Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KASUS

PNEUMONIA DI RUANGAN MAHONI RSUD


TORA BELO SIGI

Proposal penelitian

Oleh:
Alfath Nusanta Negarawan
NIM : P07120118035

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU JURUSAN


KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D-III
KEPERAWATAN PALU
2021
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh tim Pembimbing
Poltekkes kemenkes Palu Jurusan Keperawatan Prodi DIII Keperawatan Palu

Nama :Alfath Nusanta Negarawan


NIM : PO7120118035

Palu, April 2021


Pembimbing I

Hj. Azizah Saleh, SKM, MM


NIP.196909071997032001

Palu, April 2021


Pembimbing II

Aminuddin, S.Kep Ns, M.Kes


NIP. 197112221992031002

Menyetujui
Ketua Program Studi D-III Keperawatan Palu

I Wayan Supetran, S.Kep, Ns, M.Kes


NIP : 196906051990021002

ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI

Proposal ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh tim Penguji
Poltekkes kemenkes Palu Jurusan Keperawatan Prodi DIII Keperawatan Palu
pada bulan Mei 2021.

Nama : Alfath Nusanta Negarawan


NIM : PO7120118035
Palu, Mei 2021
Tim Penguji I

Lindanur Sipatu, S.Kep, Ns, MM


NIP.198006162002122002
Palu, Mei 2021
Tim Penguji II

Baiq Emy Nurmalisa S.Kep, Ns, M.Kep


NIP.199002262019022002
Palu, Mei 2021
Tim Penguji III

Amir, S.Kep, Ns, MM


NIP.197404011995031004

Menyetujui
Ketua Program Studi D-III Keperawatan Palu

I Wayan Supetran, S.Kep, Ns, M.Kes


NIP : 196906051990021002

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI......................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan penelitian...........................................................................................3
D. Manfaat penelitian.........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6
A. Konsep Tentang Pneumonia.........................................................................6
1. Pengertian..................................................................................................6
2. Etiologi......................................................................................................6
3. Patofisiologi...............................................................................................8
4. Pathway.....................................................................................................9
5. Tanda dan Gejala.....................................................................................10
6. Penatalaksanaan.......................................................................................10
7. Pemeriksaan penunjang...........................................................................11
8. Komplikasi..............................................................................................12
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pneumonia..................................................13
1. Pengkajian Keperawatan.........................................................................13
2. Diagnosis Keperawatan...........................................................................16
3. Perencanaan Keperawatan......................................................................17
4. Implementasi Keperawatan....................................................................29
5. Evaluasi Keperawatan.............................................................................30
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................35
A. Jenis Penelitian............................................................................................35
B. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................35

iv
C. Subjek Penelitian.........................................................................................35
D. Definisi Operasional...................................................................................35
E. Pengumpulan Data......................................................................................36
F. Analisis data................................................................................................37
G. Etika Penelitian..........................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................42

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan akut pada parenkim paru

yang biasanya terjadi pada saluran nafas bawah akut (Nurarif, 2015). Infeksi

ini berupa radang paru-paru yang disertai adanya produksi sputum dan di

tandai dengan gejala batuk disertai sesak nafas. Penyakit ini disebabkan oleh

agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma dan substansi asing, jamur

dan aspirasi (Nurarif, 2015).

Hal ini dipengaruhi berdasarkan tingkat keparahannya. keragaman

gejala dan dampak pneumonia juga dipengaruhi oleh jenis bakteri pemicu

infeksi, usia, dan kondisi kesehatan pengidap. Meski begitu, setidaknya ada

beberapa gejala umum yang biasanya muncul pada pengidap pneumonia

seperti demam, batuk kering atau batuk berdahak kental berwarna kuning atau

hijau, mual muntah, diare, berkeringat dan menggigil, napas terengah-engah

dan pendek, rasa sakit di dada ketika menarik napas atau batuk (Meadow,

2015).

Menurut World Health Organization (WHO) angka kematian akibat

pneumonia pada tahun 2017 masih tinggi mencapai 6,3 juta jiwa. Kematian

tertinggi terjadi di negara berkembang sebanyak 92% kematian sebagian besar

disebabkan oleh penyakit menular seperti pneumonia (15%), diare (9%), dan

malaria (7%) (WHO, 2017). WHO memperkirakan pada Tahun 2017, ada

935.000 orang meninggal karena penumonia sebagian besar

1
2

akibatkan oleh pneumonia berat berkisar antara 7%-13%. Kematian

pneumonia di Indonesia pada tahun 2017 berada pada urutan ke-8 setelah India

(174.000), Nigeria (121.000), Pakistan (71.000), DRC (48.000), Ethiopia

(35.000), China (33.000), Angola (26.000), di Indonesia (22.000) (WHO,

2017).

Data Riskesdas 2018, prevalensi pengidap pneumonia berdasarkan

diagnosis tenaga kesehatan (nakes) di Indonesia tahun 2013 mencapai 1,6 %,

sedangkan pada tahun 2018 meningkat menjadi 2,0 %. Penyakit pneumonia

mengalami peningkatan sebanyak 0,4 % seperti yang dijelaskan pada data di

atas. Selain itu, pneumonia merupakan salah satu dari 10 besar penyakit rawat

inap di rumah sakit, dengan proporsi kasus 53,95% laki-laki dan 46,05%

perempuan. (Riskesdes, 2018).

