DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
KELAS 3.B
1. Riska Dwi Mai Yulinda : 20301064
2. Cindy Claudia : 20301041
3. Elsi Cici Lestari : 20301045
4. Luthvini Hayati : 20301053
5. Rahmadani Nivala : 20301061
6. Shancay Agnes Siahaan : 20301066
7. Trysna Intan Rahmawati : 20301069
8. Ade Feby Tresia S. : 20301037
9. Sri Hariyanti : 20301067
Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas untuk mata kuliah Keperawatan Komunitas I, dengan judul: “Program-Program
Kesehatan/Kebijakan Dalam Menanggulangi Masalah Kesehatan Utama Di Indonesia: Pada
Program Kesehatan CCSA II Posko III Wilayah Kecamatan Rumbai, Kelurahan Umban Sari”.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, saya mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya
penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
2. Tujuan Khusus:
a. Mahasiwa mampu memahami dna mendeskripsikan program-program
kesehatan/kebijakan dalam menanggulangi masalah kesehatan utama di indonsesia
b. Mahasiwa mampu memahami dan mendeskripsikan Program-Program
Kesehatan/Kebijakan Dalam Menanggulangi Masalah Kesehatan Utama Di Indonesia:
Pada Program Kesehatan CCSA II Posko III Wilayah Kecamatan Rumbai, Kelurahan
Umban Sari
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk hidup
sehat dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat serta terciptanya
lingkungan yang kondusif untuk mendorong terbentuknya kemampuan tersebut.
b. Sasaran
1) Terbentuknya Desa Siaga di seluruh Pakpak Bharat.
2) Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di tatanan rumah tangga, sekolah,
fasilitas pemerintah, tempat kerja dan tempat-tempat umum.
c. Kegiatan Pokok
1) Mengembangkan media promosi dan informasi sadar hidup sehat.
2) Penyuluhan kesehatan masyarakat.
3) Peningkatan pemanfaatan sarana kesehatan.
4) Peningkatan pendidikan tenaga penyuluh kesehatan.
5) Meningkatkan pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
6) Mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat dan generasi muda.
7) Pengembangan Desa Siaga.
8) Peningkatan Prilaku hidup Bersih dan Sehat di tananan: Rumah Tangga, Sekolah,
Pemerintah.
4
9) Menurunnya prevalensi Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) : 1,75 %.
10) Meningkatnya Cakupan Pemberian Vitamin A menjadi 90%.
11) Meningkatnya Cakupan Ibu Hamil mendapat Teblet Fe III menjadi 86%.
12) Meningkatnya Cakupan Ibu Hamil mendapat Teblet Fe I menjadi 90%.
13) Meningkatnya cakupan penanggulangan garam beryodium menjadi 75%.
c. Kegiatan Pokok
1) Peningkatan pendidikan gizi masyarakat.
2) Penanggulangan dan perbaikan gizi masyarakat.
5
4) Pengembangan wilayah sehat.
6
8) Pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD.
9) Pencegahan dan penanggulangan penyakit malaria.
10) Pencegahan dan penanggulangan penyakit HIV/AIDS.
11) Pencegahan dan penanggulangan penyakit Pneumonia.
12) Pencegahan dan penanggulangan penyakit penyakit lainnya yang berpotensi
menimbulkan wabah.
7
secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh
kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya
yang telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma sehat,
penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional. Pilar paradigma sehat di
lakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan promotif
preventif dan pemberdayaan masyarakat. Pilar penguatan pelayanan kesehatan dilakukan
dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan
intervensi berbasis risiko kesehatan. Sementara itu pilar jaminan kesehatan nasional dilakukan
dengan strategi perluasan sasaran dan benefit serta kendali mutu dan kendali biaya
8
c. Pelayanan Kesehatan Tersier atau Tingkat Ketiga
Pelayanan kesehatan tersier (tertiary health care) mengutamakan pelayanan subspesialis
dan subspesialis luas yang dilakukan oleh dokter subspesialis dan dokter subspesialis luas.
