Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN FIELD TRIP KEPERAWATAN KOMUNITAS I

”Program-Program Kesehatan/Kebijakan Dalam Menanggulangi Masalah Kesehatan


Utama Di Indonesia: Pada Program Kesehatan CCSA II Posko III Wilayah Kecamatan
Rumbai, Kelurahan Umban Sari”

Dosen Pengampu: Ns. Candra Saputra, M.Kep.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
KELAS 3.B
1. Riska Dwi Mai Yulinda : 20301064
2. Cindy Claudia : 20301041
3. Elsi Cici Lestari : 20301045
4. Luthvini Hayati : 20301053
5. Rahmadani Nivala : 20301061
6. Shancay Agnes Siahaan : 20301066
7. Trysna Intan Rahmawati : 20301069
8. Ade Feby Tresia S. : 20301037
9. Sri Hariyanti : 20301067

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas untuk mata kuliah Keperawatan Komunitas I, dengan judul: “Program-Program
Kesehatan/Kebijakan Dalam Menanggulangi Masalah Kesehatan Utama Di Indonesia: Pada
Program Kesehatan CCSA II Posko III Wilayah Kecamatan Rumbai, Kelurahan Umban Sari”.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, saya mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya
penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.

Pekanbaru, 15 Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................ i


Daftar Isi ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang ...........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................2
1.3 Tujuan Kegiatan.........................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................3
BAB III PEMBAHASAN ...........................................................................14
3.1 Topik Wawancara ......................................................................14
3.2 Waktu Wawancara .....................................................................14
3.3 Laporan Hasil Wawancara .........................................................14
3.4 Hasil Wawancara ........................................................................14
3.5 Dokumentasi Kegiatan ...............................................................19
BAB IV PENUTUP .....................................................................................22
4.1 Kesimpulan ................................................................................22
4.2 Saran ..........................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................23
LAMPIRAN..................................................................................................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang lebih bermutu dan merata untuk seluruh
masyarakat merupakan keinginan yang menjadi landasan pelaksanaan pembangunan
kesehatan di Indonesia.
Pembangunan kesehatan di Indonesia selama beberapa dekade yang lalu harus diakui relatif
berhasil, terutama pembangunan infra struktur pelayanan kesehatan yang telah menyentuh
sebagian besar wilayah kecamatan dan pedesaan. Namun keberhasilan yang sudah dicapai
belum dapat menuntaskan.problem kesehatan masyarakat secara menyeluruh, bahkan
sebaliknya tantangan sektor kesehatan cenderung semakin meningkat.
Transisi epidemiologis, yang di tandai dengan semakin berkembangnya penyakit degeneratif
dan penyakit tertentu yang belum dapat diatasi sepenuhnya (seperti TBC, AIDS, ISPA); hal
ini merupakan sebagian tantangan kesehatan di masa depan. Tantangan lainnya yang harus
ditanggulangi antara lain adalah meningkatnya masalah kesehatan kerja, kesehatan
lingkungan, masalah obat- obatan; dan perubahan dalam bidang ekonomi, kependudukan,
pendidikan, sosial budaya; dan dampak globalisasi yang akan memberikan pergaruh terhadap
perkembangan keadaan kesehatan masyarakat.
Berdasarkan penjelasan di atas sangat diperlukan upaya agar masalah kesehatan di masa depan
dapat ditanggulangi sehingga mencapai kualitas kesehatan masyarakat yang diinginkan.
Upaya kesehatan masyarakat Adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen
nasional,regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan
derajat kesehatan masyarakat.Upaya ini terdiri dari: Upaya Promosi Kesehatan,Upaya
Kesehatan Lingkungan, Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana,Upaya
Perbaikan Gizi Masyarakat,Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular.
Berdasarkan beberapa fenomena yang terjadi, maka dilakukannya kegiatan field trip yang
gunanya untuk melihat, mengobservasi, mempelajari dan memahami bagaimana program-
program kesehatan komunitas yang dilakukan oleh kakak-kakak CCSA II yang berada di
posko III, wilayah kecamatan rumbai, kelurahan umban sari tersebut. Dilakukannya dengan
metode wawancara kepada kakak-kakak, lalu mengumpulkan data sehingga bisa dijadikan
laporan field trip. Kegiatan ini dilakukan oleh mahasiswa tingkat III, kelas 3B, Kelompok 3
yang beranggotakan 9 orang mahasiwa program studi S1 Keperawatan, dimana nantinya dapat
dijadikan gambaran menjelang CCSA I dilaksanakan oleh mahasiswa tingkat III, terkait
keperawatan komunitas.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarakan pemaparan latar belakang di atas adapun rumusan masalah dari penulisan
laporan field trip ini adalah: “Bagaimana Program-Program Kesehatan/Kebijakan Dalam
Menanggulangi Masalah Kesehatan Utama Di Indonesia: Pada Program Kesehatan CCSA II
Posko III Wilayah Kecamatan Rumbai, Kelurahan Umban Sari”?.

