Anda di halaman 1dari 60

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

KASUS DIABETES MELITUS (TIPE II)


DI RUANGAN EBONI RUMAH SAKIT
TORABELO SIGI

Proposal Penelitian

Oleh:

Tasya Yohana
NIM : PO7120118064

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D III
KEPERAWATAN PALU
2021
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal ini telah diperiksa dan disetujui oleh Tim Pembimbing Politeknik

Kesehatan Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan Prodi D-III Keperawatan Palu.

Nama : Tasya Yohana


NIM : P07120118064

Palu,7 April 2021


Pembimbing

I Wayan Supetran, S.Kep, Ns, M.Kes


Nip. 19690605 199002 1 002

Palu,7 April 2021


Pembimbing II

Dr. Baharuddin Condeng, S.KM.,M.Kes


Nip.

Menyetujui,

Ketua Prodi D-III Keperawatan Palu

I Wayan Supetran, S.Kep, Ns, M.Kes


Nip. 19690605 199002 1 002

ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI

Proposal ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh tim Penguji
Poltekkes kemenkes Palu Jurusan Keperawatan Prodi DIII Keperawatan Palu
pada bulan Mei 2021.

Nama : Tasya Yohana


NIM : PO7120118064
Palu, Mei 2021
Tim Penguji I

Metrys Ndama,S.SiT.,M.Kes
NIP.19700328199002001
Palu, Mei 2021
Tim Penguji II

Ismunandar,S.Kep.Ns.M.Kes
NIP.197111141998031002
Palu, Mei 2021
Tim Penguji III

Azizah Saleh,SKM.MM
NIP.196909071997032001

Menyetujui
Ketua Program Studi D-III Keperawatan Palu

I Wayan Supetran, S.Kep, Ns, M.Kes


NIP : 196906051990021002

iii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.....................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ......................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................4
C. Tujuan Penelitian....................................................................................4
1. Tujuan Umum...................................................................................4
2. Tujuan khusus...................................................................................4
D. Manfaat Penelitian..................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Diabetes mellitus
1. Definisi..............................................................................................6
2. Etiologi..............................................................................................7
3. Manifestasi klinis..............................................................................9
4. Patofisiologi......................................................................................10
5. Pathway.............................................................................................12
6. Klasifikasi.........................................................................................13
7. Komplikasi .......................................................................................15
B. Asuhan Keperawatan Diabetes mellitus
1. Pengkajian.........................................................................................17
2. Diagnosa Keperawatan......................................................................28
3. Intervensi...........................................................................................32
4. Implementasi.....................................................................................46
5. Evaluasi.............................................................................................46

BAB III METODE PENELITIAN


A. Pendekatan/Desain Penelitian.................................................................47
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian..................................................................47
C. Subjek Penelitian.....................................................................................47
D. Definisi Operasional................................................................................47
E. Metode Dan Instumen Pengumpulan Data.............................................48

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................54

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai

dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas

metabolisme karbohidrat, lemak,dan protein yang disebabkan oleh

penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau

keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular,

makrovaskular, dan neuropati (Yuliana Elin, 2009). Pada masyarakat

awam memiliki berbagai pandangan, diantaranya: penyakit dari keturunan,

tidak bisa makan dan minum manis, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Sebenarnya masyarakat memiliki cara pandang yang kurang tepat karena

ketidaktahuannya terkait penyakit Diabetes Mellitus ini. Terutama cara

pemeliharaan kesehatan yang kurang tepat bagi penderita Diabetes

Mellitus dapat menyebabkan perubahan gaya hidup tidak sehat, seperti

makan berlebihan (berlemak & kurang serat).

Menurut International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2015

jumlah orang yang menderita Diabetes mellitus di dunia mencapai 415 juta

orang. Pada tahun 2040 ini akan meningkat menjadi 2152 juta. Ada 10 juta

kasus diabetes di Indonesia pada tahun 2015. World Health Organization

(WHO) pada tahun 2012 disebutkan bahwa angka kematian akibat

1
2

Diabetes mellitus mencapai 1,5 juta kematian. Indonesia menduduki

peringkat ke 7 (7,6 juta penderita) dari 10 peringkat negara dengan kasus

Diabetes mellitus terbanyak di Dunia.Berdasarkan data Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdes) 2013, prevalensi penderita penyakit Diabetes mellitus

berdasarkan diagnosa dokter di Indonesia adalah 2,4%. Prevalensi

penderita ulkus diabetik di Indonesia sekitar 15% dengan risiko amputasi

sebesar 30%, angka mortalitas 32% dan ulkus diabetik merupakan

penyebab terbesar perawatan di rumah sakit yakni sebanyak 80%.

Data Sample Registration Survey tahun 2014 menunjukkan bahwa

diabetes merupakan penyebab kematian terbesar nomor 3 di Indonesia

dengan presentase sebesar 6,7%, setelah stroke (21,1%) dan penyakit

jantung koroner (12,9%) (Kemenkes RI, 2016).

Menurut data dari Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan (P2PL), Dinkes Sulteng tahun 2016 kasus Diabetes mellitus

pada tahun 2014 sebesar 0,81% menignkat menjadi 0,82% pada tahun

2015 dan 1,28% pada tahun 2016.presentase Diabetes mellitus tertinggi

pada tahun 2016 adalah Kota Palu sebesar 0,45% dan yang memiliki

presentase Diabetes mellitus trendah pada tahun 2016 adalah kabupaten

Morowali dan Kabupaten Banggai Laut sebesar 0,01%.

Berdasarkan hasil pengambilan data dari Rekam Medik RSUD

Torabelo Sigi bahwa penderita Diabetes melitus tipe 2 yang di rawat tahun

2018 ada sebanyak 59 orang terdiri dari laki-laki 18 orang dan perempuan

41 orang, pada tahun 2019 sebanyak 72 orang terdiri dari laki-laki 21


3

orang dan perempuan 51 orang dan pada tahun 2020 sebanyak 84 orang

terdiri dari laki-laki 37 orang dan perempuan 47 orang (RSUD Torabelo

Sigi,2021).

Fenomena asuhan keperawatan diruangan Ebony Rumah Sakit

Umum Daerah Torabelo Sigi adalah penanganan asuhan keperawatan pada

pasien dengan diagnose Diabetes mellitus telah dilakukan dengan benar.

Perawat merencanakan tindakan intervensi dan melaksanakan

implementasi dengan benar hingga mendapatkan hasil yang baik serta

kerja sama antara perawat dan pasien berjalan dengan baik.

Tahapan Asuhan Keperawatan sebagai berikut :

1. Pengkajian keperawatan

Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan

yang meliputi pengumpulan data, klasifikasi data, Analisa data,

diagnose keperawatan dan prioritas berdasarkan diagnosa keperawatan.

2. Diagnosis keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah kesimpulan yang diambil oleh perawat

berdasarkan data yang didapatkan.

3. Perencanaan keperawatan

Intervensi keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan yang

akan dilakukan sesuai dengan konsep/literatur yang ada.

4. Implementasi keperawatan
4

Implementasi keperawatan adalah relisasi dari intervensi keperawatan.

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi adalah penilaian yang dilaksanakan dengan mengacu pada

SOAP

Berdasarkan uraian diatas maka dirumuskan masalah dalam kasus

Penelitian ini sebagai berikut “Bagaimanakah Penerapan Asuhan

Keperawatan pada pasien dengan kasus Diabetes Melitus (tipe II) di

ruangan Eboni RSUD Torabelo Sigi?

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam Penelitian ini adalah “Bagaimanakah

Penerapan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan kasus Diabetes

Melitus (tipe II) di ruangan Eboni RSUD Torabelo Sigi?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan dari penelitian ini untuk menerapkan Asuhan

Keperawatan pada pasien dengan kasus Diabetes Melitus (tipe II)

Diruangan Eboni RSUD Torabelo Sigi.