Kasus pneumonia di Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun 2012 sangat

rendah yaitu sebesar 30,94%, namun dari tahun ke tahun terus meningkat dan

mencapai puncak pada tahun 2015 yaitu sebesar 72,24%. Salah satu upaya

yang dilakukan pada tahun 2014-2015 adalah peningkatan kapasitas petugas

kesehatan, puskesmas di semua kabupaten/kota. Capaian cakupan penemuan

pneumonia mulai menurun kembali sebesar 52,3% di tahun 2017-2018

(Dinkes, 2018).

Data Rekam Medik RSUD Tora Belo Sigi, Pada pengambilan data awal

jumlah pasien dengan kasus Pneumonia tahun 2018 sebanyak 59 kasus,

kemudian pada tahun 2019 mengalami penurunan sebanyak 25 kasus,

sedangkan di tahun 2020 kembali mengalami peningkatan sebesar 76 kasus

(Rekam Medik RSUD Tora Belo Sigi, 2020).


3

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian studi kasus Asuhan Keperawatan pada pasien Kasus

Pneumonia diruangan Mahoni RSUD Tora Belo Sigi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimanakah penerapan asuhan keperawatan pada Pasien

dengan kasus Pneumonia di ruangan Mahoni di RSUD Tora Belo Sigi?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus

Pneumonia di ruangan Mahoni Tora Belo Sigi.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk melakukan pengkajian pada pasien dengan kasus Pneumonia di

ruangan Mahoni RSUD Tora Belo Sigi.

b. Untuk merumuskan diagnosis keperawatan pada pasien dengan kasus

Pneumonia di ruangan Mahoni RSUD Tora Belo Sigi.

c. Untuk menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan

kasus Pneumonia di ruangan Mahoni RSUD Tora Belo Sigi.

d. Untuk melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan kasus

Pneumonia di ruangan Mahoni RSUD Tora Belo Sigi.

e. Untuk melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan kasus

Pneumonia di ruangan Mahoni RSUD Tora Belo Sigi.


4

D. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Rumah Sakit Tora Belo Sigi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan bagi semua

perawat atau tenaga kesehatan dalam upaya asuhan keperawatan pada

pasien dengan kasus Pneumonia.

2. Poltekkes Kemenkes Palu

Hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi dan

sumber bacaan bagi mahasiswa yang terkait pada asuhan keperawatan pada

pasien dengan kasus Pneumonia serta sebagai tambahan bagi perpustakan

Poltekkes Kemenkes Palu.

3. Peneliti dan Peneliti Lain

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi penulis dan

penelitian ini diharapkan sebagai pedoman dan tolak ukur keberhasilan yang

dapat dicapai dalam asuhan keperawatan dengan kasus Pneumonia dalam

melakukan penelitan selanjutnya.

4. Pasien dan Keluarga

Penelitian ini sebagai bahan masukan bagi keluarganya dalam

memberikan dukungan dalam bentuk apapun secara khusus terhadap pasien

Penumonia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Tentang Pneumonia

1. Pengertian

Pneumonia adalah suatu penyakit radang akut parenkim paru

biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (INSBA) dan

ditandai dengan gejala batuk serta sesak nafas yang disebabkan oleh agen

infeksius seperti bakteri, virus, mycoplasma, dan substansi asing, berupa

radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi dan dapat dilihat

melalui gambaran radiologi (Nurarif & Kusuma, 2015). Selain itu

pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang mengenai saluran

pernapasan bawah dengan tanda dan gejala seperti batuk dan sesak napas.

Hal ini diakibatkan oleh adanya agen infeksius seperti virus, bakteri,

mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing yang berupa eksudat

(cairan) dan konsolidasi (bercak berawan) pada paru-paru (Khasanah,

2017).

2. Etiologi

Etiologi pneumonia menurut Nurarif & Kusuma (2015), yaitu

penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh

streptococcus pneumonia, melalui selang infus oleh staphylococcus aureus

sedangkan pada pemakaian ventilator oleh Pseudomonas aeruginosa dan

enterobacter. Di masa sekarang hal tersebut terjadi karena perubahan

keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi

6
7

lingkungan, penggunaan antibiotik yang tidak tepat. Setelah masuk ke paru-

paru, organisme bermultiplikasi dan jika telah berhasil mengalahkan

mekanisme pertahanan paru terjadilah Pneumonia.

Selain di atas, penyebab terjadinya pneumonia sesuai

penggolongannya yaitu:

a. Virus: Respiratory syncytial virus, virus influenza, virus sistomegalitik,

Adeno virus.

b. Bakteri: Pneumococus, Diplococus pneumonia, Hemophilus influinzae,

Streptococus hemolyticus, Streptococus aureus, Bacillus Friedlander,

Mycobacterium tuberkolusis.

c. Jamur: Candida Albicans, Coccidodies immitis, Aspergilus species,

Histoplasma capsulatum, Blastomyces dermatitides, Cryptococus

neuroformans.

d. Aspirasi: Makanan, BBM (biasanya minyak tanah), cairan amnion, benda

asing.

e. Sindrom Loeffer

f. Pneumonia hipostatik

g. Non mikroorganisme:

