NPM : 1610631180154
Kelas : IP 2E
Pada awal tahun 1970 para mahasiswa kembali mulai turun ke jalan, mereka
melakukan demonstrasi dan menempel poster-poster di berbagai sudut kota Jakarta,
demonstrasi ini dilakukan sebagai bentuk protes mahasiswa terhadap budaya korupsi
dikalangan pejabat tinggi pemerintahan Orde Baru
Aksi mahasiswa ini merupakan kelanjutan dari aksi mereka tahun 1967, ketika itu
pemuda dan mahasiswa membentuk Komite Anti Korupsi (KAK), sebagai wujud keprihatinan
atas prilaku korup dan monopoli kalangan militer yang menguasai beberapa BUMN.
Presiden Soeharto sendiri pada saat itu cepat bereaksi dengan mengeluarkan
pernyataan bahwa dirinya akan memperhatikan tuntutan pemuda dan mahasiswa. Pemerintah
kemudian membentuk Tim Pemberantasan Korupsi (TPK) pada Desember 1967.
Namun sejarah membuktikan TPK ini tidak aktif bekerja, terdapat beberapa sebab
yang melatarbelakangi ketidakefektifan TPK : (1) Perilaku korupsi telah begitu melembaga di
dalam tubuh pemerintahan Orde Baru, sehingga memang sulit bagi sebuah tim seperti TPK
untuk mengkikis habis perilaku tersebut, (2) Dalam kasus awal Orde Baru, korupsi telah
terlegalisasi melalui praktik-praktik mismanagement birokrasi, sehingga tanpa
menyentuhperombakan dalam kinerja birokrasi, akan sulit memberantas korupsi. (3)
Kecenderungan penindakan serius hanya dilakukan terhadap kasus-kasus kecil yang kurang
signifikan, sementara kasus-kasus besar justru tidak tersentuh. (4) TPK sendiri memiliki
keterbatasan struktural, dalam arti tidak disiapkan sebagai sebuah badan yang memiliki
kewenangan yang besar, terlebih jika harus berhadapan dengan aparatur militer, sebagai
pelaku yang harus ditindaknya.
Dengan tidak efektifnya TPK, maka gelombang protes mahasiswa dan pers terus
berlanjut, pada akhirnya Presiden Soeharto kembali merespon dengan membentuk Komisi IV
di awal Februari 1970. Namun sama dengan permasalahan yang dimiliki TPK, komisi ini pun
kemudian tidak efektif dalam menjalankan tugasnya dalam pemberantasan korupsi. Dengan
kondisi tersebut dapat dimengerti, apabila gerakan-gerakan protes mahasiswa terus meluas
yang tidak hanya terjadi di Jakarta, tetapi merebak di kota-kota besar lainnya.
II. Munculnya Gerakan Golput
Gerakan golput dideklarasikan pada tanggal 28 Mei 1971, gerakan ini dalam
penjelasannya, menyebutkan bahwa golput bukanlah suatu organisasi yang melakukan
gerakan-gerakan di luar hukum, karena tujuan dari gerakan ini ialah menguatkan ketaatan
kepada hukum. Dengan melakukan protes di dalam batas-batas hukum yang ada, gerakan ini
merupakan gerakan kultural, dalam arti yang diperjuangkan bukanlah kekuasaan politik,
melainkan suatu tradisi kritis dalam bermasyarakat dimana hak-hak asasi terlindungi dari
kesewenang-wenangan kekuasaan politik. Golput mengajurkan kepada masyarakat
menghadapai Pemilu 1971 menjadi penonton yang baik saja tidak turut berpartisipasi sebagai
pemilih.
III. Mahasiswa Anti Modal Asing
Bagi mahasiswa bantuan modal dan investasi asing seharunya diletakan sebagai unsur
pelangkap pembangunan, bukan sebagai unsur yang utama, tetapi ternyata pemerintah Orde
Baru menjadikan bantuan dan investasi asing ini sebagai fondasi utama, alasannya dengan
bantuan modal dan investasi asing akan mempercepat laju pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi Indonesia.
