggota Alumni Institute
Agama Islam Negeri Syarief Hidayatullah. Pada tahun 2001 beliau tercatat sebagai Ketua Komisi
V Dewan Perwakilan Rakyat hingga tahun 2004. Dalam karir politiknya terlibat dalam
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Sebelum menduduki sebagai Menteri Agama Indonesia, Suryadharma Ali menjabat sebagai
Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah di Kabinet Indonesia Bersatu masa
kepemimpinan pasangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla.
Sebelumnya jabatan tersebut diduduki oleh Alimarwan Hanan yang konon merasa belum
berhasil mengangkat Kementerian Negara KUKM menjadi Departemen Koperasi. Saat ini posisi
tersebut diduduki oleh Mari Elka Pangestu. Suryadharma menduduki sebagai menteri Agama
tertanggal 22 Oktober hingga 2014. Beliau adalah orang ke 20 yang menjabat di kursi
kementerian tersebut. Kementerian Agama Indonesia didirikan pada tanggal 19 Agustus 1945
yang diawali oleh K.H Wahid Hasyim. Sebagaimana diketahui bahwa Suryadharma Ali

3
ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada tanggal 22 Mei
2014. Dalam hal ini ketetapan tersebut disampaikan oleh Busyro Muqoddas selaku Wakil Ketua
KPK pada publik. Hal ini menjadi pemberitaan yang cukup mengejutkan, mengingat
Kementrian Agama selama ini digolongkan sebagai tempat berkumpulnya orang-orang yang
bersih dan suci karena senantiasa memperjuangkan penegakan moral dalam kehidupan
beragama dan bernegara. KPK sendiri merupakan sebuah komisi yang dientuk pada taahun
2003 dengan merujuk pada UU No.30 Tahun 2002 yang menghendaki pemberantasan tindak
pidana korupsi di Indonesia. Dalam hal ini KPK memiliki tugas untuk melakukan kordinasi,
supervise, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pengawasan terhadap instansi
penyelenggara negara sebagai bentuk pencegahan terhadap tindak pidana korupsi.

4
BAB III

PEMBAHASAN

A. Bentuk Korupsi pada Kasus Korupsi Dana Haji


Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK) diketahui ada
informasi kepada KPK bahwa terdapat transaksi keuangan yang dianggap
mencurigakan dengan melibatkan Suryadharma Ali. Hal ini kemudian ditegaskan oleh
Wakil Kepala PPATK Agus Santoso yang mengatakan adanya indikasi tindak pidana
pencucian uang Suryadharma Ali selaku pejabat negara dalam jumlah yang besar.
Dalam hal ini hasil audit PPATK dijelaskan bahwa nilai transaksi mencurigakan tersebut
mencapai Rp 230 Milliar. Hal ini merugikan negara dimana penyalahgunaan wewenang
dan upaya memperkaya diri. Dimana dalam tindakannya memanfaatkan dana setoran
awal haji untuk membiayai pejabat Kementrian Agama beserta keluarganya untuk
dapat naik haji. Hal ini menjadikan KPK menduga adanya penggelembungan nominal
harga terkait biaya catering, biaya pemondokan, dan biaya transportasi jemaah haji.
Menurut Soewartojo (2005 : 20) ada beberapa bentuk tindak pidana korupsi,
yakni pertama korupsi uang negara, menghindari pajak dan bea cukai, pemerasan dan
penyuapan. Kedua pungutan liar yang sulit untuk dibuktikan (komisi kredit bank,
komisi proyek tender, imbalan jasa, pemberian izin, kenaikan pangkat, uang
transportasi). Ketiga pungutan liar yang tidak sah (pungutan yang dilakukan tanpa
ketetapan peraturan yang berlaku). Melihat kembali yang dilakukan oleh Suryadharma
Ali terkait penyalahgunaan kewenangan pengelolaan ibadah haji, yaitu
pengelolaan bungaOngkos Naik Haji (ONH) yang dituding PPATK tidak transparan.
PPATK mencatat, ONH calon jemaah haji yang mencapai Rp80 triliun menghasilkan
bunga sebesar Rp2,3 triliun. Bunga sebesar itu, menurut PPATK, sesungguhnya bisa
dimanfaatkan untuk membeli apartemen sebagai tempat tinggal jemaah selama
menjalankan ibadah haji. Praktik penggelembungan dana biaya pengelolaan haji pada
dasarnya membawa dampak negatif karena menyerap anggaran dana pemerintah yang
bersumber dari masyarakat itu sendiri.
Hal ini menjadi ironis manakala penggunaan kewenangan tersebut digunakan
untuk memberangkatkan keluarga pejabat dan keluarga instansi di Kementrian Agama
naik haji. Jadi semakin jelas bahwa telah terjadi penyalahgunaan kewenangan terhadap

