B.G. Peters (1993) mendefinisikan policy sebagai … the sum of government activities, whether acting
directly or through agents, as it has an influence on the lives of citicens.
Titmuss (1974) mendefinisikan kebijakan sebagai prinsip-prinsip yang mengatur tindakan yang
diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu. Kebijakan berorientasi pada masalah (problem oriented) dan
pada tindakan (action oriented).
PA is finding out what government do, why they do it, and what diffrence it makes ---- the description
and explanation of the causes and the consequences of government activity (Dye, 1976).
2
Pergeseran Paradigma dalam KP
3
Dari sejarahnya public policy bukanlah menjadi fokus sentral/utama dari ilmu
politik. Pada waktu itu fokus sentralnya adalah pada institusi dan struktur
pemerintahan, serta perilaku politik (pandangan para politikus traditionalist).
Aliran ilmu politik modern memusatkan terutama perhatiannya pada proses dan
prilaku dari pemerintah.
Saat ini para ahli ilmu politik telah mengalihkan perhatiannya pada public policy --
- deskripsi dan penjelasan dari sebab-sebab dan konsekuensi-konsekuensi dari
tindakan pemerintah.
4
• Public Policy, Social Policy dan Pembangunan
• Kebijakan dan pembangunan adalah dua konsep yang saling ber
kaitan satu sama lain seperti mata uang yang mempunyai dua muka.
Pembangunan adalah suatu proses peningkatan kualitas hidup
manusia dimana dalam pembangunan tersebut kebijakan adalah
landasan operasionalnya.
Kebijakan merupakan kerangka kerja pembangunan yang menjadi
pedoman dalam pengimplementasian tujuan-tujuan pembangunan
kedalam berbagai program dan proyek (Suharto, 2005).
Pembangunan memuat berbagai aspek seperti aspek ekonomi,
teknologi, budaya, sosial, lingkungan, dll.
Pembangunan : Konsep pembangunan yang ada selama ini -- usang.
Kini konsep pembangunan itu sudah bersifat menyeluruh dan menjadi
pembangunan yang seutuhnya (integrated) ------- kebijakan pun
menjadi kebijakan pembangunan yang utuh (integrated).
Untuk dapat melihat bagaimana kedudukan policy itu dalam kerangka
organisasi/manajemen, dapat dilihat pada bagan berikut ini :
5
Planning (the hierarchy of organizational plans)
Goals
Strategic Plans
Operational plans
Programs Policies
Projects SOP
Budgets Rules
6
• Hubungan antara Kebijakan dan Perencanaan
• Jika dilihat dari bagan Perencanaan diatas, maka Kebijakan (policy) merupakan bagian
dari Perencanaan. Suharto (2005) membuat bagan hubungan antara Kebijakan Sosial dan
Perencanaan Sosial sbb.:
• 1. Pola Kebijakan Sosial sebagai Rencana Induk;
• 2. Pola Perencanaan Sosial sebagai Rencana Induk.
Program So-
sial
Program
Sosial
• Adv K berhubungan dengan anjuran kepada pemerintah tentang apa yang sebaiknya
harus dilakukan dan kegiatan ini dapat dilakukan melalui diskusi, persuasi, atau aktivitas
politik.
8
• Tahap-tahap kebijakan publik adalah sbb.:
• 1. Penyusunan Agenda;
• 2. Formulasi Kebijakan;
• 3. Adopsi Kebijakan;
• 4. Implementasi Kebijakan;
• 5. Evaluasi Kebijakan.
• The Policy Agenda
• Anderson (1984) menyatakan bahwa :
• …to achieve agenda status, a public problem must be converted into an issue.
• Eyestone berkomentar : An issue arises when a public with a problem seeks or demands
governmental action, and there is public disagreement over the best solution to the problem.
• Public problems are those that have abroad effect, including cosequences for
persons not directly involved.
• There will be a number of policy agendas in a political system.
• Cobb and Elder identify two basic types of agendas :
• 1. The systemic agenda; --- is essentially a discussion agenda;
• 2. The institution or governmental agenda : --- is composed of those problems to which public officials feel
• obliged to give serious and active attention.
• a. old items, --- are those that appear with some regularity on agendas i.e. budget allocations;
• b. new items --- are genereted by particular situations or events, such as a foreign policy crisis.
• Of course, problems that reach the agenda as new items may,mover time, be
coverted into old items : enviromental pollution.
9
• The Agenda Formation Process
Private
Public Issue
Problem
Problem
Institutional Systemic
Agenda Agenda
10
• The Formulation of Policy Proposals
• Policy Formulation (PF) merupakan penerimaan usul untuk melakukan tindakan-
tindakan guna mengatasi masalah-maslah yang dihadapi publik. PF tidaklah
selamanya berbentuk usulan undang-undang, Perda, Peraturan/Keputusan
Kepala Daerah atau SKPD tapi dapat juga tidak mengambil keputusan sama
sekali dan membiarkan masalah itu selesai dengan sendirinya.
• Who is involved in the development of policy proposals?
• - Executive, Legilative, Judicative , Special study groups or Advisory
commissions and interest group.
• PF dapat berbentuk :
• a. Umum, luas atau pedoman kegiatan (What kind of national health insurance
system shall we have?);
• b. Peraturan pelaksanaan.
• Making Policy Decisions
• Memutuskan kebijakan menyangkut kegiatan-kegiatan beberapa pejabat atau
organisasi untuk menyetujui, merubah, ataupun menolak dari suatu alternatif
kebijakan yang diusulkan.
• Decision criteria (DC)
• DC dapat dipelajari sebagai proses individu maupun kolektif.