1) Merokok

2) Bahan kimia

3) Debu, bau-bauan, dan polusi lingkungan

4) Paparan fisik seperti suhu dan radiasi


8

3. Patofisiologi

Pada awalnya, alveolus mengandung bakteri cairan edema, dan

beberapa neutrofil. Eksudasi neutrofil dalam jumlah besar menyebabkan

konsolidasi (Sander, 2014). Ada empat stadium pertama, yaitu stadium

kongesti, lobus-lobus yang terkena menjadi berat, merah, dan sebab secara

histologi dapat terlihat kongesti vascular, dengan cairan berprotein,

beberapa neutrofil dan banyak bakteri di alveolus. Dalam beberapa hari

timbul stadium hepatisasi merah, pada stadium tersebut lobus paru

memperlihatkan eksudat fibrinosa atau fibrinoporulen. Pada stadium

berikutnya hepatisasi abu-abu, paru menjadi kering, abu-abu, dan padat,

karena sel darah merah mengalami lisis atau pecah, sementara eksudat

fibrinosa menetap di dalam alveolus.

Resolusi berlangsung dalam kasus non komplikasi yang eksudatnya

di dalam alveolus dicerna secara enzimatis dan diserap atau dibatukkan

sehingga arsitektur paru tetap utuh. Reaksi pleura mungkin mereda dengan

cara serupa atau mengalami organisasi meninggalkan penebalan fibrosa atau

perlekatan permanen (Robbins, 2012). Mikroorganisme masuk ke dalam

paru melalui inhalasi udara, juga dapat melalui aspirasi dari nasofaring atau

orofaring, tidak jarang secara perkontinuitatum (kontak langsung) dari

daerah di sekitar paru, ataupun malalui penyebaran secara hematogen

(Djojodibroto, 2014).
9

4. Pathway
PNEUMONIA Intoleransi
Aktivitas

Bakteri, jamur, dan virus


Suplai O2

Compliance paru

Terhirup
Masuk ke alveoli

Pola Nafas
Tidak Efektif
Proses peradangan

Suhu tubuh Cairan Eksudat masuk


Infeksi Difusi
kedalam alveoli

Gangguan
Hipertermia Berkeringat, nafsu makan & Kerja sel goblet Sputum Pertukaran Gas
minum Produksi sputum Tertelan
ke
lambung Cairan
menek
Resiko Hipovolemia an
Konsolidasi cairan Konsolidasi syaraf
sputum di jalan nafas cairan sputum di frenik
lambung us

Nyeri Akut

Bersihan Jalan Nafas Asam lambung Mual & Defisit


Tidak Efektif muntah
Nutrisi

Bagan: Pathway Pneumonia

(Sumber: (Mansjoer dkk (2017) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017))
10

5. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang biasanya dijumpai pada pneumonia adalah

demam atau panas tinggi disertai batuk berdahak yang produktif, napas

cepat (frekuensi nafas >50 kali/menit), selain itu pasien akan merasa nyeri

dada seperti ditusuk pisau atau sesak, sakit kepala, gelisah dan nafsu makan

berkurang (Rikesdas, 2013).

Menurut Robinson dan Saputra (2014), pneumonia menunjukan

gejala klinis sebagai berikut:

a. Batuk

b. Dispnea

c. Lemah

d. Demam

e. Pusing

f. Napas cepat dan dangkal

g. Produksi sputum

Gambaran klinis pneumonia bervariasi tergantung pada respon

sistemik terhadap infeksi, agen etiologi, tingkat keterlibatan paru dan

obstruksi jalan nafas. Tanda dan gejalanya antara lain: takipneu, demam,

dan batuk disertai penggunaan otot bantu nafas dan suara nafas abnormal

(Terry & Sharon, 2013).

6. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan antara lain:


11

1) Oksigen 1-2/menit

2) IVFD dekstrose 10%: NaCl 0,9% = 3:1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan.

Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.

3) Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap

melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.

4) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin

normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.

Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.

b. Penatalaksanaan tergantung penyebabnya, antibiotik yang diberikan

sesuai hasil kultur yaitu:

1) Untuk kasus pneumonia:

a) Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian.

b) Sefatoksim 100 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian (Huda,

2016).

7. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan diagnostik

1) Sinar X : mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar,

bronchial); dapat juga menyatakan abses).

2) Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat

mengidentifikasi semua organisme yang ada.

3) Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosa

organisme khusus.
12

4) Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan

luas berat penyakit dan membantu diagnosa keadaan.

5) Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosi

6) Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.

7) Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosa dan mengangkat benda

asing (Meadow, 2015).

8. Komplikasi

Komplikasi Pneumonia umumnya bisa diterapi dengan baik tanpa

menimbulkan komplikasi. Akan tetapi, beberapa pasien, khususnya

kelompok pasien risiko tinggi, mungkin mengalami beberapa komplikasi

seperti bakteremia (sepsis), abses paru, efusi pleura, dan kesulitan bernapas.