Pelayanan kesehatan tingkat tiga ini ditujukan kepada masyarakat yang membutuhkan
pelayanan jalan maupun pelayanan rawat inap (rehabilitasi) pada kelompok atau
masyarakat. Ada pun kategori pasien yang membutuhkan pelayanan kesehatan tersier ini
adalah mereka yang tidak dapat ditangani pada pelayanan kesehatan sekunder. Fasiltias
kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan tersier atau tingkat ketiga ini
adalah rumah sakit tipe A, rumah sakit tipe B seperti RSUD, RSUP ataupun rumah sakit
swasta
9
Dalam pelaksanaannya, pemerintah daerah, terutama pemerintah kabupaten/kota telah
pertunjukan batas tertentuterkait tanggung jawab mereka terhadap program Jamkesda. Hal ini
juga tidak lepas dari peraturan peraturan undangan yang ada, yang memberikan mandat untuk
pemerintah daerahdalam memenuhi tanggung jawabjawab dalam bidangkesehatan. Terdapat
dua jenis tanggapan pemerintah dalam penentu batas tersebut. Pertama, pemerintah daerah
hanya menganggarkan sejumlah dana untuk subsidi kesehatan bagi penyedia kesehatan.
Kedua, pemerintah daerah ambil tindakan yang lebih programesif dengan mengembangkan
program jaminan layanan kesehatan local.
10
termasuk dalam klasifikasi bukan pneumonia apabila ditandai dengan batuk,
serak, pilek, panas atau demam (suhu tubuh lebih dari 370C), maka dianjurkan untuk seg
era diberi pengobatan. Upaya pengobatan yang dilakukan terhadap klasifikasi ISPA atau
bukan pneumonia adalah tanpa pemberian obat antibiotik dan diberikan perawatan di
rumah.
b. Peneliti:
“Yulianis, Indah Rizka Ananda, Dinda Ikwanti, Nofreza Dwiyanti, Suntri, Refi Nola
Aqnia”
c. Tahun Terbit:
“2022”
11
d. Jenis dan Jumlah Populasi/Responden/Sampel
Pengabdian masyarakat ini berlangsung di Desa Mekar Jaya. Tujuan diadakannya kegiatan
kepada warga RT. 29 dan RT. 30 Desa Mekar Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten
Muaro Jambi. Kegiatan yang akan dikerjakan yaitu terdiri dari tiga tahapan meliputi
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Yang pertama perencanaan yang mana mencari
informasi mengenai ISPA baik di jurnal, artikel penelitian maupun pengabdian masyarakat
sejenis
e. Jenis Tindakan/Intervensi/Penanganan
Adanya kegiatan pengabdian yang akan dilakukan yaitu pengertian, pemicu, faktor risiko,
gejala dan tanda ISPA, pencegahan dan pengobatan/pengobatan ISPA, kuesioner tentang
ISPA yang bertujuan untuk menilai pengetahuan awal tentang ISPA peserta penyuluhan,
dimulai dari penawaran dan pemanfaatan teh dari jahe dan kencur untuk dijadikan produk
herbal dalam membantu mengobati dan mengatasi penyakit ISPA. Kemudian akan
diadakan penyuluhan kesehatan mengenai DAGUSIBU, PHBS, pembuatan TOGA dan
senam pagi. Penyuluhan ini dilakukan dengan power point, metode ceramah interaktif,
Tanya jawab dan pembagian leaflet.
12
g. Kesimpulan Hasil Penelitian
Pengabdian masyarakat ini berlangsung dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan
kepopuleran Desa Mekar Jaya, Kecamatan Sungai Gelam dan Kabupaten Muaro Jambi
serta antusiasme masyarakat RT. 29 dan RT30 berpartisipasi dalam kegiatan sosialisasi.