11
• A number of criteria that may influence policy choice :
• - Values;
• - Political Party Affiliatian;
• - Constituency Interests;
• - Public Opinion;
• - Decision Rules --- the rule of stare decisis --- let the precedents stand.
12
• Agenda Setting --- Kent Buse dkk.
Key terms :
Agenda setting : Process by which certain issues come onto the policy
agenda from the much larger number of issues potentially worthy of
attention by policy makers.
Policy agenda : Lists of issues to which an organization is giving serious
attention at any one time with a view to taking some sort of action.
. Problem stream : Indicators of the scale and significance of an issue which
give it visibility.
Policy stream : The set of possible policy solutions or alternatives
developed by experts, politicians, bureaucrats and interest groups, together
with the activities of those interested in these options (e.g. debates between
researchers).
Politics stream : Political events such as shifts in the national mood or
public opinion, elections and changes in government, social uprisings,
demonstrations and campaigns by interest groups.
Policy windows : Points in time when the opportunity arises for an issue to
come onto the policy agenda and be taken seriously with a view to action.
13
• There are two of most prominent and widely used of theoritical models of
agenda setting :
• a. The Hall model :
• 1. Legitimacy;
• 2. Feasibility;
• 3. Support.
• Legitimacy : is a charactrisric of issues with which governments believe they
should be concerned and in which they have a right or even obligation to
intervene.
• Feasibility : refers to the potential for implementing the policy.
• Support : refers to the elusive but important issue of public support for
government, at least in relation to the issue in question.
No change
Action
16
• The Implementation of Policy
• Setelah tahap adopsi dari legislatif selesai dilakukan maka terbentuklah Kbjkn
Pblk. Tetapi juga hrs diingat walaupun ia sdh dibuat, didalam pelaksanaannya
baik isi maupun akibatnya (impact) dapat disempurnakan.
• Who implements public policy?
• a. a complex system of administrative agencies;
• b. the legislature;
• c. the courts;
• d. pressure groups;
• e. community organizations;
17
• Kategori PP lainnya adalah sbb. :
• a. Substantive or Procedural Policy;
• b. Distributive, Regulatory, Self-Regulatory, or Redistributive;
• c. Material or Symbolic Policy;
• d. Collective (indivisible) Goods and Private (divisible) Goods.
• Techniques of Control
• Setiap PP itu sebenarnya sdh memuat didalamnya unsur Pengawasan/Control yg
didlm implementasinya sdh hrs dijalankan.
• Beberapa tehnik pengawasan dalam implementasi PP :
• a. Noncoercive forms of action;
• b. Inspection;
• c. Licensing;
• d. Loans, Subsidies,and benefits;
• e. Contracts;
• f. General Expenditures;
• g. Market and Proprietary Operations;
• h. Taxation;
• i. Directive Power;
• j. Informal Procedures;
• k. Sanctions.
18
• Policy Impact, Evaluation, and Change
• Policy Evaluation adalah menyangkut dgn estimasi, penilaian atau appraisal dari
suatu kebijakan yang mencakup aspek isinya, implementasinya serta akibatnya.
• Sebagai suatu kegiatan fungsional Evaluasi Kbjn itu berlangsung selama Kbjn itu
berjalan jadi bukan saja apa akhir kegiatan.
• Beberapa pendekatan dalam Evaluasi Kbjkn. :
• 1. Kecendrungan menilai berdasarkan ideologi, partisan self-interest serta kriteria
lainnnya dari Policy-makers, and Administrators;
• 2. Penilaian disini ditekankan pada operasi dari pelaksanaan kebijakan atau
program yang khusus. Pertanyaan yang dapat timbul a.l. : Apakah program
dilaksanakan dengan jujur? Bagaimana pembiayaannya? Siapa yang menerima
manfaat serta berapa besar jumlahnya? Apakah program-program yang ada,
tidak overlap? Bagaimana aspek hukum dan prosedurnya?
• Catatan :
• Pendekatan I dan II memberikan feedback informasiyang terbatas ttg. Societal
effects of aprogram.
• 3. Systematic Evaluation (SE). SE directs attention to the effects a policy has on
the public need or problem to which it is directed.
19
• Model dan Pendekatan dalam Analisis KP
James E. Anderson dalam bukunya Public Policy Making (1984) menjelaskan
beberapa pendekatan dalam AK al.:
• 1. Teori Sistem Politik;
• 2. Group Theory;
• 3. Elit Theory;
• 4. Institutionalism.
• Lester dan Stewart dalam bukunya Winarno (2007) menjelaskan ada dua model
yang tepat untuk melakukan AK :
• 1. Model Elitis. Model ini mendasarkan pada sitem otoriter dalam pemerintahan.
• 2. Model Pluralis. Pelaksanaan penetapan dan AK Publik didasarkan pada sistem
• demokrasi. Ia adalah kebalikan dari model elitis.
• Pendekatan dalam AKP :
• 1. Pendekatan Kelompok; 8. Pendekatan Proses;
• 2. Pendekatan proses Fungsional; 9. Pendekatan Substantif;
• 3. Pendekatan Kelembagaan; 10.Pendekatan Logikal-Positivist;
• 4. Pendekatan peran serta warganya; 11.Pendekatan Partisipatori;
• 5. Pendekatan Psikologis; 12.Pendekatan Normatif atau Preskriptif
• 6. Pendekatan Ekonometrik; 13.Pendekatan Historis.
20
• 7. Pendekatan Ideologik;
• Masalah Publik
feedback
22
• 4. Model Rasional Komprehensif;
• 5. Model Kepuasan;
• 6. Model Incremental (Penambahan);
• 7. Model Mixed Scanning;
• 8. Model Kualitatif Optimal.
