Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Dosen Pembimbing Akademik : Ns. Amin Huda Nurarif., S.Kep


Dosen Pembimbing Klinik : Ns. Ika Tanti Ramadhani., S.Kep

Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :
Muja Asmara
P2002040

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


INSTITUTE TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. MASALAH UTAMA
Defisit perawatan diri

B. PROSES TERJADINYA
1. Definisi
Perawatan Diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya,
kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya.
(Depkes, 2000 dalam Wibowo, 2009).
Poter, Perry (2005), dalam Anonim (2009), mengemukakan bahwa
Personal Higiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan
dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Wahit
Iqbal Mubarak (2007), juga mengemukakan bahwa higiene personal
atau kebersihan diri adalah upaya seseorang dalam memelihara
kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperolah kesejahteraan fisik
dan psikologis.
Seseorang yang tidak dapat melakukan perawatan diri dinyatakan
mengalami defisit perawatan diri. Nurjannah (2004), dalam Wibowo
(2009), mengemukakan bahwa Defisit Perawatan Diri adalah gangguan
kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias,
makan, toileting).
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), dalam Anonim (2009),
Kurang Perawatan Diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.
Pasien yang mengalami gangguan jiwa kronik seringkali tidak
memperdulikan perawatan diri. Hal ini menyebabkan pasien dikucilkan
dalam keluarga dan masyarakat (Keliat, 2009).
Klien dengan gangguan jiwa hampir semuanya mengalami defisit
perawatan diri. Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan dan
ketidakberdayaan yang berhubungan dengan keadaannya sehingga
terjadilah defisit perawatan diri (Muslim, 2010).

2. Tanda dan Gejala


Menurut Depkes (2000), dalam Anonim (2009), tanda dan gejala klien
dengan defisit perawatan diri yaitu:
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor
2) Rambut dan kulit kotor
3) Kuku panjang dan kotor
4) Gigi kotor disertai mulut bau
5) Penampilan tidak rapi
b. Psikologi
1) Malas, tidak ada inisiatif
2) Menarik diri, isolasi diri
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
c. Sosial
1) Interaksi kurang
2) Kegiatan kurang
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma
4) Cara makan tidak teratur
5) Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK) di
sembarang tempat
6) Gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri
Selain itu, tanda dan gejala tampak pada pasien yang mengalami
Defisit Perawatan Diri adalah sebagai berikut:
1) Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi
kotor, kulit berdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor
2) Ketidakmampuan berhias/berpakaian, ditandai dengan rambut
acakacakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai,
pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien perempuan
tidak berdandan
3) Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai oleh
kemampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran dan
makan tidak pada tempatnya
4) Ketidak mampuan eliminasi secara mandiri, ditandai dengan
BAB/BAK tidak pada tempatnya, dan tidak membersihkan diri
dengan baik setelah BAB/BAK (Keliat, 2009).
Apabila kondisi ini dibiarkan berlanjut, maka akhirnya dapat juga
menimbulkan penyakit fisik seperti kelaparan dan kurang gizi, sakit
infeksi saluran pencernaan dan pernafasan serta adanya penyakit kulit,
atau timbul penyakit yang lainnya (Harist, 2011).

3. Rentang Respon

a. P
o
l
b.
c.
a. Perawatan diri seimbang : saat pasien mendapatkan stressor dan
mampu untuk berprilaku adaptif maka pola perawatan yang
dilakukan klien seimbang, klien masi melakukan perawatan diri
b. Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak : saat pasien
mendapat stressor kadang-kadang pasien tidak memperhatikan
perawatan dirinya
c. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli
dan tidak bisa melakukan perawatan saat stressor, (Ade, 2011).

