Anda di halaman 1dari 26

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU NIFAS

TENTANG KOLOSTRUM DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM


PADA BAYI USIA 0 BULAN DI RSIA KARTINI PADALARANG

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Kebidanan

Oleh:

Anggita Novariyanti

314221012

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN (LINTAS JALUR)


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi yang berjudul
“Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Kolostrum
Dengan Pemberian Kolostrum Pada Bayi Usia 0 Bulan Di Rsia Kartini
Padalarang” ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam penulis panjatkan
kepada junjunan Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya dan
mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya.

Penyusunan Skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Gunawan Irianto, dr., M.Kes., M.A.R.S. selaku Ketua Fakultas Ilmu dan
Teknologi Kesehatan Unjani yang telah memberikan panduan dalam
pembuatan Skripsi.
2. Sri Yuniarti, SST., S,Psi. MKM. selaku Ketua Program Studi Kebidanan
(S-1) yang telah memberikan arahan, masukan dan semangat untuk
menyelesaikan Skripsi ini.
3. R. Noucie septriliyana, SST., M.Keb. selaku Pembimbing
Dalam hal ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan
Skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi perbaikan berikutnya. Atas bantuan dari seluruh pihak saya
ucapkan terima kasih.

Cimahi, 20 Oktober 2021

Anggita Novariyanti
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................................

DAFTAR TABEL................................................................................................

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................................
C. Tujuan........................................................................................................
D. Manfaat......................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengetahuan...............................................................................................
1. Pengertian Pengetahuan........................................................................
2. Tingkat Pengetahuan.............................................................................
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan.................................
B. Masa Nifas.................................................................................................
1. Pengertian Masa Nifas..........................................................................
2. Perubahan Fisiologi Masa Nifas...........................................................
C. Air Susu Ibu...............................................................................................
1. Pengertian ASI.....................................................................................
2. Manfaat ASI........................................................................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Metode Penelitian......................................................................................
1. Paradigma Penelitian............................................................................
2. Rancangan Penelitian............................................................................
3. Hipotesis Penelitian..............................................................................
4. Variabel Penelitian................................................................................
5. Definisi Operasional.............................................................................
B. Populasi dan Sampel..................................................................................
1. Populasi.................................................................................................
2. Sampel...................................................................................................
C. Pengumpulan Data.....................................................................................
D. Pengolahan dan Analisis Data...................................................................
E. Etika Penelitian..........................................................................................
F. Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2017 menunjukkan AKN sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup, AKB 24

per 1.000 kelahiran hidup, dan AKABA 32 per 1.000 kelahiran hidup.

Meskipun demikian, angka kematian neonatus, bayi, dan balita diharapkan

akan terus mengalami penurunan. Intervensi-intervensi yang dapat

mendukung kelangsungan hidup anak ditujukan untuk dapat menurunkan

AKN menjadi 10 per 1000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 16 per 1000

kelahiran hidup di tahun 2024. Sementara, sesuai dengan Target

Pembangunan Berkelanjutan, AKABA diharapkan dapat mencapai angka

18,8 per 1000 kelahiran hidup di tahun 2030. (Kemenkes RI, 2020)

Berdasarkan data yang dilaporkan kepada Direktorat Kesehatan

Keluarga pada tahun 2019, dari 29.322 kematian balita, 69% (20.244

kematian) diantaranya terjadi pada masa neonatus. Dari seluruh kematian

neonatus yang dilaporkan, 80% (16.156 kematian) terjadi pada periode

enam hari pertama kehidupan. Sementara, 21% (6.151 kematian) terjadi

pada usia 29 hari – 11 bulan dan 10% (2.927 kematian) terjadi pada usia

12 – 59 bulan. Pada tahun 2019, penyebab kematian neonatal terbanyak

adalah kondisi berat badan lahir rendah (BBLR). Penyebab kematian

lainnya di antaranya asfiksia, kelainan bawaan, sepsis, tetanus

neonatorium, dan lainnya. (Kemenkes RI, 2020)


World Health Organization (WHO) mendefiniskan pemberian

ASI adalah menyusui bayi sedini mungkin dalam satu jam pertama

setelah kelahiran, pemberian kolostrum dan pemberian ASI Eksklusif

hingga 6 bulan pertama dan dilanjutkan hingga usia 2 tahun atau lebih

(Septiani dan Ummami 2020). ASI tidak hanya bergizi, tetapi juga

membantu melindungi bayi dari hampir semua jenis infeksi, dengan

meningkatkan daya tahan tubuhnya. Menurut stadium laktasi, ASI

terbagi menjadi kolostrum, ASI transisi dan ASI matur. Kolostrum

merupakan ASI kental berwarna kuning yang dihasilkan sejak hari

pertama setelah ibu melahirkan (Mustafa dan Suhartatik 2018).

UNICEF dan WHO merekomendasikan para ibu-ibu untuk

menyusui secara eksklusif selama 6 bulan kepada bayinya. ASI merupakan

sumber gizi yang sangat ideal dan seimbang yang diperlukan oleh bayi

terutama pada bulan pertama kehidupan (Turyati dan Siti Nurbaeti 2018).

Salah satu program baik untuk perbaikan gizi bayi atau balita adalah

dengan memberikan ASI eksklusif 6 bulan, sasaran program ini

diharapakan sebanyak 80% ibu menyusui memberikan ASI eksklusif

(Khosidah 2018).

Dari data yang diperoleh dari berbagai sumber bahwa angka

cakupan pemberian ASI kejadian di lapangan masih banyak ibu nifas yang

tidak mengetahui bahwa ASI pertama setelah melewati fase kelahiran bayi
adalah berwarna kuning dan menganggap itu adalah air kotor yang keluar

dari payudara ibu.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian/latar belakang tersebut diatas, maka peneliti membuat

rumusan masalah sebagai berikut. “Apakah ada hubungan antara tingkat

pendidikan dan pengetahuan ibu nifas tentang kolostrum dengan

pemberian kolostrum pada bayi usia 0 bulan, di RSIA Kartini

Padalarang?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan Hubungan tingkat pendidikan dan

pengetahuan ibu nifas tentang kolostrum dengan pemberian kolostrum

pada bayi usia 0 bulan, di RSIA Kartini Padalarang.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran tingkat pendidikan ibu nifas tentang

kolostrum dengan pemberian kolostrum pada bayi usia 0 bulan di

RSIA Kartini Padalarang.

b. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas tentang

kolostrum dengan pemberian kolostrum pada bayi usia 0 bulan di

RSIA Kartini Padalarang.

c. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan

ibu nifas tentang kolostrum dengan pemberian kolostrum pada bayi

0 bulan di RSIA Kartini Padalarang.


D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu

pengetahuan di bidang kesehatan mengenai kolostrum pada ibu nifas

dengan pemberian kolostrum pada bayi 0 bulan.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan hasil penelitian ini menjadi data dasar atau dukungan bagi

RSIA Kartini dalam membuat program peningkatan capaian ASI

pertama yaitu Kolostrum.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu

dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar,

pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo,

2012).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari

pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari

oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mrngungkapkan bahwa

sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri

orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yang disebut AIETA

(Awareness,Interest, Evaluation, Trial, Adaption) yaitu:

a. Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di

sini sikap subjek sudah mulai timbul.


c. Evaluation (menimbang–nimbang) terhadap baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden

sudah lebih baik lagi.

d. Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adaption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus

(Notoatmodjo, 2012).

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan mempunyai enam

tingkatan, yaitu:

a) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan

tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik

dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah.

b) Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu

kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui, dan 30 dapat menginterpretasikan materi tersebut secara

benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus

dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.


c) Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi

real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi

atau penggunaan hukum–hukum, rumus, metode, prinsip, dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen–

komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan

masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat

dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan,

dan sebagainya.

e) Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan

untuk meletakkan atau menghubungkan bagian–bagian di dalam 31

suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis

adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi–formulasi yang ada.

f) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan

untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi

atau objek. Penilaian–penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria

yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria- kriteria yang

ada (Notoatmodjo, 2012).


3. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan menurut

Notoatmodjo (2012) :

a) Faktor Internal

1) Pendidikan

Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan

bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju kepada

kedewasaan. Sedangkan GBHN Indonesia mendefinisikan lain,

bahwa pendidikan sebagai suatu usaha dasar untuk menjadi

kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan

berlangsung seumur hidup.

2) Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan

yang tinggi terhadap sesuatu dengan adanya pengetahuan yang

tinggi didukung minat yang cukup dari seseorang sangatlah

mungkin seseorang tersebut akan berperilaku sesuai dengan apa

yang diharapkan.

3) Pengalaman

Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang

(Azwar, 2014), mengatakan bahwa tidak adanya suatu

pengalaman sama sekali. Suatu objek psikologis cenderung

akan bersikap negatif terhadap objek tersebut untuk menjadi

dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi haruslah


meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih

mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut dalam

situasi yang melibatkan emosi, penghayatan, pengalaman akan

lebih mendalam dan lama membekas.

4) Usia

Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat

berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang

lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum

cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari

pengalaman dan kematangan jiwanya, makin tua seseorang

maka makin kondusif dalam menggunakan koping terhadap

masalah yang dihadapi (Azwar, 2014).

b) Faktor Eksternal

1) Ekonomi Dalam memenuhi kebutuahan primer ataupun

sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik lebih mudah

tercukupi dibanding dengan keluarga dengan status ekonomi

rendah, hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informai

termasuk kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan bahwa

ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang

berbagai hal.
2) Informasi Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan

sebagai pemberitahuan seseorang adanya informasi baru

mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi

terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif

dibawa oleh informasi tersebut apabila arah sikap tertentu.

Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggunakan

kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpengaruh

perubahan perilaku, biasanya digunakan melalui media masa.

3) Kebudayaan/Lingkungan Kebudayaan dimana kita hidup dan

dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan

kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk

selalu menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin

berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap

seseorang.

B. Masa Nifas

1. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas atau puerperium dimulai sejak satu jam setelah

lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.

Pelayanan pascapersalinan harus terselenggara pada masa itu untuk

memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yan meliputi upaya pencegahan,

deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin

terjadi, serta penyediaan program pemberian ASI, cara menjarangkan

kehamilan, imunisasi, serta imunisasi bagi ibu (Saifuddin, 2013).


Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Nanny,

2010).

Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:

a) Puerperium dini, merupakan kepulihan saar ibu diperbolehkan

berdiri dan berjalan.

b) Puerperium intermediate, merupakan kepulihan menyeluruh alat–

alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

c) Remote puerperium, merupakan waktu yang diperlukan untuk

pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil dan waktu

persalinan mempunyai komplikasi.

2. Perubahan Fisiologi Masa Nifas

a) Uterus

Pada uterus terjadi proses involusi. Proses involusi adalah proses

kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil setelah

melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat

kontraksi otot-otot polos uterus (Nanny, 2011).

Tabel 2.1 Tabel Tinggi Fundus dan Berat Uteri Menurut Involusi
Involusi Berat Uterus Tinggi Fundus Uteri
Bayi Lahir 1000 gram Setinggi pusat
Uri Lahir 750 gram 2 jari di bawah pusat
1 Minggu 500 gram Pertengahan pusat dan simfisis
2 minggu 350 gram Tidak Teraba di atas simfisis
6 minggu 50 gram Bertambah Kecil
8 minggu 30 gram Sebesar normal
Sumber : (Nanny,2011)
b) Lochea

Menurut Varney (2010), lochea pada masa nifas dibagi menjadi:

1) Lochea rubra berwarna merah karena mengandung darah. Ini

adalah lochea pertama yang mulai keluar segera setelah

pelahiran dan terus berlanjut selama dua hingga tiga hari

pertama pascapartum. Lochea rubra mengandung darah dan

jaringan desidua.

2) Lochea sanguinolenta yaitu cairan secret yang keluar setelah 3-

7 hari post partum, berwarna merah kekuningan yang berisi

darah dan lendir.

3) Lochea serosa mulai terjadi sebagai bentuk yang lebih pucat

dari lochea rubra, serosa, dan merah muda. Lochea ini berhenti

sekitar tujuh hingga delapan hari kemudian dengan warna

merah muda, kuning, atau putih hingga transisi menjadi lochea

alba. Lochea serosa terutama mengandung cairan serosa,

jaringan desidua, leukosit, dan eritrosit.

4) Lochea alba mulai terjadi sekitar hari ke sepuluh pascapartum

dan hilang sekitar periode dua hingga empat minggu. Warna

lochea alba putih krem dan tertama mengandung leukosit dan

sel desidua.

c) Vagina dan Perineum

Segera setelah pelahiran, vagina tetap terbuka lebar. Setelah satu

hingga dua hari pertama pascapartum, tonus otot vagina kembali,


celah vagina tidak lebar. Sekarang vagina menjadi berdinding

lunak, lebih besar dari biasanya, dan umumnya longgar (Varney,

2010).

d) Payudara

Selama 24 jam pertama setelah terjadinya sekresi lakteal, payudara

tidak jarang mengalami distensi, menjadi padat, dan nodular.

Temuan ini mungkin disertai oleh peningkatan suhu tubuh

sementara. Demam jarang menetap lebih dari 4 hingga 16 jam.

Terapi untuk menopang payudara dengat korset, kompres es, atau

analgesik

e) Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan. Hal ini

disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan

mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong

(Varney, 2010).

f) Perubahan Sistem Perkemihan

Kadang-kadang puerperium mengalami sulit buang air kecil,

karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin saat persalinan

sehingga menimbulkan trauma pada saat puerperium (Varney,

2010)

g) Perubahan Dinding Abdomen

Dinding abdomen lunak setelah pelahiran karena dinding ini

meregang selama kehamilan. Pemisahan otot rektus abdomen pada


peurpera disebut diastasis rekti. Pemeriksaan abdomen

pascapartum dilakukan 2 hari post partum normalnya 2 cm.

Diastasis rekti ini diukur menggunakan lebar jari ketika otot-otot

abdomen kontraksi dan sekali lagi ketika otot-otot tersebut

relaksasi (Varney, 2010).

h) Perubahan Tanda-tanda Vital

Tekanan darah harus dalam keadaan stabil. Suhu turun secara

perlahan, dan stabil pada 24 jam postpartum. Nadi menjadi normal

setelah persalinan (Varney, 2010).

i) Perubahan Sistem Kardiovaskular

Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung

sampai kala III ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan

terjadi pada beberapa hari pertama postpartum dan akan kembali

normal pada akhir minggu ke-3 (Varney, 2010).

j) Perubahan Hematologi

Pada 2-3 hari postpartum, konsentrasi hematokrit menurun sekitar

2% atau lebih. Total kehilangan darah pada saat persalinan dan

nifas kira-kira 700-1500 ml (200 ml hilang pada saat persalinan,

500-800 ml hilang pada minggu pertama postpartum, dan 500 ml

hilang pada saat nifas) (Varney, 2010).

C. Air Susu Ibu

1. Pengertian ASI
Air susu ibu (ASI) adalah air susu yang dihasilkan oleh ibu dan

mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi untuk

pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI eksklusif adalah bayi yang

hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula,

air jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat

seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim selama

6 bulan. ASI merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan protein,

laktose dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar

payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. Komposisi cairan

tersebut mempunyai keseimbangan biokimia yang sangat tepat untuk

pertumbuhan bayi sehingga tidak mungkin ditiru oleh buatan manusia.

ASI berbeda beda dari satu ibu ke ibu lain. Komposisi ASI tidak sama

dari waktu ke waktu karena konsep kerja ASI adalah berdasarkan

stadium laktasi (Sutanto, 2018).

Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu

kolostrum, air susu masa peralihan (masa transisi) dan air susu matur.

Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar

payudara yang mengandung tissue debris dan redual material yang

terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelum dan

segera sesudah melahirkan anak. Kolostrum disekresi dari hari

pertama sampai hari ketiga atau keempat dari masa laktasi yang

komposisinya berubah dari hari ke hari (Sutanto, 2018).


Kolostrum berwarna kekuning kuningan, lebih kental

dibandingkan ASI matur. Kolostrum merupakan suatu laksatif ideal

untuk membersihkan mekonium usus bayi yang baru lahir dan

mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan

selanjutnya. Kolostrum lebih banyak mengandung antibodi

dibandingkan ASI matur yang dapat memberikan perlindungan bagi

bayi sampai 6 bulan pertama kehidupannya. Kolostrum lebih rendah

kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan ASI matur. Total

energi kolostrum 58 kalori/100 ml, ini lebih rendah dari ASI matur.

Vitamin larut lemak lebih tinggi sedangkan vitamin larut dalam air

dapat lebih tinggi atau lebih rendah (Sutanto, 2018).

Kolostrum bila dipanaskan akan menggumpal dan ASI matur

tidak menggumpal. PH lebih alkalis dibandingkan ASI matur. Lemak

kolostrum lebih banyak mengandung kolesterol dan lesitin

dibandingkan ASI matur. Terdapat tripsin inhibitor sehingga hidrolisa

protein didalam usus bayi menjadi kurang sempurna, hal ini akan

menambah kadar antibodi pada bayi. Volume kolostrum berkisar 150-

300 ml/24 jam dan akan meningkat setiap harinya sesuai kebutuhan

bayi berdasarkan hisapannya (Sutanto, 2018).

Air susu masa peralihan (masa transisi) merupakan ASI

peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur. Disekresi hari keempat

sampai kesepuluh dari masa laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat

bahwa ASI matur baru akan terjadi pada minggu ketiga sampai
kelima. Kadar protein semakin rendah sedangkan kadar lemak dan

karbohidrat semakin semakin tinggi. Volume ASI semakin meningkat

(Sutanto, 2018).

Air susu matur yaitu ASI yang disekresi pada hari kesepuluh

dan seterusnya. Komposisinya relative konstan tetapi ada juga yang

mengatakan bahwa 9 minggu ketiga sampai kelima ASI komposisinya

baru stabil. ASI merupakan makanan yang mudah didapat, selalu

tersedia, siap diberikan pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan

temperatur yang sesuai untuk bayi (Sutanto, 2018).

ASI merupakan cairan putih kekuning kuningan, karena

mengandung kasienat, riboflaum dan karotin. ASI tidak menggumpal

bila dipanaskan. Volumenya 300-850 ml/24 jam. Dalam ASI terdapat

anti mikrobakterial faktor, yaitu: antibodi terhadap bakteri dan virus,

cell (phagosyle, granulocyle, macrophag, lymphocycle type T), enzim

(lysozyme, laktoperoxxidese), protein (laktoferrin, B12 ginding

protein), faktor resisten terhadap staphylococcus dan komplesement

(C3 dan C4). Komponen laktosa (karbohidrat) adalah kandungan

utama dalam ASI sebagai sumber energi untuk otak. (Walyani, 2015).

Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit

pertama disebut foremilk. Foremilk lebih encer dan mempunyai

kandungan rendah lemak dan tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan

air. Selanjutnya air susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya

akan lemak dan nutrisi. Hindmilk membuat bayi akan lebih cepat
kenyang. Dengan demikian bayi akan membutuhkan keduanya, baik

foremilk maupun hindmilk. (Walyani, 2015).

2. Manfaat ASI

ASI miliki beberapa keunggulan baik bagi bayi, bagi ibu, bagi

lingkungan, bagi ayah dan bagi keluarga. Menurut Maryunani (2017)

manfaat ASI bagi bayi antara lain: sebagai nutrisi karena mengandung

campuran yang tepat dari berbagai bahan makanan yang baik untuk

bayi, meningkatkan kecerdasan, meningkatkan jalinan kasih sayang

dan meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung antibodi

yang kuat untuk mencegah infeksi dan membuat bayi menjadi kuat.

ASI memiliki keuntungan nutrisi, imunologis dan psikologis

dibandingkan dengan susu bayi komersial dan jenis susu lainnya.

Manfaat ASI bagi bayi menurut penelitian yaitu ASI dapat mencegah

obesitas, diare, infeksi saluran pernafasan, otitis media, asma, diabetes

dan leukimia. ASI mengoptimalkan perkembangan motorik,

intelektual dan emosi. ASI melindungi terhadap gizi kurang. ASI

mengurangi tingkah laku brutal.

Manfaat ASI bagi ibu antara lain membantu ibu memulihkan

diri dari persalinannya, mengurangi jumlah darah yang keluar setelah

melahirkan, membantu kontraksi rahim, kandungan dan perut bagian

bawah juga lebih cepat menyusut kembali ke bentuk normalnya, lebih

cepat pulih ke berat tubuh sebelum hamil, mengurangi kemungkinan

terjadinya kehamilan, mengurangi kemungkinan menderita


osteoporosis (keropos tulang), mengurangi kemungkinan terkena

kanker indung telur dan kangker payudara. Aspek KB dapat terjadi

sekitar 98% bila ASI eksklusif diberikan. Aspek psikologis, ibu

merasa dibutuhkan. Pemberian ASI adalah cara yang penting bagi ibu

untuk mencurahkan kasih sayangnya pada bayi dan membuat bayi

merasa nyaman (Maryunani, 2017).

Pemberian ASI bisa mengurangi pemborosan bahan bakar,

mengurangi penebangan pohon guna membuka lahan untuk

memelihara sapi perah dan mengurangi sampah botol dan kaleng susu

yang dibuang. Pemberian ASI bagi ayah dapat memiliki istri dan anak

yang sehat, cukup beristirahat pada malam hari dan tidak banyak yang

harus dipersiapkan serta dapat melakukan penghematan. Pemberian

ASI sangat bermanfaat dari aspek ekonomi, aspek kemudahan dan

aspek psikologis bagi keluarga (Maryunani, 2017).

Prinsip pemberian ASI antara lain susui bayi segera dalam 30-60

menit setelah lahir, semakin sering menyusui maka semakin banyak

ASI keluar, produksi ASI sama dengan on demand supplai, pemberian

makanan dan minuman lain akan mengurangi jumlah ASI. Ibu perlu

mengetahui cara menyusui yang benar agar dapat menyusui dan

memiliki ASI yang banyak. Proses laktasi tidak berdiri sendiri tetapi

merupakan bagian dari kebutuhan seorang wanita dimana

keberhasilannya tergantung dari berbagai faktor, antara lain sosial

budaya, ekonomi, kebijakan rumah sakit, keadaan ibu, bayi dan


keluarga, kelompok ibu, lembaga diluar pemerintah dan pemerintah

(Maryunani, 2017)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Kegiatan penelitian yang akan dilakukan adalah

2. Rancangan Penelitian

3. Hipotesis Penelitian

4. Variabel Penelitian

Variabel independen adalah

5. Definisi Operasional

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

2. Sampel

C. Pengumpulan Data

D. Pengolahan dan Analisis Data

E. Etika Penelitian

F. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian
Tempat dilaksanakannya penelitian ini di RSIA Kartini Padalarang Jln.

Letkol G.A Manulang No. 46 Padalarang, Kabupaten Bandung Barat .

2. Waktu Penelitian

Penelitian sementara dilakukan pada tanggal 18 Oktober 2021


DAFTAR PUSTAKA

Anik Maryunani. (2017). Inisiasi Menyusu Dini, Asi Eksklusif dan Manajemen
Laktasi

Khosidah, Amik. 2018. “Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian


Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir Di Puskesmas Baturaden Kabupaten
Banyumas Tahun 2016.” J Ilmu Keperawatan dan Kebidanan 9(1): 75.

Mustafa, Mardiana, and Suhartatik. 2018. “Hubungan Antara Pengetahuan Dan


Sikap Ibu Nifas Dengan Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir Di
RSKD Ibu Dan Anak Pertiwi Makassar.” Media Keperawatan: Politeknik
Kesehatan Makassar 9(1): 11.

Nanny, Vivian. 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Notoatmodjo, S. (2012) Pendidikan dan Perilaku Kesehatan . Jakarta: Rineka


Cipta.
Prawirohardjo, Sarwono. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka

Saifudin, 2013. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan


Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.

Septiani, Minda, Liza Ummami. 2020. “Faktor-Faktor Yang Memengaruhi


Pemberian Kolostrum Pada Bayi Di Bpm Nurhayati, S. Sit Kecamatan
Peusangan Kabupaten Bireuen.” Journal of Healthcare Technology and
Medicine 6(1): 430–40.

Sutanto, A. V. 2018. A. K. N. dan M. T. dalam P. K. Y. : P. B. P. (2018) ‘Asuhan


Kebidanan Nifas dan Menyusui Teori dalam Praktik Kebidanan’, Journal of
Chemical Information and Modeling.

Turyati, Turyati, and Tayong Siti Nurbaeti. 2018. “Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Status Gizi Anak Balita Di Desa Loyang Wilayah Kerja
Puskesmas Cikedung Kabupaten Indramayu Tahun 2018.” Afiasi : Jurnal
Kesehatan Masyarakat 3(3): 111–19.

Walyani. (2015). Perawatan kehamilan & menyusui anak pertama agar bayi lahir
dan tumbuh sehat. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Anda mungkin juga menyukai