• Tahap-tahap dalam perumusan kebijakan :
• 1. Defining Problem (perumusan masalah);
• 2. Agenda Kebijakan;
• 3. Pemilihan alternatif kebijakan untuk memecahkan masalah;
• 4. Tahap penetapan kebijakan.
• Aktor-aktor dalam penetapan kebijakan :
• 1. Eksekutif; Para pemeran tidak resmi dalam perumusan kebijakan :
• 2. Legislatif; 4. Kelompok-kelompok Kepentingan
• 3. Yudikatif; 5. Parpol; dan 6. Warganegara individu.
• Nilai-nilai yang berpengaruh dalam pembuatan keputusan :
• 1. Nilai-nilai Politik; 4. Nilai-nilai Kebijakan;
• 2. Nilai-nilai Organisasi; 5. Nilai-nilai Ideologi.
• 3. Nilai-nilai Pribadi;
• Konteks Perumusan Kebijakan Publik :
• 1. Budaya Politik;
• 2. Kondisi Sosial Ekonomi;
• 23
• Policy Implementation
• Once the legislative adoption stage of the policy process has been completed, we
can begin to refer to something called public policy.
• It must be kept in mind, however, that the content of policy, and its impact on
those affected, may be substantially modified, elaborated, or even negated during
the implementation stage (Anderson, 1984 : 78).
• There are 5 aspects of public policy :
• 1. The budgetary process,
• 2. Participants in policy implementation;
• 3. The nature of the administrative process;
• 4. Compliance with public policy;
• 5. The effect of implementation on policy content and impact.
• Public Policy (PP) atau Kebijakan Publik (KP)
• Dalam bukunya Kebijakan Publik untuk Negara-Negara Berkembang Riant
Nugroho D. (2006 : 30-31) menjelaskan pengklompokan kebijakan publik itu sbb.:
• 1. KP yang bersifat makro/ umum (UU No. 10/ 2004 pasal 7):
• a. UUD RI 1945;
• b. UU/ Pert. Pem. Pengganti UU;
• c. Peraturan Presiden;
• d. Perturan Daerah.
24
• 2. KP yang bersifat meso atau menengah : Peraturan Menteri, Surat Edaran Menteri,
Peraturan Gubernur, Bupati. Wali Kota.
• 3. KP yang bersifat mikro adalah kebijakan yang mengatur pelaksanaan atau
implementasi dari kebijakan diatasnya : peraturan yang dikeluarkan oleh aparat
dibawah Menteri, Gubernur, Bupati, Walikota.
• Selanjutnya Riant N menjelaskan bahwa bentuk KP dapat berupa :
• 1. Peraturan perundang-undangan yang terkodifikasi secara formal dan legal;
• 2. Pernyataan pejabat publik.
25
• Techniques of Control (T of C):
• All public policies, whether labelled promotional, regulatory, prohibitive,
redistributive, or whatever, contain an element of control.
• An important component of public policies is the control techniques by which they
are to be implemented.
• T of C :
• 1. Noncoercive Forms of Action;
• 2. Inspection;
• 3. Licensing;
• 4. Loans, Subsidies, and Benefits;
• 5. Contracts;
• 6. General Expenditures;
• 7. Market and Proprietary Operations;
• 8. Taxation;
• 9. Directive Power;
• 10. Informal Procedures;
• 11. Sanctions.
26
• Policy Implementation (Kent Buse, Nicolas Mays, Gill Walt )
• Implementation didefinisikan (DeLeon 1999) sebagai apa yang terjadi antara
policy expectations dengan policy results.
• Sampai thn 1970 umumnya para ahli kebijakan menfokuskan perhatinnya pada
agenda setting, policy formulation dan decision making dari proses kebijakan.
• Pada perkembangan selanjutnya akibat seringnya timbul gap antara apa yang
telah direncanakan dengan hasil yang dicapai dari suatu kebijakan,
menyebabkan para ahli kebjakan mulai memfokuskan perhatikannya pada
implenetasi.
• Policy implementation adalah suatu proses untuk mewujudkan policy menjadi
kenyataan.
• Model-model dalam implementasi kebijakan :
• 1. Top-down approaches.
• Menurut pengikut model ini proses kebijakan itu sebagai suatu urutan kegiatan
yg berjalan secara linear dan didalamnya terdapat suatu pembagian yg jelas
antara policy formulation dengan policy execution.
• Model ini muncul untuk menghilangkan gap antara aspirasi dengan kenyataan.
• Kajian yg dilakukan bersifat empiris tetapi menjurus pada konklusi yg
prescriptive.
27
• Menurut Pressman dan Wildavsky (1984), kunci utk efektifnya implementasi
kebijakan terletak pd kemampuan untuk membentuk suatu sistem yg dapat
menjamin kesesuaian antara penetapan tujuan dgn kegiatan-kegiatan yang
dilakukan untuk mencapainya.
• Ada 6 kondisi yg hrs ada agar model ini efektif (Sabatier dan Mazmanian 1979) :
• a. Tujuan hrs jelas dan logis;
• b. Kausalitas yg jelas antara kegiatan2 yg dilaksanakan dgn hasil yg diharapkan;
• c. Proses implementasi disusun utk meningkatkan kesesuaian dgn pelaksana;
• d. Adanya komitmen dan ketrampilan dari pelaksana pengimplementasi
kebijakan;
• e. Adanya dukungan dari anggota dewan dan interest groups;
• f. Tidak ada perubahan dalam kondisi sosial ekonomi yg dpt mengurangi
dukungan politik.
Kritik utama thdp pendekatan Top-Down :
a. Menekan pada perspective central decision makers dan mengabaikan peran
dari aktor lainnya (NGO, Ikatan Profesi, Sektor Swasta) serta kotribusi dari
penjenjangan lainnya( pelaksana) dalam proses implementasi;
b. Sbg suatu pendekatan analitik, adalah berisiko utk mengestimasi berlebihan
atas impak dari tindakan pemerintah atas suatu masalah vs faktor2 lain.
