BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian-pengertian
Disini penulis memberi penjelasan
mengenai beberapa hal yang akan dibahas
pada makalah ini, dengan tujuan memberi
persamaan persepsi antara penulis dan
pembaca agar mudah dipahami arti dan
maknanya. Adapun pengertian-pengertian
tersebut, yaitu:
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Penyebab Terjadinya Pembuangan
Pasien di Lampung.
Sempat menjadi sorotan publik, kasus
dugaan pembuangan pasien dari RSUD di
Bandar Lampung mulai memasuki ranah
hukum. Kementerian kesehatan pun mulai
menarik tim investigasi khusus yang
sempat dikirim ke wilayah ini.
Polresta Bandar Lampung memanggil
pejabat Rumah Sakit Umum Dadi
Tjokrodipo (RSUDT) terkait kasus ini.
Korban dari kasus ini adalah Bapak
Suparman bin Sariun atau lebih akrab di
panggil Mbah Edi berusia 64 tahun.
Pejabat yang di panggil itu adalah
Kasubbag Umum dan Humas Heriyansyah
juga Kepala Ruang Rawat Inap E2, yaitu
Mahendri.
Kasat Reskrim Polresta Bandarlampung
Kompol Dery Agung Wijaya di Bandar
Lampung akan memanggil pejabat tersebut
setelah memeriksa 6 tersangka yang terlah
di tahan. Enam orang itu terdiri dari dokter
dan perawat. Keterlibatan 2 pejabat rumah
sakit itu akan diketahui setelah
pemeriksaan 6 tersangka pada hari ini.
Untuk saat ini tersangka yang terlibat
berjumlah 6 orang tapi tidak menutup
kemungkinan akan bertambah. Karena
untuk kasus ini masih terus di lakukan
pemeriksaan termasuk ambulance yang
dijadikan alat bantu pada kejadian
pembuangan pasien ini.
Polresta Bandar Lampung sebelumnya
telah menetapkan 6 tersangka dalam ini.
Mereka adalah sopir ambulans Muhaimin,
Andi Karyadi (perawat di bagian rawat
inap), Andi dan Andika (bagian sanitasi),
Adi (petugas kebersihan rumah sakit),
serta Rudi (seorang juru parkir).
Seperti disampaikan oleh Wakil Menteri
Kesehatan Prof. Ali Ghufron Mukti saat
dihubungi Liputan6.com, Rabu
(12/2/2014), Kementerian Kesehatan
sudah mendapat laporan dari tim khusus
yang dikirimkan ke Lampung dan
menyatakan bahwa pasien tidak ada yang
terlantar atau dibuang. Tapi, ada pula yang
menyatakan bahwa pasien ini tidak mampu
membayar biaya Rumah Sakit sehingga
terjadilah kasus ini.
“Intinya, dari laporan yang diterima,
mereka tidak mengatakan ditelantarkan
atau dibuang. Mereka (pihak RS) bilang,
ingin merujuk rumah sakit awalnya,” kata
Wamenkes.
Meskipun mendapat laporan tersebut,
Wamenkes juga tidak menampik bahwa
pada kenyataanya ada seorang kakek yang
diketahui bernama Suparman (64)
ditemukan di gubuk pinggir jalan Desa
Sukadanaham, Kecamatan Tanjungkarang
Barat dalam kondisi di tangannya ada
bekas suntikan jarum infus dan perban
yang masih menempel.
“Ya, kenyataannya seperti itu. Tapi yang
jelas, ini sudah masuk masalah hukum
pidana dan pelaku telah diserahkan kepada
pihak kepolisian. Dan masalah seperti
penonaktifan sementara Direktur Rumah
Direktur RS Dadi Tjokrodi (Indrasari
Aulia) adalah urusan Pemerintah Daerah,”
jelasnya. Wamenkes juga menyampaikan,
kasus ini belum selesai dan Kementerian
Kesehatan masih akan terus memonitor
regulasi dan evaluasi serta kebijakan
regulasi.
“Jadi kita juga sudah bikin berbagai
macam SK (Surat Keputusan) Menteri
untuk menjamin keamanan pasien
sehingga kasus yang memprihatinkan dan
sangat disesalkan tidak terjadi lagi,”
ujarnya.
Wamenkes menambahkan, bagaimanapun
kasusnya karena ini menyangkut rumah
sakit maka secara teknis, Kementerian
Kesehatan dapat menawarkan semacam
bantuan hukum.
“Kalau ada masalah hukum tentang Rumah
Sakit, bisa dibantu agar profesional, aman
dan mendekatkan layanan masyarakat
supaya masyarakat lebih nyaman,” tambah
Wamenkes.
3.2 Alasan Pegawai RSUDT Melakukan
Kejahatan Pembuangan Pasien
Tersangka lima pembuang kakek
Suparman mengaku bahwa mereka
membuang sang kakek yang merupakan
pasien yang tidak punya keluarga ini atas
perintah atasan mereka yakni HR,
Kasubbag Umum dan Humas Rumah Sakit
Umum Dadi Tjokrodipo (RSUDT) dan
Kepala Ruangan MH.
Hal ini diungkapkan Kasatreskrim Polresta
Bandarlampung, Kompol. Dery usai
melakukan gelar perkara terhadap kasus
pembuangan pasien sampai akhirnya
meninggal dunia.
Berdasarkan dari pengakuan para
tersangka mereka bukan kali ini saja
membuang pasien yang tidak punya
keluarga tapi sudah berulang kali namun
baru kali ini pasien yang dibuang
menginggal dunia.
Adapun kakek Suparman dibuang lantaran
suka berteriak-teriak sehingga
mengganggu pasien lainnnya dan ia juga
tidak memiliki keluarga.
Sebelumnya diberitakan terungkap 5orang
yang merupakan pelaku pembuangan
pasien ditangkap Polresta Bandar
Lampung. Kelima tersangka yang
membuang kakek Suparman hingga
meninggal dunia adalah para pegawai di
Rumah Sakit Umum Daerah Dadi
Tjokrodipo.
Adapun tersangka adalah Muhaimin ,32,
sopir ambulans; Andi Karyadi alias Rika,
perawat di bagian rawat inap; Andi, bagian
sanitasi; Dika, bagian sanitasi; dan Rudi,
seorang tukang parkir.
Menurut Kasatreskrim Polresta Bandar
Lampung, Komisaris Dery Agung Wijaya
mengatakan, petugas pertama kali
menangkap Muhaimin di rumahnya di
Jalan Cut Mutia, Kelurahan Pengajaran,
Telukbetung Utara, Bandarlampung pada
pukul 15.00 WIB.
Penangkapan Muhaimin membuat
semuanya jadi terang benderang dan
diketahui ada peran orang lain. Polis lalu
meringkus Rika, Dika, Andi, Rudi di
Rumah Sakit Umum Dadi Tjokrodipo.
Kakek Suparman itemukan tergeletak
dalam kondisi sakit di sebuah gardu di
kawasan Sukadanaham, Tanjungkarang
Barat, Selasa (21/1). Sayangnya, meski
sudah dilarikan ke RSUD A Dadi
Tjokrodipo, akhirnya kakek itu meninggal.
Kakek tersebut sengaja dibuang oleh
oknum petugas rumah sakit. Sebab, ada
warga yang melihat kakek itu diturunkan
dari sebuah mobil ambulans pelat merah.
Sementara itu, HR dan MH membantah
terlibat dalam kasus pembuangan
Suparman. Heriyansyah mengaku siap
diperiksa oleh pihak kepolisian jika
memang dipanggil.
3.3 Hubungan Kasus ini dengan
Pancasila Sila Kedua.
Pancasila merupakan acuan utama bagi
pembentukan hukum nasional, kegiatan
penyelenggaraan negara, partisipasi warga
negara dan pergaulan antar warga negara
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dengan kata lain, nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila menjiwai
seluruh kegiatan berbangsa dan bernegara.
Sila ke-dua Pancasila ini mengandung
makna warga Negara Indonesia mengakui
adanya manusia yang bermartabat
(bermartabat adalah manusia yang
memiliki kedudukan, dan derajat yang
lebih tiinggi dan harus dipertahankan
dengan kehidupan yang layak),
memperlakukan manusia secara adil dan
beradab di mana manusia memiliki daya
cipta, rasa, karsa, niat dan keinginan
sehingga jelas adanya perbedaan antara
manusia dan hewan.
Dari kasus yang telah dipaparkan jelas
melanggar sila kedua karena tidak adanya
keadilan bagi orang yang tidak mampu dan
tidak adanya perlindungan oleh Negara.
Seseorang yang ingin sembuh dan bisa
hidup seprti biasa tapi ketika berobat dan
dirawat dirumah sakit tersebut saat tidak
bisa membayar pasien dibuang begitu saja.
Sudah jelas bahwa sila kedua ini
mengajarkan bahwa kita harus saling
tolong menolong.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan pada Bab III
dapat di simpulkan:
1. Pihak Rumah Sakit menyatakan bahwa
awalnya mereka ingin merujuk rumah sakit
dan tidak bermaksud menelantarkan.
Namun, Wamenkes tidak menampik
bahwa pada kenyataannya kakek
Suparman ini di temukan begitu saja di
gubuk pinggir jalan Desa Sukadanaham,
Kecamatan Tanjungkarang Barat dalam
kondisi di tangannya ada bekas suntikan
jarum infus dan perban yang masih
menempel. Dan kasus ini pun sudah jelas
masuk masalah hukum pidana.
4.2 Saran
Menurut penulis, sebagai warga negara
yang menjujung tinggi hukum dan tentu
berpendidikan kita harus bertindak sesuai
nilai kemanusiaan yang berlaku. Mungkin
memang benar bahwa kakek yang menjadi
korban tersebut adalah seorang yang tidak
mampu, tidak memiliki keluarga dan tidak
mendapatkan jaminan dari Dinas Sosial
tetapi tidak seharusnya kita melakukan hal
seperti itu. Terutama sebagai abdi
kesehatan tentu tugas kita adalah merawat
semua orang yang membutuhkan kita
tanpa memandang status sosialnya. Selain
itu, pengawasan yang ada di lingkungan
rumah sakit juga harus lebih ditingkatkan
lagi dan lebih di tanamkan lagi rasa
tanggung jawab di setiap individu itu
sendiri. Bagi para pelaku tindakan
tersebut,sebaiknya diproses hukum dan
ditindak pidana karena telah melakukan
percobaan pembunuhan dengan cara
penelantaran.
2. Faktor Eksternal, yaitu faktor-faktor
di luar diri manusia yang mendorong
seseorang atau sekelompok orang
melakukan pelanggaran HAM,
diantaranya sebagai berikut:
Sumber Berita:
https://www.saibumi.com/artikel-54454-
divonis-14-bulan-penjara-enam-terdakwa-
kasus-pembuangan-pasien-
menerima.html#ixzz5i4rkK3NZ
Under Creative Commons License:
Attribution Non-Commercial No
Derivatives
“PEMBUANGAN PASIEN DI
LAMPUNG”
Pancasila.
(http://news.liputan6.com/read/825425/ger
indra-kasus-pembuangan-pasien-langgar-
pancasila)
rumah sakit
tolong menolong.
SOLUSI :
KESIMPULAN :
Nilai kemanusiaan yang adil dan
kita,yaitu pancasila.