Disusun oleh:
Kelompok 2
Ketua:
KELAS 3-06
PROGRAM STUDI DIII AKUNTANSI (ALIH PROGRAM)
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tindak pidana korupsi adalah tindakan yang secara melawan hukum
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain yang suatu korporasi
yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Tindakan-
tindakan tersebut dijelaskan secara lebih rinci mencakup suap-menyuap,
penyalahgunaan wewenang, pemberian hadiah terkait jabatan, penggelapan atau
pembiaran penggelapan, pemerasan, perbuatan curang, perusakan alat bukti,
pembiaran perusakan atau pembantuan perusakan alat bukti, benturan kepentingan
dalam pengadaan dan gratifikasi.
Selain tindakan-tindakan yang telah disebutkan diatas terdapat beberapa
tindakan pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi. Tindakan-tindakan
tersebut mencakup merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi, tidak memberikan
keterangan atau memberikan keterangan palsu, saksi yang membuka identitas pelapor,
dll. (Memahami Untuk Membasmi,2006)
Ada banyak pakar yang merumuskan teori tentang korupsi beberapa
diantaranya adalah Robert Merton, seorang sosiolog, dengan teori means-end scheme
nya menyatakan bahwa korupsi merupakan suatu perilaku manusia yang diakibatkan
oleh tekanan sosial sehingga menyebabkan pelanggaran norma-nomra. Sosiolog lain
bernama Emile Durkheim juga mencetuskan sebuah teori yang memandang bahwa
watak manusia sebenarnya bersifat pasif dan dikendalikan oleh masyarakatnya.
Durkheim berpandangan bahwa perilaku koruptif bukanlah berasal dari kemauan
individu, melainkan ada pengaruh dari kelompok atau masyarakat dimana pengaruh
itu memiliki daya kuasa dan mengatur seorang individu untuk melakukan tindakan
koruptif. Teori ini dikenal dengan teori solidaritas sosial. Seorang ekonom bernama
Robert Klitgaard juga berpendapat bahwa korupsi merupakan hasil dari monopoli
kekuasaan serta wewenang pejabat untuk memberikan atau menahan suatu pelayanan
atau izin. Perilaku itu dapat dikurangi dengan mengurangi kewenangan mereka atau
meningkatkan akuntabilitasnya. Secara sederhana ditunjukkan oleh rumus sbb:
Page | 2
C. Metode Penulisan
Dalam menyusun makalah ini penyusun menggunakan metode penelitian
kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan data dari buku-buku ilmiah, literatur
ilmiah, undang-undang, dan peraturan terkait lainnya. Materi kuliah selama penyusun
menjalani pendidikan juga menjadi acuan dalam penyusunan makalah ini.
Page | 3
BAB II. POKOK PERMASALAHAN
Tindak pidana korupsi adalah satu dari beberapa tindakan pidana yang bersifat luar
biasa atau biasa dikenal sebagai extraordinary crime. Hal ini disebabkan karena dalam
perkembangannya korupsi telah terjadi secara sistematis dan meluas, menimbulkan kerugian
negara dan menyengsarakan rakyat. Diantara dampak-dampak yang dapat ditimbulkan oleh
korupsi antara lain:
a. Dampak Ekonomi
Korupsi dapat menyebabkan lesunya pertumbuhan ekonomi dan investasi.
Page | 4
melakukan pengadaan alutsista termutakhir atau menganggarkan biaya pemeliharaan
untuk alutsista yang sudah ada.
Page | 5
BAB III. PEMBAHASAN
A. Konstruksi Kasus Korupsi KTP Elektronik
Dalam subbab ini dibahas mengenai kronologi kasus korupsi yang dilakukan
oleh Setya Novanto dalam mega proyek KTP elektronik berdasarkan kurun waktu
ditetapkannya pihak-pihak yang terlibat sebagai tersangka. Adapun kronologinya
seperti yang ditampilkan dalam tabel berikut:
Page | 6
13 Desember 2017 Sidang putusan praperadilan Setya Novanto digelar di
Pengadilan Jakarta Selatan. Di hari yang sama, sidang perdana
pokok perkara Setya juga digelar di Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi.
Hakim tunggal sidang praperadilan Setya, Kusno memutuskan
gugatan Setya gugur saat sidang pokok perkara kasus e-KTP
dimulai. Di sidang perdana pokok perkara, Jaksa mendakwa
Setya telah memperkaya diri dengan menerima aliran dana e-
KTP sebesar US$ 7,3 juta.
Dalam sidang pokok perkara itu, Setya beberapa kali diam
ketika ditanya oleh hakim. Dia mengaku diare dan tak diberi
obat oleh dokter. Pernyataan Setya kemudian dibantah oleh
jaksa Irene Putri.
20 Desember 2017 Dalam sidang eksepsi, kuasa hukum Setya menilai dakwaan
oleh jaksa tidak cermat. Salah satunya terkait jumlah nilai
kerugian negara. Selain itu, kuasa hukum juga
mempermasalahkan hilangnya sejumlah nama penerima
korupsi e-KTP.
4 Januari 2018 Majelis hakim pengadilan Tindak Pidana Korupsi menolak
eksepsi atau keberatan Setya. Hakim menilai materi dakwaan
jaksa terhadap Setya telah memenuhi syarat formil dan
materiil.
25 Januari 2018 Dalam sidang agenda pemeriksaan saksi, jaksa menghadirkan
Mirwan Amir, mantan anggota DPR dari Partai Demokrat
periode 2009-2014. Dalam kesaksiannya, Mirwan menyebut
nama mantan Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) setelah dicecar beberapa pertanyaan oleh
pengacara Setya, Firman Wijaya.
Beberapa hari setelah itu, Partai Demokrat melaporkan Firman
dengan tuduhan mencemarkan nama baik SBY. Pengacara
Partai Demokrat, Ardy Mbalembout mempermasalahkan
pernyataan Firman pasca-sidang kepada awak media. Dia juga
menyebut pertanyaan dan jawaban dari Firman dan Amir
dalam persidangan sebagai fitnah.
5 Februari 2018 Sebelum menjalani sidang lanjutan, Setya membuka buku
catatannya yang bersampul hitam. Awak media melihat salah
satu halaman di buku itu tertulis nama Nazaruddin dan Edi
Baskoro Yudhoyono atau Ibas.
22 Maret 2018 Setya menangis saat memberi keterangan dalam lanjutan
sidang. Sambil terisak dan menundukkan kepala, Setya
meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia atas
perbuatannya.
Walau menyesal, Setya tak mengaku melakukan korupsi. Dia
mengatakan jabatannya sebagai Ketua DPR saat itu, telah
dimanfaatkan para pengusaha untuk memperkaya diri. Setya
pun resmi mengajukan diri sebagai Justice Collaborator (JC)
di persidangan.
Dalam pengakuannya, Setya mengatakan ada aliran dana yang
diterima oleh politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDIP) yakni Puan Maharani dan Pramono Anung. Masing-
Page | 7
masing di antaranya menerima US$ 500 ribu.
29 Maret 2018 Setelah melalui beberapa sidang pemeriksaan saksi yang
didatangkan jaksa maupun pengacara Setya, tuntutan
kemudian dibacakan. Jaksa menuntut Setya dengan hukuman
16 tahun penjara dan denda Rp 1 miliar subsider enam bulan
kurungan.
Dalam kasus ini, Setya dinilai menguntungkan diri sendiri
dengan menerima aliran dana sebesar US$ 7,3 juta dan jam
tangan Richard Mille senilai US$ 135 ribu dolar. Dalam sidang
itu, KPK juga menolak permohonan JC Setya. Jaksa menilai
Setya belum memenuhi kualifikasi sebagai JC
13 April 2018 Setya Novanto membacakan nota pembelaan. Dalam
pleidoinya, Setya membantah tuduhan jaksa. Dia bahkan
menyebut mantan Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi
punya peran lebih besar dalam penganggaran proyek bernilai
Rp 5,8 triliun itu. Di ujung pleidoinya, Setya membacakan
puisi Di Kolong Meja karya penyair Linda Djalil.