2. Tujuan khusus

Tujuan dalam penelitian ini yaitu :

a. Untuk Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan

kasus Diabetes Melitus (tipe II) diruangan Eboni RSUD Torabelo

Sigi.
5

b. Untuk Merumuskan diagnosis keperawatan pada pasien dengan

kasus Diabetes Melitus (tipe II) diruangan Eboni RSUD Torabelo

Sigi

c. Untuk Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien dengan

kasus Diabetes Melitus (tipe II) diruangan Eboni RSUD Torabelo

Sigi

d. Untuk Melakukan implementasi pada pasien dengan kasus

Diabetes Melitus (tipe II) diruangan Eboni RSUD Torabelo Sigi

e. Untuk Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan kasus

Diabetes Melitus (tipe II) diruangan Eboni RSUD Torabelo Sigi.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Poltekkes Kemenkes Palu

Hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi dan

sumber bacaan bagi mahasiswa yang terkait asuhan keperawatan pada

pasien Diabetes Melitus (tipe II) serta sebagai tambahan referensi

pada Perpustakan Poltekkes Kemenkes Palu.

2. Bagi Rumah Sakit Torabelo Sigi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan bagi semua

perawat atau tenaga kesehatan dalam upaya penerapan asuhan

keperawatan pada pasien Diabetes Melitus (tipe II) di RSUD Torabelo

Sigi.

3. Bagi Peneliti
6

Penelitian ini untuk menambah pengetahuan bagi penulis

dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien Diabetes

Melitus (tipe II)


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diabetes Mellitus

1. Definisi

Diabetes mellitus (DM) merupakan masalah kesehatan yang

perlu ditangani dengan seksama. Prevalensi DM meningkat setiap

tahun, terutama dikelompok resiko tinggi. DM yang tidak terkendali

dapat menyebabkan komplikasi metabolik ataupun komplikasi

vaskuler jangka panjang, yaitu mikroangiopati, sehingga rentan

terhadap infeksi kaki luka yang kemudian dapat berkembang menjadi

gangren sehingga menimbulkan masalah gangguan integritas jaringan

kulit yang apabila tidak segera ditangani akan menimbulkan

komplikasi dan hal ini akan meningkatkan kasus amputasi (Kartika,

2017).

Diabetes mellitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik

yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia)

akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya

( Brunner&Suddart,2011).

Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang

disertai berbagai kelainaan metabolik akibat gangguan hormonal yang

menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan

pembuluh darah (Rendy,2012).

7
8

2. Etiologi

Menurut Rendy & Margaret (2012), penyebab Diabetes

melitus dikelompokkan menjadi:

a. Insulin Dependent Diabetes mellitus (IDDM)

1) Faktor genetik

2) Faktor imunologi

3) Faktor lingkungan

IDDM sering terjadi pada usia sebelum 30 tahun. Biasanya

juga disebut Juvenile Diabetes, yang gangguan ini ditandai dengan

adanya hiperglikemia (meningkatnya kadar gula darah). Faktor

genetik dan lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM, oleh

karena itu insiden lebih tinggi atau adanya infeksi virus (dari

lingkungan) misalnya coxsackievirus B dan streptococcus sehingga

pengaruh lingkungan dipercaya mempunyai peranan dalam terjadinya

DM. Virus atau mikroorganisme akan menyerang pankreas, yang

membuat kehilangan produksi insulin. Dapat pula akibat respon

autoimmune, dimana antibodi sendiri akan menyerang sel beta

pankreas. Faktor herediter, juga dipercaya memainkan peran

munculnya penyakit ini (Rendy & Margaret, 20102).

b. Non Insulin Dependent Diabetes mellitus (NIDDM)

Virus dan kuman leukosit antigen tidak nampak memainkan

peran terjadinya NIDDM. Faktor herediter memainkan peran yang

sangat besar. Sekitar 80% klien NIDDM adalah kegemukan.


9

Overweight membutuhkan banyak insulin untuk metabolisme.

Terjadinya hiperglikemia disaat pankreas tidak cukup menghasilkan

insulin sesuai kebutuhan tubuh atau saat jumlah reseptor insulin

menurun atau mengalami gangguan. Faktor resiko dapat dijumpai pada

klien dengan riwayat keluarga menderita DM adalah resiko yang besar.

Pencegahan utama NIDDM adalah mempertahankan berat badan ideal.

Pencegahan sekunder berupa program penurunan berat badan, olahraga

dan diet. Tahap awal tanda-tanda/gejala yang ditemukan adalah

kegemukan, perasaan haus yang berlebihan, lapar, diuresis dan

kehilangan berat badan, bayi lahir lebih dari berat badan normal,

memiliki riwayat keluarga DM, usia diatas 40 tahun, bila ditemukan

peningkatan gula darah.

Menurut Smeltzer & Bare (2010), DM tipe II disebabkan

kegagalan relatif sel beta dan resisten insulin. Resisten insulin adalah

turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa

oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh

hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini

sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan

ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa,

maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi

insulin lain. Berarti sel beta pankreas mengalami desensitisasi terhadap

glukosa.
10

Penyebab resistensi insulin pada diabetes sebenarnya tidak

begitu jelas, faktor yang banyak berperan menurut Riyadi (2008)

antara lain:

1) Riwayat keluarga

2) Jenis kelamin

3) Kelainan genetik

4) Usia

5) Gaya hidup stress

6) Pola makan salah

7) Obesitas

8) Kebiasaan merokok

9) Infeksi

3. Manifestasi klinis

Menurut Brunner&Suddart (2011) manifestasi klinis DM antara

lain:

a. Poliuri, polidipsi, dan polifagia

b. Keletihan dan kelemahan, perubahan pandangan secara mendadak,

sensasi kesemutan atau kebas di tangan atau kaki, kulit kering, lesi

kulit atau luka yang lambat sembuh, atau infeksi berulang

c. Awitan diabetes tipe 1 dapat disertai dengan penurunan berat badan

mendadak atau mual, muntah atau nyeri lambung

d. Diabetes tipe 2 disebabkan oleh intoleransi glukosa yang progresif

dan berlangsung perlahan (bertahun-tahun) dan mengakibatkaan


11

komplikasi jangka panjang apabila diabetes tidk terdeteksi selama

bertahun-tahun (mis, penyakit mataa, neuropati perifer, penyakit

vaskuler perifer). Komplikasi dapat muncul sebelum diaagnosa

yang sebenarnya ditegakkan

e. Tanda dan gejala ketoasidosis diabetes (DKA) mencakup nyeri

abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, dan napas berbau buah.

DKA yang tidak tertangani dapat menyebabkan perubahan tingkat

kesadaran, koma dan kematian.

4. Patofisiologi

Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan

mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi

glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada Diabetes

mellitus semua proses tersebut terganggu karena terdapat defisiensi

insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan proses

metabolisme yang terjadi menjadi terganggu. Keadaan ini

menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi

darah sehingga terjadi hiperglikemia(Rendy,2012).

Penyakit Diabetes mellitus disebabkan oleh karena gagalnya

hormon insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat

diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan

terjadi hiperglikemia. Saat kadar glukosa darah meningkat, jumlah yang

difiltrasi oleh glomelurus ginjal melampaui kemampuan tubulus untuk

melakukan reabsorbsi glukosa. Akibatnya terjadi ekskresi glukosa


12

kedalam urine yang disebut glikosuria. Kandungan glukosa yang tinggi

juga menimbulkan tekanan osmotik yang tinggi secara abnormal dalam

filtrat ginjal sehingga terjadi diuresis osmotik, yang menyebabkan

ekskresi air dan elektrolit secara berlebihan. Produksi insulin yang

kurang juga dapat menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-

sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat,

lemak dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk

melakukaan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar

sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia. Terlau

banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat

dalam darah yang menyebabkan keasaman darah meningkat atau

asidosis (Casanova, 2014).

