METODE PENELITIAN
1.1 Desain Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti memilih menggunakan jenis penelitian deksriptif
kualitatif. Karena peneliti ingin menggambarkan atau melukiskan fakta-fakta,
keadaan, fenomena dan keadaan yang terjadi pada saat penelitian berjalan dan
menyajikannya dengan apa adanya. Penelitian kualitatif bertujuan memperoleh
gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti.
Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat atau kepercayaan
orang yang diteliti dan kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka. Fakta
penelitian deskriptif kualitatif berkaitan dengan informasi yang telah dikumpulkan
dan diolah selama peneliti melakukan observasi di lingkungan Humas Jakarta Smart
City Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Penelitian deskriptif kualitatif mencoba
menggambarkan situasi atau peristiwa serta pengumpulan data yang spesifik dan
mendetail.
Menurut Kriyantono (2012 : 46), metodologi kualitatif memandang bahwa
prosedur riset atau tahapan riset berisi upaya dialektifkan dan partisipasi antara riset
dan realitas. Terdapat upaya menekan upati dan interapsi dialektis antara periset
dengan informan untuk merekonstruksi realitas yang diteliti, melalui metode
pengumpulan data yang memungkinkan data lebih mendalam, seperti wawancara
mendalam dan observasi lapangan.
Riset metodologi kualitatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (Kriyantono,
2012 : 57)
1. Lebih menonjolkan kata-kata, kalimat-kalimat atau narasi-narasi dari pada
angka-angka statistik.
2. Intensif dan keterlibatan tinggi, yaitu partisipasi periset pada setting lapangan
yang alamiah. Periset adalah instrument riset pokok, yaitu terlibat dalam
konstruksi-konstruksi makna.
3. Subyektif dan berada dalam refrensi periset dan subjek riset. Individu yang
diteliti bersifat aktif memaknai realitas dan tidak sekedar menjadi objek.
Karena itu, riset kualitatif tidak mengenal responden (yang hanya merespon)
atau sampel karena tidak bermaksud menggeneralisasikan data, tetapi lebih
menganggapnya sebagai partisipan, informan, atau subjek riset, yang semuanya
mengandung pengertian aktif memaknai realitas.
4. Bertujuan menggali data yang lebih mendalam dan holistic dari pada keluasan.
Karena itu, subjek riset atau informan tidak terlalu besar jumlahnya. Jika
periset merasa data yang dikumpulkan sudah cukup atau tidak ada data baru
lagi (data jenuh) maka dia dapat mengakhiri proses pengumpulan data.
5. Bersifat fleksibel, permasalahan riset, informan, lama tidaknya riset bersifat
fleksibel, mudah berubah atau cair tergantung konteks-konteks di lapangan.
Analisi data bersifat terus-menerus dan dilakukan kapanpun juga tanpa
menunggu kegiatan pengumpulan selesai. Misalnya, periset dapat langsung
menganalisi dan menginterpretasi data sesaat data itu diperoleh.
6. Prosedur riset lebih bersifat empiris-rasional, artinya periset berangkat dari data
di lapangan. Kemudian data tersebut ke dalam tataran teoritis untuk
menghasilkan proposisi-proposisi atau teori-teori baru.
7. Tidak ada realitas yang tunggal, setiap periset dapat mengkreasi realitas sebagai
bagian dari proses risetnya. Realitas dipandang bersifat dinamis sebagai produk
kontruksi sosial yang juga dinamis.
8. Realitas yang diteliti dianggap bersifat holistic (keseluruhan kesatuan, tidak
dapat dipisah-pisahkan). Analisis terhadap atau realitas bersinggungan atau
berkaitan dengan realitas lainnya. Periset berupaya menjalin interrelasi antara
aktifitas, pengalaman, kepercayaan, kebutuhan, norma-norma kebiasaan dalam
konteks alamiah. Sehingga diperoleh multi analisis atau multidimensional.
Table 3.1
Tipe-tipe Dasar Desain Studi Kasus
Desain-desain kasus tunggal. Desain-desain multi kasus
TIPE-1 TIPE-3
Holistik (Unit Analisis
Tunggal) TIPE-2 TIPE-4
Terjalin (Unit Multi Analisis)
Keterangan Gambar:
1. Desain Kasus Tunggal Holistik
2. Desain Kasus Tunggal Terjalin (Embedded
3. Desain Multikasus Holistik
4. Desain Multikasus Terjalin
Pada tipe penelitian ini, desain penelitiannya menggunakan desain TIPE-2
(dua), yaitu desain kasus tunggal dengan unit analisis multi-analisis. Kasus tunggal
yang akan diteliti yaitu:
1. Strategi yang dilakukan Humas Jakarta Smart City melalui City Branding
“Jakarta Smart City”. Sedangkan multi unit analisis dari penelitian ini adalah
strategi City Branding “Jakarta Smart City” pada Humas Jakarta Smart City,
2. Hambatan Humas Jakarta Smart City dalam mensukseskan City Branding
“Jakarta Smart City”.
Alasan peneliti memilih desain studi kasus tipe-2 dikarenakan pada
penelitian ini menggunakan lebih dari satu sumber. Sehingga tipe desain studi kasus
ini cocok untuk peneliti gunakan pada penelitian ini.
1.4.2 Informan
Menurut Moleong (2005 : 132) informan adalah orang yang dimanfaatkan
untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian.
Jadi, ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang penelitian. Ia berkewajiban
secara sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal.
Sebagai anggota tim dengan kebaikannya dan dengan kesuka-relaannya ia dapat
memberikan pandangan dari segi orang dalam tentang nilai-nilai, sikap, bangunan,
proses, dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian tersebut. Adapun informan
yang diperoleh, adalah:
1. Staff Humas Jakarta Smart City
2. Masyarakat DKI Jakarta
Peneliti memiliki beberapa kriteria untuk menentukan masyarakat yang
akan dipilih sebagai informan untuk penelitian, yaitu:
Berdomisili DKI Jakarta
Memiliki Kartu Tanda Penduduk Jakarta
Masyarakat yang memiliki peran serta dalam Jakarta Smart City
Peneliti telah menentukan teknik sampling yang tepat untuk penelitian ini
yaitu teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2008 : 218), purposive
sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan
tertentu.
Menurut Margono (2004 : 128), pemilihan sekelompok subjek dalam
purposive sampling didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai
sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya,
dengan kata lain unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria
tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan peneliti.
Kriyantono (2012 : 54) mengatakan bahwa hal pertama yang harus
dilakukan dalam teknik purposive adalah menentukan kriteria, dimana kriteria
harus mendukung tujuan penelitian. Biasanya teknik purposive dipilih untuk
penelitian yang lebih mengutamakan kedalaman data dari pada tujuan
representative yang dapat digeneralisasikan.
Menurut Seiddel dan Moleong (2005 : 248), analisis data kualitatif prosesnya
berjalan sebagai berikut:
1. Mencatat dan menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode
agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
2. Mengumpulkan, memilah-memilih, mengklarifikasikan.
3. Mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeks.
4. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna,
mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan dan membuat
temuan-temuan umum.
Menurut Janice Mcdury (2005 : 248), tahapan analisis data kualitatif adalah
sebagai berikut:
1. Membaca atau mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan
yang ada dalam data.
2. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang
berasal dari data.
3. Menuliskan “model” yang ditemukan.
4. Koding yang telah dilakukan.
Berdasarkan uraian diatas, maka teknik analisis data yang peneliti lakukan
dalam penelitiannya adalah sebagai berikut:
1. Mencatat hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi.
2. Mengumpulkan, memilah-milah dan mengkasifikasikan hasil wawancara,
observasi serta dokumentasi tersebut.
3. Melakukan pemeriksaan data yang didapat, lalu melakukan pengecekan
atas hasil data yang didapatkan sehingga peneliti dapat menemukan hasil
penelitian.
2. Triangulasi Pengamat
Adanya pengamat diluar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data
dalam penelitian ini, misalnya pembimbing bertindak sebagai pengamat
(export judgement) yang memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan
data.
3. Triangulasi Teori
Penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang
dikumpulkan sudah memenuhi syarat.
4. Tringulasi Metode
Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode
wawancara dan metode observasi.
Tetapi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber
lainnya. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan adalah:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
dikatakannya secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dan perpektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, pemerintahan.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang
berkaitan.
Observasi
Hasil
yang
sah
Wawancara Dokumentasi