Anda di halaman 1dari 19

Ad–Man–Pend (2021), 4 (1), 25–43 25

PERUMUSAN MASALAH KEBIJAKAN

Ja’far Amirudin1) Supiana2) Qiqi Yuliati Zaqiah3)


1)
Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan, Universitas Garut
2) 3)
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
Jafar.amirudin@uniga.ac.id

Abstrak
Istilah kebijakan (policy) seringkali diterjemahkan dengan politik, aturan, program, keputusan, undang-
undang, peraturan, ketentuan, kesepakatan, konvensi dan rencana strategis. Kebijkan itu lahir setelah
dilakukan analisis lapangan mengenai kebutuhan di masyarakat istilah itu disebut perumusan masalah.
Adapun perumusanmasalah kebijakan dapat dilihat dari: Pengindentifikasian masalah dan penyusunan
agenda penyusunan skala prioritas, perumusan (formulasi) rancangan kebijakan, penetapan dan
pengesahan kebijakan, pelaksanaan kebijakan dan evaluasi kebijakan.
Kata Kunci: perumusan, masalah, kebijakan

Abstract
Policy terms are often translated by politics, rules, programs, decisions, laws, regulations, provisions,
agreements, conventions and strategic plans. Kebijkan was born after a field analysis of the needs in the
community the term is called problem formulation. The formulation of policy issues can be seen from:
Identifying the problem and drafting a priority scale agenda, formulation (formulation) of policy design,
policy determination and ratification, policy implementation and policy evaluation.
Keywords: formulation, issues, policies

© Administrasi Pendidikan FKIP UM Palembang

Pendahuluan Artikel ini mencoba


Studi kebijakan publik berusaha menguraikan berbagi tahapan yang
untuk meninjau berbagi teori dan proses terjadi dalam proses siklus perumusan
yang terjadi dalam kebijakan publik. kebijakan publik. Tujuannya adalah
Dapat dikatakan bahwa kebijakan untuk memahami berbagai tahapan
publik tidak lepas dari proses pembuatan kebijakan publik sehingga
pembentukan kebijakan itu sendiri. mempermudah untuk menganalisis
Dengan demikian, salah satu tujuan masalah-masalah yang kompleks
studi kebijakan publik adalah untuk sehingga dapat dirumuskan ke dalam
menganalisis bagaimana tahapan demi suatu kebijakan publik tertentu.
tahapan proses pembentukan kebijakan
publik tersebut sehingga terwujudlah Metode Penelitian
suatu kebijakan publik tertentu. Metode dalam artikel ini bersifat
Tahapan demi tahapan tersebut analisis deskriptif, yaitu hanya
terangkum sebagai suatu proses siklus menggambarkan permasalahan secara
pembuatan kebijakan publik. Setiap umum yang diambil dari buku, jurnal
tahapan dalam proses pembentukan maupun media lain yang relevan.
kebijakan publik mengandung berbagai
langkah dan metode yang lebih rinci Hasil dan Pembahasan
lagi. Tahapan yang terdapat dalam Pengertian Kebijakan Publik
pembuatan suatu kebijakan publik Kebijakan publik merupakan
memiliki berbagai manfaat serta pola tindakan yang ditetapkan oleh
konsekuensi dari adanya proses pemerintah dan terwujud dalam bentuk
tersebut, khususnya bagi para aktor peraturan perundang-undangan dalam
pembuat kebijakan publik rangka penyelenggaraan pemerintah

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/jaeducation


ISSN 2615–0581 (print), ISSN 2615-4757 (online)
26 Ja’far, Supiana & Qiqi, Perumusan Masalah Kebijakan...