4. Penyebab
a. Predisposisi
1) Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan
klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu
2) Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri
3) Kemampuan realitas turun Klien gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian
dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri
4) Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri

b. Presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual,
cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri. (Depkes, 2000,
dalam Anonim, 2009) Sedangkan Tarwoto dan Wartonah (2000),
dalam Anonim(2009), meyatakan bahwa kurangnya perawatan diri
disebabkan oleh :
1) Kelelahan fisik
2) Penurunan kesadaran

5. Sumber Koping
a. Melatih pasien cara perawatan kebersihan diri
b. Melatih pasien berhias/berdandan
c. Melatih pasien makan dengan benar
d. Melatih pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri

6. Mekanisme Koping
Mekanisme koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stressor meliputi status sosialekonomi, keluarga, jaringan
interpersonal, organisasi yang dinaungi oleh lingkungan sosial yang
lebih luas, juga menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stress
interpersonal seperti kesenian, musik, atau tulisan (Stuart and Sundeen,
1998 dalam Lili Kadir, 2018).
7. Pohon Masalah
3. Kebersihan diri tidak adekuat (BAB/BAK,
Isolasi Sosial Effect Makan minum dan berdandan)

Defisit Perawatan Diri Core Problem 1. Defisit perawatan diri

Harga Diri Rendah Causa 2. Menurunnya motivasi dalam perawatan diri

C. Masalah keperawatan yang mungkin muncul


1. Isolasi sosial
2. Defisit perawatan diri
3. Harga Diri Rendah

D. Data yang perlu dikaji


1. Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri adalah
a) Data subjektif
1) Pasien merasa lemah
2) Malas untuk aktivitas
3) Merasa tidak berdaya
b) Data Olbjektif
1) Rambut kotor, acak-acakan
2) Badan dan pakaian kotor dan bau
3) Mulut dan gigi bau
4) Kulit kusam dan kotor
5) Kuku Panjang dan tidak terawat

2. Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri adalah


a) Regresi
b) Penyangkalan
c) Isolasi sosial, menarik diri
d) Intelektualisasi
E. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit perawatan diri berhubungan dengan skizofrenia dan gangguan
psikotik lain.
2. Isolasi sosial berhubungan dengan gangguan psikiatrik (mis.ekspresi
mayor dan skizofrenia)
3. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan psikiatri.