B. Modus Operandi
Modus operandi (M.O) adalah cara operasi perorangan atau kelompok
penjahat dalam menjalankan rencana kejahatannya. Kata tersebut sering digunakan di
koran atau televisi jika ada berita kejahatan.
KPK mengumumkan penetapan Setya Novanto sebagai tersangka kasus
korupsi pengadaan e-KTP. Pengadaan proyek itu terjadi pada kurun waktu 2011-
2012, saat Setya menjabat sebagai Ketua Fraksi Partai Golkar di DPR. Ia diduga ikut
mengatur agar anggaran proyek e-KTP senilai Rp 5,9 triliun agar disetujui anggota
DPR. Selain itu, Novanto diduga telah mengondisikan pemenang lelang dalam proyek
e-KTP. Bersama pengusaha Andi Agustinus alias Andi Narogong, Setya diduga ikut
menyebabkan kerugian negara Rp 2,3 triliun.
Pada pelaksanaannya, proyek e-KTP dilakukan oleh konsorsium yang terdiri
dari beberapa perusahaan atau pihak terkait. Untuk memutuskan konsorsium mana
yang berhak melakukan proyek, maka pemerintah kemudian melaksanakan lelang
tender pada 21 Februari hingga 15 Mei 2011. Di sela-sela proses lelang, Lembaga
Sosial Masyarakat (LSM) bernama Government Watch (Gowa) menilai bahwa terjadi
kejanggalan pada proses lelang. Mereka beranggapan bahwa perusahaan yang
mengikuti tender tidak sesuai dengan persyaratan seperti yang terangkum dalam PP
54/2010.
Setelah melalui serangkaian proses, akhirnya pada 21 Juni 2011 pemerintah
mengumumkan konsorsium yang menjadi pemenang lelang. Mereka adalah
konsorsium PNRI yang terdiri dari beberapa perusahaan, yakni Perum PNRI, PT LEN
Industri, PT Quadra Solution, PT Sucofindo dan PT Sandipala Artha Putra. Hasil itu
diambil berdasarkan Surat Keputusan Mendagri Nomor: 471.13-476 tahun 2011.
Sebagai tindak lanjut, konsorsium PNRI kemudian melakukan penandatanganan
kontrak bersama untuk pengadaan e-KTP tahun anggaran 2011-2012 dengan nilai
pekerjaan sebesar Rp 5.841.896.144.993. Kontrak tersebut disepakati pada 1 Juli
2011.
Page | 8
Mulanya proses perekaman e-KTP ditargetkan akan dilaksanakan secara
serentak pada 1 Agustus 2011. Namun karena terlambatnya pengiriman perangkat
peralatan e-KTP, maka jadwal perekaman berubah menjadi 18 Agustus 2011 untuk
197 kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
Belum sampai perekaman dilakukan di berbagai kabupaten dan kota, pihak
kepolisian mengabarkan bahwa mereka mencurigai terjadinya korupsi pada proyek e-
KTP. Kecurigaan itu berangkat dari laporan konsorsium yang kalah tender yang
menyatakan bahwa terjadinya ketidaksesuaian prosedur yang dilakukan oleh panitia
saat lelang tender berlangsung. Kecurigaan bahwa adanya praktek korupsi pada
proyek e-KTP juga dirasakan oleh Government Watch (GOWA) yang berbuntut pada
laporan kepada KPK pada 23 Agustus 2011. Mereka berspekulasi bahwa telah terjadi
upaya pemenangan terhadap satu konsorsium perusahaan dalam proses lelang tender
berdasarkan investigasi yang telah dilakukan sejak Maret hingga Agustus 2011. Dari
hasil investigasi tersebut mereka mendapatkan petunjuk berupa dugaan terjadinya
kolusi pada proses lelang oleh Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan
Sipil dan menemukan fakta bahwa telah terjadi 11 penyimpangan, pelanggaran dan
kejanggalan kasat mata dalam pengadaan lelang.