negara.Anderson mengartikan kebijakan memecahkan masalah yang ada dalam


publik sebagai kebijakan-kebijakan masyarakat. Maka dari itu dalam
yang dibuat oleh lembaga atau pejabat langkah ini harus dilakukan dengan
pemerintah. Anderson mencatat lima hati-hati karena dengan adanya
lima implikasi dari konsepnya kesalaahan yang diambil dalam
mengenai kebijakan publik, diantaranya perumusan masalah (isue-isue) akan
yaitu: mengakibatkan kebijakan yang
dikeluarkan pun akan salah. Rushefky
1. Kebijakan publik adalah secara eksplisit menyatakan bahwa kita
tindakan yang berorientasi sering gagal menemukan pemecahan
tujuan. masalah yang tepat dibandingkan
menemukan masalah yang tepat
2. Kebijakan publik berisikan
(Winarno, 2008).
rangkaian tindakan yang diambil Ada 4 syarat masalah bisa
sepanjang waktu. teridentifikasi sebagai sebuah isu
3. Kebijakan publik merupakan kebijakan, diantaranya yaitu:
tanggapan dari kebutuhan akan 1. Disepakati banyak pihak
adanya suatu kebijakan 2. Memiliki prospek akan
mengenai hal-hal tertentu. solusinya
3. Sejalan dengan pertimbangan
4. Kebijakan publik merupakan
politik
gambaran dari pemerintah pusat 4. Sejalan dengan ideology
senyatanya, dan bukan sekedar
keinginan yang akan Merumuskan Agenda Kebijakan
dilaksanakan. Agenda dalam kebijakan publik
5. Kebijakan pemerintah dapat diartikan sebagai daftar perihal atau
merupakan kegiatan aktif atau masalah. Penentuan agenda merupakan
proses untuk menjadikan suatu masalah
pasif dalam menghadapi suatu agar mendapat perhatian dari
masalah (Hamdani, 2014). pemerintah (Hamdani, 2014).
Agenda kebijakan juga dapat
Banyak sekali definisi dari dianalogikan dengan sebuah topik
kebijakan publik. Sebagian besar ahli diskusi atau agenda rapat yang dibahas
memberikan pengertian kebijakan dalam sebuah pertemuan besar para
publik kaitanya dengan keputusan atau pejabat pemerintah.Agenda kebijakan
ketetapan pemerintah untuk melakukan ini berperan sebagai pengingat bahwa
suatu tindakan yang dianggap akan dalam kondisi keterbatasan sumber
membawa dampak baik bagi kehidupan daya dan waktu, para pembuat
warganya. kebijakan harus memberikan perhatian
pada beberapa isu saja yang
Proses Perumusan Kebijakan Publik paling prioritas. Ada beberapa faktor
Perumusan Masalah (Defining internal dan ekstenal yang
Problem) mempengaruhi pergeseran isu menjadi
Merumuskan masalah agenda kebijakan.
merupakan langkah yang
paling fundamental. Untuk dapat Faktor internal
merumuskan kebijakan dengan baik, 1. Gaya kepemimpinan politis.
maka masalah publik juga harus
dikenali dengan baik pula. Kebijakan 2. Visi dan misi partai pendukung
publik dibuat pada dasarnya untuk pemerintah.

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/jaeducation


ISSN 2615–0581 (print), ISSN 2615-4757 (online)
Ad–Man–Pend (2021), 4 (1), 25–43 27

3. Keberhasilan pemerintah dimasa dan dengan menggunakan


lalu. beragam media.
4. Perubahan anggaran pendapatan 5. Mempercepat respon dan
perumusan strategi-strategi
dan belanja negara.
kebijakan yang akan ditetapkan
Salah satu faktor internal yang untuk mengatasi agenda
sangat menentukan apakah sebuah isu kebijakan prioritas (Suharto,
bisa menjadi agenda kebijakan adalah 2013).
penstrukturan masalah. Jadi harus
dirumuskan dengan cara sitematis, Penetepan Kebijakan
terstruktur, sederhana, dan menyentuh Sebuah kebijakan yang akan
mata hati publik. ditetapkan dalam bentuk UU biasanya
dibuat dalam dua format, yakni draft
Faktor eksternal atau rancangan undang undang (RUU)
1. Perubahan ekonomi dan naskah akademik (NA). RUU
2. Pemberitaan media massa merupakan naskah terdiri dari pasal-
3. Opini publik pasal beserta penjelasanya. Sedangkan
4. Perubahan keputusan NA pada dasarnya merupakan naskah
pengadilan.hubungan kebijakan (policy paper) yang
internasional menjelaskan konsep-konsep ilmiah
5. Pembangunan tegnologi yang mendukung peraturan atau pasal-
6. Perubahan demografi. pasal yang dinyatakan dalam RUU
Kraft dan Furlong berpendapat
Pemilihan Alternatif Kebijakan bahwa, paling tidak terdapat dua makna
Untuk Memecahkan Masalah dari penetapan kebijakan. Pertama,
Pemilihan alternatif ini penetapan kebijakan merupakan proses
dilakukan dengan melakukan yang dilakukan pemerintah untuk
konsultasi, ide-ide dapat di uji dan melaksanakan suatu pola tindakan
proposal kebijakan dapat tertentu atau sebaliknya, untuk tidak
disempurnakan. Ada beberapa alasan melakukan tindakan tertentu. Kedua,
mengapa pemerintah perlu penetapan kebijakan berkaitan dengan
mengkonsultasikan agenda kebijakan, pencapaian konsensus dalam pemilihan
salasan tersebut yaitu sebagai berikut: alternatif-alternatif yang tersedia
1. Sesuai nilai demokratis yang (Hamdani, 35).
menekan pentingnya
keterbukaan, partisipasi dan Pelaksanaan Kebijakan
keterbukaan dari banyak orang. Kebijakan yang baik tidak
2. Membangun konsensus dan memiliki arti apa-apa jika tidak dapat
dukungan politik. diimplementasikan. Tahap ini
3. Meningkatkan koordinasi melibatkan serangkaian kegiatan yang
diantara berbagai lembaga yang meliputi pemberitahuan kepada publik
terkait dengan agenda kebijakan mengenai pilihan kebijakan yang
dan lembaga yang akan diambil, instrumen kebijakan yang
merumuskan dan digunakan, staf yang akan
mengimplementasikan kebijakan melaksanakan program pelayanan yang
tersebut. akan diberikan, anggaran yang telah
4. Meningkatkan kualitas agenda disiapkan, dan laporan yang akan
kebijakan melalui pengumpulan dievaluasi. Kebijakan publik harus
informasi dari beragam pihak dibuat untuk mencapai