F. Rencana Tindakan Keperawatan


No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
1. Defisit perawatan diri Perawatan diri ( L.11103) Dukungan perawatan diri
berhubungan dengan Setelah dilakukan…..x (l.11348)
skizofrenia dan gangguan pertemuan diharapkan pasien Observasi
psikotik lain mampu memenuhi kriteria 1.1 Identifikasi kebiasaan
hasil: aktivitas perawatan diri
sesuai usia
1. Kemampuan mandi (5) 1.2 Monitor tingkat kemandirian
2. Kemampuan 1.3 Identifikasi kebutuhan alat
mengenakan pakaian (5) bantu kebersihan diri,
3. Kemampuan makan (5) berpakaian, berhias, dan
4. Kemampuan ke toilet makan.
(BAB/BAK) (5) Terapeutik
5. Verbalisasi keinginan 1.4 Sediakan lingkungan yang
melakukan perawatan terapeutik (mis. Suasana
diri (5) hangat, rileks, privasi)
6. Minat melakukan 1.5 Siapkan keperluan pribadi
perawatan diri (5) (mis. Parfum, sikat gigi, dan
7. Mempertahankan sabun mandi)
kebersihan diri (5) 1.6 Dampingi dalam melakukan
8. Memepertahankan perawatan diri sampai
kebersihan mulut (5) mandiri.
1.7 Fasilitasi untuk menerima
Skala Outcome : keadaan ketergantungan
1 : Menurun 1.8 Fasilitasi kemandirian, bantu
2 : Cukup menurun jika tidak mampu melakukan
3 : Sedang perawatan diri
4 : Cukup meningkat 1.9 Jadwalkan rutinitas perawatan
5 : Meningkat diri
Edukasi
1.10 Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan.
2. Isolasi sosial berhubungan Interaksi sosial (L.13115) Promosi Sosialisasi (I.13498)
dengan gangguan Setelah dilakukan…..x Observasi
psikiatrik (mis. Depresi pertemuan diharapkan pasien 2.1 Identifikasi kemampuan
mayor dan skizofrenia) mampu memenuhi kriteria melakukan interaksi dengan
orang lain
hasil: 2.2 Identifikasi hambatan
melakukan interaksi dengan
1. Perasaan nyaman dengan orang lain
situasi sosial (5) Terapeutik
2. Responsif terhadap orang 2.3 Motivasi berpartisipasi dalam
lain (5) aktivitas baru dan kegiatan
3. Minat melakukan kontak kelompokDiskusikan
emosi (5) kekuatan dan keterbatasan
4. Minat melakukan kontak dalam berkomunikasi dengan
fisik (5) orang lain
5. Kontak mata (5) 2.4 Diskusikan perencanaan
6. Kooperatif dalam dimasa depan
bermain dengan sebaya 2.5 Berikan umpan balik positif
(5) pada setiap peningkatan
kemampuan
Skala Outcome : Edukasi
1 : Menurun 2.6 Anjurkan berinteraksi dengan
2 : Cukup menurun orang lain secara beratahap
3 : Sedang 2.7 Anjurkan berbagi
4 : Cukup meningkat pengalaman dengan orang
5 : Meningkat lain
2.8 Latih bermain peran untunk
meningkatkan keterampilan
komunikasi
3. Harga diri rendah Harga diri (L.09069) Promosi Koping (I.09312)
berhubungan dengan Setelah dilakukan…..x Observasi
gangguan psikiatri pertemuan diharapkan pasien 3.1 Identifikasi kemampuan yang
mampu memenuhi kriteria dimiliki
hasil: 3.2 Identifikasi dampak situasi
terhadap peran dan hubungan
1. Perasaan tidak mampu 3.3 Identifikasi kebutuhan dan
melakukan apapun (5) kegiatan terhadap dukungan
2. Meremehkan kemampuan sosial.
(5) Terapeutik
3.4 Gunakan pendekatan yang
Skala Outcome : tenang dan meyakinkan
1 : Meningkat 3.5 Hindari mengambil
2 : Cukup meningkat keputusan saat pasien berada
3 : Sedang di bawah tekanan
4 : Cukup menurun 3.6 Perkenalkan dengan orang
5 : Menurun atau kelompok yang berhasil
mengalami pengalaman sama
Edukasi
3.7 Latih keterampilan sosial,
sesuai kebutuhan
3.8 Latih pengembangan
penilaian obyektif
STRTEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS : klien mengatakan kotor dan bau serta rambut tidak disisir.
DO : klien terlihat kotor dan bau serta rambut tidak disisir.

2. Diagnosa Keperawatan
Defisit Perawatan Diri

3. Tujuan Tindakan Keperawatan


a. Pasien dapat mengetahui pentingnya perawatan diri (Berdandan)
b. Pasien dapat mengetahui cara-cara melakukan perawatan diri
(Berdandan).
c. Pasien dapat melaksanakan perawatan diri (Berdandani) dengan
bantuan perawat
d. Pasien dapat melaksanakan perawatan diri (Berdandan) secara mandiri
e. Pasien mendapatkan dukungan keluarga untuk meningkatkan
perawatan diri (Berdandan)

4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Menjelaskan cara berdandan yang benar
c. Membantu pasien mempraktikkan cara berdandan yang benar dan
memasukkan dalam jadwal.
d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan (latihan fase orientasi, kerja dan
terminasi setiap SP)

SP1 Pasien:
Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri dan
melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri.
Orientasi (salam teraupetik, evaluasi/validasi, kontrak)
“Selamat pagi, kenalkan saya Agung”
”Namanya anda siapa, senang dipanggil siapa?”
”Saya dinas pagi di ruangan ini pk. 07.00-14.00. Selama di rumah sakit ini saya yang akan
merawat T?”
“Dari tadi suster lihat T menggaruk-garuk badannya, gatal ya?”
” Bagaimana kalau kita bicara tentang kebersihan diri ? ”
” Berapa lama kita berbicara ?. 20 menit ya...?. Mau dimana...?. disini aja ya. ”