28
• c. Adalah sukar utk mengaplikasikan dlm suatu situasi dimana tidak ada sutu
kebijakan yg dominan, atau suatu Badan yg terlibat – dalam kenyataannya
terdapat banyak kebijakan dan berbagai badan yang terlibat;
• d. Sulit utk mendapatkan prekondisi bagi kesuksesan implementasi yg diciptakan
oleh pimpinan top-downers;
• e. Begitu policy diterapkan kemudian terjadi perubahan didalam pelaksanaanya,
sehingga policy itu efektif;
• f. Perubahan lingkungan tidak diperhatikan didalam menyusun policy.
• 2. Bottom-up Approaches
• melihat dari proses implementasi bahwa para implementer selalu memainkan
peranan/ fungsi yang penting dalam implementasi kebijakan dengan memberikan
masukan dalam menyempurnakan sistem.
• Lipsky (1980) menamakan mereka dengan ‘street-level bureaucrats’ > yg dpt
terdiri dari : para pejabat dilini terdepan dlm memberikan pelayanan publik,
pekerja sosial, guru, dokter, perawat dll.
29
• Pendekatan Top-down and Botton-up dlm implementasi kebijakan
• ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
• I Top-down apprch Bottom-up apprch
• ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
• Initial focus Keputusan Pem Pusat Aktor2 lokal, dan jaringan kerja
• Identification of major Dari atas kebawah dan di- Dari bawah keatas, baik pemerintah mau-
• actors mulai dari pemerintah pun non government
• View of policy process Umumnya bersifat rasional, di- Proses interaktif menyangkut pembuat
• mulai dr identifikasi mslh lalu ke- kbjkn dgn implementer dari berbagai bgn
• formulasi kbjkn pd level atas lalu dan level pem.an dan pihak lainnya - dlm
• keimplementasi pd level bawah mana kbjkn dpt berubah dlm pelaksanaan
• Evaluative criteria Tercapainya tujuan2 formal dgn Ada kemungkinan proses kebijakan mem-
• mengenyampingkan konsekwen- perhatikan pengaruh2 lokal
• si yg tdk diinginkan
31
• Menyatukan perspektif Top-down dgn Bottom-up
• Linder dan Peters (1989) mengidentifikasi faktor2 kritis dlm implementasi kbjkn :
• 1. Featurus /pitur dari policy instruments > apakah kbjkn itu berbentuk :
distibutif, regulatory, atau redistributive policy;
• 2. Policy style and political culture;
• 3. Organizational culture;
• 4. Context of the problem;
• 5. Administrative decision makers’ subjective preferences.
• Faktor2 diatas menghslkan 2 set variable yg mempngruhi implementasi kbijkn :
• 1. Sampai sejauh mana kemampuan pem. y.i. kemampuan utk menintervensi;
• 2. Kompleksitas dari kebijakan itu sendiri > kemampuan utk mempengaruhi.
• Usaha utk menyatukan kedua perspektif tadi haruslah menyatukan kedua faktor
diatas dpl perspektif top-down memfokuskan pada government capacity,
sedangkan perspektif bottom-up menekankan pada sub-system complexity.
32
• Policy Impact, Evaluation, and Change
The final stage of the policy process, viewed as a sequential pattern of activities,
is the evaluation of policy.
Policy evaluation is concerned with the estimation, assessment, or appraisal of
policy, including its content, implementation, and effects.
As a functional activity, policy evaluation can and does occur throughout the
policy process and not simply as its last stage.
Methods of policy evaluation :
1. as a functional activity --- policy makers and adminstrators have always made
judgements concerning the worth or effects of particular policies, programs, and
projects. Many of these judgements have been the impressionistic, or seat of the
pants, variety, based often on anecdotal or fragmentary evidence, at best, and
strongly influenced by ideological, partisan self-interest and other valuational
criteria.
2. centered on the operation of particular policies or programs. Questions asked
may include : Is the program honestly run? Who receive benefits and in what
amounts? What are its financial costs?
3. systematic evaluation --- objective evaluation of programs to measures their
societal impact and the extent to which they are achieving their stated objectives.
Systematic evaluation directs attention to the effects a policy has on the public
need or problem to which it is directed.
This method is comparatively new in usage.
33
• Policy Impact
• We should remember the distinction between policy outputs (POt) and policy
outcomes (POm).
• POt are the things government do – highway construction, payment of welfare
benefits, operation of public schools. ---- it tell us little about the outcomes. Or
impacts, of public policies because, in trying to determine policy outcomes, our
concern is with the changes in the environment or political system caused by
policy action.
• Policy evaluation is concerned, then, with trying to the impact of policy on real-
life conditions.
• At a minimum, policy evaluation requires that we know what we want to
accomplish with a given policy (policy objectives), how we are trying to do it
(programs), and what, if anything, we have accomplished toward attainment of
the objectives (impact or outcomes, and the relation of policy therto).
• The impact of a policy has several dimensions, all of which must be taken into
account in the course of evaluation. These include :
• 1. The impact on the public problem at which it is directed and on the people
involved --- a policy may have either intended or unintended consequences, or
even both.
• 2. Policies may have effects on situations or groups other than those at which
they are directed. These can be called either externalities or spillover effects.
34
• 3. Policies may have impacts on future as well as current conditions.
• 4. The direct costs of policies are another element for evaluation --- other direct
costs of policies may be more difficult to discover or calculate, such as
expenditures for pollution-control devices by the private sector necessitated by an
air-pollution control policy.
• 5. Policies may have indirect costs or effects that are experienced by the
community or some of its members.