5
pengelolaan dana haji dan penyimpangan pengalokasian dana untuk kepentingan
privat (termasuk golongan dan kelompok tertentu). Sebagaimana dikatakan oleh
Baswir (1993) menjelaskan bahwa ada 7 pola korupsi yang dilakukan oleh pejabat
pemerintahan, antara lain pola konvensional, pola upeti, pola komisi, pola menjegal
order, pola perusahaan rekanan, pola kwitansi fiktif, dan pola penyalahgunaan
kewenangan.

B. Kronologi Penyelidikan Kasus Korupsi Dana Haji


Popularitas Suryadharma Ali sudah tidak terbantahkan lagi di kalangan
masyarakat Indonesia. Laki-laki yang lahir pada 19 September 1956 ini telah
menghebohkan public karena kasus penyelenggaraan biaya haji di kementerian agama
tahun 2012 – 2013. Mencuatnya kasus penyelewengan biaya haji yang menyeret nama
Suryadharma Ali ini akibat adanya laporan dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan (PPATK) telah mencium adanya penyimpangan dalam perjalanan haji di
bawah wewenang Kementerian Agama. Dalam laporan tersebut, Muhammad Yusuf
yang saat itu menjabat sebagai Ketua PPATK mengatakan, sepanjang 2004-2012, ada
dana biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) sebesar Rp 80 triliun dengan bunga
sekitar Rp 2,3 triliun. Berdasarkan audit PPATK, ada transaksi mencurigakan sebesar Rp
230 miliar yang tidak jelas penggunaannya. PPATK mengatakan, ada indikasi dana haji
ditempatkan di suatu bank tanpa ada standardisasi penempatan yang jelas. KPK
menyambut temuan tersebut dan melakukan penyelidikan selama hampir setahun.
Namun, belum ada pihak-pihak yang diperiksa. Mulai Januari 2015, KPK justru
melakukan penyelidikan atas dugaan penyimpangan dana haji tahun anggaran 2012-
2013. Saat itu, selain pengadaan barang dan jasa, komisi antirasuah itu juga menyelidiki
biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) dan pihak-pihak yang diduga mendapatkan
fasilitas pergi haji. Tak perlu menunggu lama, KPK langsung meminta keterangan pihak-
pihak terkait. Perjalanan kasus ini bermula pada Februari 2015 KPK meminta
keterangan anggota Komisi VIII DPR, Hasrul Azwar, terkait pengelolaan dana haji. Selain
itu, KPK juga meminta keterangan anggota Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat asal
fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Jazuli Juwaini. Pada bulan Maret 2015 KPK meminta
keterangan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kementerian Agama
Anggito Abimanyu. Kemudian pada 6 Mei 2015 : KPK meminta keterangan Menteri