Kerja
“Berapa kali T mandi dalam sehari? Apakah T sudah mandi hari ini? Menurut T apa
kegunaannya mandi ?Apa alasan T sehingga tidak bisa merawat diri? Menurut T apa
manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak
merawat diri dengan baik seperti apa ya...?, badan gatal, mulut bau, apa lagi...? Kalau kita
tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah apa menurut T yang bisa muncul ?” Betul
ada kudis, kutu...dsb.
“Apa yang T lakukan untuk merawat rambut dan muka? Kapan saja T menyisir rambut?
Bagaimana dengan bedakan? Apa maksud atau tujuan sisiran dan berdandan?”
(Contoh untuk pasien laki-laki)
“Berapa kali T cukuran dalam seminggu? Kapan T cukuran terakhir? Apa gunanya
cukuran? Apa alat-alat yang diperlukan?”. Iya... sebaiknya cukuran 2x perminggu, dan
ada alat cukurnya?”. Nanti bisa minta ke perawat ya
“Berapa kali T makan sehari?
”Apa pula yang dilakukan setelah makan?” Betul, kita harus sikat gigi setelah makan.
“Di mana biasanya T berak/kencing? Bagaimana membersihkannya?”. Iya... kita kencing
dan berak harus di WC, Nach... itu WC di ruangan ini, lalu jangan lupa membersihkan
pakai air dan sabun”.
“Menurut T kalau mandi itu kita harus bagaimana ? Sebelum mandi apa yang perlu kita
persiapkan? Benar sekali..T perlu menyiapkan pakaian ganti, handuk, sikat gigi, shampo
dan sabun serta sisir”.
”Bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi, suster akan membimbing T
melakukannya. Sekarang T siram seluruh tubuh T termasuk rambut lalu ambil shampoo
gosokkan pada kepala T sampai berbusa lalu bilas sampai bersih.. bagus sekali..
Selanjutnya ambil sabun, gosokkan di seluruh tubuh secara merata lalu siram dengan air
sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol.. giginya disikat mulai dari arah atas ke
bawah. Gosok seluruh gigi T mulai dari depan sampai belakang. Bagus, lalu kumur-kumur
sampai bersih. Terakhir siram lagi seluruh tubuh T sampai bersih lalu keringkan dengan
handuk. T bagus sekali melakukannya. Selanjutnya T pakai baju dan sisir rambutnya
dengan baik.”

Terminasi ( evaluasi, rencana tindak lanjut, kontrak pertemuan selanjutnya)


“Bagaimana perasaan T setelah mandi dan mengganti pakaian ? Coba T
sebutkan lagi apa saja cara-cara mandi yang baik yang sudah T lakukan tadi ?”.
”Bagaimana perasaan Tina setelah kita mendiskusikan tentang pentingnya kebersihan diri
tadi ? Sekarang coba Tina ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapi”
”Bagus sekali mau berapa kali T mandi dan sikat gigi...?dua kali pagi dan sore, Mari...kita
masukkan dalam jadual aktivitas harian. Nach... lakukan ya T..., dan beri tanda kalau
sudah dilakukan Spt M ( mandiri ) kalau dilakukan tanpa disuruh, B ( bantuan ) kalau
diingatkan baru dilakukan dan T ( tidak ) tidak melakukani? Baik besok lagi kita latihan
berdandan. Oke?” Pagi-pagi sehabis makan.

SP 2 Pasien : Percakapan saat melatih pasien laki-laki berdandan:


a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Bercukur

ORIENTASI
“Selamat pagi Pak Tono?
“Bagaimana perasaan bpk hari ini? Bagaimana mandinya?”sudah dilakukan? Sudah
ditandai di jadual hariannya?

“Hari ini kita akan latihan berdandan, mau dimana latihannya. Bagaimana kalau di ruang
tamu ? lebih kurang setengah jam”.
KERJA
“Apa yang T lakukan setelah selesai mandi ?”apa T sudah ganti baju?
“Untuk berpakaian, pilihlah pakaian yang bersih dan kering. Berganti pakaian yang bersih
2x/hari. Sekarang coba bapak ganti baju.. Ya, bagus seperti itu”.
“Apakah T menyisir rambut ? Bagaimana cara bersisir ?”Coba kita praktekkan, lihat ke
cermin, bagus…sekali!
“Apakah T suka bercukur ?Berapa hari sekali bercukur ?” betul 2 kali perminggu
“Tampaknya kumis dan janggut bapak sudah panjang. Mari Pak dirapikan ! Ya, Bagus !”
(catatan: janggut dirapihkan bila pasien tidak memelihara janggut)

TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah berdandan”.
“Coba pak, sebutkan cara berdandan yang baik sekali lagi”..
“Selanjutnya bapak setiap hari setelah mandi berdandan dan pakai baju seperti tadi ya!
Mari kita masukan pada jadual kegiatan harian, pagi jam berapa, lalu sore jam berap ?