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/jaeducation


ISSN 2615–0581 (print), ISSN 2615-4757 (online)
28 Ja’far, Supiana & Qiqi, Perumusan Masalah Kebijakan...

tujuan tertentu.Tugas para pembuat dan dasi pemecahan masalah tanpa perlu
penasihat pembuat kebijakan harus menghabiskan waktu dan usaha yang
mencakup perumusan langkah-langkah berharga untuk merumuskan masalah
strategis dan sumber-sumber yang itu. Dalam kenyataannya, analisis
diperlukan untuk mencapai tujuan yang kebijakan adalah proses berjenjang yang
telah ditetapkan (Suharno, 36). dinamis di mana mtode-metode
perumusan masalah mendahului
Sifat Masalah-Masalah Kebijakan metode-metode pemecahan masalah
Masalah-masalah kebijakan
adalah kebutuhan, nilai-nilai, atau Ciri-ciri Masalah
kesempatan-kesempatan yang tidak Contoh-contoh berikut ini akan
terealisir tetapi yang dapat dicapai membuat kita berhati-hati untuk tidak
melalui tindakan publik. Informasi menerima begitu saja masalah
mengenai sifat, cakupan, dan kebijakan, karena pemahaman atau akal
kepelikan/keruwetan suatu masalah sehat sehari-hari acapkali menyesatkan
dihasilkan dengan menerapkan prosedur ketika kita berurusan dengan hal-hal
analisis-kebijakan dalam memahami rumit seperti masalah-masalah
masalah. Perumusan masalah, yang kebijakan. Uraian berikut ini
merupakan fase penelitian kebijakan di menjelaskan beberapa ciri penting dari
mana para analis menelaah berbagai masalah kebijakan:
formulasi masalah yang saling berbeda 1. Saling ketergantungan dari masalah
dari para pelaku kebijakan, tidak dapat kebijakan. Masalah-masalah
dipungkiri merupakan kegiatan yang kebijakan di dalam satu bidang
paling penting dari para analis (misalnya, energi) kadang-kadang
kebijakan. Perumusan masalah mempengaruhi masalah-masalah
merupakan sistem petunjuk pokok atau kebijakan di dalam bidang lain
mekanisme pendorong yang (misalnypa, pelayanan kesehatan
mempengaruhi keberhasilan semua fase dan pengangguran). Dalam
analisis kebijakan dewasa ini. kenyataan masalah-masalah
Memahami masalah kebijakan adalah kebijalan bukan merupakan
sangat penting, karena para analis kesatuan yang berdiri sendiri;
kebijakan kelihatannya lebih sering mereka merupakan bagian dari
gagal karena mereka memecahkan seluruh sistem masalah yang
masalah yang salah daripada karena paling baik diterangkan
memperoleh solusi yang salah terhadap sebagai messes, yaitu, suatu sistem
masalah yang tepat. kondisi ekstenal yang
menghasilkan ketidakpuasan di
Di luar Perumusan Masalah antara segmen-segmen masyarakat
Analisis kebijakan sering yang berbeda. Sistem masalah
diterangkan sebagai suatu metodologi atau messes sulit atau bahkan tidak
pemecahan-masalah. Meskipun hal ini mungkin dipecahkan dengan
untuk sebagian benar dan para analis menggunakan pendekatan analitis
berhasil memecahkan masalah-masalah —yaitu, pendekatan yang
publik—citra pemecahan-masalah dari memecahkan masalah ke dalam
analis, kebijakan dapat menyesatkan. elemen-elemen atau bagian-bagian
Citra pemecahan-masalah secara salah yang menyusunnya—karena jarang
menggambarkan bahwa para analis masalah-masalah dapat
dapat berhasil mengidentifikasi, didefinisikan dan dipecahkan
mengevaluasi, dan membuat rekomen- secara sendiri-sendiri. Kadang--