1.3 TUJUAN KEGIATAN


1. Tujuan Umum:
Sebagai bentuk gambaran umum terkait program-program kesehatan/kebijakan dalam
menanggulangi masalah kesehatan utama di indonsesia, dan tujuan lainnya untuk memeuhi
tugas yang telah diberikan oleh bapak dosen pada mata kuliah keperawatan komunitas I.

2. Tujuan Khusus:
a. Mahasiwa mampu memahami dna mendeskripsikan program-program
kesehatan/kebijakan dalam menanggulangi masalah kesehatan utama di indonsesia
b. Mahasiwa mampu memahami dan mendeskripsikan Program-Program
Kesehatan/Kebijakan Dalam Menanggulangi Masalah Kesehatan Utama Di Indonesia:
Pada Program Kesehatan CCSA II Posko III Wilayah Kecamatan Rumbai, Kelurahan
Umban Sari

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PROGRAM-PROGRAM KESEHATAN KOMUNITAS


Program Peningkatan Kualitas Dan Pemerataan Pelayanan Kesehatan.
Peningkatan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan
pendekatan paradigma sehat, yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan dan rehabilitasi sejak pembuahan dalam kandungan sampai usia
lanjut.
Peningkatan dan pemeliharaan mutu, efisiensi akuntabilitas lembaga dan pelayanan
kesehatan melalui pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan sarana
prasarana dalam bidang medis, mutu serta ketersediaan obat yang terjangkau oleh masyarakat.
Peningkatan hubungan kerjasama dan koordinasi antara daerah baik antar kabupaten/kota
maupun antar provinsi dengan kabupaten/kota. Pengembangan Jaminan Sosial Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas). Program Pengawasan obat dan makanan serta pemantapan
manajemen pembangunan kesehatan dengan konsep paradigma sehat secara sinergis lintas
sektor
1. Program Pengembangan Obat Asli Indonesia
a. Tujuan
Pelayanan pengobatan tradisional yang aman dan dapat dipertanggungjawabkan.
b. Sasaran
1) Pengobat tradisional yang terdaftar mencapai 95%.
2) Semua kabupaten/kota melaksanakan TOGA.
3) Pengobat tradisional yang memenuhi standar kesehatan mencapai 95%.
c. Kegiatan Pokok
1) Revitalisasi dan pembinaan Pengobatan Tradisional.
2) Pembinaan TOGA.
3) Pelayanan Pengobatan Tradisional.

2. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat


a. Tujuan

3
Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk hidup
sehat dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat serta terciptanya
lingkungan yang kondusif untuk mendorong terbentuknya kemampuan tersebut.
b. Sasaran
1) Terbentuknya Desa Siaga di seluruh Pakpak Bharat.
2) Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di tatanan rumah tangga, sekolah,
fasilitas pemerintah, tempat kerja dan tempat-tempat umum.
c. Kegiatan Pokok
1) Mengembangkan media promosi dan informasi sadar hidup sehat.
2) Penyuluhan kesehatan masyarakat.
3) Peningkatan pemanfaatan sarana kesehatan.
4) Peningkatan pendidikan tenaga penyuluh kesehatan.
5) Meningkatkan pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
6) Mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat dan generasi muda.
7) Pengembangan Desa Siaga.
8) Peningkatan Prilaku hidup Bersih dan Sehat di tananan: Rumah Tangga, Sekolah,
Pemerintah.

3. Program Perbaikan Gizi Masyarakat


a. Tujuan
Meningkatnya status gizi masyarakat secara optimal sehingga dapat meningkatkan
intelektualitas dan produktifitas sumberdaya manusia.
b. Sasaran
1) Semua Kecamatan bebas rawan gizi.
2) Semua Balita mendapat Makanan Tambahan Pendamping ASI (MP ASI).
3) Keluarga Sadar gizi menjadi 45%.
4) Semua Balita dengan gizi kurang mendapat perawatan.
5) Meningkatnya Cakupan Pemberian ASI Eklusif 50%.
6) Menurunnya Prevalensi KEK Ibu Hamil sampai dengan <2%.
7) Tercapapainya persentase Bayi BGM <4%.
8) Menurunnya prevalensi kurang gizi sampai dengan 3%.

4
9) Menurunnya prevalensi Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) : 1,75 %.
10) Meningkatnya Cakupan Pemberian Vitamin A menjadi 90%.
11) Meningkatnya Cakupan Ibu Hamil mendapat Teblet Fe III menjadi 86%.
12) Meningkatnya Cakupan Ibu Hamil mendapat Teblet Fe I menjadi 90%.
13) Meningkatnya cakupan penanggulangan garam beryodium menjadi 75%.
c. Kegiatan Pokok
1) Peningkatan pendidikan gizi masyarakat.
2) Penanggulangan dan perbaikan gizi masyarakat.