“Nanti siang kita latihan makan yang baik. Diruang makan bersama
dengan pasien yang lain.

SP 3 Pasien: Percakapan melatih berdandan untuk pasien wanita


a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Berhias

ORIENTASI
“Selamat pagi, bagaimana perasaaan T hari ini ?Bagaimana mandinya?”Sudah di tandai
dijadual harian ?
“Hari ini kita akan latihan berdandan supaya T tampak rapi dan cantik. Mari T kita dekat
cermin dan bawa alat-alatnya( sisir, bedak, lipstik )

KERJA
“ Sudah diganti tadi pakaianya sehabis mandi ? Bagus….! Nach…sekarang disisir
rambutnya yang rapi, bagus…! Apakah T biasa pakai bedak?” coba dibedakin mukanyaT,
yang rata dan tipis. Bagus sekali.” “ T, punya lipstik mari dioles tipis. Nach…coba lihat
dikaca!

TERMINASI
“Bagaimana perasaan T belajar berdandan”
“T jadi tampak segar dan cantik, mari masukkan dalam jadualnya. Kegiatan harian, sama
jamnya dengan mandi. Nanti siang kita latihan makan yang baik di ruang makan bersama
pasien yang lain”.

SP 4 Pasien : Percakapan melatih pasien makan secara mandiri


a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b) Menjelaskan cara makan yang tertib
c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik

ORIENTASI
“Selamat siang T,”
” Wow...masih rapi dech T”.
“Siang ini kita akan latihan bagaimana cara makan yang baik. Kita latihan langsung di
ruang makan ya..!” Mari...itu sudah datang makanan.“

KERJA
“Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun setelah makan? Dimana T makan?”
“Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita praktekkan! “Bagus!
Setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap kita berdoa dulu. Silakan T
yang pimpin!. Bagus..
“Mari kita makan.. saat makan kita harus menyuap makanan satu-satu dengan pelan-pelan.
Ya, Ayo...sayurnya dimakanya.”“Setelah makan kita bereskan piring,dan gelas yang kotor.
Ya betul.. dan kita akhiri dengan cuci tangan. Ya bagus!” Itu Suster Ani sedang bagi obat,
coba...T minta sendiri obatnya.”

TERMINASI
“Bagaimana perasaan T setelah kita makan bersama-sama”.
”Apa saja yang harus kita lakukan pada saat makan, ( cuci tangan, duduk yang baik, ambil
makanan, berdoa, makan yang baik, cuci piring dan gelas, lalu cuci tangan.)”
” Nach... coba T lakukan seperti tadi setiap makan, mau kita masukkan dalam
jadual?.Besok kita ketemu lagi untuk latihan BAB / BAK yang baik, bagaiman kalau jam
10.00 disini saja ya...!”

SP 5 Pasien : Percakapan mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara


mandiri
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

ORIENTASI
“Selamat pagi T ? Bagaimana perasaan T hari ini ?” Baik..! sudah dijalankan jadual
kegiatannya..?”
“Kita akan membicarakan tentang cara berak dan kencing yang baik?
“ Kira-kira 20 menit ya...T. dan dimana kita duduk? Baik disana dech...!