Penderita diabetes juga menderita kelainan vaskular berupa

iskemi. Hal ini disebabkan proses makroangiopati dan menurunnya

sirkulasi jaringan yang ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut

nadi artri dorsalis pedis, arteri tibialis, dan arteri poplitea; menyebabkan

kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Selanjutnya terjadi

nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari

ujung kaki atau tungkai (Kartika, 2017)


13

5. Pathway

DM TIPE 1 DM TIPE 2

Reaksi autoimun Indiopatik, usia,


genetic dll

Sel beta pangkreas Jumlah sel beta


hancur pangkreas menurun

Defisiensi insulin

Resiko Hiperglikemia
ketidakstabilan
kadar glukosa
darah Pembentukan Glukosuri Sel tidak mendapatkan
glikogen a asupan makanan
menurun
Deuresis osmotik
Produksi energy
Glukosuria Sintesis protein menurun
menurun
Dehidrasi

Deuresis Kerusakan Konversi asam


Hemokonsent
osmotik antibodi amino dalam hati
rasi

Poliur Antibodi Arteroskler Polifagia


i menurun osis

Kekurangan Makrovas Glukosa hanya sampai


Resiko Infeksi ke pembuluh darah
cairan elektrolit kuler

Viskositas darah Ekstremitas


Ketidakseimbangan meningkat Berat badan
cairan kurang dari menurun
kebutuhan tubuh Kaki diabetik
Aliran darah
lambat
Diskontinuitas Defisit
Ketidakseimbang nutrisi
jaringan
an perfusi Iskemik Kerusakan
jaringan perifer jaringan integritas kulit

Gambar 2.1 Pathofisiologi Diabetes mellitus berdasarkan Rendy (2014); Kartika


(2017)
14

6. Klasifikasi

Menurut Tarwoto (2012) klasifikasi dari Diabetes mellitus antara lain:

a. Klasifikasi klinis

1) Diabetes mellitus

a) Tipe tergantung insulin (DM Tipe 1): IDDM (insulin-

dependent Diabetes mellitus)

Diabetes tipe 1 disebabkan karena kerusakan sel

beta pangkreas yang menghasilkan insulin.

Ketidakmampuan sel beta menghasilkan insulin

mengakibatkan glukosa yang berasal makanan dan tidak

dapat disimpan dalam hati dan tetap berada dalam darah

sehingga menimbulkan hiperglikemia.

b) Tipe tak tergantung insulin (DM Tipe 2): NIDDM (non-

insulin-dependent Diabetes mellitus)

DM tipe 2 terjadi akibat penurunan sensitivitas

terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat

penurunan produksi insulin. Normalnya insulin terikat

oleh reseptor khusus pada permukaan sel dan mulai

terjadi rangkaian reaksi termasuk metabolisme glukosa.

Pada diabetes tipe 2 reaksi dalam sel kurang efektif

karena kurangnya insulin yang berperan dalam

menstimulasi glukosa masuk ke jaringan dan pengaturan

pelepasan glukosa dihati. Adanya insulin juga dapat


15

mencegah pemecahan lemak yang menghasilkan badan

keton.

2) Diabetes karena malnutrisi

Golongan diabetes ini terjadi akibat malnutrisi,

biasanya pada penduduk yang miskin. Diabetes tipe ini

dapat ditegakkan jika ada gejala dari 3 gejala yang mungkin

yaitu: adanya gejala malnutrisi seperti badan kurus, berat

badan kurang dari 80% berat badan ideal, adanya tanda-

tanda malabsorbsi makanan, usia antara 15-40 tahun,

memerlukan insulin untuk regulasi DM dan menaikkan

berat badan, nyeri perut berulang.

3) Dibaetes mellitus gestasional (Diabetes kehamilan)

Diabetes mellitus gestasional yaitu DM yang terjadi

pada masa kehamilan, dapat didiagnosa dengan

menggunakan test toleran glukosa, terjadi pada kira-kira 24

minggu kehamilan. Individu dengan DM gestasional 25%

akan berkembang menjadi DM.

b. Klasifikasi risiko statistik

Klasifikasi risiko statistik menurut Rendy (2012) antara lain:

1) Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa

2) Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosa

Pada Diabetes mellitus tipe1 sel-sel β pangkreas yang

secara normal menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh


16

proses autoimun, sebagai akibatnya penyuntikan insulin diperlukan

untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Diabetes melitus tipe 1

ditandai oleh awitan mendadak yang biasanya terjadi pada usia 30

tahun.Diabetes melitus tipe 2 terjadi akibat penuruna sensitivitas

terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah

produksi insulin.

3) Klasifikasi kaki diabetes

Klasifikasi Wagner-Meggit dikembangkan pada tahun

1970-an, digunakan secara luas untuk mengklasifikasi lesi pada

kaki diabetes.

Tabel 2.1
Deraja
Klasifikasi
t
0 Simptom pada kaki seperti nyeri
1 Ulkus superfisial
2 Ulkus dalam
3 Ulkus sampai mengenai tulang
4 Gangren telapak kaki
5 Gangren seluruh kaki
KlasifikasiKaki Diabetes Sumber : Kartika (2017)
7. Komplikasi

Menurut Rendy (2012) komplikasi dari Diabetes mellitus adalah :

a. Akut

1) Hipoglikemia dan hiperglikemia

Penyakit makrovaskuer : mengenai pembuluh darah besar,

penyakit jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh

darah kapiler) dan menyebabkan kematian.


17

Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil,

retinopati, nefropati

2) Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstremitas),

saraaf otonom berpengaruh pada gastro intestinal,

kardiovaskuler.

b. Komplikasi menahun diabetes melitus

1) Neuropati diabetik

2) Retinopati diabetik

3) Nefropati diabetik

4) Proteinuria

5) Kelainan koroner

6) Ulkus/gangren
18

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kline Dengan Diabetes Mellitus

1. Pengkajian

a. Identitas

Kaki diabetik biasanya terjadi pada penderita diabetes yang

telah mengidap selama lebih dari 10 tahun, yang sebagian besar

banyak terdapat pada laki-laki dan kontrol gula darah yang buruk

(Kartika, 2017).

b. Status Kesehatan Saat Ini

1) Keluhan Utama

a) Saat Masuk Rumah Sakit

Adanya kesemutan pada kaki/tungkai baawah rasa

raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh-

sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka, badan terasa

lemas dan terkadang disertai mual (Bararah & Jauhar,

2013)

b) Saat pengkajian

Penderita diabtes mellitus mengeluhkan nyeri pada

luka, penurunan BB yang relatif singkat, badan terasa

sangat lemas, cepat lelah (Rendy, 2011: 8).

2) Riwayat Penyakit Sekarang

Adanya gatal pada kulit disertai luka yang tidak

sembuh-sembuh, nyeri tulang, adanya kelainan bentuk tulang,

deformitas. (Wijaya & Putri, 2013: 10).


19

3) Riwayat Kesehatan Terdahulu

a) Riwayat penyakit sebelumnya

Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-

penyakit lain yang ada kaitannya dengan defisisensi insulin

misalnya penyakit pankreas.Adanya riwayat penyakit

jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis

yang pernah didapat maupun obat-obatan yang biasanya

digunakan oleh penderita (Bararah, 2013: 40).

b) Riwayat Penyakit Keluarga

Genogram keluarga biasanya terdapat salah satu

anggota keluarga yang juga menderita DM atau penyakit

keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi

insulin misal hipertensi, jantung (Bararah, 2013: 40).

c) Kebiasaan

Pasien Diabetes mellitus dengan kaki diabetik

memiliki kualitas kebiasaan hidup yang buruk, gaya hidup

modern yang sering mengkonsumsi makanan siap saji,

konsumsi minuman yang mengandung pemanis gula

berlebihan, konsumsi beras putihyang terlalu berlebih,

(Sudaryanto dkk, 2014)

c. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum

a) Kesadaran
20

Kesadaran klien Diabetes mellitus tipe 2 biasanya

composmentis sampai dengan koma akibat gula darah

terlalu tinggi (hiperglikemi) atau gula terlau terlalu rendah

(hipoglikemi) (Kowalak,2011: 520).

b) Tanda-tanda vital

Didapatkan tanda-tanda vital, menurun suhu

meningkat dan kadang menurun, respiraton rate (RR)

meningkat lebih dari 20x/menit (Doengoes, 2014:727).

d. Pemeriksaan Fisik Persistem

1) Sistem Pernafasan

Frekuensi pernafasan meningkat, terdengar suara nafas

tambahan, suara nafas menurun, dan perubahan bunyi nafas

(Padila, 2012: 7).