KPK turut mencium kejanggalan dari proses proyek e-KTP. Pada awal
September 2011 KPK menuding bahwa Kemendagri tidak menjalankan 6
rekomendasi dalam pelaksanaan proyek e-KTP. Keenam rekomendasi tersebut
adalah:
1. Penyempurnaan desain.
2. Penyempurnaan aplikasi Sistem Informasi Akuntansi Keuangan (SIAK) dan
mendorong penggunaan SIAK di seluruh wilayah Indonesia dengan
melakukan percepatan migrasi non SIAK ke SIAK.
3. Memastikan tersedianya jaringan pendukung komunikasi data online/semi
online antara kabupaten/kota dengan MDC di pusat agar proses konsolidasi
dapat dilakukan secara efisien
4. Pembersihan data kependudukan dan penggunaan biometrik sebagai media
verifikasi untuk menghasilkan NIK yang tunggal
5. Pelaksanakan e-KTP setelah basis data kependudukan bersih/NIK tunggal,
tetapi sekarang belum tunggal sudah melaksanakan e-KTP; dan
6. Pengadaan e-KTP harus dilakukan secara elektronik dan sebaiknya dikawal
ketat oleh LKPP.
Page | 9
Tak lama setelah itu Konsorsium Lintas Peruri Solusi melaporkan Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) dan Ketua Panitia lelang dalam proses pengadaan e-KTP,
Sugiharto dan Drajat Wisnu Setiawan, ke Polda Metro Jaya dengan barang bukti
berupa surat kontrak pada 1 Juli 2011, surat jaminan penerimaan uang Rp 50 juta dan
tiga orang saksi. Konsorsium Lintas Peruri Solusi menduga bahwa telah terjadinya
penyalahgunaan wewenang sehingga dana untuk e-KTP membesar hingga Rp 4 triliun
lebih dalam proses tender. Kenyataannya, penawaran yang diajukan oleh Konsorsium
Lintas Peruri Solusi lebih rendah, yakni sebesar Rp 4,75 triliun namun yang
memenangkan tender justru konsorsium PNRI yang mengajukan penawaran lebih
tinggi, yakni sebesar Rp 5,84 triliun dari anggaran senilai 5,9 triliun. Mereka juga
menuding bahwa panitia lelang telah menerima uang sebesar Rp 50 juta pada 5 Juli
2011 dari konsorsium pemenang tender.
Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dan mantan Bendahara
Umum Demokrat Muhammad Nazaruddin. Andi, Setya, Anas dan Nazaruddin
bertemu dan bersepakat.
Berdasarkan dakwaan Irman dan Sugiharto, lahir kesepakatan di antara
keempatnya bahwa anggaran e-KTP sebesar Rp5,9 triliun setelah dipotong pajak
sebesar 11,5 persen, hanya 51 persennya atau Rp2,6 triliun digunakan untuk belanja
modal atau belanja rill pembiayaan proyek. Sedangkan separuhnya sebesar 49 persen
atau senilai Rp2,5 triliun dibagi-bagi ke sejumlah pihak.
Page | 10
Mereka berempat sepakat, pejabat Kemendagri, termasuk Irman dan Sugiharto
mendapat jatah tujuh persen atau sejumlah Rp365,4 miliar, anggota Komisi II
DPR sebesar lima persen atau Rp261 miliar.
Kemudian Setya dan Andi dapat sebesar 11 persen atau Rp574,2 miliar.
Sementara itu, Anas dan Nazaruddin sebesar 11 persen atau Rp574,2 miliar.
Selanjutnya, sebesar 15 persen atau sejumlah Rp783 miliar dibagikan kepada
pelaksana pekerjaan atau rekanan.
Mantan Ketua DPR, Setya Novanto, melalui perjalanan panjang pada tahun
2017 hingga akhirnya disidang sebagai terdakwa kasus dugaan korupsi proyek e-KTP.
Nama Novanto semakin kuat dikaitkan dalam kasus e-KTP setelah muncul pada
sidang perdana kasus itu. Saat itu, mantan Direktur Pengelola Informasi Administrasi
Kependudukan Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri,
Sugiharto, dan mantan Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Irman
menjadi terdakwa. Dalam dakwaan yang dibacakan jaksa KPK di Pengadilan Tipikor,
Kamis (9/3/2017), Novanto disebut memiliki peran dalam mengatur besaran anggaran
e-KTP yang mencapai Rp 5,9 triliun. Akhirnya, Novanto menjalani sidang
perdananya sebagai terdakwa dalam kasus korupsi e-KTP pada 13 Desember 2017.
2. Waktu Kejadian
Terjadi pada kurun waktu Tahun 2011-2012, saat Setya Novanto menjabat
sebagai Ketua Fraksi Partai Golkar di Komisi II DPR RI.
Page | 11
Setelah Setya komit akan 'mengawal' proyek e-KTP agar bisa sukses dan
berjalan lancar. Untuk memastikan proyek e-KTP ini mulus di DPR, Andi pun
mendekati
3. Irman
Terdakwa Irman pada proyek KTP elektronik selaku Dirjen Dukcapil berperan
dalam menentukan pemenang yang akan mengerjakan proyek. Terdakwa juga
menerima sejumlah uang. Atas hal ini Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi (Tipikor) Jakarta menjatuhkan vonis penjara 7 tahun dan denda sebesar
Rp. 500 juta subsidier 6 bulan kurungan.
4. Sugiharto
Terdakwa Sugiharto selaku pejabat pembuat komitmen dalam proyek e-KTP telah
dilaksanakan dengan tidak memenuhi ketentuan pengadaan barang dan jasa
pemerintah dengan melanggar etika pengadaan antara lain menjaga kerahasiaan
dokumen pengadaan barang dan jasa, mempengaruhi terjadinya persaingan tidak
sehat. Atas hal ini Majelis Hakim Pengadilan Tipikor Jakarta menjatuhkan vonis 5
tahun dan denda sebesar Rp. 400 juta subsidier 6 bulan kurungan.
7. Markus Nari
Anggota Komisi II DPR RI Dapil Sulawesi Selatan III, Markus Nari, ditetapkan
sebagai tersangka oleh KPK pada tanggal 2 Juni 2017. Namun sampai saat ini
KPK belum juga menahan tersangka. Hal tersebut dikarenakan tim penyidik
melakukan dua penyidikan yaitu keikutsertaan Markus Nari dalam korupsi KTP
elektronik dan perintangan penyidikan kasus yang sama. Markus dijerat pasal
Page | 12
berlapis karena diduga ikut menikmati hasil korupsi proyek pengadaan KTP
elektronik.
Page | 13
persen untuk para anggota DPR RI di
Komisi II
Page | 14
bernilai Rp 5,9 triliun itu lolos di DPR Usaha (KPPU)
o Mengondisikan pemenang lelang o Keterangan dari
dalam proyek e-KTP Lembaga Sosial
Masyarakat (LSM)
bernama Government
Watch (Gowa)
4. Dapat merugikan Negara harus menanggung kerugian o Keterangan dari BPKP
keuangan negara sebesar Rp 2,314 triliun o Surat berupa laporan hasil
atau perekonomian perhitungan kerugian
negara keungan negara
Page | 15
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Korupsi sebagai masalah keserakahan elite telah mencoreng citra bangsa di mata
internasional.
2. Adanya campur tangan DPR dalam perumusan budgeting atau APBN yang buruk,
sebagai akibat intervensi DPR yang terlalu jauh dan mungkin koruptif
3. Faktor politik
Proses terjadinya korupsi dengan formulasi M+D-A=C. M=monopoly,
D=discretionary (kewenangan), A=accountability (pertanggungjawaban). Korupsi
adalah hasil dari adanya monopoli (kekuasaan) ditambah dengan kewenangan yang
begitu besar tanpa keterbukaan dan pertanggungjawaban. Menurut Robert
Klitgaard (2005). Dalam kasus ini, adanya kesempatan bagi anggota DPR untuk
memenuhi kekayaan mereka dan kroninya.