KERJA
Untuk pasien pria:
“Dimana biasanya Tono berak dan kencing?” “Benar Tono, berak atau kencing yang baik
itu di WC/kakus, kamar mandi atau tempat lain yang tertutup dan ada saluran pembuangan
kotorannya. Jadi kita tidak berak/kencing di sembarang tempat ya.....”
“Sekarang, coba Tono jelaskan kepada saya bagaimana cara Tono cebok?”
“Sudah bagus ya Tono, yang perlu diingat saat Tono cebok adalah Tono membersihkan
anus atau kemaluan dengan air yang bersih dan pastikan tidak ada tinja/air kencing yang
masih tersisa di tubuh Tono”. “Setelah Tono selesai cebok, jangan lupa tinja/air kencing
yang ada di kakus/WC dibersihkan. Caranya siram tinja/air kencing tersebut dengan air
secukupnya sampai tinja/air kencing itu tidak tersisa di kakus/ WC. Jika Tono
membersihkan tinja/air kencing seperti ini, berarti Tono ikut mencegah menyebarnya
kuman yang berbahaya yang ada pada kotoran/ air kencing”
“Setelah selesai membersihan tinja/air kencing, Tono perlu merapihkan kembali pakaian
sebelum keluar dari WC/kakus/kamar mandi. Pastikan resleting celana telah tertutup rapi ,
lalu cuci tangan dengan menggunakan sabun.”
Untuk pasien wanita:
“Cara cebok yang bersih setelah T berak yaitu dengan menyiramkan air dari arah depan ke
belakang. Jangan terbalik ya, …… Cara seperti ini berguna untuk mencegah masuknya
kotoran/tinja yang ada di anus ke bagian kemaluan kita”
“Setelah Tono selesai cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada di kakus/WC
dibersihkan. Caranya siram tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya sampai
tinja/air kencing itu tidak tersisa di kakus/ WC. Jika Tono membersihkan tinja/air kencing
seperti ini, berarti Tono ikut mencegah menyebarnya kuman yang berbahaya yang ada
pada kotoran/ air kencing”
“Jangan lupa merapikan kembali pakaian sebelum keluar dari WC/kakus, lalu cuci tangan
dengan menggunakan sabun.”

TERMINASI
“Bagaimana perasaan T setelah kita membicarakan tentang cara berak/kencing yang baik?”
“Coba T jelaskan ulang tentang cara BAB?BAK yang baik.” Bagus...!
“Untuk selanjutnya T bisa melakukan cara-cara yang telah dijelaskan tadi ”.

“ Nach...besok kita ketemu lagi, untuk melihat sudah sejauhmana T bisa melakukan jadual
kegiatannya.
DAFTAR PUSTAKA

Amang Bagas dkk. (2017). Asuhan Keperawatan Jiwa Pasien Dengan Masalah
Defisit Perawatan Diri.
https://samoke2012.files.wordpress.com/2017/03/lpsp-defisit-perawatan-
diri.pdf. Diakses pada tanggal 14 maret 2021
Damaiyanti Mukhripah,dkk. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung: PT
Refika Aditama

Fitria Nita. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
Dan Srategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan(LP dan
SP).Jakarta:Salemba Medika.

Hoesny, Rezkiyah. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan Defisit


Perawatan Diri diakses dari http://repositori.uin-
alauddin.ac.id/3358/1/Rezkiyah%20Hoesny.pdf pada 14 maret 2021

Keliat, Budi Anna. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN


(Basic Course). Jakarta: EGC

Neri, Silvia. (2018). Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan diakses dari


https://www.academia.edu/6822348/STRATEGI_PELAKSANAAN_TIND
AKAN_KEPERAWATAN_SP-
1_Pasien_Defisit_Perawatan_Diri_Pertemuan_Ke-1 pada 14 maret 2021

Purnomo Ade dkk. (2012). Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri (DPD).
http://www.academia.edu/9222718/ASUHAN_KEPERAWATAN_DEFISI
T_PERAWATAN_DIRI_DPD_Disusun_Guna_Memenuhi_Tugas_Blok_Ji
wa_Disusun_oleh. Diakses pada tanggal 14 maret 2021

Stuart, W. Gail. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore: Elsevier

Shinzu, Bekti. (2018). Defisit Perawatan Diri LP SP diakses dari


https://www.academia.edu/35135428/Defisit_Perawatan_Diri_LP_SP pada
14 maret 2021

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai