Anda di halaman 1dari 17

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN

TUGAS MATA KULIAH ETIKA DAN ANTI KORUPSI

ANALISA KASUS KORUPSI SETYA NOVANTO TERKAIT MEGA


PROYEK KTP ELEKTRONIK

Disusun oleh:

Kelompok 2

Ketua:

Dede Kurnilo Suryadi (09/1302181892)


Anggota:
Dian Primasari Sinaga (10/1302181900)
Dzaki Naufal Jasir (11/1302181907)
Evans Yudi Nugraha (12/1302181914)
Farina Ayu Yolanda (13/1302181918)
Firdaus Bayu Aji (14/1302181924)
Glory Christinawaty (15/1302181932)
Handi Setiawan (16/1302181936)

KELAS 3-06
PROGRAM STUDI DIII AKUNTANSI (ALIH PROGRAM)
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tindak pidana korupsi adalah tindakan yang secara melawan hukum
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain yang suatu korporasi
yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Tindakan-
tindakan tersebut dijelaskan secara lebih rinci mencakup suap-menyuap,
penyalahgunaan wewenang, pemberian hadiah terkait jabatan, penggelapan atau
pembiaran penggelapan, pemerasan, perbuatan curang, perusakan alat bukti,
pembiaran perusakan atau pembantuan perusakan alat bukti, benturan kepentingan
dalam pengadaan dan gratifikasi.
Selain tindakan-tindakan yang telah disebutkan diatas terdapat beberapa
tindakan pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi. Tindakan-tindakan
tersebut mencakup merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi, tidak memberikan
keterangan atau memberikan keterangan palsu, saksi yang membuka identitas pelapor,
dll. (Memahami Untuk Membasmi,2006)
Ada banyak pakar yang merumuskan teori tentang korupsi beberapa
diantaranya adalah Robert Merton, seorang sosiolog, dengan teori means-end scheme
nya menyatakan bahwa korupsi merupakan suatu perilaku manusia yang diakibatkan
oleh tekanan sosial sehingga menyebabkan pelanggaran norma-nomra. Sosiolog lain
bernama Emile Durkheim juga mencetuskan sebuah teori yang memandang bahwa
watak manusia sebenarnya bersifat pasif dan dikendalikan oleh masyarakatnya.
Durkheim berpandangan bahwa perilaku koruptif bukanlah berasal dari kemauan
individu, melainkan ada pengaruh dari kelompok atau masyarakat dimana pengaruh
itu memiliki daya kuasa dan mengatur seorang individu untuk melakukan tindakan
koruptif. Teori ini dikenal dengan teori solidaritas sosial. Seorang ekonom bernama
Robert Klitgaard juga berpendapat bahwa korupsi merupakan hasil dari monopoli
kekuasaan serta wewenang pejabat untuk memberikan atau menahan suatu pelayanan
atau izin. Perilaku itu dapat dikurangi dengan mengurangi kewenangan mereka atau
meningkatkan akuntabilitasnya. Secara sederhana ditunjukkan oleh rumus sbb:

Corruption = Monopoly + Discretion – Accountability

B. Maksud dan Tujuan


Maksud penulisan makalah ini adalah untuk memperdalam pemahaman
tentang pengertian, dampak dan teori korupsi, jenis dan delik korupsi, dan strategi
pemberantasan korupsi.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Etika dan Anti Korupsi.

Page | 2
C. Metode Penulisan
Dalam menyusun makalah ini penyusun menggunakan metode penelitian
kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan data dari buku-buku ilmiah, literatur
ilmiah, undang-undang, dan peraturan terkait lainnya. Materi kuliah selama penyusun
menjalani pendidikan juga menjadi acuan dalam penyusunan makalah ini.

Page | 3
BAB II. POKOK PERMASALAHAN
Tindak pidana korupsi adalah satu dari beberapa tindakan pidana yang bersifat luar
biasa atau biasa dikenal sebagai extraordinary crime. Hal ini disebabkan karena dalam
perkembangannya korupsi telah terjadi secara sistematis dan meluas, menimbulkan kerugian
negara dan menyengsarakan rakyat. Diantara dampak-dampak yang dapat ditimbulkan oleh
korupsi antara lain:

a. Dampak Ekonomi
Korupsi dapat menyebabkan lesunya pertumbuhan ekonomi dan investasi.

b. Dampak Sosial dan Kemiskinan Masyarakat


Korupsi dapat menyebabkan mahalnya harga jasa dan pelayanan publik. Akibatnya
pengentasan kemiskinan berjalan lambat, akses masyarakat miskin kepada bahan
pokok, pendidikan, kesehatan, hukum dsb menjadi terbatas. Hal ini juga berimbas
kepada meningkatya angka kriminalitas, solidaritas sosial yang semakin langka dan
demoralisasi.

c. Dampak Birokrasi Pemerintahan


Korupsi menyebabkan matinya etika sosial politik dalam birokrasi pemerintahan.
Pejabat pemerintah yang tidak lagi memiliki etika menyebabkan pembuatan peraturan
perundang-undangan menjadi tidak efektif. Akibatnya birokrasi menjadi tidak efisien.
Hal inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya korupsi institusional.

d. Dampak Terhadap Politik dan Demokrasi


Kondisi politik yang carut marut dan cenderung sangat koruptif menghasilkan
masyarakat yang tidak demokratis. Hal ini menyebabkan kepercayaan publik pada
demokrasi menjadi hilang dan menguatnya budaya plutokrasi dimana pihak yang
memiliki kekayaan harta dapat berkuasa. Akibatnya lambat laun kedaulatan rakyat
menjadi hancur.

e. Dampak Terhadap Penegakan Hukum


Dengan maraknya praktik korupsi berupa suap-menyuap menyebabkan fungsi
pemerintahan menjadi tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Korupsi yang terjadi di
lembaga-lembaga negara seperti kepolisian, pengadilan, mahkamah agung dan
mahkamah konstitusi menyebabkan hilangnya kepercayaan rakyat terhadap lembaga-
lembaga negara tersebut.

f. Dampak Terhadap Pertahanan dan Keamanan


Korupsi menyebabkan penerimaan negara dari sektor pajak menurun. Oleh karena itu,
alokasi APBN terhadap alutsista pun berkurang. Akibatnya pemerintah tidak dapat

Page | 4
melakukan pengadaan alutsista termutakhir atau menganggarkan biaya pemeliharaan
untuk alutsista yang sudah ada.

g. Dampak Terhadap Kerusakan Lingkungan


Indonesia adalah negara yang memiliki potensi sumber daya alam yang luar biasa.
Korupsi menyebabkan negara tidak mampu mengambil manfaat dari sumber daya
alam tersebut secara maksimal. Alih-alih mengelola sendiri, negara kita masih
bergantung kepada negara asing untuk mengelolanya dan mengharapkan bagi hasil
atas kesepakatan yang dijalin tersebut. Padahal, jika korupsi tidak ada Indonesia akan
memiliki anggaran yang cukup untuk membiayai pendidikan orang-orang yang
potensial serta mengembangkan teknologi industri dan ekonomi sehingga membuat
bangsa kita kuat dan mandiri.

Page | 5
BAB III. PEMBAHASAN
A. Konstruksi Kasus Korupsi KTP Elektronik
Dalam subbab ini dibahas mengenai kronologi kasus korupsi yang dilakukan
oleh Setya Novanto dalam mega proyek KTP elektronik berdasarkan kurun waktu
ditetapkannya pihak-pihak yang terlibat sebagai tersangka. Adapun kronologinya
seperti yang ditampilkan dalam tabel berikut:

Tabel Kronologi Kejadian


Tanggal Penetapan Status Hukum
17 Juli 2017 KPK mengumumkan penetapan Setya Novanto sebagai
tersangka kasus korupsi e- KTP.
4 September 2017 Setya Novanto mendaftarkan gugatan praperadilan terhadap
KPK ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Setya meminta
penetapan statusnya sebagai tersangka dibatalkan.
29 September 2017 Setelah menjalani serangkaian sidang praperadilan, hakim
tunggal Cepi Iskandar mengabulkan sebagian permohonan
Setya. Penetapan tersangka Setya dianggap tidak sah alias
batal. Hakim meminta KPK untuk menghentikan penyidikan
terhadap Setya.
10 November 2017 KPK kembali mengumumkan menetapkan Setya Novanto
menjadi tersangka e-KTP. Setya kembali mengajukan
praperadilan untuk menuntut hal yang sama, pembatalan status
tersangka.
15 November 2017 KPK menjemput paksa Setya karena sudah tiga kali mangkir
dari pemeriksaan. Enam pegawai KPK menyambangi Setya di
kediamannya, Jalan Wijaya XIII Nomor 19, Melawai, Jakarta
Selatan pada Rabu malam, 15 November 2017. Namun,
penyidik tidak menemukannya. KPK kemudian memasukkan
Setya dalam daftar pencarian orang (DPO).
16 November 2017 Setya dilarikan ke Rumah Sakit Medika Permata Hijau setelah
mobil yang dia tumpangi mengalami kecelakaan tunggal di
daerah Permata Hijau, Jakarta Barat.
Kecelakaan itu berbuntut proses hukum. Pengacara Setya saat
itu, Fredrich Yunadi dan dokter RS Medika Permata Hijau,
Bimanesh Sutarjo ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK atas
dugaan merintangi penyidikan, 10 Januari 2018. Fredrich dan
Bimanesh diduga memaninipulasi data medis kecelakaan Setya
untuk menghindarkan dari pemeriksaan KPK.
17 November 2017 KPK menahan Setya sebagai tersangka e-KTP. Belum
diperiksa penyidik, Setya kemudian mengaku sakit, hingga
diantarkan ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
5 Desember 2017 Berkas perkara Setya dinyatakan telah P21 atau lengkap.
Esoknya, berkas berupa dakwaan dan berita acara pemeriksaan
dalam enam buku dengan tinggi mencapai 1 meter itu
dilimpahkan ke pengadilan oleh KPK.
7 Desember 2017 Sidang praperadilan jilid II Setya Novanto digelar di
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Page | 6
13 Desember 2017 Sidang putusan praperadilan Setya Novanto digelar di
Pengadilan Jakarta Selatan. Di hari yang sama, sidang perdana
pokok perkara Setya juga digelar di Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi.
Hakim tunggal sidang praperadilan Setya, Kusno memutuskan
gugatan Setya gugur saat sidang pokok perkara kasus e-KTP
dimulai. Di sidang perdana pokok perkara, Jaksa mendakwa
Setya telah memperkaya diri dengan menerima aliran dana e-
KTP sebesar US$ 7,3 juta.
Dalam sidang pokok perkara itu, Setya beberapa kali diam
ketika ditanya oleh hakim. Dia mengaku diare dan tak diberi
obat oleh dokter. Pernyataan Setya kemudian dibantah oleh
jaksa Irene Putri.
20 Desember 2017 Dalam sidang eksepsi, kuasa hukum Setya menilai dakwaan
oleh jaksa tidak cermat. Salah satunya terkait jumlah nilai
kerugian negara. Selain itu, kuasa hukum juga
mempermasalahkan hilangnya sejumlah nama penerima
korupsi e-KTP.
4 Januari 2018 Majelis hakim pengadilan Tindak Pidana Korupsi menolak
eksepsi atau keberatan Setya. Hakim menilai materi dakwaan
jaksa terhadap Setya telah memenuhi syarat formil dan
materiil.
25 Januari 2018 Dalam sidang agenda pemeriksaan saksi, jaksa menghadirkan
Mirwan Amir, mantan anggota DPR dari Partai Demokrat
periode 2009-2014. Dalam kesaksiannya, Mirwan menyebut
nama mantan Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) setelah dicecar beberapa pertanyaan oleh
pengacara Setya, Firman Wijaya.
Beberapa hari setelah itu, Partai Demokrat melaporkan Firman
dengan tuduhan mencemarkan nama baik SBY. Pengacara
Partai Demokrat, Ardy Mbalembout mempermasalahkan
pernyataan Firman pasca-sidang kepada awak media. Dia juga
menyebut pertanyaan dan jawaban dari Firman dan Amir
dalam persidangan sebagai fitnah.
5 Februari 2018 Sebelum menjalani sidang lanjutan, Setya membuka buku
catatannya yang bersampul hitam. Awak media melihat salah
satu halaman di buku itu tertulis nama Nazaruddin dan Edi
Baskoro Yudhoyono atau Ibas.
22 Maret 2018 Setya menangis saat memberi keterangan dalam lanjutan
sidang. Sambil terisak dan menundukkan kepala, Setya
meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia atas
perbuatannya.
Walau menyesal, Setya tak mengaku melakukan korupsi. Dia
mengatakan jabatannya sebagai Ketua DPR saat itu, telah
dimanfaatkan para pengusaha untuk memperkaya diri. Setya
pun resmi mengajukan diri sebagai Justice Collaborator (JC)
di persidangan.
Dalam pengakuannya, Setya mengatakan ada aliran dana yang
diterima oleh politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDIP) yakni Puan Maharani dan Pramono Anung. Masing-

Page | 7
masing di antaranya menerima US$ 500 ribu.
29 Maret 2018 Setelah melalui beberapa sidang pemeriksaan saksi yang
didatangkan jaksa maupun pengacara Setya, tuntutan
kemudian dibacakan. Jaksa menuntut Setya dengan hukuman
16 tahun penjara dan denda Rp 1 miliar subsider enam bulan
kurungan.
Dalam kasus ini, Setya dinilai menguntungkan diri sendiri
dengan menerima aliran dana sebesar US$ 7,3 juta dan jam
tangan Richard Mille senilai US$ 135 ribu dolar. Dalam sidang
itu, KPK juga menolak permohonan JC Setya. Jaksa menilai
Setya belum memenuhi kualifikasi sebagai JC
13 April 2018 Setya Novanto membacakan nota pembelaan. Dalam
pleidoinya, Setya membantah tuduhan jaksa. Dia bahkan
menyebut mantan Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi
punya peran lebih besar dalam penganggaran proyek bernilai
Rp 5,8 triliun itu. Di ujung pleidoinya, Setya membacakan
puisi Di Kolong Meja karya penyair Linda Djalil.