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/jaeducation


ISSN 2615–0581 (print), ISSN 2615-4757 (online)
Ad–Man–Pend (2021), 4 (1), 25–43 29

kadang merupakan hal yang mudah mengubah beberapa situasi


"untuk memecahkan sepuluh masalah. Masalah kebijakan
masalah yang saling terkait, merupakan hasil/produk penilaian
daripada memecahkan satu masalah subyektif manusia; masalah
secara sendiri. Sistem masalah yang kebijakan itu juga bisa diterima
saling tergantung mengharuskan sebagai definisi-definisi yang sah
suatu pendekatan holistik, suatu dari kondisi sosial yang obyektif;
pendekatan yang memandang dan karenanya, masalah kebijakan
bagian-bagian sebagai tak dipahami, dipertahankan, dan
terpisahkan dari keseluruhan sistem diubah secara sosial. Masalah tidak
yang mengikatnya. berada di luar individu dan
2. Subyektivitas dari Masalah kelompok-kelompok yang
Kebijakan. Kondisi eksternal yang mendefinisikan, yang berarti bahwa
menimbulkan suatu permasalahan tidak ada keadaan masyarakat yang
didefinisikan, diklasifikasikan, "alamiah" di mana apa yang ada
dijelaskan, dan dievaluasi secara dalam masyarakat tersebut dengan
selektif. Meskipun terdapatr suatu sendirinya merupakan masalah
anggapan bahwa masalah bersifat kebijakan.
obyektif—misalnya, polusi udara 4. Dinamika masalah kebijakan.
dapat didefinisikan sebagai tingkat Terdapat banyak solusi untuk suatu
gas dan partikel-partikel di dalam masalah sebagaimana terdapat
atmosfer—data yang sama banyak definisi terhadap masalah
mangenai polusi dapat tersebut. “Masalah dan solusi
diinterpretasikan secara berbeda. berada dalam perubahan-perubahan
Masalah kebijakan “adalah suatu yang konstan; dan karenanya
hasil pemikiran yang dibuat pada masalah tidak secara konstan
suatu lingkungan tertentu; Masalah terpecahkan.... Solusi terhadap
tersebut merupakan elemen dari masalah dapat menjadi usang
suatu situasi masalah yang meskipun barangkali masalah itu
diabstrakskan dari situasi tersebut sendiri belum usang."
oleh analis. Dengan begitu, apa
yang kita alami sesungguhnya Sistem masalah (messes) bukan
adalah merupakan adalah suatu merupakan kesatuan mekanis:
situasi masalah, bukan masalah itu melainkan sistem yang bertujuan
sendiri, seperti halnya atom atau (teleologis), di mana (1) tidak ada dua
sel, merupakan suatu konstruksi anggotanya yang sama persis di dalam
konseptual. Dalam analisis semua atau bahkan setiap sifat-sifat atau
kebijakan merupakan hal yang perilaku mereka; (2) sifat-sifat dan
sangat penting untuk tidak perilaku setiap anggota mempunyai
mengacaukan antara situasi pengaruh pada sifat-sifat dan perilaku
masalah dengan masalah kebijakan, sistem secara keseluruhan; (3) sifat-sifat
karena masalah adalah barang dan perilaku setiap anggota, dan cara
abstrak yang timbul dengan setiap anggota mempengaruhi sistem
mentransformasikan pengalaman ke secara keseluruhan, tergantung pada
dalam penilaian manusia. sifat-sifat dan perilaku paling tidak dari
3. Sifat buatan dari masalah. Masalah- salah satu anggota system; dan (4)
masalah kebijakan hanya mungkin dimungkinkan sub kelompok anggota
ketika manusia membuat penilaian mempunyai suatu pengaruh yang tidak
mengenai keinginan untuk bebas atau tidak independen pada

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/jaeducation


ISSN 2615–0581 (print), ISSN 2615-4757 (online)
30 Ja’far, Supiana & Qiqi, Perumusan Masalah Kebijakan...