• 6. It is also difficult to measure the indirect benefits of public policies for
community.
• Problems in Policy Evaluation :
• 1. Uncertaity over policy goals;
• 2. Causality;
• 3. Diffuse policy impacts;
• 4. Difficulties in data acquisition;
• 5. Official resistance;
• 6. A limited time perspective;
• 7. Evaluation lacks impact.
35
• Pentahapan :
36
• Jenis dan Struktur Naskah Kebijakan (Policy Paper)
• Ada tiga jenis policy paper yaitu penelitian kebijakan (policy study), ringkasan kebijakan (policy
brief) dan memo kebijakan (policy memo).
• Tanggal :
• Kepada Yth :
• Dari :
• Perihal :
• Tembusan :
• ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
• Pendahuluan
• Masalah Kebijakan
• Alternatif Kebijakan
• Alternatif Terpilih
• Rencana Implementasi
• Penutup 39
• Mode-model Implikasi Kebijakan (IP)
40
• Aktor Implementasi (AI)
41
• Evaluasi Kebijakan (EK)
• Istilah Evaluasi menunjukkan pada aplikasi beberapa skala nilai terhadap hasil
kebijakan dan program.
• Evaluasi --- dapat disamakan dengan appraisal (penaksiran), rating (pemberian
angka), assesment (penilaian) --- menganalis hasil kebijakan dalam arti satuan
nilainya.
• Dengan demikian Evaluasi berkaitan dengan produksi informasi mengenai nilai
atau manfaat hasil kebijakan. Ketika hasil kebijakan mempunyai nilai --- ia
memberi sumbangan pada tujuan atau sasaran --- kebijakan atau program telah
mencapai tingkat kinerja yang bermakna.
• Sifat Evaluasi
• Pertanyaan yang timbul disini adalah tentang Nilai (Berapa nilainya?) bukan
tentang --- fakta (Apakah sesuatu itu ada?) dan --- aksi (Apakah yang harus
dilakukan?)
• Karekteristik Evaluasi :
• 1. Fokus Nilai/ Manfaat;
• 2. Interdependensi Fakta – Nilai;
• 3. Orientasi Masa Kini dan Masa Lampau;
• 4. Dualitas Nilai (nilai-nilai yang mendasari tuntutan evaluasi mempunyai kualitas
ganda baik sebagai tujuan dan sekaligus sebagai cara).
42
• Fungsi Evaluasi
• 1. Memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan;
• 2. Memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yng
mendasari pemilihan tujuan dan target;
• 3. Memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis kebijakan lainnya,
termasuk perumusan masalah dan rekomendasi.
• Kriteria Evaluasi
• ------------------------------------------------------------------------------------------------------------
• Tipe Kriteria Pertanyaan Ilustrasi
• --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
• Efektivitas Apakah hasil yg diinginkan telah dicapai? Unit pelayanan
• Efisiensi Seberapa banyak usaha diperlukan untuk mencapai Unit biaya, Manfaat bersih,
• hasil yang diinginkan? Ratio biaya-manfaat
• Kecukupan Seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan Biaya tetap, Efektivitas
• memecahkan masalah? tetap
• Perataan Adakah biaya dan manfaat didistribusiksn merata Kriteria Pareto, kriteria
• kpd kelompok-kelompok yg berbeda? Kaldor-hicks, Krt. Rawls
• Responsitivitas Adakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan, pre- Konsistensi dgn survei
• ferensi atau nilai kelompok-kelompok tertentu? warga negara
• Ketepatan Apakah hasil/tujuan yg diinginkan benar-benar berguna Program publik harus me-
• atau bernilai? rata dan efisien
• --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
• Kriteria untuk evaluasi diterapkan secara retrospektif (ex post); sedangkan kriteria untuk rekomendasi
adalah secara prospektif (ex ante).
• 43
• Pendekatan Evaluasi
• ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
• Pendekatan Tujuan Asumsi Bentuk Utama
• ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
• Evaluasi Semu Menggunakan metode des- Ukuran manfaat atau ni- Eksperimentasi
sos;
• kriptif utk menghslkan infor- lai terbukti dgn sendirinya Akuntansi
Sistem sos
• masi yg valid ttg hasil kbjkn atau tidak kontroversial Pemeriksaan
sosial,
• Sintesis riset &
prktk.
• Evaluasi Formal Menggunakan metode des- Tujuan dan sasaran dari Eval.
perkembangan,
• kriptif utk menghslkan inform. pengambil kbjkn dan Eval.
Eksprimental,
• yg terpercaya dan valid meng. Adm.tor yg secara resmi Eval.Prs
Retrospektif
• hsl kbjkn secara formal diu- diumumkan merupakan Eval.Hsl
Retrospektif
• umumkan sbg tujuan program- ukuran yg tepat dr man-
• kebijakan faat atau nilai
• Evaluasi Kepu- Menggunakan metode des- Tujuan dan sasaran dari Penilaian ttg
dapat ti-
• tusanTeoritis kriptif utk menghslkan inform berbagai pelaku yg diu- daknya
dievaluasi
• yg terpercaya & valid meng. mumkan secara formal Analisis utilitas
multi-
• hsl kbjkn yg secara eksplisit ataupun diam-diam me- atribut
• diinginkan oleh berbagai pe- rupakan ukuran yg tepat
44
• laku kebijakan dari manfaat atau nilai
• Tipe-tipe Evaluasi Formal
• -----------------------------------------------------------------------------------------------------------
• Kontrol thdp Aksi Kbjkn Orientasi thdp Proses Kebijakan
• ---------------------------------------------------------------
• Formatif Sumatif
• -----------------------------------------------------------------------------------------------------------
45
• Metode/ Teknik Evaluasi dengan Tiga Pendekatan
• ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
• Pendekatan Teknik
• ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
• Evaluasi Semu Sajian grafik
• Tampilan tabel
• Angka indeks
• Analisis seri waktu terinterupsi
• Analisis seri terkontrol
• Analisis diskontinyu-regresi
• Evaluasi Formal Pemetaan sasaran
• Klarifikasi nilai
• Kritik nilai
• Pemetaan hambatan
• Analisis dampak-silang
• Diskonting
• Evaluasi Keputusan Teoritis Brainstorming
• Analisis argumentasi
• Delphi kebijakan
• Analisis survai-pemakai
46
• Kent Buse, Nicolas Mays dan Gill Walt dalam bukunya Making Health Policy menjelaskan
• bahwa dalam Analisis Kebijakan khususnya untuk bidang kesehatan --- sistem kesehatan itu
dipengaruhi oleh berbagai determinan sehingga seorang Policy Analyst menaruh perhatian terhadap
tindakan-tindakan organisasi terhadap pengaruh lingkungan seperti halnya mengenai makanan, rokok,
dan industri farmasi dan lain-lain.