Selain pencapaian tujuan yang diinginkan dengan meningkatkan wawasan umum
mengenai ISPA, rata- rata nilai wawasan warga sebelum penyuluhan adalah 12,86 dan skor
setelah penyuluhan adalah 19,57. Selain itu menambahnya wawasan masyarakat untuk
memanfaatkan tanaman herbal yang ada di lingkungan sekitar dengan diadakan
penyuluhan terkait macam- macam tanaman herbal sesuai dengan jenis penyakit serta
memberi informasi dan pengetahuan pada masyarakat tentang apa itu DAGUSIBU dan
pembuatan tanaman TOGA serta senam pagi lalu dilakukan pemberian brosur tentang apa
itu ISPA, bagaimana cara pencegahan dan apa tanaman obat untuk meningkatkan imun
dalam menekan terjadinya penyakit ISPA tersebut.
13
BAB III
PEMBAHASAN
14
berdekatan, itu nanti program kerja yg bakal kami tinggalkan untuk RW/RT, jadi biar
terlaksana saat kami pergi. banyak yg mengalami hipertensi tpi tidak mau berobat
dengan alasan takut keetergantungan, padahal ada puskesmas yg meneyediakan obat
dikatenakan mereka kurang kesadaran
15
6. BAGAIMANA CARA KAKAK-KAKAK DALAM MELAKSANAKAN
PENDIDIKAN KESEHATAN, BERKERJA SAMA DENGAN POSYANDU?
iya percuma kalau pendidikan kesehatan aja jadi tidak ada aksinya, jadi lebih baik kami
gabung dan bapak dosen pembimbing juga menyarankan untuk gabung
a. untuk lansia pendidikan kesehatannya, berbicara dan leaflet,
b. untuk DBD leaflet aja terkait salah satu PHBS
c. Untuk Hipertensi juga dilakukanya pendidikan kesehatan namun itu masih rencana dari
kami, karena ketika kami tanya mengenai tekanan darahnya mereka hanya bersikap
acuh tak acuh dan cuek.
16
9. IMPLEMENTASI YANG SEPERTI APA YG DILAKUKAN?
Implementasinya seperti:
a. Dilaksanakannya kegiatan pendidikan kesehatan,
b. Kegiatan Fogging untuk mengatasi DBD, tapi ini masih berjalan Dan belum
dilaksanakan, karena masih perencanaan dari kami , dan itu pun yang ngelaksanainnya
bukan kami sepenuhnya, jadi kami menunggu konfirmasi dulu dari dari RT/RW
setempat. Pada saat kami melaksanakan itu tidak langsung karena kami harus
merancang dan menyusun program kerja kami , karena program kerja itu yang akan
kami tinggalin disini, sehingga masyarakat setempat bisa mengaplikasikan dan
menerapkannya sehingga mereka bisa tahu apa yang harus mereka lakukan jika
mengalami masalah kesehatan nantinya.
17
b. Promosi Kesehatan
Diserminasi informasi yaitu misalnya pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan
dalam upaya promotif dan preventif melalui penyebaran informasi dengan
meningkatkan motivasi masyarakat untuk perilaku sehat. Seperti yang dilakukan oleh
kakak-kakak CCSA II yaitu melakukan dan mengadakan kegiatan pendidikan
kesehatan tentang DBD melalui media leaflet lalu dibagikan kepada masyarakat. Dan
rencananya juga akan melakukan pendidikan kesehatan juga tentang Hipertensi karena
rata-rata masayarakat disini merupakan penderita hipertensi.