sistem secara keseluruhan. Hal ini mendefinisikan masalah energi dengan


berarti bahwa sistem masalah kejahatan, berasumsi bahwa tenaga nuklir tidak
kemiskinan, pengangguran, inflasi, terkait dengan masalah-masalah lain.
energi, polusi, kesehatan—tidak dapat Sehingga hubungan antara energi
dipecah ke dalam rangkaian yang dengan item masalah yang lebih luas
independen tanpa menimbutkan risiko tidak masuk ke dalam perumusan
menghasilkan solusi yang tepat masalah. Seorang pengamat, yang
terhadap masalah yang salah. menulis di tahun 1970-an,
Kunci karakteristik dari sistem memperingatkan bahwa malaria akan
permasalahan adalah bahwa seluruh datang sebagai penyakit menular utama
sistem lebih besar—yaitu, berbeda di Eropa di dalam sepuluh tahun
secara kualitatif daripada sekedar mendatang, beruntung ada keputusan
jumlah dari bagian-bagiannya. Suatu pemerintah Jerman dan Perancis untuk
tumpukan batu dapat didefinisikan membangun generator atom yang
sebagai jumlah masing-masing batu memanfaatkan air sungai untuk sistem
tetapi tidak sebagai suatu piramida. pendinginnya sehingga suhu air tidak
Demikian juga, manusia dapat menulis memungkinkan anopeles (nyamuk
atau berlari, tetapi satu anggota tubuh pembawa malaria) berkembang biak."
tidak dapat melakukannya sendiri.
Selanjutnya, keanggotaan dalam sistem Masalah-masalah vs Isu-isu
dapat meningkatkan atau mengurangi Jika masalah-masalah kebijakan
kemampuan masing-masing elemen; benar-benar merupakan keseluruhan
dan setiap anggota sistem tidak dapat dari sistem masalah-masalah, itu berarti
membuat yang lain tidak terpengaruh. bahwa isu-isu kebijakan pasti sama
Sebagai contoh, otak tanpa ada bagian- kompleksnya. Isu-isu kebijakan tidak
bagian tubuh lainnya tidak akan dapat hanya mengandung ketidaksetujuan
berfungsi. Individu yang merupakan mengenai serangkaian aksi yang aktual
bagian suatu bangsa atau perusahaan atau potensial; tetapi juga
dapat mengerjakan sesuatu yang tidak mencerminkan pandangan-pandangan
dapat dikerjakan anggota lain, dan dia yang berbeda tentang sifat dari masalah-
tidak perlu mengerjakan hal yang dapat masalah itu sendiri. Isu kebijakan yang
dikerjakan orang lain." nampak secara jelas-sebagai contoh,
Akhirnya, pengakuan terhadap apakah pemerintah harus meningkatkan
ketergantungan, subyektivitas, sifat standar kualitas udara di dalam industri-
buatan dan kedinamisan masalah- merupakan konsekuensi yang khas dari
masalah kebijakan membuat kita seperangkat asumsi yang saling
berhati-hati terhadap kemungkinan bersaing tentang sumber polusi.
terjadinya konsekuensi-konsekuensi 1. Polusi adalah konsekuensi alamiah
yang tidak terduga ketika suatu dari kapitalisme, suatu sistem
kebijakan dibuat berdasarkan pada ekonomi di mana para pemilik
pemecahan/solusi yang tepat tetapi industri berusaha untuk
terhadap masalah yang salah. Lihat, mempertahankan dan
misalnya, situasi masalah yang dihadapi meningkatkan keuntungan dari
pemerintah-pemerintah Eropa Barat investasi mereka. Sejumlah
dalam dasawarsa terakhir ini. Perancis kerusakan pada lingkungan adalah
dan Jerman Barat, yang berusaha untuk harga yang wajar yang harus
meluaskan pasokan energi yang tersedia dibayar bagi sehatnya ekonomi
dengan membangun kompleks tenaga kapitalis.
nuklir pada Sungai Rhine,

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/jaeducation


ISSN 2615–0581 (print), ISSN 2615-4757 (online)
Ad–Man–Pend (2021), 4 (1), 25–43 31