Bakteremia dapat terjadi pada pasien jika bakteri yang menginfeksi paru

masuk ke dalam aliran darah dan menyebarkan infeksi ke organ lain, yang

berpotensi menyebabkan kegagalan organ. Pada 10% pneumonia dengan

bakteremia dijumpai terdapat komplikasi ektrapulmoner berupa meningitis,

arthritis, endokarditis, perikarditis, peritonitis, dan empiema. Pneumonia

juga dapat menyebabkan akumulasi cairan pada rongga pleura atau biasa

disebut dengan efusi pleura. Efusi pleura pada pneumonia umumnya bersifat

eksudatif. Efusi pleura eksudatif yang mengandung mikroorganisme dalam

jumlah banyak beserta dengan nanah disebut empiema. Jika sudah terjadi

empiema maka cairan perlu di drainage menggunakan chest tube atau

dengan pembedahan (Ryusuke, 2017).


13

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pneumonia

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian yang cermat oleh perawat merupakan hal penting untuk

mendeteksi masalah ini. Melakukan pengkajian pada pernafasan lebih jauh

dengan mengidentifikasi manifestasi klinis pneumonia: nyeri, takipnea,

penggunaan otot pernafasan untuk bernafas, nadi cepat, bradikardi, batuk,

dan sputum purulen. Keparahan dan penyebab nyeri dada harus

diidentifikasi juga. Segala perubahan dalam suhu dan nadi, jumlah sekresi,

bau sekresi, dan warna sekresi, frekuensi dan keparahan batuk, serta

takipnea atau sesak nafas harus dipantau. Konsolidasi pada paru-paru dapat

dikaji dengan mengevaluasi bunyi nafas (pernafasan bronkial, ronki, atau

krekles) dan hasil perkusi (pekak pada bagian dada yang sakit) (Brunner &

Suddarth, 2013).

Pengkajian adalah pengumpulan, pengaturan, validasi, dan

dokumentasi data (informasi) yang sistematis dan berkesinambungan.

Sebenarnya, pengkajian tersebut ialah proses berkesinambungan yang

dilakukan pada semua fase proses keperawatan. Misalnya, pada fase

evaluasi, pengkajian dilakukan untuk menentukan hasil strategi keperawatan

dan mengevaluasi pencapaian tujuan. Semua fase proses keperawatan

bergantung pada pengumpulan data yang lengkap dan akurat (Muttaqin,

2014).
14

Pengkajian keperawatan tersebut meliputi:

a. Identitas pasien

Meliputi nama, nomor RM, umur, jenis kelamin, pendidikan,

alamat, pekerjaan, asuransi kesehatan, agama, suku bangsa, tanggal dan

jam MRS, nomor registrasi, serta diagnose medis (Muttaqin, 2014).

b. Keluhan utama

Keluhan utama pada gangguan sistem pernapasan, penting untuk

mengenal tanda serta gejala umum sistem pernapasan.Termasuk dalam

keluhan utama pada sistem pernapasan, yaitu batuk, batuk darah,

produksi sputum berlebih, sesak napas, dan nyeri dada. Keluhan utama

pada bersihan jalan napas tidak efektif adalah batuk tidak efektif, mengi,

wheezing, atau ronkhi kering, sputum berlebih (Muttaqin, 2014).

c. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan dahulu

Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami

klien sebelumnya, yang dapat mendukung dengan masalah sistem

pernapasan. Misalnya apakah klien pernah dirawat sebelumnya,

dengan sakit apa, apakah pernah mengalamisakit yang berat,

pengobatan yang pernah dijalani dan riwayat alergi (Muttaqin, 2014).

2) Riwayat kesehatan sekarang


15

Pengkajian riwayat kesehatan sekarang pada sistem pernapasan

seperti menanyakan riwayat penyakit sejak timbulnya keluhan hingga

klien meminta pertolongan. Misalnya sejak kapan keluhan bersihan

jalan napas tidak efektif dirasakan, berapa lama dan berapa kali

keluhan tersebut terjadi. Setiap keluhan utama harus ditanyakan

kepada klien dengan sedetail-detailnya dan semua diterangkan pada

riwayat kesehatan sekarang (Muttaqin, 2014).

3) Riwayat kesehatan keluarga

Pengkajian riwayat kesehatan keluarga pada sistem pernapasan

adalah hal yang mendukung keluhan penderita, perlu dicari riwayat

keluarga yang dapat memberikan presdiposisi keluhan seperti adanya

riwayat sesak napas, batuk dalam jangka waktu lama, sputum berlebih

dari generasi terdahulu (Muttaqin, 2014).

d. Aktivitas/istirahat

Akan timbul gejala seperti kelemahan, kelelahan, dan insomnia

yang ditandai dengan penurunan intoleransi terhadap aktivitas.

e. Sirkulasi

Memiliki riwayat gagal jantung serta ditandai dengan takikardi, tampak

pucat.

f. Makanan/cairan

Akan timbul gejala seperti kehilangan nafsu makan, mual / muntah

serta ditandai dengan distensi abdomen, hiperaktif bunyi bisingusus, kulit

kering dan tugor kulit buruk serta penampilan malnutrisi.


16

g. Pemeriksaan fisik

Pada penderita pneumonia hasil pemeriksaan fisik yang biasanya

muncul yaitu di keadaan umum pasien tampak lemah dan sesak nafas,

untuk kesadaran tergantung tingkat keparahan penyakit. Pada

pemeriksaan tanda-tanda vital diperoleh tekanan darah hipertensi, nadi

takikardi, respirasi takipnea atau dispnea serta nafas dangkal, dan suhu

tubuh hipertermi. Pemeriksaan di bagian kepala tidak ada kelainan,

pemeriksaan mata terdapat konjungtiva tampak anemis, pemeriksaan

hidung jika pasien mengalami sesak akan terdengar nafas cuping hidung.

Pemeriksaan pada paru-paru saat infeksi terlihat ada penggunaan otot

bantu nafas. Palpasi di dapatkan adanya nyeri tekan, paningkatan vocal

fremitus pada daerah yang terkena. Perkusi terdengar suara pekak karena

terjadi penumpukan cairan di alveoli. Dan saat dilakukan auskultasi

terdengarronki. Pada pemeriksaan Jantung jika tidak ada kelainan

jantung, maka pemeriksaan jantung tidak ada kelemahan. Pemeriksaan

ekstremitas tampak sianosis.

2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai

respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis

keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,

keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan

(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).


17

Diagnosis keperawatan pada kasus pneumonia berdasarkan pathway,

diagnosis yang mungkin muncul yaitu:

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang

tertahan

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane

alveolus-kapiler

c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas

d. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

e. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna

makanan

f. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan

antara suplai dan kebutuhan oksigen

h. Resiko hipovolemia ditandai dengan kehilangan cairan secara aktif

3. Perencanaan Keperawatan

Menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018),

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi

tertahan

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

bersihan jalan nafas efektif

Kriteria hasil:

1) Batuk efektif meningkat

2) Produksi sputum menurun


18

3) Mengi menurun

4) Wheezing menurun

5) Dispnea menurun

6) Sianosis menurun

7) Frekuensi nafas membaik

8) Pola nafas membaik

Intervensi keperawatan:

Latihan batuk efektif

1) Observasi

a) Identifikasi kemampuan batuk

b) Monitor adanya retensi sputum

c) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas

d) Monitor input dan output cairan (mis. jumlah dan

karakteristik)

2) Terapeutik

a) Atur posisi semi-fowler atau fowler

b) Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien

c) Buang sekret pada tempat sputum

3) Edukasi

a) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif

b) Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan

selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut

dengan bibir mecucu (dibulatkan) selam 8 detik


19

c) Anjurkan tarik nafas dalam hingga 3 kali

d) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas

dalam yang ke-3

4) Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika

perlu

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane

alveolus-kapiler

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pertukaran

gas meningkat

Kriteria hasil:

1) Dispnea menurun

2) Bunyi nafas tambahan menurun

3) Pusing menurun

4) Penglihatan kabur menurun

5) Nafas cuping hidung menurun

6) PCO2 dan PO2 membaik

7) Membaik

8) Sianosis membaik

9) Pola nafas membaik

Intervensi keperawatan:

Pemantauan respirasi
20

1) Observasi

a) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas

b) Monitor pola nafas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi)

c) Monitor kemampuan batuk efektif

d) Monitor adanya produksi sputum

e) Monitor adanya sumbatan jalan nafas

f) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru

g) Auskultasi bunyi nafas

h) Monitor saturasi oksigen

i) Monitor AGD

j) Monitor hasil x-ray toraks

2) Terapeutik

a) Atur interval pemantuan respirasi sesuai kondisi pasien

b) Dokumentasikan hasil pemantauan

3) Edukasi

a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauaan

b) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola nafas

membaik

Kriteria hasil:

1) Kapasitas vital meningkat

2) Tekanan ekspirasi meningkat


21

3) Tekanan inspirasi meningkat

4) Dispnea menurun

5) Penggunaan otot bantu nafas menurun

6) Pernafasan cuping hidung menurun

7) Frekuensi nafas membaik

8) Kedalaman nafas membaik

9) Ekskursi dada membaik

Intervensi keperawatan:

Manajemen jalan nafas

1) Observasi

a) Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)

b) Monitor bunyi nafas tambahan (misalnya gurgling, mengi,

wheezing, ronki)

c) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)

2) Terapeutik

a) Posisikan semi-fowler atau fowler

b) Berikan minum hangat

c) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu

d) Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik

e) Berikan oksigen, jika perlu

3) Edukasi

a) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak

kontra indikasi
22

b) Ajarkan teknik batuk efektif

4) Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik. jika

perlu

d. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri

menurun

Kriteria hasil:

1) Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat

2) Keluhan nyeri menurun

3) Meringis menurun

4) Sikap protektif menurun

5) Kesulitan tidur menurun

6) Frekuensi nadi membaik

7) Pola nafas membaik

8) Tekanan darah membaik

9) Nafsu makan membaik

10) Pola tidur membaik

Intervensi keperawatan:

Manajemen nyeri

1) Observasi
23

a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri.

b) Identifikasi sekala nyeri

c) Identifikasi respon nyeri non verbal

d) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

e) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

f) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

g) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan

h) Monitor efek samping penggunaan analgetik

2) Terapeutik

a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

b) Kontrol lingkungan yang dapat memperberat rasa nyeri (misalkan

suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)

c) Fasilitasi istirahat dan tidur

d) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi

meredakan nyeri

3) Edukasi

a) Jelaskan penyebab, priode dan pemicu nyeri

b) Jelaskan strategi meredakan nyeri

c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

d) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

e) Ajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

4) Kolaborasi
24

a) Kolaborasi dalam pemberian analgetik

e. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan menelan makanan

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status nutrisi

membaik

Kriteria hasil:

1) Porsi makan yang dihabiskan meningkat

2) Perasaan cepat kenyang menurun

3) Frekuensi makan membaik

4) Nafsu makan membaik

5) Membran mukosa membaik

Intervensi keperawatan:

Manajemen nutrisi

1) Observasi

a) Identifikasi status nutrisi

b) Identifikasi alergi dari intoleransi makanan

c) Identifikasi makanan yang disukai

d) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient

e) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastik

f) Monitor asupan makanan

g) Monitor berat badan

h) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium


25

2) Terapeutik

a) Lakukan oral hygene sebelum makan, jika perlu

b) Fasilitasi menentukan pedoman diet

c) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

d) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

e) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

f) Berikan suplemen makanan, jika perlu

3) Edukasi

a) Anjurkan posisi duduk, jika mampu

b) Ajarkan diet yang diprogramkan

4) Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (misal kan pereda

nyeri, antlemetik), jika perlu

b) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan

jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

f. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

termoregulasi membaik

Kriteria hasil:

1) Menggigil menurun

2) kulit merah menurun

3) suhu tubuh membaik

4) tekanan darah membaik


26

Intervensi keperawatan:

Manajemen hipertermia

1) Observasi

a) Identifikasi penyebab hipertermia

b) Monitor suhu tubuh

c) Monitor kadar elektrolit

d) Monitor haluaran urine

e) Monitor komplikasi akibat hipertermia

2) Terapeutik

a) Sediakan lingkungan yang dingin

b) Longgarkan atau lepaskan pakaian

c) Basahi dan kipasi permukaan tubuh

d) Berikan cairan oral

e) Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami

hiperhidrosis (keringat berlebih)

f) Lakukan pendinginan eksternal (mis. kompres dingin pada dahi,

leher, dada, abdomen, dan aksilia)

g) Berikan oksigen, jika perlu

3) Edukasi

a) Anjurkan tirah baring

4) Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu


27

g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan toleransi

aktivitas meningkat

Kriteria hasil

1) Saturasi oksigen meningkat

2) Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat

3) Keluhan lelah menurun

4) Dispnea saat aktivitas menurun

5) Dispnea setelah aktivitas menurun

6) Sianosis menurun

7) Tekanan darah membaik

8) Frekuensi nafas membaik

Intervensi keperawatan:

Manajemen energi

1) Observasi

a) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan

b) Monitor kelelahan fisik dan emosional

c) Monitor pola dan jam tidur

d) Monitor lokasi dan ketidak nyamanan selama aktivitas

2) Terapeutik

a) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya,

suara, kunjungan)
28

b) Lakukan latihan rentang gerak pasif dan / atau aktif

c) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan

d) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau

berjalan

3) Edukasi

a) Anjurkan tirah baring

b) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

c) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan

tidak berkurang

d) Ajarkan koping untuk mengurangi kelelahan

4) Kolaborasi

a) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan

asupan makanan

h. Resiko hipovolemia ditandai dengan kehilangan cairan secara aktif

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status cairan

membaik

Kriteria hasil:

1) Tugor kulit meningkat

2) Dispnea menurun

3) Frekuensi nadi membaik

4) Tekanan darah membaik

5) Tekanan nadi membaik


29

6) Membrane mukosa membaik

7) Suhu tubuh membaik

Intervensi keperawatan:

Manajemen hipovolemia

1) Observasi

a) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (misalnya nadi teraba lemah,

tekanan darah menurun, tugor kulit menurun, membrane mukosa

kering, dan lemah)

b) Monitor intake dan output cairan

2) Terapeutik

a) Hitung kebutuhan cairan

b) Berikan asupan cairan oral

3) Edukasi

a) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

4) Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)

b) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. Glukosa 2,5%,

NaCl 0,4%)

c) Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, plasmanate)

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah pelaksanaan dari intervensi untuk mencapai

tujuan yang sfesifik. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien

dalam mencapai tujuan yang di tetapkan yang mencakup peningkatan


30

kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan manifasilitasi

koping (Nursalam, 2016).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan penilaian akhir dari berdasarka tujuan

keperawatan. Keberhasilan asuhan keperawatan berdasarkan pada

perubahan hasil yang telah ditetapkan yaitu, adaptasi pada klien (Nursalam,

2016).
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

studi kasus, teknik pengumpulan data dengan teknik wawancara, observasi

serta melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan masalah asuhan

keperawatan sesuai dengan masalah yang terjadi pada pasien Pneumonia .

Studi kasus di batasi oleh tempat, dan waktu, serta kasus yang dipelajari berupa

peristiwa, aktivitas,atau individu. Peneliti studi kasus ini adalah untuk

mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada pasien Pneumonia di RSUD

Tora Belo Sigi.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April 2021 di ruang Mahoni

di RSUD Tora Belo Sigi selama 3 hari.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah pasien yang dirawat di ruangan Mahoni di

RSUD Tora Belo Sigi dengan penyakit Pneumonia serta dilakukan asuhan

keperawatan

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah batasan dan cara pengukuran variabel yang

akan diteliti dan dibuat untuk memudahkan dan menjaga konsistensi

pengumpulan data, menghidarkan perbedaan interprestasi serta membatasi

35
36

ruang lingkup variabel. Adapun definisi operasional yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi :

1. Pengkajian keperawatan

Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan

yang meliputi pengumpulan data, klasifikasi data, analisa data, diagnosa

keperawatan dan prioritas berdasarkan diagnosa keperawatan.

2. Diagnosis keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah kesimpulan yang diambil oleh perawat

berdasarkan data yang didapatkan.

3. Perencanaan keperawatan

Perancanaan keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan yang

akan dilakukan sesuai dengan konsep/literature yang ada.

4. Implementasi keperawatan

Implementasi adalah pelaksanaan dari intervensi untuk mencapai tujuan

yang sfesifik.

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi merupakan penilaian akhir dari berdasarkan tujuan

keperawatan. Keberhasilan asuhan keperawatan berdasarkan pada

perubahan hasil yang telah ditetapkan yaitu, adaptasi pada klien.

E. Pengumpulan Data

1. Wawancara

Pengumpulan data dilakukan dengan cara tanya jawab secara

langsung, hasil anamnesis berisi tentang identitas klien, keluhan utama,


37

riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit

keluarga, sumber data dari klien, keluarga, bahkan perawat.

2. Observasi dan Pemeriksaan fisik

Dilakukan dengan cara persistem pada system tubuh klien.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu pendokumentasi hasil

pengkajian, analisa data, penegakan diagnose keperawatan, rencana

keperawatan, tindakan keperawatan, dan evaluasi dari tindakan

keperawatan.

F. Analisis data

Analisis data dilakukan sejak pengumpulan data sampai semua data

terkumpul. Analisis dilakukan dengan cara menggunakan fakta dan

membandingkan dengan teori. Teknik yang digunakan adalah dengan

menarasikan jawaban-jawaban dari hasil pengumpulan data (wawancara dan

observasi) yang dilakukan untuk menjawab rumusan maslah dan tujuan

penelitian. Urutan dalam analisis data adalah :

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penelitian ini merupakan proses pendekatan

serta proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu

penelitian. Penelitian ini adalah studi dokumentasi dengan mengobservasi

dokumen yang dilakukan dengan cara mengobservasi dokumen pada pasien.

Peneliti melakukan observasi terhadap gambaran pasien Penumonia dengan


38

mengambil data dari dokumentasi asuhan keperawatan yang sudah ada

setelah pemeriksaan selesai dilakukan.

2. Penyajian data

Penyajian data dilakukan dalam bentuk table, gambar, bagan, dan narasi

untuk pengkajian, analisa data, diagnosa, perencanaan, implementasi dan

evaluasi.

3. Kesimpulan

Data yang disajikan selanjutnya dibahas dan dibandingkan dengan

hasil-hasil penelitian sebelumnya dan teori yang mendukung. Penarikan

kesimpulan dilakukan dengan metode indiktif. Pembahasan dilakukan

sesuai dengan tahapan asuhan keperawatan pengkajian diagnosa,

perencanaan, tindakan dan evaluasi.

G. Etika Penelitian

Ada beberapa prinsip etik dalam penelitian yang melibatkan manusia

sebagai objek penelitian di antaranya :

1. Tidak membahayakan atau mengganggu kenyamanan (the right to freedom

from harm and discomfort).

Jika penelitian kasus ini dianggap dapat membahayakan responden,

maka peneliti juga harus mencantumkan (ethical clearance) Dalam suatu

penelitian yang melibatkan manusia sebagai objek penelitian, seorang

peneliti memiliki kewajiban untuk mencega terjadinya sesuatu yang


39

membahayakan peserta penelitian. Sesuatu yang membahayakan yang harus

dicegah itu dapat berupah cedera fisik (luka ataupun aktivitas yang

membuat peserta kelelahan), emosional (peneliti yang membuat peserta

stres atau ketakutan ataupun masalah), sosial (misalnya kehilangan

dukungan social/social support), ataupun masalah finansial (misalnya

kehilangan uang/harta). Secara etik seorang peneliti harus membuat strategi

untuk mencegah masalah tersebut terjadi. Penelitian sebaiknya dilakukan

oleh orang yang memiliki kualifikasi yang baik khususnya jika penelitian

tersebut menggunakan alat atau prosedur yang membahayakan. Jika peneliti

tersebut adalah peneliti yang akan melakukan uji coba obat sebaiknya tidak

dilakukan langsung kepada manusia namun diuji cobakan kepada binatang

terlebih dahulu.

2. Hak Perlindungan dari Eksploitasi.

Hak untuk mendapatkan perlidugan dari ketidaknyamanan dan

kerugian, mengharuskan agar klien dilindungi dari eksploitasi dan harus

menjamin bahwa semua usaha dilakukan untuk meminimalkan bahaya atau

kerugian serta memaksimalkan manfaat dari peneliti.

Keterlibatan peserta dalam suatu penelitian tidak seharusnya

membuat apa yang rahasia dari peserta tersebut tereskpos sehingga

merugikan peserta. Peserta harus yakin bahwa partisipasi mereka, atau

informasi yang mereka berikan tidak merugikan mereka. Misalnya jika

seorang peneliti melakukan penelitian terkait narkoba, seorang peserta tidak

harus takut paparan otoritas pidana.