c. Empowertment (Pemberdayaan)
Dilihat dari sikap masyarakat yang masih banyak acuh tak acuh, cuek, dan tidak peduli
dengan masalah kesehatannya seperti yang pernah dilakukan oleh kakak-kakak CCSA
tersebut ketika berkerja sama dengan pihak puskesmas, RT/RW didapatkan pada
pemeriksaan dan pengkajian tekanan darah masyarakat disana rat-rata tinggi dan ketika
ditanya mengenai kondisi kesehatannya mereka hanya menjawab acuh saja, sehingga
membuat kakak-kakak CCSA harus berkerja dengan keras agar masyarakat mau ikut
berpartisipasi secara aktif dengan kegiatan promosi kesehatan yang dilaksanakan
sehingga masyarakat pun dapat mengatasi dan mengetahui informasi perihal masalah
kesehatannya.
d. Kemitraan (Partnership)
Yaitu hubungan kerja sama antara dua pihak atau lebih berdasarkan kesetaraan,
keterbukaan, dan saling menguntungkan (memberi manfaat) untuk mecapai tujuan
bersama berdasarkan kesepakatan, prinsip, dan peran masing-masing. Disini kakak-
kakak CCSA II yang merupakan calon-calon perawat berkerja sama dengan pihak
RT/RW setempat yang sangat terbuka dan ramah, dan juga dengan pihak Puskesmas,
dll. Sehingga dapat membantu kakak-kakak CCSA II dapat menyelesaikan program
kerjanya dengan mudah.
18
3.5 DOKUMENTASI KEGAIATAN
19
20
21
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Jadi, ini beberapa program-program kesehatan komunitas yang telah dilaksanakan dan
direncanakan oleh kakak-kakak CCSA II dalam mengatasi dan pemberantasan penyakit dilihat
dari kondisi masalah kesehatan suatu masyarakat.
a. Pertama kalau programnya harus mengetahui masalah yang ada di daerah tersebut, setelah
menemukan masalah kami lakukan storing prioritas dulu, masalah mana yg harus
diprioritaskan, kemarin kami sudah melakuakan program Posyandu.
b. Program posyandu sudah ada didaerah sini, jadi kami ikut serta sekalian menerapkan
program kami tersebut. Di posyandu ada posyandu lansia dan balita, kalau kami
programnya penkes melalui leaflet. masalah yang paling terbesar kemarin DBD karena ada
warga disini sekitar 5 orang 5 orang lebih, jadi masalah disini itu DBD sama hipertensi
masih masuk progaram kerja, yg baru terlaksana DBD untuk warga dan stunting untuk
bayi, dan resiko jatuh untuk lansia.
c. Masyarakat disini juga manajemen kesehatan kurang efektif, lingkungan disini kurang
efektif seperti selokan-selokan dan sampah-sampah yang berserakan, rumah-rumah
berdekatan, itu nanti program kerja yg bakal kami tinggalkan untuk RW/RT, jadi biar
terlaksana saat kami pergi. banyak yg mengalami hipertensi tpi tidak mau berobat dengan
alasan takut keetergantungan, padahal ada puskesmas yg meneyediakan obat dikatenakan
mereka kurang kesadaran
4.2 SARAN
Adapun saran penulis kepada pembaca semoga dengan penulisan laporan field trip ini dapat
dijadikan salah satu acuan dan referensi dalam pembuatan tugas, dna penulis juga berharap
pembaca untuk lebih banyak membaca dan mencari tahu referensi lainnya dari sumber yang
berbeda-beda, serta penulis mohon maaf apabila ada kekurangan dalam penulisan laporan field
trip ini.
22
DAFTAR PUSTAKA
Pakpahan, M., Hutapea, A. D., Siregar, D., Frisca, S., Sitanggang, Y. F., indah Manurung, E., ...
& Hardika, B. D. (2020). Keperawatan komunitas. Yayasan Kita Menulis.
Widayati, Aris. Perilaku kesehatan (health behavior): aplikasi teori perilaku untuk promosi
kesehatan. Sanata Dharma University Press, 2020.
Alaudin, Irfan Dhiya, et al. "Laras Desa: Rancangan Konsep Media Komunitas Pemberdayaan
Keluarga." Jurnal Surya Masyarakat 3.2 (2021): 104-108.
23
24