2. Polusi adalah hasil dari kebutuhan ketiga mengenai pilihan konsumen dan
akan kekuasaan dan prestise di kelangsungan perusahaan dapat
antara manajer industri yang menghasilkan kesimpulan bahwa
mencari promosi dalam birokrasi regulasi pemerintah terhadap polusi
besar yang berorientasi pada karir. industri bukan merupakan isu, karena
Polusi merupakan suatu situasi pemerintah tidak dapat mengatur
yang parah di dalam sistem sosialis permintaan konsumen.
di mana tidak ada pemilik swasta Kompleksitas isu-isu kebijakan
yang herorientasi pada pencarian dapat diperlihatkan dengan
laba. mempertimbangkan jenjang organisasi
3. Polusi adalah konsekuensi dari di mana isu-isu itu diformulasikan . Isu-
pilihan konsumen dalam isu kebijakan dapat diklasifikasikan
masyarakat konsumtif tingkat sesuai dengan hirarki dari tipe: utama,
tinggi. Para manajer dan pemilik sekunder, fungsional, dan minor. Isu-isu
perusahaan harus memuaskan utama (major issues) secara khusus
konsumen yang menghendaki ditemui pada tingkat pemerintah
mesin dan mobil yang tertinggi di dalam atau di antara
berpenampilan menarik. jurisdiksi/wewenang federal, negara
bagian, dan lokal. Isu-isu utama secara
Kemampuan untuk mengenali khusus meliputi pertanyaan tentang misi
perbedaan di antara situasi problematis, suatu instansi, yaitu pertanyaan
masalah kebijakan, dan isu kebijakan mengenai sifat dan tujuan organisasi-
adalah penting sekali dalam rangka organisasi pemerintah. Isu seperti
memahami cara menafsirkan sebuah apakah Departemen Kesehatan dan
peristiwa, yang menimbulkan Pelayanan Masyarakat harus berusaha
ketidaksetujuan tentang serangkaian menghilangkan kondisi yang
tindakan pemerintah yang aktual menimbulkan kemiskinan adalah
maupun potensial. Formulasi masalah pertanyaan mengenai misi lembaga. Isu-
sangat dipengaruhi oleh asumsi-asumsi isu sekunder (secondary issues) adalah
para pelaku kebijakan yang berbeda- isu yang terletak pada tingkat instansi
legislator, administrator, pimpinan- pelaksana program-program di
pimpinan bisnis, kelompok-kelompok pemerintahan federal, negara bagian,
konsumen-sehingga membawa kepada dan lokal. Isu-isu yang kedua ini dapat
kondisi permasalahan yang ada. berisi isu prioritas-prioritas program
Selanjutnya, formulasi masalah yang dan definisi kelompok-kelompok
berbeda menentukan bagaimana isu-isu sasaran dan penerima dampak. Isu
kebijakan didefinisikan. Di dalam mengenai bagaimana mendefinisikan
contoh polusi lingkungan seperti kemiskinan keluarga adalah isu yang
tersebut di atas, asumsi-asumsi kedua. Sebaliknya, isu-isu
mengenai cara kerja ekonomi kapitalis fungsional (functional issues), terletak
yang sehat sudah barang tentu akan di antara tingkat program dan proyek,
membawa kepada pandangan yang dan memasukkan pertanyaan-
berrsifat negatif menganai perlunya pertanyaan seperti anggaran, keuangan,
pemerintah menerapkan standar kualitas dan usaha untuk memperolehnya.
udara di dalam industri, sementara itu Terakhir, isu-isu minor (minor issues),
asumsi-asumsi mengenai perilaku adalah isu-isu yang ditemukan paling
manajer perusahaan kelihatannya sering pada tingkat proyek-proyek yang
menghasikan posisi yang bersifat spesifik. Isu-isu minor meliputi
menyetujui. Sebaliknya, asumsi yang personal, staff, keuntungan bekerja,

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/jaeducation


ISSN 2615–0581 (print), ISSN 2615-4757 (online)
32 Ja’far, Supiana & Qiqi, Perumusan Masalah Kebijakan...

waktu liburan, jam kerja, dan petunjuk Sementara semua tipe kebijakan adalah
pelaksanaan serta peraturan. saling tergantung sebagai contoh,
realisasi dari misi-misi suatu instansi
Kebijakan Operasional tergantung sebagian pada kemampuan
Bila hirarki isu-isu kebijakan praktik-praktik personalnya adalah
naik, masalah-masalah menjadi saling penting untuk mengetahui bahwa
tergantung, subyektif, artifisial, dan kompleksitas dan tak dapat diulangnya
dinamis. Meskipun tingkat-tingkat ini suatu kebijakan akan semakin tinggi
saling tergantung, beberapa isu seiring dengan meningkatnya hirarki
memerlukan kebijakan yang strategis, isu-isu kebijakan.
sementara yang lain meminta kebijakan
operasional. Suatu kebijakan yang Tiga Kelas Masalah Kebijakan
strategis (strategic policy) adalah salah Terdapat tiga kelas masalah
satu kebijakan di mana konsekuensi dan kebijakan, yaitu: masalah yang
keputusannya secara relatif tidak bisa sederhana (well-structured), masalah
dibalikkan. Suatu isu seperti apakah AS yang agak sederhana (moderately--
harus mengirimkan pasukannya ke structured) dan masalah yang rumit (ill-
Teluk Persi, atau apakah pekerja sosial structured). Struktur dari masing-
harus diorganisir kembali, memerlukan masing kelas ini ditentukan oleh tingkat
kebijakan-kebijakan strategis karena kompleksitasnya, yaitu, derajat seberapa
konsekuensi dari keputusan-keputusan jauh suatu masalah merupakan sistem
tidak dapat dibalik ulang untuk permasalahan yang saling tergantung.
beberapa tahun. Sebaliknya, kebijakan Perbedaaan di antara masalah-masalah
operasional (operational policies) yaitu, yang sederhana, agak sederhana, dan
kebijakan di mana konsekuensi dari run-it digambarkan dengan
keputusan-keputusan secara relatif mempertimbangkan variasi di dalam
dapat dibalik ulang- tidak menimbulkan elemen-elemen mereka.
risiko dan ketidakpastian masa kini
pada tingkat yang lebih tinggi.