2) Sistem Kardiovaskuler

Biasanya terdengar suara krekels pada diabetes dengan

gejala disritmia, takikardi (Padila, 2012: 7).

3) Sistem Persyarafan

Kesadaran pasien komposmentis, hingga koma, reflek

tendon dalam, menurun, terdapat gangguan penglihatan,

gangguan memori, mengantuk, kesemutan, parastesia (Padila

2012:7).

4) Sistem Penglihatan
21

Pasien Diabetes mellitus sistem penglihatan terganggu,

penglihatan kabur (Padila, 2012; 7).

5) Sistem Pendengaran

Tidak ditemukan gangguan pada sistem pendengaran

(Padila, 2012: 7).

6) Sistem Perkemihan

Terdapat perubahan pola berkemih poliuria, nokturia,

rasa nyeri saat miksi, kesulitan berkemih, produksi urine yang

sedikit, dan terkadang disertai pemasangan kateter pada klien

(Padila, 2012;7).

7) Sistem Pencernaan

Pasien biasanya diare, asites, abdomen keras, dan nyeri

saat ditekan, bising usus lemah (Padila, 2012: 7).

8) Sistem Muskuluskeletal

Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan

tinggi badan, cepat lelah, lemah, nyeri, adanya ganggren di

ekstremitas (Bararah, 2013; 40).

9) Sistem Integumen

Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna

kehitaman bekas luka, kelembapan, dan suhu kulit di daerah

sekitar ulkus dan ganggren, kemerahan pada kulit sekitar luka,

tekstur rambut dan kuku (Bararah, 201;40).


22

10) Sistem Endokrin

Pasien diabetes melitus biasanya terdapat gangguan

pada sistem endokrin, seperti hipoglikemi/hiperglikemi,

polidipsi, poliuri, polifagi (Tarwoto, 2012; 33).

11) Sistem Reproduksi

Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada

wanita (Padila, 2012: 7).

e. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Wijaya & Putri (2013) hasil pemeriksaan

penunjang pada pasien Diabetes mellitus antara lain:

1) Kadar glukosa

a) Gula darah sewaktu random >200 mg/dl

b) Gula darah puasa/nuchter >140 mg/dl

c) Gula darah 2 jam PP (post prandial) >200mg/dl

2) Aseton plasma didapatkan hasil positif mencolok

3) As lemak bebas didapatkan hasil peningkatan lipid dan

kolesterol

4) Osmolaritas serum (>330 osm/l)

5) Urinalis didapatkan hasil: proteinuria, ketoniuria, glukosuria.

f. Penatalaksanaan

Menurut Randy (2012:170-174), manyebutkan ada lima

komponen dalam penatalaksanaan Diabetes Melitus sebagai

berikut:
23

1) Diet

a) Syarat diet Diabetes Melitus hendaknya dapat :

(1) Memperbaiki kesehatan umum penderita.

(2) Mengarahkan pada berat badan normal.

(3) Menormalkan pertumbuhan Diabetes Melitus anak

dan Diabetes Melitus dewasa muda.

(4) Mempertahankan KGD normal

(5) Menekan dan menunda timbulnya penyakit

angiopati diabetic.

(6) Memberikan motifasi diit sesuai dengan keadaan

penderita.

(7) Menarik dan mudah diberikan.

b) Prinsip diit DM, adalah :

(1) Jumlah sesuai kebutuhan

(2) Jadwal diet ketat

(3) Jenis : boleh di makan/tidak

(4) Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah di

sesuaikan dengan kandungan kalorinya.

Tabel 2.2
Tipe diit DM Kebutuhan kandungan kalori
I 1100 kalori
II 1300 kalori
III 1500 kalori
IV 1700 kalori
V 1900 kalori
VI 2100 kalori
VII 2300 kalori
VIII 2500 kalori
Kebutuhan kalori penderita DM berdasarkan tipe DM Sumber :
Rendy (2012)
24

Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah

diikuti pedoman 3J yaitu J I: Jumlah kalori yang diberikan

harus habis dan jangan dikurangi atau ditambah, J II: Jadwal

diit harus sesuai dengan intervalnya, J III : Jenis makanan yang

manis harus dihindari.

2) Latihan

Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi

penderita Diabetes Melitus :

a) Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake),

apabila dikerjakan setiap satu setengah jam setelah

makan, berarti pula mengurangi insulin resistensi pada

penderita dengan legemukan atau menambah jumlah

reseptor insulin dan meningkatkan sensitifita insulin

dengan reseptornya.

b) Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan

sore.

c) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai

oksigen.

d) Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein.

e) Kadar glukosa otot dan hati menjadi kurang, maka

latihan akan dirangsang pembentukan glikogen baru.

f) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam

darah karena pembakaran sam lemak menjadi lebih baik.


25

3) Penyuluhan

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit

(PKMRS) merupakan salah satu bentuk penyuluhan

kesehatan kepada penderita Diabetes Melitus, melalui

bermacam-macam cara atau media misalnya: leflet, poster,

TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.

4) Obat

1) Obat Antidiabetes (Tablet OAD)

a) Sulfonilurea

Obat ini merangsang sel beta pancreas untuk

memproduksi insulin

(1) Kelas A: hipoglikemik kuat Glibenkamid, nama

merek dagang euglukon, daonil dengan sediaan

5mg per tablet. Diberikan maksimal 3 tablet

pagi dan siang.

(2)Kelas B: untuk diabtes mellitus disertai kelainan

ginjal dan hepar.Glikuidin, nama merk dagang

glerenorm dengan sedian 3mg per tablet

maksimal 4 tablet/hari berikan pagi dan siang.

(3)Kelas C : antingiopati Gliklazid digunakan

untuk komplikasi DM mikroangiopati, nama

merk dagang diamicron sediaan 80mg diberikan

maksimal 4 tablet pagi dan siang.


26

(4)Kelas D: hipoglikemik lemah lemah tapi bekerja

pada gangguan post reseptor insulin glipizide

dosis rendah misalnya minidiab dosis 2,5-20 mg

diberikan pagi dan siang.

b) Mekanisme kerja Biguanida

Biguanida tidak memiliki efek pankreatik,

tetapi mempunyai efek lain yang meningkatkan

efektifitas insulin yaitu :

(1) Biguanida pada tingkat prereseptor ekstra

pankreatik

(a) Menghambat absorbs karbohidat

(b) Menghambat gluconeogenesis di hati

(c) Meningkatkan afinitas pada reseptor

insulin

(2) Biguanida pada tingkat reseptor :

meningkatkan jumlah reseptor insulin.

(3) Biguanida pada tingkat pasca reseptor :

mempunyai efek intraseluler.

2) Insulin

a) Dosis insulin ditentukan berdasarkan pada :

1) Kebutuhan pasien. Kebutuhan insulin meningkat

pada keadaan sakit yang serius/parah, infeksi,

menjalani operasi dan masa pubertas


27

2) Pemberian insulin biasanya dimulai antara 0.5

dan 1 unit/Kg BB/hari.

b) Beberapa cara penggunaan insulin

(1) Suntikan insulin subkutan

Insulin seluler mencapai puncak kerjanya

pada 1-4 jam, sesudah suntikan subkutan,

kecepatan absorbs ditempat suntikan tergantung

pada beberapa factor antara lain :

(a) Lokasi suntikan

Ada tiga tempat suntikan yang sering

dipakai yaitu dinding perut, lengan, dan

dalam memindahkan suntikan (lokasi)

janganlah dilakukan setiap hari tapi lakukan

rotasi tempt suntikan setiap 14 hari, agar

tidak memberi perubahan kecepatan

absorbsi setiap hari.