4. Program Pengembangan Lingkungan Sehat


a. Tujuan
Mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat agar dapat menurunkan angka
kesakitan dan kematian penyakit berbasis lingkunganmelalui pengembangan sistem
kesehatan kewilayahan untuk menggerakan pembangunan berwawasan Kesehatan.
b. Sasaran
1) Meningkatnya persentase keluarga menggunakan sarana air bersih yang memenuhi
syarat kesehatan menjadi 96% dan keluarga menggunakan jamban yang memenuhi
syarat kesehatan menjadi 84%.
2) Meningkatnya persentase keluarga menghuni rumah yang memenuhi syarat
kesehatan menjadi 88%
3) Meningkatnya persentase tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan
menjadi 93%.
4) Meningkatnya prosentase tempat pengolahan makanan TPM yang memenuhi
syarat kesehatan menjadi 93 %.
5) Meningkatnya prosentase institusi kesehatan yang memenuhi syarat kesehatan
menjadi 100 %.
6) Semua kab/kota menjadi kab/kota sehat.
c. Kegiatan Pokok
1) Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar bagi penduduk miskin.
2) Pemeliharan dan Pengawasan Kualitas Lingkungan.
3) Pengendalian dampak resiko pencemaran Lingungan.

5
4) Pengembangan wilayah sehat.

5. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular


a. Tujuan
Menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit menular dan
penyakit tidak menular.
b. Sasaran
1) Semua Desa mencapai UCI (Universal Child Immunization).
2) Terselenggaranya system surveilans dan kewaspadaan dini serta penanggulangan
KLB/Wabah.
3) Menurunya Angka Accute Flacid Paralysis (AFP rate) menjadi 2/100.000
penduduk.
4) Meningkatnya Cakupan Penemuan BTA+ menjadi 70%.
5) Meningkatnya Cakupan Keberhasilan pengobatan TB menjadi 85%.
6) Menurunya Angka Kematian diare (CFR) diare pada saat KLB menjadi < 1%.
7) Menurunnya angka kesakitan Penyakit demam berdarah menjadi 100/100.000
penduduk.
8) Menurunnya Angka Kematian (CFR) akibat penyakit DBD menjadi <1%.
9) Meningkatnya Angka bebas jentik ? 95%.
10) Menurunnya Angka Annual Parasite Incidence menjadi < 1/1000 penduduk.
11) Meningkatkan Cakupan penenuan pneumonia Balita 94%.
12) Meningkatnya persentase ODHA yang memenuhi syarat mendapat ARV 81%.
13) Tercapainya Angka prevalensi kusta < 1/10.000 penduduk.
c. Kegiatan Pokok
1) Peningkatan surveilance epidemiologi dan penanggulangan wabah.
2) Peningkatan imunisasi.
3) Pencegahan dan penanggulangan polio.
4) Pencegahan penularan penyakit endemik/epidemic
5) Pencegahan dan penanggulangan penyakit TB.
6) Pencegahan dan penanggulangan penyakit diare.
7) Pencegahan dan penanggulangan penyakit kusta.

6
8) Pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD.
9) Pencegahan dan penanggulangan penyakit malaria.
10) Pencegahan dan penanggulangan penyakit HIV/AIDS.
11) Pencegahan dan penanggulangan penyakit Pneumonia.
12) Pencegahan dan penanggulangan penyakit penyakit lainnya yang berpotensi
menimbulkan wabah.

2.2 SISTEM KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN DALAM MENANGGULANGI


MASALAH KESEHATAN KOMUNITAS
Pelayanan Kesehatan Berbasis Komunitas
Pelayanan kesehatan berbasis komunitas mencakup layanan yang diberikan oleh berbagai
tenaga kesehatan komunitas sesuai pelatihan dan kapasitasnya. Tenaga kesehatan komunitas
mencakup tenaga kesehatan baik awam maupun profesional, formal maupun informal, dibayar
maupun tidak, serta tenaga yang berbasis di fasilitas yang mendukung dan mengawasi serta
memberikan layanan dan kampanye penjangkauan. Kelompok pekerjaan tertentu dan perannya
juga akan disoroti jika sesuai. Di setiap komunitas, terdapat aktor, hubungan, dan proses
setempat yang berkaitan dengan sektor kesehatan dan menjadi komponen inti pemberian
pelayanan kesehatan yang berkualitas dan berpusat pada orang dan membangun ketangguhan
sistem kesehatan.
Aktor-aktor terkait meliputi pemerintah, pemimpin keagamaan, dan lembaga swadaya
masyarakat (LSM) serta kelompok komunitas setempat, seperti kelompok wanita, pramuka,
dan kelompok pemuda. Sebagai anggota masyarakat yang terpercaya, tenaga kesehatan
komunitas biasanya memiliki hubungan yang kuat dengan kelompok-kelompok ini.