Tabel 1. Perbedaan dalam struktur dari tiga tipe masalah kebijakan

STRUKTUR MASALAH
ELEMEN Sederhana Agak Sederhana Rumit
Pengambilam ke- Satu atau beberapa Satu atau beberapa Banyak
putusan Tebatas Terbatas Tak terbatas
Alternatif Konsensus Konsensus Konflik
Kegunaan (nilai) Pasti atau berisiko Tidak pasti Tidak diketahui
Hasil Dapat dihitung Tak dapat dihitung Tak dapat dihitung
Probabilitas

Masalah yang sederhana (well- dalam tatanan pilihan pembuat


structured problems) adalah masalah keputusan. Hasil dari masing-masing
yang melibatkan satu atau beberapa alternatif diketahui dengan keyakinan
pembuat keputusan dan seperangkat yang tinggi (secara deterministik) atau
kecil alternatif-alternatif kebijakan. di dalam margin kesalahan yang rnasih
Kegunaan (nilai) mencerminkan dapat diterima (risiko). Prototipe
konsensus pada tujuan-tujuan jangka masalah yang sederhana adalah masalah
pendek yang secara jelas diurutkan keputusan yang dikomputerkan secara

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/jaeducation


ISSN 2615–0581 (print), ISSN 2615-4757 (online)
Ad–Man–Pend (2021), 4 (1), 25–43 33

penuh, di mana semua konsekuensi dari kejahatan yang ringan dengan tuntutan
semua alternatif kebijakan diprogram. hukuman yang juga ringan; jika
Masalah-masalah operasional yang keduanya mengaku melakukan
secara relatif lebih rendah di dalam kejahatan yang lebih serius, keduanya
instansi pemerintah memberi gambaran akan menerima pengurangan hukuman;
mengenai masalah yang sederhana. tetapi jika hanya salah seorang yang
Sebagai contoh, masalah mengganti mengaku, tertuduh yang mengaku akan
kendaraan secara relatif adalah masalah menerima hukuman percobaan,
yang sederhana yang meliputi pencarian sementara yang lain akan menerima
titik optimum pada kendaraan lama hukuman maksimum. Pilihan "optimal"
yang harus dijual untuk yang baru, bagi masing-masing tahanan, dengan
diambil ke dalam perhitungan biaya asumsi bahwa masing-masing tidak
perbaikan rata-rata bagi kendaraan lama mengetahui keputusan yang diambil
dan pembelian dan harga depriasi bagi pihak lain, adalah untuk mengaku.
kendaraan yang baru. Dengan begitu masing-masing akan
Masalah yang agak menerima keputusan lima tahun
sederhana (Moderately structured hukuman, karena keduanya
problems) adalah masalah-masalah kclihatannya berusaha untuk
yang melibatkan satu atau beberapa meminimalkan hukuman mereka.
pembuat keputusan dan sejumlah Contoh ini tidak hanya menggambarkan
alternatif yang secara relatif terbatas. kesulitan membuat pilihan ketika
Kegunaan (nilai) juga mencerminkan hasilnya tidak pasti tetapi juga
konsensus pada tuiuan-tujuan jangka memperlihatkan bahwa pilihan individu
pendek yang diurutkan secara jelas. yang "rasional" dapat memberi
Meskipun demikian, hasi1 dari kontribusi terhadap irasionalitas kolektif
alternatif-alternatif itu belum tentu dalam kelompok-kelompok kecil,
meyakinkan (deterministik) ataupun birokrasi pemerintah dan masyarakat
diperhitungkan di dalam margin secara keseluruhan.
kesalahan yang diterima (risiko); hasil- Masalah yang rumit (Ill-
hasil itu tidak meyakinkan/tidak tentu, structured problems) adalah masalah--
yang berarti bahwa probabilitas masalah yang mengikutsertakan banyak
kesalahan tidak dapat diperkirakan sama pembuat keputusan yang utilitas
sekali. Contoh dari masalah yang agak (nilai)nya tidak diketahui atau tidak
sederhana adalah simulasi atau mungkin untuk diurutkan secara
permainan kehijakan, suatu ilustrasi konsisten. Jika masalah-masalah yang
yang disebut dengan "dilema tahanan." sederhana dan agak sederhana
Dalam pernainan ini dua tahanan mencerminkan korsensus, maka
ditahan dalam ruang tahanan, sel yang karakteristik utama dari masalah--
terpusat, di mana masing-masing masalah yang rumit adalah konflik di
tahanan diinterograsi oleh penuntut, antara tujuan-tujuan yang saling
yang harus memperoleh pengakuan dari bersaing. Alternatif-alternatif
salah seorang atau kedua tahanan itu keebijakan dan hasilnya dapat juga
untuk menetapkan hukuman. Penuntut tidak diketahui, karena tidak mungkin
yang telah mempunyai cukup bukti memperkirakan risiko dan
untuk menghukum masing-masing ketidakpastian. Masalah pilihan tidak
tahanan yang melakukan kejahatan untuk menentukan hubungan-hubungan
ringan itu, mengatakan kepada setiap deterministik yang diketahui, tetapi
tahanan, jika tidak ada yang mengaku lebih untuk mendefinisikan sifat
maka mereka akan dituduh melakukan masalah. Contoh masalah yang rumit

