Anda di halaman 1dari 22

PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI KORUPSI

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Anti Korupsi

Dosen Pengampu : Dr. Drs., Engkus., S.E, M.Si

Kelompok: 10

Kelas B Semester V

Dhinda Mutiara S 1178010046

Dyana Kamelya 1178010060

Faqih Alamsyah 1178010075

Fauzhiatul Umah 1178010079

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2019
PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI KORUPSI

ABSTRAK

Peran aktif mahasiswa diharapkan lebih difokuskan pada upaya pencegahan


korupsi dengan ikut membangun budaya anti korupsi juga dapat berperan sebagai
agen perubahan dan motor penggerak gerakkan anti korupsi di masyarakat. Upaya
pembekalan mahasiswa dapat ditempuh dengan berbagai yaitu melalui kegiatan
sosialisasi, kampanye, seminar atau perkuliahan. Pendidikan anti korupsi bagi
mahasiswa bertujuan untuk memberi pengetahuan yang cukup tentang seluk beluk
korupsi dan pemberantasannya serta menanamkan nilai-nilai anti korupsi. Tujuan
penelitian ini adalah menumbuhkan budaya anti korupsi di kalangan mahasiswa dan
mendorong mahasiswa untuk dapat berperan serta aktif dalam upaya
pemberantasan korupsi di Indonesia. Metode dalam penelitian ini menggunakan
Metode Kualitatif yang bersifat deskriptif. Sedangkan teknik pengumpulan data
yang digunakan pada penelitian ini adalah studi pustaka. Hasil penelitian ini adalah
perlunya pendidikan anti-korupsi bagi mahasiswa dalam bentuk, antara lain
kegiatan sosialisasi, seminar, kampanye, atau bentuk-bentuk kegiatan ekstra
kurikuler lainnya. Pendidikan anti korupsi juga dapat diberikan dalam bentuk
perkuliahan, baik dalam bentuk mata kuliah wajib maupun pilihan.

Kata Kunci: Peran mahasiswa, Gerakan anti korupsi, Korupsi.


ROLE OF STUDENTS IN ANTI CORRUPTION MOVEMENT

ABSTRACT

The active role of students is expected to be more focused on efforts to


prevent corruption by helping to build an anti-corruption culture and can also act
as agents of change and a driving force for anti-corruption in the community.
Efforts to equip students can be pursued in various ways through socialization
activities, campaigns, seminars or lectures. Anti-corruption education for students
aims to provide sufficient knowledge about the ins and outs of corruption and its
eradication and instill anti-corruption values. The purpose of this study is to foster
an anti-corruption culture among students and encourage students to be able to
actively participate in efforts to eradicate corruption in Indonesia. The method in
this research uses descriptive qualitative method. While the data collection
technique used in this research is literature study. The results of this study are the
need for anti-corruption education for students in the form of, among others,
socialization activities, seminars, campaigns, or other forms of extra-curricular
activities. Anti-corruption education can also be given in the form of lectures, both
in the form of compulsory and elective courses.

Keywords: The role of students, Anti-corruption Movement, Corruption.