(b) Pengaruh latihan pada absorbs

Latihan akan mempercepat absorbsi

apabila dilaksanakan dalam waktu 30 menit

stelah suntikan insulin Karena itu pergerakan

otot yang berarti, hendaklah dilaksanakan 30

menit setelah suntikan.


28

(c) Pemijatan (massage)

Pemijatan juga akan absorbs insulin

(d) Suhu

Suhu kulit tempat suntikan (termasuk

mandi uap) akan mempercepat absorbs

insulin.

(e) Dalamnya suntikan

Makin dalam suntikan makin cepat puncak

kerja insulin dicapai. Ini berarti suntikan

intramuscular akan lebih cepat efeknya

daripada subkutan.

(f) Konsentrasi insulin

Apabila konsentrasi insulin berkisar 40-100

U/ml, tidak dapat perbedaan insulin. Tetapi

apabila terjadi penurunan daru u-100 ke u-

10 maka efek insulin dipercepat

(g) Suntikan intramuscular dan intravena

Suntikan intramuscular dapat digunakan

pada koma diabetic atau pada kasus-kasus

dengan degradasi tempat suntikan subkutan.

Sedangkan intravena dosis rendah

digunakan untuk terapi koma diabetic


29

5) Kontrol gula darah

Pada pasien hipoglikemia

a) Pada stadium permulaan (sadar), diberikan gula murno

30 gram atau sirup gula murni dan makanan yang

mengandung karbihidrat. Obat hipoglikemik dihentikan

sementara. Glikosa darah sewaktu dipantau setiap 1-2

jam. Bila sebelumnya pasin tidak sadar, glukosa darah

dipertahankan sekitar 200 mg/dl.

b) Pada stadium lanjut diberikan larutan dekstrose 40%

sebanyak 2 flakon bolus intravena dan diberikan cairan

dekstrose 10% per infus sebanyak 6jam per kolf.

Glukosa darah sewaktu diperiksa tiap 1-2 jam.

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut SDKI DPP PPNI (2017) diagnosa keperawatan yang

muncul pada penderita Diabetes mellitus antara lain:

a. Ketidakseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh

Definisi: Beresiko mengalami penurunan, peningkatan atau

percepatan perpindahan cairan dari intravaskuler, interstisial atau

intraseluler.

Faktor resiko:

1) Prosedur pembedahan mayor

2) Trauma perdarahan
30

3) Luka bakar

4) Asites

5) Obstruksi intestinal

6) Peradangan pangkreas

7) Penyakit ginjal dan kelenjar

8) Disfungsi intestinal

Kondisi klinis terkait: penyakit ginjal dan kelenjar

b. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

penurunan berat badan

Definisi: asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme

Penyebab:

1) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien

2) Peningkatan kebutuhan metabolisme

Gejala dan tanda mayor

a) Subjektif : (tidak tersedia)

b) Objektif : berat badan menurun minimal 10% di

baawah rentang ideal

Gejala dan tanda minor

a) Subjektif : cepat kenyang setelah makan, nafsu makan

menurun
31

b) Objektif : bising usus hiperaktif, otot pengunyah

lemah, otot menelan lemah, membran mukosa pucat,

sariawan, serum albumin turun, rambut rontok berlebihan

Kondisi klinis terkait: Diabetes mellitus

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan diskontinuitas

jaringan

Definisi: kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau

jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang,

kartilago, kapsul sendi dan/atau ligamen).

Penyebab:

1) Perubahan sirkulasi

2) Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)

3) Kekurangan/kelebihan volume cairan

4) Penurunan mobilitas

5) Faktor mekanis (mis. Penekanan pada tonjolan tulang,

gesekan) atau faktor elektris (elektrodiatermi, energi listrik

bertegangan tinggi)

6) Neuropati perifer

7) Perubahan pigmentasi

8) Kurang terpapar informasi tentang upaya

mempertahankan/melindungi integritas jaringan

Gejala tanda mayor

a) Subjektif : tidak tersedia


32

b) Objektif : kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit

Gejala tanda minor

a) Subjektif : tidak tersedia

b) Objektif : nyeri, perdarahan, kemerahan, hematoma

Kondisi klinis terkait: Diabetes mellitus (DM)

d. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

melemahnya/menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat

adanya obstruksi pembuluh darah.

Definisi: Penurunan oksigen yang mengakibatkan kegagalan

pengantaran nutrisi ke jaringan pada tingkat kapiler.

1) Data subjektif: klien terlihat lemah

2) Data objektif: nadi perifer teraba kuat, sensorik dan motorik

baik, kulit sekitar tidak pucat.

e. Resiko ketidakseimbangan kadar glukosa darah

Definisi: resiko terhadap variasi kadar glukosa darah dari rentang

normal

Factor resiko:

1) Kurang pengetahuan tenatang manajemen diabetes

2) Pemantauan glukosa darah yang tidak adekuat

3) Penurunan berat badan

4) Kurang penerimaan terhadap diagnosis

5) Tidak mematuhi rencana penatalaksanaan/rencana tindakan

untuk diabetes
33

6) Kurangnya rencana penatalaksanaan/rencana tindakan

diabetes

f. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan antibodi

Definisi: beresiko mengalami peningkatan terserang organisme

patogenik

Faktor resiko:

1) Penyakit kronis (mis. Diabetes mellitus)

2) Efek prosedur invasif

3) Malnutrisi

4) Peningkatan paparan organisme paatogen lingkungan

5) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer: kerusakan

integritas kulit

Kondisi klinis terkait: Diabetes mellitus

3. Intervensi Keperawatan

Menurut SDKI DPP PPNI (2017) bentuk intervensi keperawatan

yang sesuai dengan diagnosa antara lain:

a. Ketidakseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh

Tujuan: keseimbangan elektrolit dan asam basa akan dicapai,

dibuktikan oleh indikator gangguan berikut: frekuensi nadi dan

irama jantung apical, frekuensi dan irama nafas, kewaspadaan

mental dan orientasi kognitif, elektrolit serum.

Kriteria hasil NOC:

1) Memiliki konsentrasi urine yang normal


34

2) Memiliki hemoglobin dan hematokrit dalam batas normal

untuk pasien

3) Memiliki tekanan vena sentral dan pulmonal dalam rentan

yang diharapkan

4) Tidak mengalami haus yang tidak normal

5) Memiliki keseimbangan asupan dan haluaran yang seimbang

dalam 24 jam

6) Menampilkan hidrasi yang baik

7) Memiliki asupan cairan atau intravena yang adekuat

Intervensi NIC:

Aktifitas keperawatan

1) Pengkajian

a) Pantau warna, jumlah dan frekuensi kehilangan cairan

b) Observasi khususnya terhadap kehilangan cairan yang

tinggi elektrolit (misalnya diare, drainase luka,

pengisapan nasogastric)

c) Pantau hasil laboratorium yang relevan dengan

keseimbangan cairan

2) Penyuluhan

a) Anjurkan pasien untuk menginformasikan perawat bila

haus

3) Aktifitas kolaboratif

a) Laporkan abnormalitas elektrolit


35

b) Manajemen cairan

(1) Berikan ketentuan penggantian nasogastric

berdasarkan haluaran, sesuai dengan kebutuhan

(2) Berikan terapi IV sesuai program

Perhitungan tetesan infus

(a) Tetesan makro: 1 cc = 15 tetes Rumus

Tetesan / menit =

Jumlah cairan yang dimasukan


lamanya infus ( jam ) x 4

Pertahankan cairan 2500 cc/hari jika pemasukan

secara oral sudah dapat diberikan

b. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

Tujuan: Memperlihatkan Status gizi: Asupan makanan dan cairan,

yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut: tidak adekuat,

sedikit adekuat, cukup adekuat, adekuat, sangat adekuat.