6
Agama Suryadharma Ali terkait penyelidikan proyek pengadaan barang dan jasa dalam
penyelenggaraan haji. Selama sepuluh jam, Suryadharma, di antaranya, dicecar soal
pemondokan haji yang tak layak. Pada 15 Mei 2015 Ketua KPK Abraham Samad
menyatakan bahwa dalam satu atau dua pekan ke depan KPK akan menetapkan
tersangka terkait proyek pengadaan barang dan jasa dalam penyelenggaraan haji di
Kementerian Agama pada tahun anggaran 2012-2013. Pada 22 Mei2015 KPK
menggeledah ruang kerja Suryadharma di lantai II Gedung Pusat Kementerian Agama
di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, selama sembilan jam dan menetapkan
Suryadharma Ali sebagai tersangka kasus dugaan tindak pidana korupsi terkait
pengadaan barang dan jasa haji di Kementerian Agama tahun anggaran 2012-2013.
Nilai dana haji yang dikelola
Analisis Framing Pemberitaan Penahanan Suryadarma Ali (M. Abdul Rachman) 129,
lebih dari Rp 1 triliun. Suryadharma diduga melanggar Pasal 2 Ayat 1 atau Pasal 3 UU
No 31 tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi. Tak hanya itu, Suryadharma juga
telah dicegah bepergian ke luar negeri. Realitas – realitas berkenaan dengan kasus
Suryadharma Ali tersebut dapat diketahui oleh masyarakat karena adanya pemberitaan
media massa. Tentunya kegiatan jurnalistik yang menjadi bagian kerja media massa
tidak dapa tdipisahkan dari proses mengolah fakta menjadi informasi. Media massa
menginformasikan realias yang berlangsung di suatu tempat, namun realitas tersebut
telah dibentuk, dibingkai dan di poles sedemikian rupa oleh media tersebut. Media
melakukan tindakan kostruktif berdasarkan ideologi yang menjadi landasan media
tersebut. Pada akhirnya realitas sosialtesebut dianggap sebagai “fakta”, terlepas dari
berarti tidaknya isi pemberitaan tersebut.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mulai menyelidiki kasus dugaan tindak
pidana korupsi dana haji di Kementerian Agama sejak awal tahun 2013. Saat itu, Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) telah mencium adanya
penyimpangan dalam perjalanan haji di bawah wewenang Kementerian Agama.
Ketua PPATK Muhammad Yusuf mengatakan, sepanjang 2004-2012, ada dana
biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) sebesar Rp 80 triliun dengan bunga sekitar
Rp 2,3 triliun. Berdasarkan audit PPATK, ada transaksi mencurigakan sebesar Rp 230
miliar yang tidak jelas penggunaannya. PPATK mengatakan, ada indikasi dana haji
ditempatkan di suatu bank tanpa ada standardisasi penempatan yang jelas. KPK

7
menyambut temuan tersebut dan melakukan penyelidikan selama hampir setahun.
Namun, belum ada pihak-pihak yang diperiksa. Mulai Januari 2014, KPK justru
melakukan penyelidikan atas dugaan penyimpangan dana haji tahun anggaran 2012-
2013. Saat itu, selain pengadaan barang dan jasa, komisi antirasuah itu juga menyelidiki
biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) dan pihak-pihak yang diduga mendapatkan
fasilitas pergi haji.
Tidak memerlukan menunggu lama, KPK langsung meminta keterangan pihak-
pihak terkait. Berikut ini adalah perjalanan kasusnya:
- 3 Februari 2014: KPK meminta keterangan anggota Komisi VIII DPR, Hasrul Azwar,
terkait terkait pengelolaan dana haji.
- 6 Februari 2014: KPK juga meminta keterangan anggota Komisi VIII Dewan Perwakilan
Rakyat asal fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Jazuli Juwaini.
- 19 Maret 2014: KPK meminta keterangan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umroh Kementerian Agama Anggito Abimanyu.
- 6 Mei 2014: KPK meminta keterangan Menteri Agama Suryadharma Ali terkait
penyelidikan proyek pengadaan barang dan jasa dalam penyelenggaraan haji. Selama
sepuluh jam, Suryadharma Ali di antaranya, dicecar soal pemondokan haji yang tak
layak.
- 15 Mei 2014: Ketua KPK Abraham Samad menyatakan bahwa dalam satu atau dua
pekan ke depan KPK akan menetapkan tersangka terkait proyek pengadaan barang dan
jasa dalam penyelenggaraan haji di Kementerian Agama pada tahun anggaran 2012-
2013.
- 16 Mei 2014: Bakal calon presiden Prabowo Subianto sempat memuji
Suryadharma dalam kapasitas Suryadharma sebagai Menteri Agama. Ia menilai,
penyelenggaraan ibadah haji yang dilakukan oleh Kementerian Agama setiap tahunnya
sudah sangat baik.
- 22 Mei 2014: KPK menggeledah ruang kerja Suryadharma di lantai II Gedung Pusat
Kementerian Agama di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, selama sembilan jam.
- 22 Mei 2014: KPK menetapkan Suryadharma Ali sebagai tersangka kasus dugaan
tindak pidana korupsi terkait pengadaan barang dan jasa haji di Kementerian Agama
tahun anggaran 2012-2013. Nilai dana haji yang dikelola lebih dari Rp 1
triliun. Suryadharma Ali diduga melanggar Pasal 2 Ayat 1 atau Pasal 3 UU No 31 tahun

8
1999 tentang Tindak Pidana Korupsi. Tak hanya itu, Suryadharma juga telah
dicegah bepergian ke luar negeri.
- 22 Mei 2014 Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Menteri Agama
Suryadharma Ali sebagai tersangka dalam dugaan korupsi terkait penyelenggaraan
ibadah haji tahun anggaran 2012/2013. Suryadharma diduga melakukan tindak pidan
korupsi penyelenggaraan ibadah haji dengan berbagai modus. Salah satu yang diduga
dikorupsi adalah dana setoran awal yang dibayarkan masyarakat dan disalahgunakan
untuk keberangkatan haji kementerian agama dan keluarganya. (Kompas, 2014: 1,
Mei).
Menteri Agama Suryadharma Ali, meski ditetapkan sebagai tersangka belum
berfikir untuk melepaskan jabatannya sebagai menteri agama, hingga akhirnya ia
mengirimkan surat pengunduran diri sebagai menteri pada hari rabu tanggal 28 Mei
2014 dan digantikan wakil ketua MPR Lukman Hakim pada 9 Juni 2014, Lukman yang
pada saat itu juga menjabat sebagai wakil ketua umum Partai Persatuan Pembangunan.
Status Suryadharma Ali sebagai ketua umum Partai Persatuan Pembangunan pun masih
terus berlanjut sesuai ketentuan sampai akhir masa jabatan pada muktamar PPP tahun
2015. (Kompas, 2014: 2, Juni).
Suryadharma Ali kemudian mengajukan permohonan praperadilan terhadap di
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada senin 23 Februari 2015, Suryadharma Ali
menggugat Komisi Pemberantasan Korupsi atas penetapan dirinya sebagai tersangka
dalam kasus dugaan pidana korupsi penyelenggaraan haji di Kementerian Agama 2012-
2013. Surya mengajukan permohonan praperadilan atas KPK karena ingin mencari
keadilan akibat tindakan penyidik dan pimpinan KPK, yang dianggap semena-mena
menetapkan Suryadharma sebagai tersangka, penyidik belum memiliki bukti yang
cukup kuat soal status tersangka Suryadharma Ali. Suryadharma Ali juga menuntut KPK
satu triliun rupiah sebagai ganti rugi atas penetapan dirinya sebagai tersangka. (Koran
Sindo, 2015: 3, Maret).
Dalam persidangan yang dipimpin hakim Tati Hadiyati, anggota tim kuasa
hukum Suryadharma, Humphrey R Gani menjelaskan, penetapan tersangka terhadap
Kliennya patut diduga mengandung unsur politis, karena suryadharma Ali mendukung
calon presiden Prabowo Subianto dalam Pemilu Presiden 2014.

9
Suryadharma Ali ditetapkan sebagai tersangka dua hari setelah dia menghantar
Prabowo dan calon wapres Hatta Rajasa untuk mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan
Umum. KPK patahkan dalil Suryadharma Ali, Komisi Pemberantasan Korupsi
menyatakan, penetapan tersangka Mantan Menteri Agama Suryadharma Ali
didasarkan pada sejumlah bukti permulaan yang cukup serta berdasarkan dari 34 saksi
dan 408 dokumen. Ditemukan pula indikasi kerugian negara 3,07 miliar rupiah dari
proses penyelenggaraan ibadah haji 2012 dan 2013 dan juga kerugian negara 1,83
triliun rupiah dari pengadaan pemondokan jemaah haji di Arab Saudi. KPK juga
berpendapat, ganti rugi satu triliun rupiah yang dituntutkan Suryadharma Ali tidak
memiliki dasar hukum. (Kompas, 2015: 4, April).
KPK menahan mantan Menteri Agama 11 April 2015, setelah diperiksa sebagai
tersangka. Penahanan Suryadharma Ali menunjukkan berkas penyidikan terhadap dia
hampir selesai. KPK memiliki waktu maksimal tiga bulan untuk segera melimpahkan
perkara Suryadharma Ali ke pengadilan tindak pidana korupsi. KPK menjerat
Suryadharma Ali dengan Pasal 2 Ayat 1 atau Pasal 3 Undang-Undang Pemberantasan
Tidak Pidana Korupsi (Tipikor) juncto Pasal 55 Ayat 1 Kesatu juncto Pasal 65 KUHP.
(Kompas, 2015: 11, April).

10
Tabel Pemberitaan Kasus Korupsi Suryadharma Ali di Surat Kabar Harian

NO Surat Kabar Edisi Judul Berita


1. Kompas 23 Mei 2014 Suryadharma Ali Terkejut
2. Kompas 24 Mei 2014 Suryadharma Ali Belum Mau Lepas
Jabatan
3. Koran Sindo 27 Mei 2014 Suryadharma Ali Mundur
4. Kompas 28 Mei 2014 Suryadharma Kirim Surat
Mundur
5. Koran Sindo 28 Mei 2014 KPK Bertekad Bongkar Kasus Haji
6. Koran Sindo 29 Mei 2014 KPK Pastikan Kasus Haji Akan Ada
Tersangka Lain
7. Kompas 12 Juni 2014 Suryadharma Ali Tetap Ketua
Umum PPP
8. Kompas 1 April 2015 KPK Patahkan Dalil Suryadharma
Ali
9. Koran Sindo 1 April 2015 Suryadharma Ali Tuntut Kpk Rp 1
Triliun
10. Kompas 11 April 2015 Suryadharma Ali Ditahan

11
C. Kerugian negara, Proses peradilan, dan Vonis yang dijatuhkan pada Kasus Korupsi Dana
Haji
Mantan Menteri Agama Suryadharma Ali akan menjalani sidang putusan hari
ini, Senin, 11 Januari 2016 di Pengadilan Tindak Pidana Tipikor. Sidang rencananya
akan dimulai pukul 13.00 WIB. "Sidang putusan Suryaharma dilaksanakan hari ini,"
kata kuasa hukum Suryadharma Johnson Panjaitan saat dikonfirmasi pada Senin, 11
Januari 2016.
Suryadharma Ali merupakan terdakwa penyalahgunaan Dana Operasional
Menteri dan penyelenggaraan haji. Ia dituntut 11 tahun penjara serta denda Rp 3
miliar dengan subsidair 4 tahun kurungan. Jaksa menilai Suryadharma Ali terbukti
melakukan tindak pidana korupsi dalam penyelenggaraan haji di Kementerian Agama.
Selama ia menjabat sebagai Menteri Agama pada 2010-2014, Suryadharma Ali diduga
menyalahgunakan wewenang saat menunjuk petugas Panitia Penyelenggara Ibadah
Haji dan petugas Pendamping Amirul Haji. Suryadharma Ali juga dinilai telah
mengarahkan tim Penyewaan Perumahan Jemaah Haji Indonesia agar menyewa
penginapan yang tidak sesuai dengan ketentuan. Jaksa mengatakan Suryadharma Ali
telah memanfaatkan sisa kuota haji nasional tidak sesuai dengan ketentuan serta
menyalahgunakan Dana Operasional Menteri (DOM) untuk kepentingan pribadi.
Mantan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan itu dijerat Pasal 3 Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Korupsi.
Mantan Menteri Agama Suryadharma Ali dihukum 6 tahun penjara, denda Rp
300 juta subsidair 3 bulan kurungan dan uang pengganti Rp 1,821 miliar. "Menjatuhkan
pidana 6 tahun hukuman penjara dan denda Rp 300 juta subsider 3 bulan kurungan,
membayar uang pengganti Ro 1,8 miliar," Kata Hakim Ketua Aswijhon, Senin, 11
Januari.
Suryadharma Ali terbukti melakukan tindak pidana korupsi dalam
penyelenggaraan ibadah haji dan menyalahgunakan dana operasional menteri (DOM).
"Menyatakan terdakwa Suryadharma Ali terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama," ujar Hakim Ketua Aswijon

12
membacakan amar putusan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Jl Bungur
Besar, Jakpus, Senin (11/1/2016). Majelis Hakim menyatakan Suryadharma Ali terbukti
melakukan tindak pidana korupsi dalam penyelenggaraan ibadah haji tahun 2010-2013
mulai dari penentuan petugas penyelenggara ibadah haji (PPIH), pengangkatan petugas
pendamping amirul hajj, pemondokan, memanfaatkan sisa kuota haji. Suryadharma Ali
juga terbukti menyelewengkan dana operasional menteri Rp 1,8 miliar, pelaksanaan
ibadah haji periode 2010-2013 dan menerima 1 lembar potongan kain penutup Ka'bah
yang disebut kiswah. Penggunaan DOM ditegaskan Majelis Hakim tidak sesuai dengan
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) yang mengatur penggunaan DOM.
"Dari pengelolaan DOM tahun 2011-2013 terdakwa selaku Pengguna Anggaran
telah mempergunakan uang DOM untuk kepentingan terdakwa sendiri, keluarga dan
orang lain yang ada hubungannya dengan kepentingan terdakwa sebesar Rp 1,8 miliar,"
ujar Hakim Anggota Sutio Jumagi Akhirno."DOM dipergunakan terdakwa tidak sesuai
peruntukannya akan tetapi digunakan yang tidak ada kaitannya dengan tugas
terdakwa,"imbuh Hakim Anggota Sutardjo. Majelis Hakim memaparkan, Suryadharma
Ali mengakomodir orang-orang yang direkomendasikan anggota DPR ataupun
kerabatnya untuk ditetapkan menjadi petugas haji meski tidak memenuhi persyaratan.
Penunjukan ini juga bertujuan agar para petugas haji tersebut dapat menunaikan
ibadah haji secara gratis.
Sedangkan untuk pemondokan jemaah haji, Suryadharma Ali menetapkan
perumahan yang harga sewanya lebih mahal dari harga plafon yang ditetapkan
pemerintah RI. Selain itu dalam penggunaan sisa kuota haji nasional, Suryadharma Ali
menetapkan penggunaan sisa kuota haji nasional dengan tidak mengutamakan calon
jemaah haji masih dalam daftar antrean (Suryadharma juga dituding melakukan perbuatan
yang tidak sesuai peraturan dengan memberangkatkan 1.771 jemaah tidak sesuai nomor
antrian sejumlah Rp 12,328 miliar). Suryadharma Ali malah mengakomodir permintaan
anggota DPR, instansi dan usulan perorangan koleganya untuk diprioritaskan berangkat
haji meski tidak masuk dalam nomor antrean.
"Dari pelaksanaan ibadah haji tahun 2010 hingga tahun 2013, yaitu dalam
penunjukkan PPIH, penggunaan sisa kuota haji, pengaturan prosedur dan persyaratan
pendaftaran haji, penyediaan perumahan haji, pengelolaan biaya penyelenggaraan
ibadah haji (BPIH), serta pengelolaan dana operasional menteri (DOM) tahun 2011-

13
2013 telah menguntungkan terdakwa sendiri sebesar Rp 1,82 miliar dan
menguntungkan orang lain atau korporasi," imbuh Hakim Sutio.
Akibat perbuatan Suryadharma secara bersama-sama tersebut negara
mengalami kerugian keuangan sebesar Rp 27.283.090.068 dan SR 17.967.405. "Akibat
perbuatan terdakwa telah merugikan keuangan negara sejumlah Rp 27,283 miliar dan 17,967
juta riyal, atau setidak-tidaknya sejumlah itu, sebagaimana laporan perhitungan kerugian
negara dari Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan," kata Jaksa Penuntut Umum
Supardi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Senin, 31 Agustus.
Suryadharma Ali melakukan tindak pidana korupsi yang pidananya diatur dalam
Pasal 3 jo Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP jo Pasal 65 ayat 1 KUHP. Sebelumnya Jaksa pada
KPK menuntut Suryadharma Ali dengan pidana penjara 11 tahun. Suryadharma Ali juga
diminta membayar denda sebesar Rp 750 juta subsidair 6 bulan kurungan dan
membayar uang pengganti Rp 2,2 miliar. Vonis ini dibacakan setelah Suryadharma
menunggu 9 bulan pasca penetapan tersangka dirinya, dan 8 bulan penahanan oleh lembaga
antirasuah. Mantan Menteri Agama Suryadharma Ali ditahan sejak 10 April 2015 lalu.
Penahanan pertama dilakukan selama 20 hari di Rumah Tahanan (Rutan) Guntur oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK).

14
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mantan Menteri Agama Suryadharma Ali dinyatakan bersalah dalam kasus


korupsi penyelengaraan haji di Kementerian Agama tahun 2010-2011 dan 2012-2013.
Dia divonis 6 tahun penjara dan denda Rp 300 juta. Vonis ini dibacakan setelah
Suryadharma menunggu 9 bulan pasca penetapan tersangka dirinya, dan 8 bulan
penahanan oleh lembaga antirasuah. Mantan Menteri Agama Suryadharma Ali ditahan
sejak 10 April 2015 lalu. Penahanan pertama dilakukan selama 20 hari di Rumah
Tahanan (Rutan) Guntur oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Mantan Menteri
Agama Suryadharma Ali didakwa memperkaya diri sendiri hingga Rp 1,8 miliar dari
pelaksanaan ibadah haji periode 2010-2013 dan menerima 1 lembar potongan kain
penutup Ka'bah yang disebut kiswah.

Selain menerima sejumlah uang, Suryadharma Ali selaku Menteri Agama


periode 2009-2014, juga diduga melakukan korupsi dana haji, antara lain menunjuk
orang-orang tertentu yang tidak memenuhi persyaratan menjadi Petugas Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, mengangkat Petugas Pendamping Amirul
Hajj tidak sesuai ketentuan, dan menggunakan Dana Operasional Menteri (DOM) tidak
sesuai dengan peruntukan. Perbuatan Suryadharma juga memperkaya orang lain, yakni
pendamping Amirul Hajj dan hotel. Suryadharma mengarahkan tim penyewaan
Perumahan Jemaah Haji Indonesia di Arab Saudi untuk menunjuk penyedia perumahan
jemaah Indonesia tidak sesuai ketentuan dan memanfaatkan sisa kuota haji nasional
tidak berdasarkan prinsip keadilan dan proporsionalitas.

"Akibat perbuatan terdakwa telah merugikan keuangan negara sejumlah Rp


27,283 miliar dan 17,967 juta riyal, atau setidak-tidaknya sejumlah itu, sebagaimana
laporan perhitungan kerugian negara dari Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan," kata Jaksa Penuntut Umum Supardi di Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi, Jakarta, Senin, 31 Agustus. Suryadharma Ali juga dituding melakukan

15
perbuatan yang tidak sesuai peraturan dengan memberangkatkan 1.771 jemaah tidak
sesuai nomor antrian sejumlah Rp 12,328 miliar.

B. Saran

Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi rekan-rekan
mahasiswa, dan bagi para pembaca. Dan makalah ini dapat dijadikan referensi serta
apabila ada kekurangan atau ada salah dalam penulisan makalah ini, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini dapat lebih
baik lagi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Evi. 2005. Tindak Pidana Korupsi. Jakarta : Sinar Grafika Graff .


Hamzah, Andi. 2005.Pemberantasan Korupsi melalui Hukum Pidana Nasional dan
Internasional. Jakarta : Grafindo Persada Mashyuri.
Taufiqurrochman. 2013. Sang Nakhoda : Biografi Surya Dharma Ali. Malang : UIN-Malik.
https://id.scribd.com/doc/233039143/Analisa-Kasus-Korupsi-Dana-Haji-Surya-Dharma-Ali.

https://news.detik.com/berita/3115925/terbukti-korupsi-ibadah-haji-suryadharma-ali-
dihukum-6-tahun-penjara.

17

Anda mungkin juga menyukai