• Dalam menganalisis pengaruh-pengaruh terhadap sistem kesehatan Kent Buse ,dkk., menganjurkan
menggunakan Health Policy Triangle (HPT).
Situational factors,
Structural ----”---,
Context Cultural ----”---,
International –”---,
Actors:
Individuals;
Groups; + Problem identication and
Organizations. Issue recognation;
+ Policy formulation;
Content Process + Policy implementation;
+ Policy evaluation.
Jadi dengan HPT kita dapat menganalis atau memahami suatu kebijakan khusus atau
memnerapkannya untuk menyusun suatu kebijakan tertentu.
Dalam menganalisis suatu kebijakan kita harus membedakan antara :
a. Analysis of Policy (retrospective);
b. Analysis for Policy (prospective).
47
Analis Kebijakan
Produk dari analis kebijakan :
a. Advis Kebijakan;
b. Nasihat Kebijakan/ Rekomendasi Kebijakan;
Bentuk Kbjkn Pblk. :
a. UUD RI 45;
b. UU ; PP Pengganti UU;
c. PP;
d. Per. Presiden;
e. PerMen;
f. Perda.
Tujuan Kbjkn Pblk. :
a. Mendistribusi sumber daya negara kpd. Masy. Termasuk alokatif, realokatif, dan
redistribusi, versus mengabsorsi atau menyerap sumber daya kedalm negara;
b. Regulatif versus deregulatif;
c. Dinamisasi versus stabilisasi;
e. Memperkuat negara versus memperkuat masyarakat/pasar (Nugroho, R, 2008).
48
• Teori Analisis Kebijakan Publik
• Schermerhorn menyatakan bahwa teori itu adalah : …a set of concept and ideas that
explains and predicts physical and social phenomena.
• Teori tediri dari dua pengertian :
• a. Lay theory > adalah teori yang dikembangkan dari pengalaman;
• b. Academical theory.
• Kebijakan Publik dibangun berdasarkan Lay Theory.
• Analisis Kebijakan adalah disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai
metode pengkajian multipel dalam konteks argumentasi dan debat politik untuk
menciptakan, secara kritis menilai dan mengkomukasikan pengetahuan yang relevan
dgn kebijakan.
• Analisis kbjkn (AK) adalah aktivitas intelektual yang dilakukan dalam proses politik
(Nugroho, R.)
• AK diambil dari berbagai macam disiplin ilmu dengan tujuan memberi informasi yg
bersifat :
• a. Desktriptif;
• b. Evaluatif;
• c. Preskriptif.
• AK menjaeab tiga macam pertanyaan tentang :
• a. Nilai;
• b. Fakta;
• c. Tindakan/aksi.
•
49
• I. Analisis Kebjkn. Versi William N. Dunn
• Dunn menyatakan bahwa AK adalah aktivitas intelektual dan praktis utk.
menciptakan secara kritis menilai dan mengkomunikasikan pengetahuan ttg.
/proses kbjkn. AK adalah disiplin ilmu sosial terapan yg menggunakan
pendekatan multi disiplin dlm. Konteks argumentasi dan debat politik utk
menciptakan, secara kritis menilai, dan mengkomunikasikan pengetahuan yg
relevan dgn kbjkn.
• Dengan demikian AK adalah aktivitas intelektual yg dilakukan dlm proses politik.
• Weimer dan Vining menyatakan bahwa produk dari AK itu adalah ADVIS, advis
yg menginformasikan ttg. keputusan kbjkn publik.
• Advis → Kbjkn Pblk. → yg. mengandung : Nilai2 Sosial.
• Nilai2 Sosial itu memuat :
• 1. Pragmatis (client-oriented);
• 2. Compliance (mengacu pada keputusan kbjkn pblk);
• 3. Social values.
• Analisis Kbjkn. diletakkan pd. Konteks Sistem Kbjkn. :
• Perilaku Kbkjn.
•
• Lingkungan Kbjkn. Kbjkn. Publik
50
• Ada lima prosedur umum utk memecahkan masalah manusia :
• 1. Definisi;
• 2. Prediksi;
• 3. Preskripsi;
• 4. Deskripsi;
• 5. Evaluasi.
51
• Pendekatan AK
• ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
• Pendekatan Pertanyaan Utama Tipe Informasi
• ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
• Empiris Adakah dan akankah ada (fakta)? Deskriptif & Preskriptif
• Valuatif Apa manfaatnya (nilai)? Evaluatif
• Normatif Apakah yang harus diperbuat (aksi) Preskriptif
• se
• AK juga dapat dibedakan antara :
• a. AK Prospektif (ex post);
• b. AK Retrospektif (ex ante).