B. Modus Operandi
Modus operandi (M.O) adalah cara operasi perorangan atau kelompok
penjahat dalam menjalankan rencana kejahatannya. Kata tersebut sering digunakan di
koran atau televisi jika ada berita kejahatan.
KPK mengumumkan penetapan Setya Novanto sebagai tersangka kasus
korupsi pengadaan e-KTP. Pengadaan proyek itu terjadi pada kurun waktu 2011-
2012, saat Setya menjabat sebagai Ketua Fraksi Partai Golkar di DPR. Ia diduga ikut
mengatur agar anggaran proyek e-KTP senilai Rp 5,9 triliun agar disetujui anggota
DPR. Selain itu, Novanto diduga telah mengondisikan pemenang lelang dalam proyek
e-KTP. Bersama pengusaha Andi Agustinus alias Andi Narogong, Setya diduga ikut
menyebabkan kerugian negara Rp 2,3 triliun.
Pada pelaksanaannya, proyek e-KTP dilakukan oleh konsorsium yang terdiri
dari beberapa perusahaan atau pihak terkait. Untuk memutuskan konsorsium mana
yang berhak melakukan proyek, maka pemerintah kemudian melaksanakan lelang
tender pada 21 Februari hingga 15 Mei 2011. Di sela-sela proses lelang, Lembaga
Sosial Masyarakat (LSM) bernama Government Watch (Gowa) menilai bahwa terjadi
kejanggalan pada proses lelang. Mereka beranggapan bahwa perusahaan yang
mengikuti tender tidak sesuai dengan persyaratan seperti yang terangkum dalam PP
54/2010.
Setelah melalui serangkaian proses, akhirnya pada 21 Juni 2011 pemerintah
mengumumkan konsorsium yang menjadi pemenang lelang. Mereka adalah
konsorsium PNRI yang terdiri dari beberapa perusahaan, yakni Perum PNRI, PT LEN
Industri, PT Quadra Solution, PT Sucofindo dan PT Sandipala Artha Putra. Hasil itu
diambil berdasarkan Surat Keputusan Mendagri Nomor: 471.13-476 tahun 2011.
Sebagai tindak lanjut, konsorsium PNRI kemudian melakukan penandatanganan
kontrak bersama untuk pengadaan e-KTP tahun anggaran 2011-2012 dengan nilai
pekerjaan sebesar Rp 5.841.896.144.993. Kontrak tersebut disepakati pada 1 Juli
2011.

Page | 8
Mulanya proses perekaman e-KTP ditargetkan akan dilaksanakan secara
serentak pada 1 Agustus 2011. Namun karena terlambatnya pengiriman perangkat
peralatan e-KTP, maka jadwal perekaman berubah menjadi 18 Agustus 2011 untuk
197 kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
Belum sampai perekaman dilakukan di berbagai kabupaten dan kota, pihak
kepolisian mengabarkan bahwa mereka mencurigai terjadinya korupsi pada proyek e-
KTP. Kecurigaan itu berangkat dari laporan konsorsium yang kalah tender yang
menyatakan bahwa terjadinya ketidaksesuaian prosedur yang dilakukan oleh panitia
saat lelang tender berlangsung. Kecurigaan bahwa adanya praktek korupsi pada
proyek e-KTP juga dirasakan oleh Government Watch (GOWA) yang berbuntut pada
laporan kepada KPK pada 23 Agustus 2011. Mereka berspekulasi bahwa telah terjadi
upaya pemenangan terhadap satu konsorsium perusahaan dalam proses lelang tender
berdasarkan investigasi yang telah dilakukan sejak Maret hingga Agustus 2011. Dari
hasil investigasi tersebut mereka mendapatkan petunjuk berupa dugaan terjadinya
kolusi pada proses lelang oleh Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan
Sipil dan menemukan fakta bahwa telah terjadi 11 penyimpangan, pelanggaran dan
kejanggalan kasat mata dalam pengadaan lelang.
KPK turut mencium kejanggalan dari proses proyek e-KTP. Pada awal
September 2011 KPK menuding bahwa Kemendagri tidak menjalankan 6
rekomendasi dalam pelaksanaan proyek e-KTP. Keenam rekomendasi tersebut
adalah:
1. Penyempurnaan desain.
2. Penyempurnaan aplikasi Sistem Informasi Akuntansi Keuangan (SIAK) dan
mendorong penggunaan SIAK di seluruh wilayah Indonesia dengan
melakukan percepatan migrasi non SIAK ke SIAK.
3. Memastikan tersedianya jaringan pendukung komunikasi data online/semi
online antara kabupaten/kota dengan MDC di pusat agar proses konsolidasi
dapat dilakukan secara efisien
4. Pembersihan data kependudukan dan penggunaan biometrik sebagai media
verifikasi untuk menghasilkan NIK yang tunggal
5. Pelaksanakan e-KTP setelah basis data kependudukan bersih/NIK tunggal,
tetapi sekarang belum tunggal sudah melaksanakan e-KTP; dan
6. Pengadaan e-KTP harus dilakukan secara elektronik dan sebaiknya dikawal
ketat oleh LKPP.

Menanggapi tudingan KPK, Kemendagri kemudian memberikan bantahan.


Reydonnyzar Moenek, juru bicara Kemendagri, menjelaskan bahwa Kemendagri telah
menjalankan lima rekomendasi. Memang ada rekomendasi yang tidak dijalankan,
namun itu hanya satu. Satu rekomendasi tersebut adalah tentang permintaan NIK
tunggal saat proses e-KTP dilaksanakan. Berdasarkan penjelasan Reydonnyzar,
Kemendagri tidak bisa memenuhi rekomendasi tersebut karena bisa mengubah waktu
dan pembiayaan e-KTP.