Bahkan menurut koran Mahasiswa Indonesia bantuan modal yang diberikan secara
bertahap ke Indonesia, seringkali dikaitkan dengan pemberian syarat dan kontrol dari negara-
negara pendonor. Karena syarat dan kontrol tersebut biasanya harus sesuai dengan
kepentingan negara pemberi pinjam. Melalui harian Mahasiswa Indonesia No.386 November
1973, mahasiswa menuduh para investor asing mempunyai tujuan menjadikan Indonesia
sebagai negara sumber bahan mentah yang murah serta pasar potensial. Mahasiswa mulai
menganggap bantuan dan investasi asing bertujuan membuat Indonesia berada di bawah
kendali dan pengawasan pihak luar, mereka menyebutnya sebagai bentuk kolonialisasi baru di
bidang ekonomi. Kemudian harian Mahasiswa Indonesia memberikan contoh, bahwa bantuan
modal hanya menguntungkan para kapitalis asing saja. Bantuan modal asing menurut
mahasiswa bukan saja dianggap tidak menguntungkan, bahkan bisa memberikan jalan bagi
tindakan korupsi di aparatur negara.
Selain itu golongan etnis Cina seringkali menjadi penikmat pertama dari bantuan asing
berkat kepandaian mereka dalam melakukan pendekatan-pendekatan, mereka lebih mudah
mendapatkan kepercayaan dari para pejabat tinggi militer, di samping itu para penanam modal
asing lebih suka pada orang Cina untuk dijadikan mitra usaha dibandingkan kalangan pribumi.
Bagi mahasiswa keadaan seperti itu mengakibatkan kian terancamnya eksistensi sektor
swasta pribumi, karena pengusaha pribumi harus bersaing dalam persaingan pasar tidak
sempurna, mereka harus berhadapan dengan pengusaha keturunan Cina yang sepenuhnya di
dukung oleh negara dan kekuatan kapitalis internasional.
Sebagai salah satu kelompok elit ada dua karakteristik yang dimiliki oleh Mahasiswa,
Pertama, mahasiswa termasuk dalam kelas intelektual, ciri khas dari kaum intelektual adalah
sifatnya yang kritis, karena ia hidup dalam dunia ide. Padahal dunia ide tidak pernah identik
dengan dunia nyata, sehingga kaum intelektual selalu melihat adanya kekurangan dalam dunia
nyata dan selalu berhasrat mengkritik dunia nyata, mereka selalu menghendaki perubahan-
perubahan dalam dunia nyata ke arah yang sesuai dengan harapan-harapan dunia ide. Dengan
demikian tingkah laku kritis sebenarnya merupakan ciri yang hakiki dari tingkah laku
intelektual. Kedua, mahasiswa merupakan usia yang masih muda, pada usia muda seseorang
memiliki vitalitas dan dinamika hidup yang tinggi, dalam usia muda mereka menemukan tema
sentral kesadaran dan prilaku pada umumnya menginginkan kebebasan mutlak melawan setiap
ikatan norma sosial konvensional dari pihak lain.
Mahasiswa dituntut melaksanakan peran serta fungsinya sebagai kaum intelektual,
salah satu fungsi utama yang harus dimiliki oleh mahasiswa adalah mempengaruhi terjadinya
perubahan sosial kearah yang lebih baik.
Ideologi penggerak gerakan mahasiswa 1974 ialah sentimen rasa nasionalisme, mereka
melihat dominasi modal asing akan membahayakan kemandirian bangsa Indonesia kedepan,
ramalan Hariman ini sekarang terbukti, beberapa perusahaan korporasi internasional dengan
seenaknya melakukan eksplorasi dan ekspolitasi kekayaan sumber daya alam yang kita miliki,
tanpa disertai pembagaian prosentase yang adil menguntungkan bangsa Indonesia.
Generasi mahasiswa 1974 dianggap berhasil dalam membangun aliansi dengan
berbagai pihak yang memiliki pandangan yang sama dengan mereka, sehingga daya dobrak
dan dukungan terhadap isu yang mereka angkat mendapat apresiasi yang begitu luas dari
masyarakat yang memperkuat gerakan protes mahasiswa, meskipun gaung mereka hanya
membesar di Pulau Jawa, tetapi dampak politik yang dihasilkannya sangat besar mampu
mempengaruhi kebijakan pemerintah Orde Baru.