• Diantara kedua bentuk AK tsb dapat dipadukan yang oleh DUNN disebut dengan AK yang
terintegrasi.
• Sejarah AK
• Kautilya menulis Arthashastra (300 SM), menyatakan bahwa kerajaan Mauyan di India
Utara sudah mempergunakan penasihat kerajaan untuk membuat kebijakan/ peraturan
istana.
• Plato (427 – 327 SM) menjadi penasihat penguasa Sisilia.
• Aristoteles (384 – 322 SM) menjadi penasihat Alexander Agung.
• Nichollo Machiavelli (1469 -1527) meenjadi individual konsultan bagi bangsawan Itali.
• Perkembangan selanjutnya dari AK ini didorong oleh adanya Revolusi Industri dan
perkembangan sistem politik modern yang berkembang saat ini. 52
• Cara Argumentasi Kbjkn. :
• 2. Statistikal;
• 4. Intuitif;
• 8. Kritik – Nilai --- didasarkan pada etika atau berkenaan dengan nilai baik
atau buruk.
53
• Argumen Kebijakan (ArK)
• ArK terdiri dari :
• 1. Designative – yg berfokus pd fakt2 empirik;
• 2. Evaluative – mempersoalkan nilai2;
• 3. Advocative – mempersoalkan tindakan.
• Menurut Dunn ArK berisi 6 unsur yg terdiri dari ICWBRQ :
• 1. I = informasi yg relevan dgn kbjkn.;
• 2. C (claim) = pernyataan kbjkn.;
• 3. W (warrant) = pembenaran;
• 4. B (backing) = dukungan;
• 5. R (rebutal) = rebutal = sanggahan;
• 6. Q (qualifier) = syarat.
• Proses AK :
• 1. Merumuskan masalah;
• 2. Peramalan masa depan kbjkn.;
• 3. Rekomendasi kbjkn.;
• 4. Pemantauan hsl. Kbjkn.;
• 5. Evaluasi kinerja kbjkn.
54
• II. Analisis Kebijakan versi David L. Weimer - Aidan R. Vinning
The product of policy analysis is advice --- that inform some public policy
decission.
• Analisis kebijakan itu mengandung :
• 1. Client-oriented (pragmatis);
• 2. Relevant to public decission;
• 3. Informed by social values.
• Analisis kbjkn ini sering rancu dengan riset akademik, riset kebijkan,
perencanaan strategis, administrasi publik bahkan dengan jurnalistik. Lihat
• Tabel 7.1.
55
• Konsep-konsep dasar
• Analisis kebijakan dilakukan atas dua dasar :
• 1. Market failures --- barang publik, eksternalitas, monopoli natural, informasi
yang asimetris;
• 2. Government failures.
• W eimer dan Vining menjelaskan bahwa proses analisis kbjkn itu terdiri dari :
• 1. Tahap analisis Masalah;
• 2. Tahap analisis Solusi.
• 3. Komunikasi – memberikan advis kepada klien.
• Tahap analisis masalah :
• 1. Understanding the problem :
• a. receiving the problem : assesing symptons;
• b. framing the problem : analyzing market and government failure;
• c. modeling the problem : identifying policy variables.
• 2. Choosing and explaining relevant goals and constraints;
• 3. Selecting a solution method.
• Tahap Analisi solusi :
• 4. Choosing evaluation criteria; 6. Evaluating;
• 5. Specifying policy alternatives; 7. Recommending actions. 56
• ( lih. Gambar 7.2.)
• Dalam model Weimer & Vining ini, pada waktu melakukan Analisa Masalah y.i.
Framing the Problem --- persoalan dipusatkan pada 2 macam kegagalan –
apakah karena kegagalan pasar atau pemerintah melalui analisis pohon
keputusan (lih. Gambar 7.3).
• Jika pada analisis masalah diatas, pasar telah berfungsi, analisis dapat
dilanjutkan dengan analisis pohon keputusan - Efisiensi Pasar (lih. Gambar 7.4).
• Untuk analisis solusi, Weimer & Vining mengunakan Simple Structure Goals/
Alternatives Matrix (lih. Tabel 7.4).
• Dari tabel 7.4 ini akan menghasilkan suatu tabel analisis cost benefit (tabel 7.5).
• Langkah terakhir setelah analisis cost benefit adalah mengkomunikasikan
keseluruhan hasil analisis kepada klien.
• Adopsi dan implementasi kebijakan
• Adopsi adalah ketika advis kbjkn. diterima secara legal-formal.
• Utk. mendapatkan adopsi advis kbjkn., analis kbjkn. perlu melakukan hal2 sbb. :
• 1. Asesmen fisibilitas politik dan sekaligus mempengaruhinya;
• 2. Menguasai beberapa strategi politik y.i. kooptasi, kompromi, herestetik, dan
retorika.
• Untuk medapatkan impltsi. kbjkn. yg optimal, analis kbjkn. perlu melakukan:
• 1. Idetifikasi faktor2 yg dpt. mempengaruhi keberhasilan & kegagalan impltsi.;
• 2. Mengantispasi masalah2 yg. mungkin muncul pd. saat implementasi.
57
• III. Analisis kebijakan versi Patton & Savicky
• Ada perbedaan kerja antara seorang analist kebijkan dengan seorang peneliti
dari perguruan tinggi dan konsultan think thank. Seorang analist kebijakan
selalu menghadapi waktu yang amat terbatas/singkat --- metodenya harus
tepat, cepat dan dapat dipertanggung jawabkan secara teoritis.