2.3 KONSEP PEMBANGUNAN KESEHATAN DI INDONESIA


Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif

7
secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh
kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya
yang telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma sehat,
penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional. Pilar paradigma sehat di
lakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan promotif
preventif dan pemberdayaan masyarakat. Pilar penguatan pelayanan kesehatan dilakukan
dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan
intervensi berbasis risiko kesehatan. Sementara itu pilar jaminan kesehatan nasional dilakukan
dengan strategi perluasan sasaran dan benefit serta kendali mutu dan kendali biaya

2.4 SISTEM PELAYANAN KESEHATAN MELIPUTI PELAYANAN PRIMER,


PELAYANAN SEKUNDER DAN PELAYANAN TERSIER
a. Pelayanan Kesehatan Primer atau Tingkat Pertama
Pelayanan kesehatan primer (primary health care) bersifat paling dasar yang dilakukan
bersama masyarakat dan tenaga kesehatan atau paramedis seperti dokter maupun perawat.
Pelayanan kesehatan primer ditujukan pada keluarga atau masyarakat yang berada di
pedesaan maupun perkotaan dengan penghasilan rendah. Sifat pelayanan kesehatan primer
adalah berobat jalan (Ambulatory Services) pada pasien yang sakit ringan atau masyarakat
sehat untuk meningkatkan kesehatannya. Fasilitas kesehatan untuk mendukung pelayanan
kesehatan primer ini seperti Puskesmas atau klinik.
b. Pelayanan Kesehatan Sekunder atau Tingkat Kedua
Pelayanan kesehatan sekunder (secondary health care) bersifat spesialis atau subspesialis
yang dilakukan oleh dokter spesialis dan dokter subspesialis terbatas.
Pelayanan kesehatan sekunder atau tingkat kedua ini ditujukan kepada masyarakat atau
kelompok yang membutuhkan pelayanan jalan atau pelayanan rawat inap. Ada pun kriteria
sasaran pelayanan kesehatan sekunder ini adalah pasien yang tidak lagi dapat ditangani
oleh pelayanan kesehatan primer.
Fasilitas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan sekunder ini seperti
rumah sakit tipe C, rumah sakit tipe D seperti RSUD atau rumah sakit swasta.

8
c. Pelayanan Kesehatan Tersier atau Tingkat Ketiga
Pelayanan kesehatan tersier (tertiary health care) mengutamakan pelayanan subspesialis
dan subspesialis luas yang dilakukan oleh dokter subspesialis dan dokter subspesialis luas.
Pelayanan kesehatan tingkat tiga ini ditujukan kepada masyarakat yang membutuhkan
pelayanan jalan maupun pelayanan rawat inap (rehabilitasi) pada kelompok atau
masyarakat. Ada pun kategori pasien yang membutuhkan pelayanan kesehatan tersier ini
adalah mereka yang tidak dapat ditangani pada pelayanan kesehatan sekunder. Fasiltias
kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan tersier atau tingkat ketiga ini
adalah rumah sakit tipe A, rumah sakit tipe B seperti RSUD, RSUP ataupun rumah sakit
swasta

2.5 SISTEM KEBIJAKAN KESEHATAN ERA OTONOMI DAERAH DALAM UPAYA


PENINGKATAN KESEHATAN
Sistem dan Kebijakan Pelayanan Kesehatan di Era Otonomi Daerah
Otonomi daerah merupakan salah satu momentum yang sangat penting bagi pemerintah
untuk melakukan peningkatan pembangunan di wilayahnya, termasuk pembangunan dalam
sektor kesehatan. Konsep pembangunan kesehatan mulai digunakan dalam UU Tidak. 36
Tahun 2009. Tujuan pembangunan bidang kesehatan ialah tercapainya kemampuan, kemauan
dan kesadaran untuk hidup sehat bagi setiap orang agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur selamat umum dari tujuan
nasional.Pelaksanaan kebijakan pembangunan kesehatan dilakukan secara preventif dan
kuratif dengan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada rakyat melalui penyuluhan.
Di zaman otonomi daerah melalui ASAS RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, kewajiban negara dalam menyediakan hak-hak dasar kesehatan rakyat ini juga
didesentralisasikan kepada pemerintah provinsi danpemerintah kabupaten/kota. Selanjutnya
melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Bagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota oke mengenai bagaimana dan apa saja urusan wajib
bidang kesehatan itu dibagi antar tingkat pemerintahan tersebut. Karena itu kemudian di
sejumlah daerah, baik provinsi maupun kabupaten / kota timbul tanggapan berupa
disediakannya Sistem Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda).

9
Dalam pelaksanaannya, pemerintah daerah, terutama pemerintah kabupaten/kota telah
pertunjukan batas tertentuterkait tanggung jawab mereka terhadap program Jamkesda. Hal ini
juga tidak lepas dari peraturan peraturan undangan yang ada, yang memberikan mandat untuk
pemerintah daerahdalam memenuhi tanggung jawabjawab dalam bidangkesehatan. Terdapat
dua jenis tanggapan pemerintah dalam penentu batas tersebut. Pertama, pemerintah daerah
hanya menganggarkan sejumlah dana untuk subsidi kesehatan bagi penyedia kesehatan.
Kedua, pemerintah daerah ambil tindakan yang lebih programesif dengan mengembangkan
program jaminan layanan kesehatan local.

2.6 PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN


PEMUKIMAN SEPERTI PADA PENYAKIT TBC, AIDS, ISPA
a. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Ditujukan pada orang sehat dengan usaha peningkatan derajat kesehatan
(health promotion) dan pencegahan khusus (spesific protection) terhadap penyakit
tertentu.Termasuk disini adalah:.
1) Penyuluhan, dilakukan oleh tenaga kesehatan dimana kegiatan ini diharapkan dapat
mengubah sikap dan perilaku masyarakat terhadap hal-hal yang dapat meningkatkan
faktor resiko penyakit ISPA. Kegiatan penyuluhan ini dapat
berupa penyuluhan penyakit ISPA, penyuluhan ASI Eksklusif, penyuluhan imunisasi,
penyuluhan gizi seimbang pada ibu dan anak, penyuluhan kesehatan lingkungan, pen
yuluhan bahaya rokok.
2) Imunisasi, yang merupakan strategi spesifik untuk dapat mengurangi angkakesakitan
ISPA.
3) Usaha di bidang gizi yaitu untuk mengurangi mal nutrisi.
4) Program KIA yang menangani kesehatan ibu dan bayi berat badan lahir rendah.
5) Program Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PLP) yang menangani masalah polusi
di dalam maupun di luar rumah.

b. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)


Dalam penanggulangan ISPA dilakukan dengan upaya pengobatan dan diagnosis sedini
mungkin. Dalam pelaksanaan program P2 ISPA, seorang balita keadaan penyakitnya

10
termasuk dalam klasifikasi bukan pneumonia apabila ditandai dengan batuk,
serak, pilek, panas atau demam (suhu tubuh lebih dari 370C), maka dianjurkan untuk seg
era diberi pengobatan. Upaya pengobatan yang dilakukan terhadap klasifikasi ISPA atau
bukan pneumonia adalah tanpa pemberian obat antibiotik dan diberikan perawatan di
rumah.

c. Pencegahan Tingkat Ketiga


Tingkat pencegahan ini ditujukan kepada balita yang bukan pneumonia agar tidakmenjadi
lebih parah (pneumonia) dan mengakibatkan kecacatan (pneumonia berat) dan berakhir
dengan kematian.Upaya yang dapat dilakukan pada pencegahan Penyakit bukan
pneumonia pada bayidan balita yaitu perhatikan apabila timbul gejala pneumonia seperti
nafas menjadisesak, anak tidak mampu minum dan sakit menjadi bertambah parah, agar
tidak bertambah parah bawalah anak kembali pada petugas kesehatan dan pemberian pera
watan yang spesifik dirumah dengan memperhatikan asupan gizi dan lebih sering
memberikan ASI.

2.7 MENGANALSISIS JURNAL TERKAIT UPAYA PENANGGULANGAN PENYAKIT


MENULAR SEPERTI TBC, AIDS, ISPA DAN PROGRAM-PROGRAM KEBIJAKAN
PENANGGULANGAN MASALAH KESEHATAN
a. Judul Artikel:
“Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan Ispa Di Desamekar Jaya Kecamatan Sungai
Gelam Kabupaten Muaro Jambi”

b. Peneliti:
“Yulianis, Indah Rizka Ananda, Dinda Ikwanti, Nofreza Dwiyanti, Suntri, Refi Nola
Aqnia”

c. Tahun Terbit:
“2022”

11
d. Jenis dan Jumlah Populasi/Responden/Sampel
Pengabdian masyarakat ini berlangsung di Desa Mekar Jaya. Tujuan diadakannya kegiatan
kepada warga RT. 29 dan RT. 30 Desa Mekar Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten
Muaro Jambi. Kegiatan yang akan dikerjakan yaitu terdiri dari tiga tahapan meliputi
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Yang pertama perencanaan yang mana mencari
informasi mengenai ISPA baik di jurnal, artikel penelitian maupun pengabdian masyarakat
sejenis

e. Jenis Tindakan/Intervensi/Penanganan
Adanya kegiatan pengabdian yang akan dilakukan yaitu pengertian, pemicu, faktor risiko,
gejala dan tanda ISPA, pencegahan dan pengobatan/pengobatan ISPA, kuesioner tentang
ISPA yang bertujuan untuk menilai pengetahuan awal tentang ISPA peserta penyuluhan,
dimulai dari penawaran dan pemanfaatan teh dari jahe dan kencur untuk dijadikan produk
herbal dalam membantu mengobati dan mengatasi penyakit ISPA. Kemudian akan
diadakan penyuluhan kesehatan mengenai DAGUSIBU, PHBS, pembuatan TOGA dan
senam pagi. Penyuluhan ini dilakukan dengan power point, metode ceramah interaktif,
Tanya jawab dan pembagian leaflet.

f. Pembahasan Hasil Penelitian


Kesadaran masyarakat yang meningkat ini disebabkan oleh penerimaan materi yang
diberikan oleh masyarakat sangat baik. Sepuluh pernyataan dengan nilai pengetahuan rata-
rata mengalami kenaikan yang signifikan. Wawasan yang baik akan mendukung warga
agar bersikap positif terhadap penyakit ISPA. Tingkah laku positif masyarakat ISPA dapat
disebabkan oleh tindakan atas stimulus tertentu atau kesesuaian respon yaitu wawasan
tentang penyakit ISPA. Teori mengatakan bahwa tingkah laku manusia ditetapkan oleh
faktor: predisposisi, faktor pendorong, dan faktor penguatan. Pengetahuan adalah salah
satu faktor predisposisi yang mendasari perilaku mereka yang bertindak positif. Wawasan
tentang ISPA yang cukup dapat mempengaruhi masyarakat dan meningkatkan kesadaran
tentang ISPA sejak dini.

12
g. Kesimpulan Hasil Penelitian
Pengabdian masyarakat ini berlangsung dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan
kepopuleran Desa Mekar Jaya, Kecamatan Sungai Gelam dan Kabupaten Muaro Jambi
serta antusiasme masyarakat RT. 29 dan RT30 berpartisipasi dalam kegiatan sosialisasi.
Selain pencapaian tujuan yang diinginkan dengan meningkatkan wawasan umum
mengenai ISPA, rata- rata nilai wawasan warga sebelum penyuluhan adalah 12,86 dan skor
setelah penyuluhan adalah 19,57. Selain itu menambahnya wawasan masyarakat untuk
memanfaatkan tanaman herbal yang ada di lingkungan sekitar dengan diadakan
penyuluhan terkait macam- macam tanaman herbal sesuai dengan jenis penyakit serta
memberi informasi dan pengetahuan pada masyarakat tentang apa itu DAGUSIBU dan
pembuatan tanaman TOGA serta senam pagi lalu dilakukan pemberian brosur tentang apa
itu ISPA, bagaimana cara pencegahan dan apa tanaman obat untuk meningkatkan imun
dalam menekan terjadinya penyakit ISPA tersebut.

13
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 TOPIK WAWANCARA


“Program-Program Kesehatan/Kebijakan Dalam Menanggulangi Masalah Kesehatan Utama
Di Indonesia: Pada Program Kesehatan CCSA II Posko III Wilayah Kecamatan Rumbai,
Kelurahan Umban Sari”

3.2 WAKTU WAWANCARA


Dilaksanakan:
Hari : Rabu, 14 Desember 2022
Pukul : 15.30-16.30 WIB

3.3 LAPORAN HASIL WAWANCARA


Narasumber : Kakak-Kakak CCSA II Posko III
Pewawancara : Seluruh Anggota Kelompok 3 (3.B)

3.4 HASIL WAWANCARA


1. PROGRAM KESEHATAN KOMUNITAS APA YANG TELAH DISEDIAKAN
DIJALANKAN ATAU DIRENCANAKAN?
a. Pertama kalau programnya harus mengetahui masalah yang ada di daerah tersebut,
setelah menemukan masalah kami lakukan storing prioritas dulu, masalah mana yg
harus diprioritaskan, kemarin kami sudah melakuakan program Posyandu.
b. Program posyandu sudah ada didaerah sini, jadi kami ikut serta sekalian menerapkan
program kami tersebut. Di posyandu ada posyandu lansia dan balita, kalau kami
programnya penkes melalui leaflet. masalah yang paling terbesar kemarin DBD karena
ada warga disini sekitar 5 orang 5 orang lebih, jadi masalah disini itu DBD sama
hipertensi masih masuk progaram kerja, yg baru terlaksana DBD untuk warga dan
stunting untuk bayi, dan resiko jatuh untuk lansia.
c. Masyarakat disini juga manajemen kesehatan kurang efektif, lingkungan disini kurang
efektif seperti selokan-selokan dan sampah-sampah yang berserakan, rumah-rumah

14
berdekatan, itu nanti program kerja yg bakal kami tinggalkan untuk RW/RT, jadi biar
terlaksana saat kami pergi. banyak yg mengalami hipertensi tpi tidak mau berobat
dengan alasan takut keetergantungan, padahal ada puskesmas yg meneyediakan obat
dikatenakan mereka kurang kesadaran

2. APAKAH ADA PENYAKIT MENULAR? SEPERTI TBC, AIDS, ISPA DAN


LAIN-LAIN?
Selama kami disini, tidak ditemukan penyakit menular disini, yang menjadi masalah
terbesar disini kemaren tuh penyakit DBD, banyak anak-anak, balita yang terserang, maka
tadi dilakukannya seperti program PHBS dan pendidikan kesehatan, pembagian leaflet di
lingkungan sekitar, khususnya di wilayah kecamatan rumbai, kelurahan umban sari dengan
kerja sama melalui RT/RW setempat, posyandu, dll.

3. KEBIJAKAN APA DARI PELAYANAN KESEHATAN?


a. Posyandu Kebijakannya Mereka Berkerja Sama Dengan Puskesmas Dan
b. PMI, Ada Juga Donor Darah 1x Sebulan, Posyandu Rutin 1x Sebulan Sekalian Donor
Darah.

4. CARA MENGINFORMASIKAN PADA MASYARAKAT?


a. Melalui kepala daerah masing-masing RW,
b. Dari diumumkan melalui masjid,
c. Dan grup whatsapp masing masing daerah

5. BAGAIMANA RESPON MASYARAKAT?


Respon masyarakatnya lumayan tapi tidak semua, namun masih kebanyakkan yang masih
bersikap cuek dan pasif terhadap kesehatannya mungkin karena faktor kegiatan mereka
seperti pekerjaan karena disini rata-rata masyarakatnya bekerja, posyandu diadakan pagi
jadi mereka gak bisa ikut serta, sehingga diadakannya kegiatan posyandu pada hari libur
saja.

15
6. BAGAIMANA CARA KAKAK-KAKAK DALAM MELAKSANAKAN
PENDIDIKAN KESEHATAN, BERKERJA SAMA DENGAN POSYANDU?
iya percuma kalau pendidikan kesehatan aja jadi tidak ada aksinya, jadi lebih baik kami
gabung dan bapak dosen pembimbing juga menyarankan untuk gabung
a. untuk lansia pendidikan kesehatannya, berbicara dan leaflet,
b. untuk DBD leaflet aja terkait salah satu PHBS
c. Untuk Hipertensi juga dilakukanya pendidikan kesehatan namun itu masih rencana dari
kami, karena ketika kami tanya mengenai tekanan darahnya mereka hanya bersikap
acuh tak acuh dan cuek.

7. BAGAIMANA PROSES PEMBERANTASAN DBD DAN HIPERTENSI?


a. Untuk DBD program kerja kami lakukan fogging tapi itu tergantung warga mau
melaksanakannya atau tidak,
b. Untuk Hipertensi kami menggunakan media leaflet saja, karena masyarakat disini
belum ada pendidikan kesehatan tentang hipertensi jadi masyarakatnya masih
berfikiran kalau hipertensi tidak perlu diobati, pola makan yang masih kurang sehat,
dan mereka tidak rutin cek tekanan darahnya, jadi lebih baik RW disini mengadakan
pendidikan kesehatan tentang hiperrtensi agar masyarakat bisa mengetahui tentang
penyakit hipertensi itu.

8. WAKTU DILAKUKAN PEMERIKSAAN APAKAH ADA YANG TIDAK


BERKENAN ATAU TIDAK SETUJU DENGAN HASIL PEMERIKSAAN?
Bukan tidak berkenan, kami juga melakukan pemeriksaan pada sebagian masyarakat
seperti pemeriksaan tekanan darah, mereka sudah tahu jika mereka termasuk tergolong
hipertensi (tekanan darah yang tinggi) dan juga tahu ciri cirinya seperti sakit kepala, terasa
berat dibagian leher belakang dan mereka juga tahu jika mereka juga mengalami penyakit
lain seperti asam urat, kolesterol atau penyakit yang biasa diderita pada usia 40 tahun ke
atas. Namun ketika kami berikan sedikit pertanyaan mengapa tidak diobati mereka hanya
menjawab nantiknya bisa sembuh dengan sendirinya, misalnya pada sakit kepalanya.

16
9. IMPLEMENTASI YANG SEPERTI APA YG DILAKUKAN?
Implementasinya seperti:
a. Dilaksanakannya kegiatan pendidikan kesehatan,
b. Kegiatan Fogging untuk mengatasi DBD, tapi ini masih berjalan Dan belum
dilaksanakan, karena masih perencanaan dari kami , dan itu pun yang ngelaksanainnya
bukan kami sepenuhnya, jadi kami menunggu konfirmasi dulu dari dari RT/RW
setempat. Pada saat kami melaksanakan itu tidak langsung karena kami harus
merancang dan menyusun program kerja kami , karena program kerja itu yang akan
kami tinggalin disini, sehingga masyarakat setempat bisa mengaplikasikan dan
menerapkannya sehingga mereka bisa tahu apa yang harus mereka lakukan jika
mengalami masalah kesehatan nantinya.

10. DIAGNOSA YANG DITEGAKKAN?


Dari wawancara diatas adapun dari permasalahan yang ada di wilayah rumbai, kecamatan
umban sari ini, maka didapatkan dan ditegakkannya masalah keperawatan yaitu:
Diagnosa yang ditegakkan ada 2 yaitu:
a. Perilaku Kesehatan Cederung Beresiko b.d Self efficacy yang rendah
b. Manajemen Kesehatan Yang Tidak Efektif b.d Kompleksitas program
perawatan/pengobatan

11. INTERVENSI KEPERAWATAN KOMUNITAS?


a. Proses Kelompok
Ada masyarakat yang bersikap peduli dengan masalah kesehatannya dan ada juga yang
bersikap cuek, acuh tak acuh terhadap masalah kesehatannya. Jadi di strategi proses
kelompok ini, perawat komunitas dapat membuat kelompok baru atau kelompok yang
telah ada dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat. Misalnya seperti kakak-kaka
CCSA telah dibagi menjadi 3 kelompok dengan posko dan tempat yang berbeda-beda,
dilakukan dengan membentuk kelompok dari oleh masyarakat yang memperhatikan
kesehatan di wilayah sehingga dapat mandiri mengatasi masalah yang munvul di
masyarakat. Dan kunci utamanya itu kerja sama dalam tim atau kelompok saling
berbagi pendapat, berbagi informasi, mengatasi masalah secara bersama.

17
b. Promosi Kesehatan
Diserminasi informasi yaitu misalnya pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan
dalam upaya promotif dan preventif melalui penyebaran informasi dengan
meningkatkan motivasi masyarakat untuk perilaku sehat. Seperti yang dilakukan oleh
kakak-kakak CCSA II yaitu melakukan dan mengadakan kegiatan pendidikan
kesehatan tentang DBD melalui media leaflet lalu dibagikan kepada masyarakat. Dan
rencananya juga akan melakukan pendidikan kesehatan juga tentang Hipertensi karena
rata-rata masayarakat disini merupakan penderita hipertensi.

c. Empowertment (Pemberdayaan)
Dilihat dari sikap masyarakat yang masih banyak acuh tak acuh, cuek, dan tidak peduli
dengan masalah kesehatannya seperti yang pernah dilakukan oleh kakak-kakak CCSA
tersebut ketika berkerja sama dengan pihak puskesmas, RT/RW didapatkan pada
pemeriksaan dan pengkajian tekanan darah masyarakat disana rat-rata tinggi dan ketika
ditanya mengenai kondisi kesehatannya mereka hanya menjawab acuh saja, sehingga
membuat kakak-kakak CCSA harus berkerja dengan keras agar masyarakat mau ikut
berpartisipasi secara aktif dengan kegiatan promosi kesehatan yang dilaksanakan
sehingga masyarakat pun dapat mengatasi dan mengetahui informasi perihal masalah
kesehatannya.

d. Kemitraan (Partnership)
Yaitu hubungan kerja sama antara dua pihak atau lebih berdasarkan kesetaraan,
keterbukaan, dan saling menguntungkan (memberi manfaat) untuk mecapai tujuan
bersama berdasarkan kesepakatan, prinsip, dan peran masing-masing. Disini kakak-
kakak CCSA II yang merupakan calon-calon perawat berkerja sama dengan pihak
RT/RW setempat yang sangat terbuka dan ramah, dan juga dengan pihak Puskesmas,
dll. Sehingga dapat membantu kakak-kakak CCSA II dapat menyelesaikan program
kerjanya dengan mudah.

18
3.5 DOKUMENTASI KEGAIATAN

19
20
21
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Jadi, ini beberapa program-program kesehatan komunitas yang telah dilaksanakan dan
direncanakan oleh kakak-kakak CCSA II dalam mengatasi dan pemberantasan penyakit dilihat
dari kondisi masalah kesehatan suatu masyarakat.
a. Pertama kalau programnya harus mengetahui masalah yang ada di daerah tersebut, setelah
menemukan masalah kami lakukan storing prioritas dulu, masalah mana yg harus
diprioritaskan, kemarin kami sudah melakuakan program Posyandu.
b. Program posyandu sudah ada didaerah sini, jadi kami ikut serta sekalian menerapkan
program kami tersebut. Di posyandu ada posyandu lansia dan balita, kalau kami
programnya penkes melalui leaflet. masalah yang paling terbesar kemarin DBD karena ada
warga disini sekitar 5 orang 5 orang lebih, jadi masalah disini itu DBD sama hipertensi
masih masuk progaram kerja, yg baru terlaksana DBD untuk warga dan stunting untuk
bayi, dan resiko jatuh untuk lansia.
c. Masyarakat disini juga manajemen kesehatan kurang efektif, lingkungan disini kurang
efektif seperti selokan-selokan dan sampah-sampah yang berserakan, rumah-rumah
berdekatan, itu nanti program kerja yg bakal kami tinggalkan untuk RW/RT, jadi biar
terlaksana saat kami pergi. banyak yg mengalami hipertensi tpi tidak mau berobat dengan
alasan takut keetergantungan, padahal ada puskesmas yg meneyediakan obat dikatenakan
mereka kurang kesadaran

4.2 SARAN
Adapun saran penulis kepada pembaca semoga dengan penulisan laporan field trip ini dapat
dijadikan salah satu acuan dan referensi dalam pembuatan tugas, dna penulis juga berharap
pembaca untuk lebih banyak membaca dan mencari tahu referensi lainnya dari sumber yang
berbeda-beda, serta penulis mohon maaf apabila ada kekurangan dalam penulisan laporan field
trip ini.

22
DAFTAR PUSTAKA

Pakpahan, Martina, et al. Keperawatan komunitas. Yayasan Kita Menulis, 2020.

Pakpahan, M., Hutapea, A. D., Siregar, D., Frisca, S., Sitanggang, Y. F., indah Manurung, E., ...
& Hardika, B. D. (2020). Keperawatan komunitas. Yayasan Kita Menulis.

Widayati, Aris. Perilaku kesehatan (health behavior): aplikasi teori perilaku untuk promosi
kesehatan. Sanata Dharma University Press, 2020.
Alaudin, Irfan Dhiya, et al. "Laras Desa: Rancangan Konsep Media Komunitas Pemberdayaan
Keluarga." Jurnal Surya Masyarakat 3.2 (2021): 104-108.

23
24

Anda mungkin juga menyukai