A. PENDAHULUAN

Di berbagai belahan dunia, korupsi selalu mendapat perhatian yang lebih


dibandingkan tindak pidana lainnya. Fenomena ini dapat dimaklumi mengingat
dampak negatif yang ditimbulkan tindak pidana ini. Dampak yang ditimbulkan
dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi merupakan masalah serius,
tindak pidana ini dapat membahayakan stabilitas dan keamanan masyarakat,
membahayakan pembangunan sosial ekonomi, dan juga politik, serta dapat merusak
nilai-nilai demokrasi dan moralitas karena lambat laun perbuatan ini seakan
menjadi sebuah budaya. Korupsi merupakan ancaman terhadap cita-cita menuju
masyarakat adil dan makmur. Selama ini korupsi lebih banyak dimaklumi oleh
berbagai pihak daripada memberantasnya, padahal tindak pidana korupsi adalah
salah satu jenis kejahatan yang dapat menyentuh berbagai kepentingan yang
menyangkut hak asasi, ideologi negara, perekonomian, keuangan negara, moral
bangsa dan sebagainya, yang merupakan perilaku jahat yang cenderung sulit untuk
ditanggulangi. Sulitnya penanggulangan tindak pidana korupsi terlihat dari banyak
diputusbebaskannya terdakwa kasus tindak pidana korupsi atau minimnya pidana
yang ditanggung oleh terdakwa yang tidak sebanding dengan apa yang
dilakukannya. Hal ini sangat merugikan negara dan menghambat pembangunan
bangsa. Jika ini terjadi terus menerus dalam jangka waktu yang lama, dapat
meniadakan rasa keadilan dan rasa kepercayaan atas hukum dan peraturan
perundang-undangan oleh warga negara. Perasaan tersebut memang telah terlihat
semakin lama semakin menipis dan dapat dibuktikan dari banyaknya masyarakat
yang ingin melakukan aksi main hakim sendiri kepada pelaku tindak pidana di
dalam kehidupan masyarakat dengan mengatasnamakan keadilan yang tidak dapat
dicapai dari hukum, peraturan perundang-undangan dan juga para penegak hukum
di Indonesia. Kasus-kasus tindak pidana korupsi sulit diungkapkan karena para
pelakunya menggunakan peralatan yang canggih serta biasanya dilakukan oleh
lebih dari satu orang dalam keadaan yang terselubung dan terorganisasi. Oleh
karena itu, kejahatan ini sering disebut white collar crime atau kejahatan kerah
putih. Menyadari kompleksnya permasalahan korupsi di tengah- tengah krisis
multidimensional serta ancaman nyata yang pasti akan terjadi, yaitu dampak dari
kejahatan ini. Maka tindak pidana korupsi dapat dikategorikan sebagai
permasalahan nasional yang harus dihadapi secara sungguh-sunguh melalui
keseimbangan langkah-langkah yang tegas dan jelas dengan melibatkan semua
potensi yang ada dalam masyarakat khususnya pemerintah dan aparat penegak
hukum. Korupsi di Indonesia terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.
Tindak pidana korupsi sudah meluas dalam masyarakat, baik dari jumlah kasus
yang terjadi dan jumlah kerugian negara maupun dari segi kualitas tindak pidana
yang dilakukan semakin sistematis serta lingkupnya yang memasuki seluruh aspek
kehidupan masyarakat. Sebagai negara terkorup keenam dari 133 negara yang
disurvei pada tahun 2003 oleh Transparency International (TI) yang berbasis di
Berlin, Jerman. IPK RI sejak 2001 hingga sekarang masih tetap berada di angka 1,9
. Nilai indeks persepsi korupsi Indonesia 1,9 dari rentang nilai 1 – 10. Dengan nilai
itu, Indonesia masuk ranking 122 dari 133 negara yang di survei (Hartanti, 2012)
Peringkat itu disebabkan oleh korupsi dari level atas ke bawah yang begitu
menjamur di Indonesia. Tiga sektor paling rawan terhadap tindak pidana korupsi
adalah partai politik, kepolisian dan pengadilan. Sementara itu, kecenderugan
masyarakat memberikan suap paling banyak di sektor nonkonstruksi, pertahanan
keamanan, migas, perbankan, dan properti. Korupsi di Indonesia sudah dalam
tingkat kejahatan korupsi politik. Kondisi Indonesia yang terserang kanker politik
dan ekonomi sudah dalam stadium kritis. Kanker ganas korupsi terus menggerogoti
syaraf vital dalam tubuh negara Indonesia, sehingga terjadi krisis institusional.
Korupsi politik dilakukan oleh orang atau institusi yang memiliki kekuasaan politik,
atau oleh konglomerat yang melakukan hubungan transaksional kolutif dengan
pemegang kekuasaan. Dengan demikian, praktik kejahatan luar biasa berupa
kejahatan kekuasaan ini berlangsung secara sistematis. Rezim orde baru yang
otoriter dan korup telah melakukan proses feodalisasi hukum secara sistematis,
hingga saat ini, banyak perangkat hukum yang tidak bermuara pada keadilan dan
tidak melindungi rakyat. Berarti secara sadar, hukum dibuat tidak berdaya untuk
menyentuh pejabat tinggi yang korup, dalam domein logos, pejabat tinggi yang
korup mendapat dan menikmati privilege karena diperlakukan istimewa, dan pada
domein teknologos, hukum acara pidana korupsi tidak ditetapkan adanya pretrial
sehingga tidak sedikit koruptor yang diseret ke pengadilan dibebaskan dengan
alasan tidak cukup bukti. Merajalelanya korupsi adalah karena faktor perangkat
hukumnya yang lemah. Menyalahkan atau mengubah undang-undang memang
lebih mudah daripada menyeret koruptor ke muka pengadilan. Diberlakukan
Undang-Undang korupsi yaitu Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Dimaksudkan untuk menanggulangi dan memberantas korupsi. Politik


kriminal merupakan strategi penanggulangan korupsi yang melekat pada undang-
undang korupsi . Mengapa dimensi politik kriminal tidak berfungsi, hal ini terkait
dengan sistem penegakan hukum di negara Indonesia yang tidak egaliter. Sistem
penegakan hukum yang berlaku dapat menempatkan koruptor tingkat tinggi diatas
hukum. Sistem penegakan hukum yang tidak kondusif bagi iklim demokrasi ini
diperparah dengan adanya lembaga pengampunan bagi konglomerat korup hanya
dengan pertimbangan selera, bukan dengan pertimbangan hukum. Budaya hukum
elit penguasa tidak menghargai kedaulatan hukum, tetapi lebih mementingkan
status sosial si koruptor dengan melihat kekuasaan politik atau kekuatan
ekonominya. Praktik penegakan hukum seperti ini bertentangan dengan kaidah
prasyarat bernegara hukum. Membiarkan koruptor menjarah kekayaan dan aset
negara berarti menjadi bagian dari penghianatan negara. Budaya antikorupsi harus
dimobilisasi melalui gerakan hukum dan gerakan sosial politik secara simultan.
Gerakan ini harus dimotori integritas moral para personal dan keandalan jaringan
institusional.