40

3. Menghormati Harkat dan Martabat Manusia (respect for human dignity)

Hak untuk pasien memiliki otonomi dan hak dalam membuat

keputusan secara sadar dan dipahami dengan baik, bebas dari paksaan untuk

berpatisipasi atau tidak atatu untuk mengundurkan diri.

Dalam suatu penelitian yang khusus subjek penelitiannya melibatkan

manusia, seorang mempertimbangkan hak-hak subjek untuk mendapatkan

informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki

kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi

dalam kegiatan penelitian. Jika seorang peserta penelitian memutuskan

untuk mengikuti jalannya penelitian, maka peneliti harus mempersiapkan

formulir persetujuan subjek atau yang dikenal dengan lembar “informed

consent” yang isinya terdiri dari :

a. Penjelasan manfaat penelitian.

b. Penjelasan kemungkinan resiko dan ketidaknya.

c. Penjelasan manfaat yang akan didapatnya.

d. Persetujuan peserta dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan

subyek berkaitan dengan prosedur penelitian

e. Persetujuan subyek dapat mengundurkan diri kapan saja

f. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan.

4. Menghormati Privasi dan Kerahasiaan Subyek Penelitian (respect for

privacy and confidentiality)

Semua informasi yang didapatkan dari pasien harus dijaga dengan

sedemikian rupa sehingga informasi individual tertetu tidak bias langsung


41

dikaitkan dengan pasien, da pasien juga harus menjaga kerahasiaan atas

keterlibatannya dalam penelitian ini.

Setelah seorang peneliti mendapatkan semua data yang diinginkan

dari peserta penelitian, selanjutnya peneliti tidak diperbolehkan untuk

menampilkan semua informasi mengenai identitas baik nama maupun

alamat asal subyek dalam kuesioner dan alat ukur apapun untuk menjaga

anonimitas dan kerahasian identitas subyek. Penelitian dapat menggunakan

koding (inisial atau identification number) sebagai pengganti identitas

responden sehingga kerahasiaan peserta penelitian dapat terjaga.

5. Keadilan dan Inklusivitas (respect for justice inclusiveness)

Penanganan yang adil memberikan individual hak yang sama untuk

dipilih atau terlibat tanpa diskriminasi dan pemberian penanganan yang

sama dengan menghormati seluruh persetujuan.

Dalam hal ini yang perlu dilakukan oleh seorang penelitit yaitu

bahwa penelitian dilakukan harus secara jujur, hati-hati, professional,

berperikemanusiaan, dan memperhatikan factor-faktor ketepatan,

kecermatan, intimitas, psikologi serta perasaan religious subyek penelitian

(Pamungkas, 2017).
42

DAFTAR PUSTAKA

Djojodibroto, D. 2014. Respirologi: respiratory medicine. Jakarta: EGC.


Huda, A.N. (2016) Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan
Diagnosis Nanda, NIC, NOC dalam berbagai kasus. Jogjakarta:
Mediaction Publishing.
Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile
2018) http://www.depkes.go.id/resources/dwonload/pusdatin/profil-
kesehatanindonesia/Data-d
Khasanah, Fitri Nur (2017). Asuhan Keperawatan Pada…, ASTRIA EMA
KHARISMA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015. 9-40.
Meadow, Roy. (2015). Notes Pediatrik Edisi 7. Erlangga. Jakarta.
Muttaqin, Arif. (2014). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan, Jakarta, Salemba Medika.
Mansjoer dkk (2017). Pathway-Pneumonia.
Nurarif,& Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosis Medis & NANDA NIC NOC Jilid 3. Jakarta: EGC
Nursalam, (2016), Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 3. Jakarta:
Salemba medika.
Provsulteng., D (2018). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Retrieved
from dinkes sulteng.go,id: http://dinkes.sultengprof.go.id
PPNI, T. Pokja S.D.K.I (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Indikasi dan indikator Diagnosis (Cetakan II). Jakarta.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan (Edisi 1). Jakarta : DPP PPNI.
Pamungkas, R A. (2017). Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : trans info
Rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Sigi (2020)
43

Ryusuke, O. (2017). Tugas Responsi Mendeley. https://ejournal.unisayogya.ac.id


Riskesdas, K. (2018) Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS).
Journal of Physics A: Mathematical and Theoretical, 44(8), 1-200.
https://doi.org/10.1088/1751-8113/44/8/085201
Sander, M. A. 2014. Atlas Berwarna Patologi Anatomi (jilid 1) Edisi Kedua.
Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Sipahutar, Dian Pertiwi (2017), Buku Teori Dan Aplikasi Pengumpulan Data
Kesehatan: Termasuk Biostatika Dasar. Penerbit : Andi Publisher, Jakarta
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI Tahun 2013. Diakses di
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%20.2013.pdf.
Robbins, Stanley LA, Vinay K. 2012. Buku Ajar Patologi Robbins Edisi 7 Vol. 2.
Jakarta: EGC
Robinson & Saputra. 2014. Buku Ajar Visual Nursing (Medica-Bedah). Jilid 1.
Jakarta: Binarupa Aksara Publisher.
Terry & Sharoon, 2013, Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik ed 3, jakarta
Penerbit Buku Kedokteran (EGC)
World Health Organization. Definition and Diagnosis of Pneumonia 2017.

Anda mungkin juga menyukai