• Menurut Patton & Savicky suatu proses kebijakan itu, terdiri dari :
• - define the problem;
• - determine evaluation criteria;
• - identify altrenative policies;
• - evaluate alternative policies;
• - select prefered policy;
• - implement the prefered policy.
• Analisis kbjkn dpt dilakukan sebelum maupun sesudah kbjkn.
• Anls kbjkn yg dilakukan sebelum kbjkn. = ex-ante, pre-hoc, anticipatory,
prospective;
• Anls kbjkn yg dilakukan sesudah kbjkn. = ex-post; post-hoc; retrospective. Anls
kbjkn pasca kbkjn ini biasanya berbentuk descriptive.
• Bentuk anls kbjkn ada dua :
• 1. prediktif;
• 2. preskriptif. 58
• Anls prediktif ------ merujuk pdproyeksi kondisi masa yad sbg hasil dari adopsi
kbjkn.
• Anls preskriptif -----merujuk pada rekomendasi kbjkn.
• Rekomendasi kbjkn yg bersifat umum dan tidak memberikan fokus tt. = advis;
• Rekomendasi yg menekankan pembuat kbjkn utk memilih suatu kbjkn dsb.
advis persuasif.
• Ada 6 langkah anls kbjkn (a basic policy analysis process) :
• 1. Verify, define, and detail the problem;
• 2. Establish evgaluation criteria;
• 3. Identify alternative policies;
• 4. Evaluate alternative policies;
• 5. Display and distinguish among alternatives policies;
• 6. Monitor the implemented policy.
59
• IV. Analisis Kbjkn Delibratif/ Argumentatif
• Jika selama ini kita membicarakan analisis kbjkn publik secara normatif artinya
secara ilmiah ia benar tapi bisa, ia bisa lari dari sasarannya y.i. publik.
• Pendekatan analisis kbjkn publik yang didasarkan pada kepentingan publik
adalah pendekatan yang mendasarkan pada pelibatan publik itu sendiri melalui
“good governance”(GG).
• GG adalah penggunaan dari wewenang politik, ekonomi, dan administrasi utk
mengelola urusan pemerintahan pada semua level (UNDP – PBB). Menurut
LAN (2000), ada tiga jenis GG :
• 1. Economic governance : equity, poverty, quality of life;
• 2. Political governance --- proses pembuatan kbjkn.;
• 3. Administrative governance --- implementasi kbjkn.
• Karekteristik GG ;
• 1. Participation;
• 2. Rule of law;
• 3. Transperancy;
• 4. Responsiveness;
• 5. Consencus orientation;
• 6. Equity;
• 7. Effectiveness & Efficiency;
• 8. Accountability;
• 9. Strategic vision. 60
• GG pada hakekatnya adalah demokrasi yang diperluas.
• Demokrasi modern/ diperluas = demokrasi perwakilan + Partisipasi publik.
• Oleh Mark Warren, hal ini disebutnya dengan Expansive Democracy.
• MaartenHajer dan Henderik Wagenaar menyebutkan bahwa implementasi GG
dalam analisis kbjkn. sbg. Deliberative Policy Analysis.
Isu kbjkn. --- dialog publik --- Kptsn. Musyawarah --- Kbjkn publik
• Paul A. Sabatier (2000) dari Dept. of Envitonmental Science and Policy, Univ. of
California, membedakan antara :
• 1. Kebijakan model agenda --- pem. menetapkan kbjkn. sesuai dgn. priotas
tanpa memandang partai yang berkuasa;
• 2. Kebijkan model mandat/ ideologi --- penetapan kbjkn. oleh pemerintah, adalah
sesuai dgn. prioritas partai yang berkuasa.
61
• V. Analisis Kebijakan dalam Aras Global
• Akira Iida (2004) menyatakan bahwa kbjkn. publik di negara2 berkembang
mengalami konflik antara kepentingan global dengan kepentingan domestik.
• Konflik kepentingan tersebut adalah konflik kepentingan ekonomi kapitalis global
dengan lokal.
• Robert Heilbroner (1996) menyatakan dalam bukunya Vision of the future ---
bahwa pada abad 21 dan ke depan, kapitalisme menjadi satu2nya sistem yg
mengatur relasi ekonomi dunia.
• Selanjutnya dinyatakannya kapitalisme bukanlah pilihan terbaik bagi umat
manusia tapi belum ada satu sistem ekonomi lainnya yang mampu
menandinginya.
• Lesther Thurow (1996) menyatakan bahwa persaingan masa depan adalah
persaingan kapitalisme USA lawan kapitalisme Jerman, China, Jepang.
• Vedi R. Hadiz --- ttg paham neo-institusionalime dalam sistem ekonomi. Paham
ini berkembang dari paham neo-klasik – yang menyatakan bahwa pasar dan
pilihan rasional individu di pasar menjadi penentu perkembangan sosial-ekonomi
pemerintah. Kebebasan pasar akan menghasilkan kesejahteraan(market-
fundamentalism).
• Neo-institusionalisme adalah sebuah pemikiran dimana negara seharusnya
mengembangkan kebijakan2 publikyang pro atau memfasilitasi pasar.
• Kebijakan2 kita --- pro neo-institusionalisme dlm. pelaksanaan otonomi daerah.
62
• Lesther Thurow lebih lanjut menyatakan bahwa karena adanya paradigm
gap/konflik antara kepentingan global dengan lokal, maka posisi negara2 lemah
berada diantara :
• 1. Mempertahanakan posisinya sbg. a closed economy dengan landasan
kestabilan dalam bidang sosial, ekonomi, dan politik sampai mampu utk.
Ekonomi terbuka;
• 2. Menutp gap yang ada dengan menyesuaikan paradigma domestik dengan
paradigma international;
• 3. Menyerah;
• 4. Dikuasai oleh negara lain (anexation).
63