Dengan demikian, arus tersebut pada gilirannya secara signifikan mampu


membuat toleransi nol terhadap fenomena korupsi. Persoalan korupsi yang
sekarang telah menjadi gurita dalam sistem pemerintahan di Indonesia merupakan
gambaran dari bobroknya tata pemerintahan di negara ini. Fenomena ini telah
menghasilkan kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan serta
buruknya pelayanan publik. Akibat dari korupsi penderitaan selalu dialami oleh
masyarakat, terutama yang berada di bawah garis kemiskinan (Rohim, 2008)
Korupsi harus dipandang sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang
oleh karena itu memerlukan upaya luar biasa pula untuk pemberantasannya. Upaya
pemberantasan korupsi yng terdiri dari dua bagian besar yaitu (1) penindakan dan,
(2) pencegahan, tidak akan pernah berhasil optimal jika hanya dilakukan oleh
pemerintah saja tanpa melibatkan peran serta masyarakat (Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, 2011). Oleh karena itu tidaklah berlebihan jika mahasiswa sebagai salah
satu bagian penting dari masyarakat yang merupakan pewaris masa depan
diharapkan dapat terlibat aktif dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.
Menurut Pasal 41 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, peran
serta masyarakat adalah: (1) Masyarakat dapat berperan serta membantu upaya
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi. (2) Peran serta masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diwujudkan dalam bentuk; a. hak mencari,
memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana
korupsi ; b. hak untuk memperoleh pelayanan dalam mencari, memperoleh dan
memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi kepada
penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi ; c. hak
menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggungjawab kepada penegak
hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi ; d. hak untuk memperoleh
jawaban atas pertanyaan tentang laporannya yang diberikan kepada penegak
hukum dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh ) hari ; e. hak untuk memperoleh
perlindungan hukum dalam hal : 1. melaksanakan haknya sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, b, dan c ; 2. diminta hadir pada proses penyelidikan, penyidikan,
dan di sidang pengadilan sebagai saksi pelapor, saksi atau saksi ahli, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai hak dan tanggung jawab dalam
upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi. (4) Hak dan
tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) dilaksanakan
dengan berpegang teguh pada asas-asas atau ketentuan yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dengan menaati norma agama
dan norma sosial lainnya. (5) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan peran
serta masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi
sebagaimana dimaksud dalam pasal ini, diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah Keterlibatan mahasiswa dalam upaya pemberantasan korupsi tentu
tidak pada upaya penindakan yang merupakan kewenangan institusi penegak
hukum. Peran aktif mahasiswa diharapkan lebih difokuskan pada upaya
pencegahan korupsi dengan ikut membangun budaya anti korupsi di masyarakat.
Mahasiswa diharapkan dapat berperan sebagai agen perubahan dan motor
penggerak gerakkan anti korupsi di masyarakat. Untuk dapat berperan aktif
mahasiswa perlu dibekali dengan pengetahuan yang cukup tentang seluk beluk
korupsi dan pemberantasannya. Yang tidak kalah penting, untuk dapat berperan
aktif mahasiswa harus dapat memahami dan menerapkan nilai-nilai anti korupsi
dalam kehidupan sehari-hari.

Korupsi adalah kehajatan yang luar biasa (extra ordinary crime) yang
berdampak sangat luar biasa. Pada dasarnya korupsi berdampak buruk pada seluruh
sendi kehidupan manusia. Korupsi merupakan salah satu factor penyebab utama
tidak tercapainya keadilan dan kemakmuran suatu bangsa. Korupsi juga berdampak
buruk pada system perekonomian, system demokrasi, system politik, system
hukum, system hukum, system pemerintah dan tatanan social kemasyarakatan.
Yang tidak kalah penting korupsi juga dapat merendahkan martabat suatu bangsa
dalam tata pergaulan internasional.

Korupsi yang terjadi di Indonesia mudah bersifat kolosal dan ibarat penyakit
sudah sulit untuk disembuhkan. Korupsi dalam berbagai tingkatan sudah terjadi
pada hampir seluruh sendi kehidupan dan dilakukan oleh hampir semua golongan
masyarakat. Dengan kata lain korupsi sudah menjadi bagian dari kehidupan kita
sehari-hari yang sudah dianggap biasa. Oleh karena itu sebagian masyarakat
mengganggu korupsi bukan lagi merupakan kejahatan besar. Jika kondisi ini tetap
dibiarkan seperti itu, maka hampir dapat dipastikan cepat atau lambat korupsi akan
menghancurkan negeri ini. Oleh karena itu sudah semestinya kita menempatkan
korupsi sebagai musuh bersama (common enem) yang harus kita perangi Bersama-
sama dengan sungguh-sungguh.

Karena sifatnya yang sangat luar biasa, maka untuk memerangi atau
memberantas korupsi diperlukan upaya yang luar biasa pula. Upaya memberantas
korupsi sama sekali bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Upaya memberantas
korupsi tentu saja tidak bisa hanya menjadi tanggung jawab intitusi penegak hukum
atau pemerintah saja, tetapi juga merupakan tanggung jawab bersama seluruh
komponen bangsa. Oleh karena itu upaya memberantas korupsi harus melibatkan
seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) yang terkait, yaitu pemerintah,
swasta dan masyarakat. Dalam konteks inilah mahasiswa, sebagai salah satu bagian
penting dari masyarakat, sangat diharapkan dapat berperan aktif.

Upaya pembekalan mahasiswa dapat ditempuh dengan berbagai cara antara


lain melalui kegiatan sosialisasi, kampanye, seminar atau perkuliahan. Pendidikan
anti korupsi bagi mahasiswa bertujuan untuk memberi pengetahuan yang cukup
tentang seluk beluk korupsi dan pemberantasannya serta menanamkan nilai-nilai
anti korupsi. Tujuan jangka panjangnya adalah menumbuhkan budaya anti korupsi
di kalangan mahasiswa dan mendorong mahasiswa untuk dapat berperan serta aktif
dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia (Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2013a)
Berdasarkan uraian dalam pendahuluan diatas, yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah peranan mahasiswa dalam gerakan anti
korupsi? 2. Bagaimanakah keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi ?
B. KERANGKA KONSEPTUAL

Gerakan Anti-
Korupsi
Di Lingkungan
Peran Mahasiswa Keluarga
Dalam Gerakan Peran Mahasiswa
Anti-korupsi Di Lingkungan
Kampus
Keterlibatan
Mahasiswa
Di Masyarakat
Sekitar

Di Tingkat Lokal
dan Nasional
C. METODE

Metode dalam penelitian ini menggunakan Metode Kualitatif yang bersifat


deskriptif. Penelitian Kualitatif menggunakan data dan memanfaatkan teori yang
ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”. Penelitian Kualitatif
bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui
pengumpulan data sedalam-dalamnya. Penelitian kualitatif menekankan pada
kedalaman data yang didapatkan oleh peneliti. Semakin dalam dan detail data yang
didapatkan, maka semakin baik kualitas dari penelitian kualitatif ini. Dalam
penelitian ini, peneliti ikut serta dalam peristiwa/kondisi yang sedang diteliti. Untuk
itu hasil dari penelitian ini memerlukan kedalaman analisis dari peneliti. Selain itu,
hasil penelitian ini bersifat subjektif sehingga tidak dapat digeneralisir. Secara
umum, penelitian kualitatif dilakukan dengan metode wawancara dan observasi.
Melalui metode ini, peneliti akan menganalisis data yang didapatkan dari lapangan
dengan detail. Peneliti tidak dapat meriset kondisi sosial yang diobservasi, karena
seluruh realitas yang terjadi merupakan kesatuan yang terjadi secara alamiah. Hasil
dari penelitian kualitatif juga dapat memunculkan teori atau konsep baru, apabila
hasil penelitiannya bertentangan dengan teori dan konsep yang sebelumnya
dijadikan kajian dalam penelitian. Sedangkan teknik pengumpulan data yang
digunakan pada penelitian ini adalah studi pustaka. Menurut Sarwono (2006), studi
pustaka adalah mempelajari berbagai buku referensi yang berguna untuk
mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti. Studi pustaka
dilakukan sebelum peneliti memulai penelitiannya, hal ini bertujuan untuk
menemukan informasi yang relevan sesuai dengan objek penelitian dan menambah
pengetahuan mengena masalah yang akan diteliti. Studi pustaka dilakukan untuk
mendapatkan landasan teori yang dapat dijadkan pedoman ketika melakukan
pemecahan masalah dan merumuskan hipotesis yang akan diuji.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. GERAKAN ANTI KORUPSI

Korupsi di Indonesia sudah berlangsung lama. Berbagai upaya


pemberantasan korupsipun sudah dilakukan sejak tahun-tahun awal setelah
kemerdekaan. Berbagai peraturan perundangan tentang pemberantasan korupsi
juga sudah dibuat. Demikian juga berbagai institusi pemberantasan korupsi silih
berganti didirikan, dimulai dari Tim Pemberantasan Korupsi pada tahun 1967
sampai dengan pendirian KPK pada tahun 2003. Namun demikian harus diakui
bahwa upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan selama ini belum
menunjukkan hasil yang maksimal. Hal ini antara lain terlihat dari masih rendahnya
angka Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia.