Kriteria Hasil NOC:

1) Mempertahankan berat badan atau bertambah

2) Menjelaskan komponen diet bergizi adekuat

3) Mengungkapkan tekad untuk mematuhi diet

4) Menoleransi diet yang dianjurkan

5) Mempertahankan massa tubuh dan berat badan

6) Memiliki nilai laboratorium

7) Melaporkan tingkat energy yang adekuat


36

Intervensi NIC:

Atifitas keperawatan

1) Pengkajian

a) Tentukan motivasi pasien unyuk mengubah kebiasaan

makan

b) Menejemen nutrisi

(1) Ketahui makanan kesukaan pasien

(2) Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi

(3) Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan

asupan, Diit DM I: 1100 kalori, Diit DM II: 1300

kalori, Diit DM III: 1500 kalori, Diit DM IV: 1700

kalori, Diit DM V: 1900 kalori, Diit DM VI: 2100

kalori, Diit DM VII: 2300 kalori, Diit DM VIII:

2500 kalori, Timbang pasien pada interval yang

tepat.

2) Penyuluhan

a) Ajarkan metode untuk perencanaan makan

b) Ajarkan pasien/keluarga tentang makanan yang bergizi

dan tidak mahal

c) Menejemen nutrisi (NIC): Berikan informasi yang tepat

tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya

Aktivitaskolaboratif
37

d) Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan

kebutuhan protein pasien yang mengalami

ketidakadekuatan asupan protein atau kehilangan

protein.Perhimpunan Diabetes Amerika dan persatuan

Diabetik Amerika merekomendasikan 50-60% kalori

yang berasal dari:

(1) Karbohidrat: 60-79%.

(2) Protein: 12-20%.

(3) Lemak: 20-30% (Perkeni, 2011).

e) Menejemen nutrisi (NIC): Tentukan dengan melakukan

kolaborasi bersama ahli gizi jika diperlukan jumlah

kalori dan jenis zat yang dibutuhkan untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi.

3) Aktivitas lain

a) Buat perencanaan makan dengan pasien yang masuk

dalam jadwal makan, kesukaan dan ketidaksukaan

pasien, serta suhu makanan.

b) Anjurkan pasien untuk menampilkan tujuan makan dan

latihan fisik di lokasi yang terlihat jelas dan kaji ulang

setiap hari.

c) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan.

d) Hindari prosedur infasif sebelum makan.

e) Suapi pasien jika perlu.


38

c. Kerusakan integritas kulit

Tujuan:

1) Menunjukkan integritas jaringan: kulit dan membrane

mukosa, yang dibuktikan oleh indikator berikut: suhu,

elastisitas, hidrasi, dan sensasi, perfusi jaringan, keutuhan

kulit

2) Menunjukkan penyembuhan luka: Primer, yang dbuktikan

oleh indikator berikut: Penyatuan kulit, Penyatuan ujung

luka, Pembentukan jaringan parut.

3) Menunjukkan penyembuhan luka: Primer, yang dibuktikan

oleh indikator berikut: eritena kulit sekitar, luka berbau busuk

4) Menunjukkan penyembuhan luka: Sekunder, yang dibuktikan

oleh indikator berikut: Granulasi, pembentukan jaringan

parut, penyusutan luka

Kriteria hasil NOC:

1) Pasien atau keluarga menunjukkan rutinitas perawatan kulit

atau perawatan luka

2) Drainase purulen (atau lainnya) atau bau luka minimal

3) Tidak ada lepuh atau maserasi pada kulit

4) Nekrosis, selumur, lubang, perluasan luka ke jaringan di

bawah kulit, atau pembentukan saluran sinus berkurang atau

tidak ada

5) Eritema kulit dan eritema di sekitar luka minimal


39

Intervensi NIC:

Aktifitas keperawatan

1) Pengkajian

a) Kaji fungsi alat-alat, seperti alat penurun tekanan,

meliputi Kasur udara statis, terapo low air loss, terapi

udara yang dicairkan, dan Kasur air

b) Perawatan area insisi (NIC): inspeksi adanya kemerahan,

pembengkakan, atau tanda dehisensi atau eviserasi pada

area insisi

c) Perawatan luka NIC

(1) Inspeksi luka pada setiap ganti balutan

d) Kaji luka terhadap karakteristik berikut:

(1) Lokasi, luas, dan kedalaman

(2) Adanya dan karakter eksudat, termasuk kekentalan,

warna, dan bau

(3) Ada atau tidaknya granulasi atau epitalialisasi

(4) Ada atau tidaknya jaringan nekrotik, deskripsikan,

warna, bau, dan banhyaknya

(5) Ada atau tidaknya tanda-tanda infeksi luka setempat

(6) Ada atau tidaknya perluasan luka ke jaringan

dibawah kulit dan pembentukan saluran sinus

e) Aktifitas kolaboratif
40

(1) Konsultasikan pada ahli gizi tentang tentang

makanan tinggi protein, mineral, kalori, dan

vitamin

(2) Konsultasikan pada dokter tentang implementasi

pemberian makanan dan nutrisi enteral atau

parenteral untuk meningkatkan potensi

penyembuhan luka

(3) Rujuk ke perawat terapi enterostoma untuk

mendapatkan bantuan dalam pengkajian,

penentuan drajat luka, dan dokumentasi perawtab

luka atau kerusakan kulit

(4) Perawatan luka NIC Gunakan unit TENS untuk

peningkatan proses penyembuhan luka jika perlu

f) Aktifitas lain

(1) Evaluasi tindakan pengobatan atau pembalutan

topical yang dapat meliputi balutan hidrokoloid,

balutan hidrofilik, bantuan absorben, dan

sebagainya

(2) Lakukan perawatan luka atau perawatan kulit

secara rutin yang meliputi: Ubah dan atur posisi

pasien secara sering, Pertahankan jaringan sekitar

terbebas dari drainase dan kelembapan yang

berlebihan
41

(3) Lindungi pasien dari kontaminasi feses tau urin

(4) Lindungi pasien dari eksresi luka lain dan ekskresi

selang drain pada luka

(5) Perawatan luka NIC

(a) Lepas balutan dan plaster

(b) Bersihkan dengan normal salin atau

pembersih nontoksik jika perlu

(c) Tempatkan area luka pada bak khusus

(d) Lakukan perawatan ulkus kulit jika perlu

(e) Atur posisi untuk mencegah penekanan pada

luka jika perlu

(f) Lakukan perawatan luka pada area infuse IV,

jalur hickman dan jalur vena sentral

(g) Lakukan masase diarea sekitar luka untuk

merangsang sirkulasi

d. Gangguan perfusi jaringan perifer

Kriteria hasil NOC :

1) Warna kulit sekitar luka tidak pucat

2) Kulit sekitar teraba hangat

3) Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah

4) Sensorik dan motik membaik

5) Konsentrasi hemoglobin dalam darah normal 12,0 – 16,0

gr/dl
42

Intervensi NIC :

Aktivitas keperawatan

1) Pengkajian

a) Kaji ulkus statis dan gejala selulitis

b) Lakukan pengkajian komprehensif terhadap sirkulasi

perifer

c) Pantau tingkat ketidaknyamanan atau nyeri saat

melakukan latihan fisik

d) Pantau status cairan termasuk asupan dan haluaran

2) Penyuluhan untuk pasien dan keluarga

a) Ajarkan pasien dan keluarga tentang menghindari suhu

yang ekstrem pada ekstremitas

b) Ajarkan pasien dan keluarga tentang pentingnya

mematuhi program diet dan program pengobatan

3) Aktivitas kolaboratif

a) Beri obat nyeri, beritahu dokter jika nyeri tidak kunjung

reda

b) Perawatan sirkulasi (NIC): beri obat antitrombosit atau

antikoagulan dan pemberian transfusi, jika perlu

4) Aktivitas lain

a) Hindari trauma kimia, mekanik, atau panas yang

melibatkan ekstremitas

b) Kurangi rokok dan penggunaan stimulan


43

c) Dorong latihan rentang pergerakan sendi aktif dan pasif,

terutama pada ekstremitas bawah, saat tirah baring

e. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah

Kriteria hasil NOC :