Page | 9
Tak lama setelah itu Konsorsium Lintas Peruri Solusi melaporkan Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) dan Ketua Panitia lelang dalam proses pengadaan e-KTP,
Sugiharto dan Drajat Wisnu Setiawan, ke Polda Metro Jaya dengan barang bukti
berupa surat kontrak pada 1 Juli 2011, surat jaminan penerimaan uang Rp 50 juta dan
tiga orang saksi. Konsorsium Lintas Peruri Solusi menduga bahwa telah terjadinya
penyalahgunaan wewenang sehingga dana untuk e-KTP membesar hingga Rp 4 triliun
lebih dalam proses tender. Kenyataannya, penawaran yang diajukan oleh Konsorsium
Lintas Peruri Solusi lebih rendah, yakni sebesar Rp 4,75 triliun namun yang
memenangkan tender justru konsorsium PNRI yang mengajukan penawaran lebih
tinggi, yakni sebesar Rp 5,84 triliun dari anggaran senilai 5,9 triliun. Mereka juga
menuding bahwa panitia lelang telah menerima uang sebesar Rp 50 juta pada 5 Juli
2011 dari konsorsium pemenang tender.

Seiring berjalannya waktu, indikasi korupsi pada proyek e-KTP semakin


terbuka lebar. Pada 2012 Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah
menemukan indikasi korupsi pada proyek e-KTP lebih awal ketimbang KPK
berdasarkan temuan investigator. Indikasi tersebut tertuang pada keputusan KPPU
berupa hukuman pada Konsorsium Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI)
dan PT Astragraphia untuk membayar denda Rp 24 miliar ke negara karena
melanggar pasal 22 UU No. 4/1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat pada November 2012. Konsorsium PNRI didenda
sebesar Rp 20 miliar sedangkan PT Astragraphia didenda Rp 4 miliar. Denda tersebut
harus dibayar ke kas negara melalui bank pemerintah dengan kode 423755 dan
423788 (Pendapatan Pelanggaran di bidang persaingan usaha).

Indikasi korupsi juga dipaparkan oleh Muhammad Nazaruddin pada 31 Juli


2013. Saat diperiksa oleh KPK terkait kasus Hambalang, ia menyerahkan bukti-bukti
terkait korupsi e-KTP. Lewat pengacaranya, Elza Syarief, ia juga menuding telah
terjadi penggelembungan dana pada proyek e-KTP. Dari total proyek sebesar RP 5,9
triliun, 45% di antaranya merupakan mark-up. Ia juga mengatakan bahwa Ketua
Fraksi Partai Golkar Setya Novanto dan mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas
Urbaningrum terlibat dalam kasus ini. Mendengar hal itu, Gamawan Fauzi merasa
geram. Ia pun melaporkan Nazaruddin ke Polda Metro Jaya karena menilai bahwa
tuduhannya tidak benar. Kendati demikian, saat itu KPK belum bisa memastikan
kebenaran dari kecurigaan-kecurigaan yang ada karena tahap penyidikan KPK
terhadap kasus e-KTP masih pada tahap awal..

Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dan mantan Bendahara
Umum Demokrat Muhammad Nazaruddin. Andi, Setya, Anas dan Nazaruddin
bertemu dan bersepakat.
Berdasarkan dakwaan Irman dan Sugiharto, lahir kesepakatan di antara
keempatnya bahwa anggaran e-KTP sebesar Rp5,9 triliun setelah dipotong pajak
sebesar 11,5 persen, hanya 51 persennya atau Rp2,6 triliun digunakan untuk belanja
modal atau belanja rill pembiayaan proyek. Sedangkan separuhnya sebesar 49 persen
atau senilai Rp2,5 triliun dibagi-bagi ke sejumlah pihak.

Page | 10
Mereka berempat sepakat, pejabat Kemendagri, termasuk Irman dan Sugiharto
mendapat jatah tujuh persen atau sejumlah Rp365,4 miliar, anggota Komisi II
DPR sebesar lima persen atau Rp261 miliar.
Kemudian Setya dan Andi dapat sebesar 11 persen atau Rp574,2 miliar.
Sementara itu, Anas dan Nazaruddin sebesar 11 persen atau Rp574,2 miliar.
Selanjutnya, sebesar 15 persen atau sejumlah Rp783 miliar dibagikan kepada
pelaksana pekerjaan atau rekanan.

Mantan Ketua DPR, Setya Novanto, melalui perjalanan panjang pada tahun
2017 hingga akhirnya disidang sebagai terdakwa kasus dugaan korupsi proyek e-KTP.
Nama Novanto semakin kuat dikaitkan dalam kasus e-KTP setelah muncul pada
sidang perdana kasus itu. Saat itu, mantan Direktur Pengelola Informasi Administrasi
Kependudukan Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri,
Sugiharto, dan mantan Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Irman
menjadi terdakwa. Dalam dakwaan yang dibacakan jaksa KPK di Pengadilan Tipikor,
Kamis (9/3/2017), Novanto disebut memiliki peran dalam mengatur besaran anggaran
e-KTP yang mencapai Rp 5,9 triliun. Akhirnya, Novanto menjalani sidang
perdananya sebagai terdakwa dalam kasus korupsi e-KTP pada 13 Desember 2017.

C. Tempat dan Waktu Kejadian


1. Tempat Kejadian
Praktik korupsi E-KTP terjadi di:
a. Lingkungan Direktorat Pengelolaan Informasi dan Administrasi Kependudukan
(Direktorat PIAK)
b. Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Kementrian Dalam
Negeri (Kemendagri)
c. Wilayah Hukum Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat.
d. Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI)

2. Waktu Kejadian
Terjadi pada kurun waktu Tahun 2011-2012, saat Setya Novanto menjabat
sebagai Ketua Fraksi Partai Golkar di Komisi II DPR RI.

D. Pihak-Pihak yang Terlibat


1. Setya Novanto
Pada tanggal 17 Juli 2017 Setya Novanto ditetapkan sebagai tersangka kasus
korupsi KTP elektronik oleh KPK. Pengadaan proyek itu terjadi pada kurun waktu
2011-2012, saat Setya Novanto menjabat Ketua Fraksi Partai Golkar di DPR. Ia
diduga ikut mengatur agar anggaran proyek E-KTP senilai Rp 5,9 triliun disetujui
anggota DPR.

2. Andi Agustinus alias Andi Narogong

Page | 11
Setelah Setya komit akan 'mengawal' proyek e-KTP agar bisa sukses dan
berjalan lancar. Untuk memastikan proyek e-KTP ini mulus di DPR, Andi pun
mendekati

3. Irman
Terdakwa Irman pada proyek KTP elektronik selaku Dirjen Dukcapil berperan
dalam menentukan pemenang yang akan mengerjakan proyek. Terdakwa juga
menerima sejumlah uang. Atas hal ini Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi (Tipikor) Jakarta menjatuhkan vonis penjara 7 tahun dan denda sebesar
Rp. 500 juta subsidier 6 bulan kurungan.

4. Sugiharto
Terdakwa Sugiharto selaku pejabat pembuat komitmen dalam proyek e-KTP telah
dilaksanakan dengan tidak memenuhi ketentuan pengadaan barang dan jasa
pemerintah dengan melanggar etika pengadaan antara lain menjaga kerahasiaan
dokumen pengadaan barang dan jasa, mempengaruhi terjadinya persaingan tidak
sehat. Atas hal ini Majelis Hakim Pengadilan Tipikor Jakarta menjatuhkan vonis 5
tahun dan denda sebesar Rp. 400 juta subsidier 6 bulan kurungan.

5. Irvanto Hendra Pambudi


Irvanto Hendra Pambudi terbukti bersalah memperkaya orang lain dalam kasus
korupsi KTP elektronik. Irvanto dalam kasus ini berperan sebagai penyalur dana
korupsi. Terdakwa terbukti mengirimkan uang kepada Setya Novanto sejumlah
USD 3,5 juta dalam kurun waktu 19 Januari s.d 19 Februari 2012. Atas hal ini,
Hakim menjatuhkan vonis 10 tahun penjara dan denda Rp. 500 juta subsidier 3
bulan kurungan.

6. Made Oka Masagung


Pengusaha Made Oka Masagung terbukti bersalah melakukan tindak pidana
korupsi KTP elektronik. Dalam kasus ini terdakwa berperan sebagai penyalur
dana korupsi. Melalui terdakwa, Setya Novanto menerima uang USD 3,8 juta
melalui rekening OCBC Center Branch atas nama OEM Investment, PT, Ltd.
Kemudian ditransfer kembali sejumlah USD 1,8 juta melalui rekening Delta
Energy di Bank DBS Singapura dan sejumlah USD 2 juta. Atas hal ini, Hakim
menjatuhkan vonis 10 tahun penjara dan denda Rp. 500 juta subsidier 3 bulan
kurungan.

7. Markus Nari
Anggota Komisi II DPR RI Dapil Sulawesi Selatan III, Markus Nari, ditetapkan
sebagai tersangka oleh KPK pada tanggal 2 Juni 2017. Namun sampai saat ini
KPK belum juga menahan tersangka. Hal tersebut dikarenakan tim penyidik
melakukan dua penyidikan yaitu keikutsertaan Markus Nari dalam korupsi KTP
elektronik dan perintangan penyidikan kasus yang sama. Markus dijerat pasal

Page | 12
berlapis karena diduga ikut menikmati hasil korupsi proyek pengadaan KTP
elektronik.

8. Anang Sugiana Sudihardjo


Hakim menyatakan Anang terbukti secara bersama-sama turut merugikan negara
dalam proyek KTP elektronik. Anang turut terlibat mengarahkan dan
mengkondisikan proses lelang bersama Andi Agustinus Narogong, yakni
membuat dokumen penawaran dan spesifikasi teknis yang telah disetujui oleh
panitia lelang agar konsorsiumnya dimenangkan panitia lelang. Atas hal ini,
Majelis Hakim Pengadilan Tipikor Jakarta menjatuhkan vonis kepada mantan
Direktur PT Quadra Solution Anang Sugiana Sudiharjo 6 tahun penjara dan denda
Rp. 1 miliar subsider 4 bulan kurungan. Selain itu, hakim juga mewajibkan Anang
membayar uang pengganti sebesar Rp.20,7 miliar paling lambar satu bulan setelah
putusan berkekuatan hukum tetap. Bila Anang tak sanggup membayarnya, maka
hartanya akan dilelang atau dipidana penjara 5 tahun.

E. Pasal yang Dilanggar


Dalam kasus korupsi KTP elektronik ini jaksa penuntut umum mendakwa
Setya Novanto dengan Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3 UU No 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31
tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1
KUHP.

No Unsur Tindak Fakta Perbuatan yang Dilakukan Alat Bukti yang


. Pidana yang dan Kejadian Mendukung
Dilanggar
Pasal 2 ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001
1. Setiap orang Setya Novanto adalah Ketua DPR RI o Keterangan dari
periode 2014-2019 Terdakwa Setya Novanto
o KTP a/n Setya Novanto
o SK Pengangkatan Setya
Novanto sebagai Ketua
DPR RI
2. Memperkaya diri o Menerima komisi sebesar US$ 7,3 o Keterangan dari
sendiri, orang lain juta untuk memuluskan pembahasan Terdakwa Setya Novanto
atau suatu korporasi anggaran e-KTP di DPR (dari Made o Keterangan dari Saksi
Oka Masagung sebesar US$ 3,8 juta Made Oka Masagung
dan uang yang sebesar US 3,5 juta o Keterangan dari Saksi
diterima dari Irvanto Hendra Irvanto Hendra Pambudi
Pambudi Cahyo). Cahyo
o Menerima satu jam tangan merk o Keterangan dari Petugas
Richard Mille seharga USD 135 ribu Bank
o Meminta pengusaha yang o Print-out rekening bank
mengerjakan proyek KTP elektronik
untuk memberikan komisi sebesar 5

Page | 13
persen untuk para anggota DPR RI di
Komisi II

3. Dengan cara Mengintervensi proses penganggaran o Keterangan dari laporan


melawan hukum serta pengadaan barang dan jasa konsorsium yang kalah
dalam proyek e-KTP (perusahaan yang tender
mengikuti tender tidak sesuai dengan o Keterangan dari
persyaratan seperti yang terangkum kepolisian (laporan dari
dalam PP 54/2010 namun diloloskan) pihak tender yang
kalah)
o Keterangan dari Komisi
Pengawas Persaingan
Usaha (KPPU)
o Keterangan dari
Lembaga Sosial
Masyarakat (LSM)
bernama Government
Watch (Gowa)
4. Dapat merugikan Negara harus menanggung kerugian o Keterangan dari BPKP
keuangan negara sebesar Rp 2,314 triliun o Surat berupa laporan hasil
atau perekonomian perhitungan kerugian
negara keungan negara

Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001


1. Setiap orang Setya Novanto adalah Ketua DPR RI o Keterangan dari
periode 2014-2019 Terdakwa Setya Novanto
o KTP a/n Setya Novanto
o SK Pengangkatan Setya
Novanto sebagai Ketua
DPR RI
2. Menguntungkan diri o Menerima komisi sebesar US$ 7,3 o Keterangan dari
sendiri atau orang juta untuk memuluskan pembahasan Terdakwa Setya Novanto
lain atau suatu anggaran e-KTP di DPR (dari Made o Keterangan dari Saksi
korporasi Oka Masagung sebesar US$ 3,8 juta Made Oka Masagung
dan uang yang sebesar US 3,5 juta o Keterangan dari Saksi
diterima dari Irvanto Hendra Irvanto Hendra Pambudi
Pambudi Cahyo). Cahyo
o Menerima satu jam tangan merk o Keterangan dari Petugas
Richard Mille seharga USD 135 ribu Bank
o Meminta pengusaha yang o Print-out rekening bank
mengerjakan proyek KTP elektronik
untuk memberikan komisi sebesar 5
persen untuk para anggota DPR RI di
Komisi II

3. Menyalahgunakan o Menyalahgunakan wewenang dan o Keterangan dari


kewenangan, kedudukannya sebagai ketua DPR kepolisian (laporan dari
kesempatan, atau dalam hal pengadaan barang dan jasa pihak tender yang
sarana yang padanya o Menyalahgunakan wewenang untuk kalah)
karena jabatan atau memastikan usulan anggaran proyek o Keterangan dari Komisi
kedudukan penerapan KTP elektronik yang Pengawas Persaingan

Page | 14
bernilai Rp 5,9 triliun itu lolos di DPR Usaha (KPPU)
o Mengondisikan pemenang lelang o Keterangan dari
dalam proyek e-KTP Lembaga Sosial
Masyarakat (LSM)
bernama Government
Watch (Gowa)
4. Dapat merugikan Negara harus menanggung kerugian o Keterangan dari BPKP
keuangan negara sebesar Rp 2,314 triliun o Surat berupa laporan hasil
atau perekonomian perhitungan kerugian
negara keungan negara

F. Ancaman Hukuman dan / atau Hukuman yang Dijatuhkan


Hukuman yang dijatuhkan oleh hakim:
1. Pidana penjara selama 15 tahun dan pidana denda sebesar Rp500.000.000
dengan ketentuan apabila pidana denda tersebut tidak dibayar maka diganti
dengan pidana kurungan selama 3 bulan, menetapkan masa tahanan yang
dijalani oleh terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.
2. Membayar uang pengganti sebesar 7.300.000 USD dikurangi Rp5.000.000.000
yang telah dititipkan oleh terdakwa kepada penyidik KPK dengan ketentuan
apabila tidak membayar dalam waktu 1 bulan sesudah putusan pengadilan
memperoleh kekuatan hukum tetap maka harta terdakwa akan disita dan
dilelang untuk menutupi uang penjara selama 2 tahun.
3. Pidana tambahan mencabut hak terdakwa untuk menduduki dalam jabatan
publik selama 5 tahun terhitung sejak terpidana selesai menjalani masa
pemidanaan.
4. Menetapkan barang bukti berupa uang sejumlah Rp5.000.000.000 yang telah
disetor ke rekening KPK dirampas untuk negara.
5. Barang bukti seluruhnya digunakan untuk pembuktian perkara lain
6. Membebankan biaya perkara kepada terdakwa sebesar Rp7500

G. Kerugian Keuangan Negara


Dalam kasus mega korupsi KTP elektronik ini negara mengalami kerugian
yang tidak sedikit yakni sebesar Rp 2,3 triliun.

Page | 15
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Korupsi sebagai masalah keserakahan elite telah mencoreng citra bangsa di mata
internasional.
2. Adanya campur tangan DPR dalam perumusan budgeting atau APBN yang buruk,
sebagai akibat intervensi DPR yang terlalu jauh dan mungkin koruptif
3. Faktor politik
Proses terjadinya korupsi dengan formulasi M+D-A=C. M=monopoly,
D=discretionary (kewenangan), A=accountability (pertanggungjawaban). Korupsi
adalah hasil dari adanya monopoli (kekuasaan) ditambah dengan kewenangan yang
begitu besar tanpa keterbukaan dan pertanggungjawaban. Menurut Robert
Klitgaard (2005). Dalam kasus ini, adanya kesempatan bagi anggota DPR untuk
memenuhi kekayaan mereka dan kroninya.
4. Faktor Organisasi
Apabila dilihat dari sudut pandang organisasi, terjadinya korupsi diakibatkan oleh
aspek-aspek sebagai berikut:
a. Kurang adanya teladan dari pimpinan
b. Tidak adanya kultur organisasi yang benar
c. Sistem akuntabilitas di instansi pemerintah kurang memadai
d. Manajemen cenderung menutupi korupsi dalam organisasinya
e. Lemahnya pengawasan (Tunggal 2000).
5. GONE theory (Jack Bologne : 2006)
Greeds (keserakahan), terkait keserakahan dan kerakusan para korupsi. Koruptor
adalah orang yang tidak pernah puas akan keadaan dirinya. Opportunity
(kesempatan), merupakan sistem yang memberi peluang untuk melakukan korupsi,
yang bisa diperluas keadaan organisasi atau masyarakat yang sedemikian rupa
sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang untuk melakukan kecurangan. Needs
(Kebutuhan), yaitu sikap mental yang tidak pernah merasa cukup, selalu sarat
dengan kebutuhan yang tidak pernah usai. Exposure (Pengungkapan), hukuman
yang dijatuhkan kepada para pelaku korupsi yang tidak memberi efek jera pelaku
maupun orang lain.

B. Saran
1. Kontrak pekerjaan atau pengadaan barang yang dilakukan dengan lelang tersebut
seharusnya masyarakat memiliki otoritas atau akses untuk dapat memantau dan
memonitor hasil dari pelelangan tersebut. Sehingga harus dikembangkan sistem
yang dapat memberi kemudahan bagi masyarakat untuk ikut memantau ataupun
memonitor hal tersebut

Page | 16
2. Dilakukannya pengawasan dan evaluasi secara bertahap dalam pelaksanaan
pengadaan.mulai dari pelaksanaannya hingga penganggarannya.
3. Dalam pelaksanaan pengadaan didampingi oleh ahlinya (LKPP)
4. Tidak diberikan kekuasaan sepenuhnya kepada DPR untuk mengubah APBN jika
tanpa alasan yang jelas

Daftar Pustaka
Komisi Pemberantasan Korupsi. 2006. Memahami Untuk Membasmi, Buku Panduan Untuk
Memahami Tindak Pidana Korupsi. Jakarta:Komisi Pemberantasan Korupsi

https://nasional.tempo.co/read/1082547/setya-novanto-hadapi-sidang-vonis-berikut-
kronologi-kasusnya

https://www.liputan6.com/news/read/3193875/didakwa-2-pasal-korupsi-setya-novanto-
terancam-20-tahun-bui

https://www.liputan6.com/news/read/3816311/kasus-e-ktp-kpk-eksekusi-keponakan-setya-
novanto-ke-lapas-sukamiskin

https://www.liputan6.com/news/read/3685587/2-orang-dekat-setya-novanto-dituntut-12-
tahun-penjara-dalam-kasus-e-ktp

https://nasional.kompas.com/read/2017/12/28/09531001/melihat-perjalanan-setya-novanto-
dalam-kasus-e-ktp-pada-2017

https://m.detik.com/news/berita/d-3567145/vonis-e-ktp-hakim-irman-sugiharto-terbukti-
salahgunakan-wewenang

https://m.cnnindonesia.com/nasional/20170720111434-12-229142/korupsi-e-ktp-irman-dan-
sugiharto-divonis-sesuai-tuntutan

https://www.google.com/amp/nasional/2018/07/12/belum-tahan-markus-nari-ini-alasan-kpk

https://nasional.tempo.co/read/1111905/kasus-e-ktp-anang-sugiana-divonis-6-tahun-
penjara/full&view=ok

Page | 17

Anda mungkin juga menyukai