4. Faktor Organisasi
Apabila dilihat dari sudut pandang organisasi, terjadinya korupsi diakibatkan oleh
aspek-aspek sebagai berikut:
a. Kurang adanya teladan dari pimpinan
b. Tidak adanya kultur organisasi yang benar
c. Sistem akuntabilitas di instansi pemerintah kurang memadai
d. Manajemen cenderung menutupi korupsi dalam organisasinya
e. Lemahnya pengawasan (Tunggal 2000).
5. GONE theory (Jack Bologne : 2006)
Greeds (keserakahan), terkait keserakahan dan kerakusan para korupsi. Koruptor
adalah orang yang tidak pernah puas akan keadaan dirinya. Opportunity
(kesempatan), merupakan sistem yang memberi peluang untuk melakukan korupsi,
yang bisa diperluas keadaan organisasi atau masyarakat yang sedemikian rupa
sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang untuk melakukan kecurangan. Needs
(Kebutuhan), yaitu sikap mental yang tidak pernah merasa cukup, selalu sarat
dengan kebutuhan yang tidak pernah usai. Exposure (Pengungkapan), hukuman
yang dijatuhkan kepada para pelaku korupsi yang tidak memberi efek jera pelaku
maupun orang lain.
B. Saran
1. Kontrak pekerjaan atau pengadaan barang yang dilakukan dengan lelang tersebut
seharusnya masyarakat memiliki otoritas atau akses untuk dapat memantau dan
memonitor hasil dari pelelangan tersebut. Sehingga harus dikembangkan sistem
yang dapat memberi kemudahan bagi masyarakat untuk ikut memantau ataupun
memonitor hal tersebut
Page | 16
2. Dilakukannya pengawasan dan evaluasi secara bertahap dalam pelaksanaan
pengadaan.mulai dari pelaksanaannya hingga penganggarannya.
3. Dalam pelaksanaan pengadaan didampingi oleh ahlinya (LKPP)
4. Tidak diberikan kekuasaan sepenuhnya kepada DPR untuk mengubah APBN jika
tanpa alasan yang jelas
Daftar Pustaka
Komisi Pemberantasan Korupsi. 2006. Memahami Untuk Membasmi, Buku Panduan Untuk
Memahami Tindak Pidana Korupsi. Jakarta:Komisi Pemberantasan Korupsi
https://nasional.tempo.co/read/1082547/setya-novanto-hadapi-sidang-vonis-berikut-
kronologi-kasusnya
https://www.liputan6.com/news/read/3193875/didakwa-2-pasal-korupsi-setya-novanto-
terancam-20-tahun-bui
https://www.liputan6.com/news/read/3816311/kasus-e-ktp-kpk-eksekusi-keponakan-setya-
novanto-ke-lapas-sukamiskin
https://www.liputan6.com/news/read/3685587/2-orang-dekat-setya-novanto-dituntut-12-
tahun-penjara-dalam-kasus-e-ktp
https://nasional.kompas.com/read/2017/12/28/09531001/melihat-perjalanan-setya-novanto-
dalam-kasus-e-ktp-pada-2017
https://m.detik.com/news/berita/d-3567145/vonis-e-ktp-hakim-irman-sugiharto-terbukti-
salahgunakan-wewenang
https://m.cnnindonesia.com/nasional/20170720111434-12-229142/korupsi-e-ktp-irman-dan-
sugiharto-divonis-sesuai-tuntutan
https://www.google.com/amp/nasional/2018/07/12/belum-tahan-markus-nari-ini-alasan-kpk
https://nasional.tempo.co/read/1111905/kasus-e-ktp-anang-sugiana-divonis-6-tahun-
penjara/full&view=ok
Page | 17