1) Dapat mengontrol kadar glukosa darah

2) Pemahaman manajemen diabetes

3) Penerimaan kondisi kesehatan

Intervensi NIC:

Aktivitas keperawatan

1) Pengkajian

a) Kaji faktor yang dapat meningkatkan risiko

ketidakseimbangan glukosa

b) Pantau kadar glukosa serum (dibawah 60 mg/dl

menunjukkan hipoglikemia diatas 300 mg/dl

menunjukkan hiperglikemi) sesuai dengan program atau

protokol

c) Pantau asupan dan haluaran

d) Pantau tanda dan gejala hiperglikemi

2) Penyuluhan untuk pasien dan keluarga

a) Beri informasi mengenai diabetes

b) Beri informasi mengenai penerapan diet dan latihan fisik

untuk mencapai keseimbangan kadar glukosa darah


44

c) Beri informasi mengenai obat-obatan yang digunakan

untuk mengendalikan diabetes

d) Beri informasi mengenai penatalaksanaan diabetes

selama sakit

e) Beri informasi mengenai pemantauan secara mandiri

kadar glukosa dan keton, jika perlu

3) Aktivitas kolaboratif

a) Kolaborasi dengan pasien dan tim diabetes untuk

membuat perubahan dalam pengobatan jika perlu

b) Beri tahu dokter jika tanda dan gejala hipoglikemia atau

hiperglikemia terjadi dan tidak dapat dikembalikan

dengan aktivitas mandiri

4) Aktivitas lain

a) Manajemen hipoglikemia (NIC)

(1) Beri karbohidrat sederhana, sesuai indikasi

(2) Beri karbohidrat kompleks dan protein, sesuai

indikasi

(3) Pertahankan akses intravena, jika perlu

f. Resiko Infeksi

Tujuan:Faktor resiko akan hilang, dibuktikan oleh pengendalian

resiko komunitas: Status imun, keparahan infeksi, dan

penyembuhan luka: primer dan sekunder.

Kriteria Hasil NOC:


45

Pasien dan keluarga akan

1) Terbebas dari tanda dan gejala infeksi

2) Memperlihatkan personal hygiene yang adekuat

3) Mengindikasikan status gastrointestinal, pernapasan,

genitourinaria, dan imun dalam batas normal

4) Menggambarkan factor yang menunjang penularan infeksi

5) Melaporkan tanda atau gejala infeksi serta mengikuti

prosedur skrining dan pemantauan

Intervensi NIC:

Aktifitas keperawatan

1) Pengkajian

a) Pantau tanda dan gejala infeksi (misalnya, suhu tubuh,

denyut jantung, drainase, penampilan luka, sekresi,

penampilan urin, suhu kulit, lesi kulit, keletihan dan

malaise)

b) Kaji factor yang dapt meningkatkan kerentanan

terhadap infeksi (misalnya, usia lanjut, usia kurang dari

2 tahun, luluh imun dan malnutrisi)

c) Pantau hasil laboratorium (hitung darah lengkap, hitung

granulosit, absolut, hitung jenis, protein serum dan

albumin)

d) Amati penempilan personal hygine untuk perlindungan

terhadap infeksi
46

2) Penyuluhan untuk pasien dan keluarga

a) Jelaskan pada pasien dan keluarga mengapa sakit atau

terapi meningkatkan resiko terhadap infeksi

b) Instruksikan untuk menjaga personal hygiene untuk

melindungi tubuh terhadap infeksi (misalnya, mencuci

tangan)

c) Pengendalian infeksi NIC: ajarkan teknik mencuci

tangan yang benar dan ajarkan kepada pengunjung

untuk mencuci tangan seqaktu masuk dan

meninggalkan ruang pasien

3) Aktifitas kolaboratif

a) Ikuti protocol institusi untuk melaporkan suspek infeksi

kultur positif

b) Pengendalian infeksi NIC: berikan terapi antibiotic

(misalnya, cefotaxim 1 gr 3x sehari/IV)

4) Aktifitas lain

a) Lindungi pasien terhadap kontaminasi silang dengan

perawat yang sama untuk pasien lain yang mengalami

infeksi dan memisahkan ruang perawatan pasien yang

terinfeksi.

b) Pengendalian infeksi NIC:

(a) Bersihkan lingkungan dengan benar setelah

dipergunakan masing-masing pasien


47

(b) Pertahankan teknik isolasi, bila diperlukan

(c) Terapkan kewaspadaan pengunjung bila diperlukan

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi yaitu suatu tindakan yang direncanakan dalam

keperawatan. Tindakan ini mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.

Tindakan mandiri (independen) yaitu aktivitas yang dilakukan oleh

perawat yang didasarkan pada keputusan sendiri bukan dari petunjuk

perintah dari petugas kesehatan lainnya.

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) perencanaan yang

dapat diimplementasikan antara lain:

a. Cara pengumpulan data harus berkesinambungan

b. Menentukan prioritas masalah

c. Bentuk intervensi keperawatan

d. Pendokumentasian asuhan keperawatan

e. Memberikan catatan keperawatan secara verbal

f. Mempertahankan dalam perencanaan pengobatan

5. Evaluasi Keperawatan

Untuk mengevaluasi pasien dapat dilihat dari data hasil

perkembangannya. Tujuannya untuk mencapai sejauh mana

keberhasilan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

Langkah untuk mengevaluasi pasien yaitu: mendaftar apa tujuan

pasien, dan yang terakhir melakukan diskusi apakah tujuan pasien


48

tercapai atau belum, apabila tujuan masih belum tercapai lakukan

pengkajian ulang dimana letak terjadi kesalannya dan cari solusinya

(Tarwoto dan Wartonah, 2010).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan /Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif bentuk studi

kasus untuk mengeksplorasikan masalah asuhan keperawatan klien dengan

Diabetes mellitus ( tipe II) di RSUD Torabelo Sigi. Pendekatan yang

digunakan adalah pendekatan asuhan keperarawatan yang meliputi

pengkajian, analisa data, diagnosis keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April 2021 di ruangan

Ebony RSUD Tora Belo Sigi selama 3 hari.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian dalam asuhan keperawatan ini adalah klien

dengan Diabetes Melitus (tipe II) di ruang Eboni RSUD Torabelo Sigi

yang ber jumlah 1 orang dengan masa perawatan minimal 3 hari.

D. Definisi opresional

Definisi operasional adalah Batasan dan cara pengukuran variable

yang akan diteliti. Definisi operasional dibuat untuk memudahkan dan

49
50

menjaga konsistensi pengumpulan data, menghidarkan perbedaan

interprestasi serta membatasi ruang lingkup variable. (Supardi, 2013)

1. Pengkajian keperawatan

Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan

yang meliputi pengumpulan data, klasifikasi data, Analisa data,

diagnose keperawatan dan prioritas berdasarkan diagnosa keperawatan.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah kesimpulan yang diambil oleh

perawat berdasarkan data yang didapatkan.

3. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan yang

akan dilakukan sesuai dengan konsep/literatur yang ada.

4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah relisasi dari intervensi

keperawatan.

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi adalah penilaian yang dilaksanakan dengan mengacu pada

SOAP.

E. Metode Dan Instrumen Pengumpulan Data


51

1. Teknik Pengumpulan data

a. Wawancara (hasil anamnesis yang harus didapatkan berisi

tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,

riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat

psikologi, pola fungsi kesehatan), (sumber data bisa dari klien

keluarga dan dari perawat lainnya).

b. Obsevasi dan pemeriksaan fisik meliputi keadaan umum,

pemeriksaan integumen, pemeriksaan kepala leher, thoraks,

abdomen, genetalia, ekstremitas, dan pemeriksaan sistem

perkemihan dengan pendekatan: inspeksi, palpasi, perkusi,

auskultasi pada klien.

c. Studi dokumentasi dan instrument dilakukan dengan mengambil

data dari MR (Medical Record), mencatat pada status pasien,

mencatat hasil laboratorium, melihat cataan harian perawat

ruangan, mencatat hasil pemeriksaan diagnostik.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Alat atau insrumen pengumpulan data mengunakan format

pengkajian asuhan keperawatan sesuai ketentuan yang ada di prodi

DIII keperawatan Poltekkes Kemenkes Palu, data di status klien, dan

data laboratorium, alat pemeriksaan fisik.

3. Analisis Data

Analisis data dilakukan sejak peneliti berada di lapangan, sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul, analisa data


52

dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan data

penunjang, selanjutnya membandingkan teori dan dituangkan dalam

bentuk pembahasan. Tehnik analisa yang digunakan dengan cara

menarasikan jawaban dari penelitian yang diperoleh dari hasil

interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab

rumusan masalah penelitian.Tehnik analisis digunakan dengan cara

observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan data penunjang oleh

peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data selanjutnya

dimana data di interpretasikan oleh peneliti untuk dibandingkan dengan

teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam

intervensi tersebut.

4. Etika penelitian

Ada beberapa prinsip etik dalam penelitian yang melibatkan

manusi sebagai objek penelitian diantaranya :

1. Tidak membahayakan atau mengganggu kenyamanan (the right to

freedom from harm and discomfort).

Jika penelitian kasus ini dianggap dapat membahayakan

responden, maka peneliti juga harus mencantumkan (ethical clearance)

Dalam suatu penelitian yang melibatkan manusia sebagai objek

penelitian, seorang peneliti memiliki kewajiban untuk mencega

terjadinya sesuatu yang membahayakan peserta penelitian. Sesuatu

yang membahayakan yang harus dicegah itu dapat berupah cedera fisik

(luka ataupun aktivitas yang membuat peserta kelelahan), emosional


53

(peneliti yang membuat peserta stres atau ketakutan ataupun masalah),

social (misalnya kehilangan dukungan social/social support), ataupun

masalah finansial (misalnya kehilangan uang/harta). Secara etik seorang

peneliti harus membuat strategi untuk mencegah masalah tersebut

terjadi. Penelitian sebaiknya dilakukan oleh orang yang memiliki

kualifikasi yang baik khususnya jika penelitian tersebut menggunakan

alat atau prosedur yang membahayakan. Jika peneliti tersebut adalah

peneliti yang akan melakukan uji coba obat sebaiknya tidak dilakukan

langsung kepada manusia namun di uji cobakan kepada binatang

terlebih dahulu.

2. Hak Perlindungan dari Eksploitasi.

Hak untuk mendapatkan perlidugan dari ketidaknyamanan dan

kerugian, mengharuskan agar klien dilindungi dari eksploitasi dan harus

menjamin bahwa semua usaha dilakukan untuk meminimalkan bahaya

atau kerugian serta memaksimalkan manfaat dari peneliti.

Keterlibatan peserta dalam suatu penelitian tidak seharusnya

membuat apa yang rahasia dari peserta tersebut tereskpos sehingga

merugikan peserta. Peserta harus yakin bahwa partisipasi mereka, atau

informasi yang mereka berikan tidak merugikan mereka. Misalnya jika

seorang peneliti melakukan penelitian terkait narkoba, seorang peserta

tidak harus takut paparan otoritas pidana.

3. Menghormati Harkat dan Martabat Manusia (respect for human

dignity).
54

Hak untuk pasien memiliki otonomi dan hak dalam membuat

keputusan secara sadar dan dipahami dengan baik, bebas dari paksaan

untuk berpatisipasi atau tidak atatu untuk mengundurkan diri.

Dalam suatu penelitian yang khusus subjek penelitiannya

melibatkan manusia, seorang mempertimbangkan hak-hak subjek untuk

mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya

penelitian serta memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari

paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian. Jika seorang

peserta penelitian memutuskan untuk mengikuti jalannya penelitian,

maka peneliti harus mempersiapkan formulir persetujuan subjek atau

yang dikenal dengan lembar “informed consent” yang isinya terdiri dari

a. Penjelasan manfaat penelitian.

b. Penjelasan kemungkinan resiko dan ketidaknya.

c. Penjelasan manfaat yang akan didapatnya.

d. Persetujuan peserta dapat menjawab setiap pertanyaan yang

diajukan subyek berkaitan dengan prosedur penelitian.

e. Persetujuan subyek dapat mengundurkan diri kapan saja.

f. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan.

4. Menghormati Privasi dan Kerahasiaan Subyek Penelitian (respect for

privacy and confidentiality).

Semua informasi yang didapatka dari pasien harus dijaga dengan

sedemikian rupa sehingga informasi individual tertetu tidak bisa


55

langsung dikaitkan dengan pasien, da pasien juga harus menjaga

kerahasiaan atas keterlibatannya dalam penelitian ini.

Setelah seorang peneliti mendapatkan semua data yang diinginkan

dari peserta penelitian, selanjutnya peneliti tidak diperbolehkan untuk

menampilkan semua informasi mengenai identitas baik nama maupun

alamat asal subyek dalam kuesioner dan alat ukur apapun untuk menjaga

anonimitas dan kerahasian identitas subyek. Penelitian dapat

menggunakan koding (inisial atau identification number) sebagai

pengganti identitas responden sehingga kerahasiaan peserta penelitian

dapat terjaga.

5. Keadilan dan Inklusivitas (respect for justice inclusiveness).

Penanganan yang adil memberikan individual hak yang sama

untuk dipilih atau terlibat tanpa diskriminasi dan pemberian penanganan

yang sama dengan menghormati seluruh persetujuan.

Dalam hal ini yang perlu dilakukan oleh seorang penelitit yaitu

bahwa penelitian dilakukan harus secara jujur, hati-hati, professional,

berperikemanusiaan, dan memperhatikan factor-faktor ketepatan,

kecermatan, intimitas, psikologi serta perasaan religious subyek

penelitian. (Pamungkas, 2017)


DAFTAR PUSTAKA

Bararah. (2013). Asuhan keperawatan: panduan lengkap menjadi perawat


profesional. Jakarta : prestasi pustakarya
Brunner & Suddart. (2015). Keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC
Casanova. (2014). Asuhan keperawaatan medikal bedah penyakit dalam.
Yogyakarta : Nuha medika
Doengoes, G. (2014). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC
Kartika, R.W. (2017). Pengelolaan gangren kaki diabetik. Jurnal CDK-248,
44(1), 18-22
Kowalak. (2011). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta Pusat: Penerbitan
Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Padila. (2012). Asuhan keperawatan medikal bedah. Jakarta: Salemba Medika

Pamungkas, R A. 2017 Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : trans info

Rendy, M.C. (2012). Asuhan keperawaatan medikal bedah penyakit dalam.


Yogyakarta : Nuha medika
SDKI DPP PPNI. (2017).Standar diagnosis keperawatan indonesia. Edisi 1.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Supardi, S., & Rustika. (2013). Metodologi Riset Keperawatan. CV.Trans Info
Media.

Smeltzer & Bare. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
……Suddarth Edisi . Jakarta: EGC

Sudaryanto, dkk. (2014). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan dasar manusia dan proses
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2. Nuha


Medika.

Wilkinson, J.M, & Ahern, N.R. (2015). Buku saku diagnosis keperawatan. Edisi
9. Jakarta : EGC
Yuliana Elin, Andrajat Retnosari, 2009. ISO farmakoterapi. Jakarta : ISFI.

56

Anda mungkin juga menyukai