Berdasarkan UU No.30 tahun 2002, Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi


dirumuskan sebagai serangkaian tindakan untuk mencegah dan memberantas tindak
pidana korupsi melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan,
penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan dengan peran serta
masyarakat berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Rumusan
undang-undang tersebut menyiratkan bahwa upaya pemberantasan korupsi tidak
akan pernah berhasil tanpa melibatkan peran serta masyarakat. Dengan demikian
dalan strategi pemberantasan korupsi terdapat 3 (tiga) unsur utama, yaitu:
pencegahan, penindakan, dan peran serta masyarakat.

Pencegahan adalah seluruh upaya yang dilakukan untuk mencegah


terjadinya perilaku koruptif. Pencegahan juga sering disebut sebagai kegiatan Anti-
korupsi yang sifatnya preventif. Penindakan adalah seluruh upaya yang dilakukan
untuk menanggulangi atau memberantas terjadinya tindak pidana korupsi.
Penindakan juga sering disebut sebagai kegiatan Kontra Korupsi yang sifatnya
represif. Peran serta masyarakat adalah peran aktif perorangan, organisasi
kemasyarakatan, atau lembaga swadaya masyarakat dalam pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi.
Salah satu upaya pemberantasan korupsi adalah dengan sadar melakukan
suatu Gerakan Anti-korupsi di masyarakat. Gerakan ini adalah upaya bersama yang
bertujuan untuk menumbuhkan Budaya Anti Korupsi di masyarakat. Dengan
tumbuhnya budaya anti-korupsi di masyarakat diharapkan dapat mencegah
munculnya perilaku koruptif. Gerakan anti korupsi adalah suatu gerakan jangka
panjang yang harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait, yaitu
pemerintah, swasta dan amsyarakat. Dalam konteks inilah peran mahasiswa sebagai
salah satu bagian penting dari masyarakat sangat diharapkan.

Seperti yang diketahui bersama, pada dasarnya korupsi itu terjadi jika ada
pertemuan antara tiga faktor utama, yaitu: niat, kesempatan dan kewenangan. Niat
adalah unsur setiap tindak pidana yang lebih terkait dengan individu manusia,
misalnya perilaku dan nilai-nilai yang dianut oleh seseorang. Sedangkan
kesempatan adalah lebih terkait dengan sistem yang ada. Sementara itu,
kewenangan yang dimiliki oleh seseorang akan secara langsung memperkuat
kesempatan yang tersedia. Meskipun muncul niat dan terbuka kesempatan tetapi
tidak diikuti oleh kewenangan, maka korupsi tidak akan terjadi. Dengan demikian,
korupsi tidak akan terjadi jika ketiga faktor tersebut, yaitu niat, kesempatan, dan
kewenangan tidak ada dan tidak bertemu. Sehingga upaya memerangi korupsi pada
dasarnya adalah upaya untuk menghilangkan atau setidaknya meminimalkan ketiga
faktor tersebut.

Gerakan anti korupsi pada dasarnya adalah upaya bersama seluruh


komponen bangsa untuk mencegah peluang terjadinya perilaku koruptif. Dengan
kata lain gerakan anti korupsi adalah suatu gerakan yang memperbaiki perilaku
individu (manusia) dan sistem untuk mencegah terjadinya perilaku joruptif.
Diyakini bahwa upaya perbaikan sistem (sistem hukum dan kelembagaan serta
norma) dan perbaikan perilaku manusia (moral dan kesejahteraan) dapat
menghilangkan, atau setidaknya memperkecil peluang bagi berkembangnya
korupsi di negeri ini.
Upaya perbaikan perilaku manusia antara lain dapat dimulai dengan
menanamkan nilai-nilai yang mendukung terciptanya perilaku anti-koruptif. Nilai-
nilai yang dimaksud antara lain adalah kejujuran, kepedulian, kemandirian,
kedisiplinan, tanggungjawab, kerja keras, kesederhanaan, keberanian dan keadilan.
Penanaman nilai-nilai ini kepada masyarakat dilakukan dengan berbagai cara yang
disesuaikan dengan kebutuhan. Penanaman nilai-nilai ini juga penting dilakukan
kepada mahasiswa. Pendidikan anti-korpsi bagi mahasiswa dapat diberikan dalam
berbagai bentuk, antara lain kegiatan sosialisasi, seminar, kampanye, atau bentuk-
bentuk kegiatan ekstra kurikuler lainnya. Pendidikan anti korupsi juga dapat
diberikan dalam bentuk perkuliahan, baik dalam bentuk mata kuliah wajib maupun
pilihan.

Upaya perbaikan sistem antara lain dapat dilakukan dengan memperbaiki


peraturan perundang-undangan yang ebrlaku, memperbaiki tata kelola
pemerintahan, reformasi birokrasi, menciptakan lingkungan kerja yang anti-
korupsi, menerapkan prinsip-prinsip celan and good governance, pemanfaatn
teknologi untuk transparansi, dan lain-lain. Tentu saja upaya perbaikan sistem ini
tidak hanya merupakan tanggungjawab pemerintah saja, tetapi juga harus didukung
oleh seluruh pemangku kepentingan termasuk mahasiswa. Pengetahuan tentang
upaya perbaikan sistem ini juga penting diberikan kepada mahasiswa agar dapat
lebih memahami upaya memerangi korupsi.

2. PERAN MAHASISWA

Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia mencatat bahwa mahasiswa


mempunyai pernanan yang sangat penting. Peranan tersebut tercatat dalam
peristiwa-peristiwa besar yang dimulai dari kebangkitan Nasional 1908, sumpah
pemuda tahun 1928, Proklamasi kemerdekaan NKRI tahun 1945, lahirnya Orde
baru tahun 1996, dan Reformasi tahun 1998. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam
peristiwa-peristiwa besar tersebut mahasiswa tampil di depan sebagai motor
penggerak dengan berbagai gagasan, semangat dan idealism yang mereka miliki.
Peran penting mahasiswa tersebut tidak dapat dilepaskan dari karakteristik
yang mereka miliki, yaitu intelektualitas, jiwa muda dan idealism. Dengan
kemampuan intelektual yang tinggi, jiwa muda yang penuh semangat dan idealism
yang murni telah terbukti dalam beberapa peristiwa besar perjalanan bangsa ini
telah terbukti bahwa mahasiswa selalu mengambil peran penting dalam sejarah
perjalanan bangsa ini. Dalam beberapa peristiwa besar perjalanan bangsa ini telah
terbukti bahwa mahasiswa berperan sangat penting sebagai agen perubahan (agent
of change).

Dalam konteks Gerakan anti korupsi mahasiswa juga diharapkan dapat


tampil di depan menjadi motor penggerak. Mahasiswa di dukung oleh kompetensi
dasar yang mereka miliki. Yaitu: intelegensia, kemampuan berpikir krisis dan
keberanian untuk menyatakan kebenaran. Dengan kompetensi yang mereka miliki
tersebut mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen perubahan, mampu
menyuarakan kepentingan rakyat, mampu mengkritisi kebijakan-kebijakan yang
koruptif dan mampu menjadi wacth dog Lembaga-lembaga negara dan penegak
hukum 1

3. KETERLIBATAN MAHASISWA

Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi pada dasarnya dapat


dibedakan menjadi empat wilayah, yaitu: di lingkungan keluarga, di lingkungan
kampus, di masyarakat sekitar, dan di tingkat lokal/nasional. Lingkungan
keluarga dipercaya dapat menjadi tolok ukur yang pertama dan utama bagi
mahasiswa untuk menguji apakah proses internalisasi anti korupsi di dalam diri
mereka sudah terjadi. Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi di
lingkungan kampus tidak bisa dilepaskan dari status mahasiswa sebagai peserta
didik yang mempunyai kewajiban ikut menjalankan visi dan misi kampusnya.
Sedangkan keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi di masyarakat dan
di tingkat lokal/nasional terkait dengan status mahasiswa sebagai seorang warga
negara yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan masyarakat lainnya.

1
Untuk Perguruan Tinggi, Anti-Korupsi Anti-Korupsi Pendidikan, n.d.
a. Di Lingkungan Keluarga

Internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa dapat dimulai


dari lingkungan keluarga. Kegiatan tersebut dapat berupa melakukan pengamatan
terhadap perilaku keseharian anggota keluarga, misalnya:

1) Apakah dalam mengendarai kendaraan bermotor bersama ayahnya atau


anggota keluarga yang lain, peraturan lalin dipatuhi? Misalnya: tidak
berbelok/berputar di tempat dimana ada tanda larangan berbelok/berputar,
tidak menghentikan kendaraan melewati batas marka jalan tanda berhenti di
saat lampu lalu lintas berwarna merah, tidak memarkir/menghentikan
kendaraan di tempat dimana terdapat tanda dilarang parkir/berhenti, dsb.
2) Apakah ketika berboncengan motor bersama kakaknya atau anggota
keluarga lainnya, tidak menjalankan motornya di atas pedestrian dan
mengambil hak pejalan kaki?Tidak mengendarai motor berlawanan arah?
Tidak mengendarai motor melebihi kapasitas (misalnya satu motor
berpenumpang 3 atau bahkan 4 orang).
3) Apakah penghasilan orang tua tidak berasal dari tindak korupsi? Apakah
orang tua tidak menyalahgunakan fasilitas kantor yang menjadi haknya?
4) Apakah ada diantara anggota keluarga yang menggunakan produk-produk
bajakan (lagu, film, software, tas, sepatu, dsb.)

Pelajaran yang dapat diambil dari lingkungan keluarga ini adalah tingkat
ketaatan seseorang terhadap aturan/tata tertib yang berlaku. Substansi dari
dilanggarnya aturan/tata tertib adalah dirugikannya orang lain karena haknya
terampas. Terampasnya hak orang lain merupakan cikal bakal dari tindakan
korupsi.

Tahapan proses internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa yang
diawali dari lingkungan keluarga sangat sulit untuk dilakukan. Justru karena
anggota keluarga adalah orang-orang terdekat, yang setiap saat bertemu dan
berkumpul, maka pengamatan terhadap adanya perilaku korupsi yang dilakukan di
dalam keluarga seringkali menjadi bias. Bagaimana mungkin seorang anak berani
menegur ayahnya ketika sang ayah kerap kali melanggar peraturan lalu lintas?
Apakah anak berani untuk bertanya tentang asal usul penghasilan orang tuanya?
Apakah anak memiliki keberanian untuk menegur anggota keluarga yang lain
karena menggunakan barang-barang bajakan? Nilai-nilai yang ditanamkan orang
tua kepada anak-anaknya bermula dari lingkungan keluarga dan pada kenyataannya
nilai-nilai tersebut akan terbawa selama hidupnya. Jadi, ketika seorang mahasiswa
berhasil melewati masa yang sulit ini, maka dapat diharapkan ketika terjun ke
masyarakat mahasiswa tersebut akan selamat melewati berbagai rintangan yang
mengarah kepada tindak korupsi. Paling tidak, ada satu orang generasi muda yang
tidak tergiur untuk melakukan tindak korupsi. Jika Pendidikan Anti Korupsi diikuti
oleh banyak Perguruan Tinggi, maka akan diperoleh cukup banyak generasi muda
yang dapat menjadi benteng anti korupsi di Indonesia.

b. Di Lingkungan Kampus

Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti-korupsi di lingkungan kampus


dapat dibagi ke dalam dua wilayah, yaitu: untuk individu mahasiswanya sendiri,
dan untuk komunitas mahasiswa. Untuk konteks individu, seorang mahasiswa
diharapkan dapat mencegah agar dirinya sendiri tidak berperilaku koruptif dan tidak
korupsi. Sedangkan untuk konteks komunitas, seorang mahasiswa diharapkan dapat
mencegah agar rekan-rekannya sesama mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan
di kampus tidak berperilaku koruptif dan tidak korupsi.

Agar seorang mahasiswa dapat berperan dengan baik dalam gerakan anti-
korupsi maka pertama-pertama mahasiswa tersebut harus berperilaku anti-koruptif
dan tidak korupsi dalam berbagai tingkatan. Dengan demikian mahasiswa tersebut
harus mempunyai nilai-nilai anti-korupsi dan memahami korupsi dan prinsip-
prinsip anti-korupsi. Kedua hal ini dapat diperoleh dari mengikuti kegiatan
sosialisasi, kampanye, seminar dan kuliah pendidikan anti korupsi. Nilai-nilai dan
pengetahuan yang diperoleh tersebut harus diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan kata lain seorang mahasiswa harus mampu mendemonstrasikan
bahwa dirinya bersih dan jauh dari perbuatan korupsi.
Berbagai bentuk kegiatan dapat dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai
anti korupsi kepada komunitas mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan agar
tumbuh budaya anti korupsi di mahasiswa. Kegiatan kampanye, sosialisasi,
seminar,pelatihan, kaderisasi, dan lain-lain dapat dilakukan untuk menumbuhkan
budaya anti korupsi. Kegiatan kampanye ujian bersih atau anti mencontek
misalnya, dapat dilakukan untuk menumbuhkan antara lain nilai-nilai kerja keras,
kejujuran, tanggung jawab, dan kemandirian. Kantin kejujuran adalah contoh lain
yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan nilai-nilai kejujuran dan tanggung
jawab.

Apa pendapat Saudara tentang berbagai hal berikut yang terjadi dalam kampus:

1) Beberapa saat menjelang ujian seorang mahasiswa mendatangi dosennya secara


khusus dan memberikan bingkisan kepada dosen tersebut.
2) Saudara termasuk salah satu anggota kelompok yang mendapatkan tugas dari
dosen untuk membuat makalah. Dua hari menjelang masa tenggat belum ada
upaya dari kelompok untuk mulai membuat makalah tersebut. Didorong oleh
rasa khawatir dan tanggung jawab, Saudara mengambil alih tanggung jawab
kelompok dan mengerjakan makalah tersebut sendiri.

c. Di Masyarakat Sekitar

Hal yang sama dapat dilakukan oleh mahasiswa atau kelompok mahasiswa untuk
mengamati lingkungan masyarakat sekitar, misalnya:

1) Apakah kantor-kantor pemerintah menjalankan fungsi pelayanan kepada


masyarakatnya dengan sewajarnya: pembuatan KTP, SIM, KK, laporan
kehilangan, pelayanan pajak? Adakah biaya yang diperlukan untuk pembuatan
surat-surat atau dokumen tersebut? Wajarkah jumlah biaya dan apakah jumlah
biaya tersebut resmi diumumkan secara transparan sehingga masyarakat umum
tahu?
2) Apakah infrastruktur kota bagi pelayanan publik sudah memadai? Misalnya:
kondisi jalan, penerangan terutama di waktu malam, ketersediaan fasilitas
umum, rambu-rambu penyeberangan jalan, dsb.
3) Apakah pelayanan publik untuk masyarakat miskin sudah memadai? Misalnya
pembagian kompor gas, Bantuan Langsung Tunai, dsb.
4) Apakah akses publik kepada berbagai informasi mudah didapatkan?

Satu bentuk gerakan yang sederhana, misalnya “Gerakan tidak menyuap” untuk
setiap pengurusan KTP, KK, SIM, atau pelanggaran lalu lintas, apabila dilakukan serentak
oleh seluruh masyarakat Indonesia pasti akan menghasilkan dampak yang luar biasa.
Bayangkan berapa jumlah rupiah yang bisa diselamatkan, apabila ada 25 juta orang yang
mengurus KTP dalam 1 tahun, dan setiap orang mengeluarkan “uang sogokan” sebesar Rp.
5000,- maka dalam tahun tersebut akan terkumpul uang sebesar Rp. 126.000.000.000,-,
seratus dua puluh lima milyar rupiah, wow! Dengan uang sebesar itu berapa anak sekolah
yang bisa dibiayai, berapa orang sakit yang bisa berobat, berapa kilometer ruas jalan yang
bisa dibangun, berapa jembatan yang bisa dibangun, berapa gedung sekolah yang bisa
didirikan? Jumlah tersebut tentunya akan memberikan manfaat yang lebih baik bagi
masyarakat.

Coba bayangkan apabila lebih banyak lagi “Gerakan Anti Korupsi” yang bisa kita
lakukan, berapa banyak kekayaan negara yang bisa diselamatkan dan bisa dipergunakan
untuk sesuatu yang lebih penting? Tidak ada lagi mark-up anggaran, tidak ada lagi insentif-
insentif untuk meluluskan perundang-undangan, tidak ada lagi bentuk kebocoran-
kebocoran dana proyek, tidak ada lagi perusakan hutan, tidak ada lagi biaya siluman untuk
pengurusan berbagai izin, tidak ada anggaran untuk jalan-jalan anggota dewan dan pejabat
dengan alasan studi banding dan sebagainya. Maka kita pasti yakin bahwa Negara ini
memang negara yang kaya. Apakah anda siap memberikan kontribusi anda untuk tidak
melakukan korupsi?

d. Di Tingkat Lokal dan Nasional

Dalam konteks nasional, keterlibatan seorang mahasiswa dalam gerakan anti


korupsi bertujuan agar dapat mencegah terjadinya perilaku koruptif dan tindak korupsi
yang masif dan sistematis di masyarakat. Mahasiswa dengan kompetensi yang dimilikinya
dapat menjadi pemimpin (leader) dalam gerakan masa anti korupsi baik yang bersifat lokal
maupun nasional.

Berawal dari kegiatan-kegiatan yang terorganisir dari dalam kampus, mahasiswa


dapat menyebarkan perilaku anti korupsi kepada masyarakat luas, dimulai dari masyarakat
yang berada di sekitar kampus kemudian akan meluas ke lingkup yang lebih luas. Kegiatan-
kegiatan anti korupsi yang dirancang dan dilaksanakan secara bersama dan
berkesinambungan oleh mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi akan mampu
membangunkan kesadaran masyarakat akan buruknya korupsi yang terjadi di suatu negara.
E. SIMPULAN

1. Peranan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi adalah :


a. Mampu menjadi agen perubahan
b. Mampu menyeruakan kepentingan rakyat
c. Mampu mengkritisi kebijakan-kebijakan yang koruptif
d. Mampu menjadi watch dog (anjing penjaga) lembaga-lembaga negara
dan penegak hukum
2. Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi adalah :
a. Di lingkungan keluraga
b. Di lingkungan kampus
c. Di lingkungan masyarakat sekitar
d. Di tingkat lokal dan nasional
DAFTAR PUSTAKA

Deshaini, L., & Oktarina, E. (2017, 11 22). Peranan dan Keterlibatan Mahasiswa dalam
Gerakan Anti Korupsi. Prosiding Seminar Nasional seri 7 (pp. 214-225).
Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia. Retrieved 11 22, 2019, from
https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/11520

Tim Penulis Buku Pendidikan Anti Korupsi. (2011). Pendidikan Anti Korupsi Untuk
Perguruan Tinggi (1 ed.). (N. T. Puspito, M. E. S., I. S. Utari, & Y. Kurniadi, Eds.)
Jakarta: Kemendikbud. Retrieved November 22, 2019, from
http://pdf.yt/d/YnT6NMbpfGGLpUZ9

Anda mungkin juga menyukai