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/jaeducation


ISSN 2615–0581 (print), ISSN 2615-4757 (online)
34 Ja’far, Supiana & Qiqi, Perumusan Masalah Kebijakan...

adalah masalah keputusan intransitif publik telah diringkaskan sejumlah


secara penuh, yaitu, suatu masalah di ilmuwan sosial.
mana tidak mungkin untuk memilih
alternatif kebijakan tunggal yang Perumusan Masalah dalam Analisis
disukai oleh semua orang. Sementara Kebijakan
masalah yang sederhana atau agak Syarat untuk memecahkan
sederhana mengandung urutan-urutan masalah yang rumit adalah tidak sama
pilihan yang transitif-yaitu, jika dengan syarat untuk memecahkan
alternatif A1 lebih disukai daripada masalah yang sederhana. Masalah yang
alternatif A2, dan alternatif A2 lebih sederhana memungkinkan analis
disukai daripada alternatif A3, maka menggunakan metode-metode
alternatif A1 lebih disukai daripada konvensional, sementara masalah yang
alternatif A3—masalah yang rumit rumit menuntut analis untuk mengambil
mempunyai urutan pilihan yang bagian aktif dalam mendefinisikan
intransitif. hakekat dari masalah itu seradiri. Dalam
Kebanyakan masalah kebijakan mendelinisikan secara aktif hakekat
yang paling penting cenderung suatu masalah, para analis harus tidak
rumit (ill-structured). Satah satu hanya menghadapkan diri mereka pada
pelajaran dari ilmu politik, administrasi keadaan problematis tetapi iuga harus
publik, dan disiplin lainnya adalah membuat peniiaian dan pendapat secara
bahwa masalah-masalah yang, kreatit. Hal ini berarti; hahwa analisis
sederhana atau agak sederhana jarang kebijakan dibagi ke dalam dua jenis
dijumpai dalam lingkungan analisis secara seimbang, yaitu
pemerintahan yang kompleks. perumusan masalah dan pemecahan
Sebagai contoh, merupakan hal yang masalah. Dengan kata lain, pemecahan
tidak realistis untuk menganggap masalah hanyalah salah satu bagian dari
keberadaan satu atau beberapa pembuat kerja analsis kebijakan:
keputusan dengan pilihan (manfaat) Gambaran tentang pemecahan
yang sama, karena kebijakan-kebijakan masalah bertolak dari pandangan
publik adalah seperangkat keputusan bahwa kerja kebijakan bermula
yang saling berhubungan yang dibuat dari masalah-masalah yang sudah
dan dipengaruhi oleh para pelaku terartikulasi dan ada dengan
kebijakan di sepanjang periode waktu sendirinya. Semestinya, kebijakan
yang panjang. Konsensus adalah jarang, bermula ketika masalah-masalah
karena pembuatan kebijakan publik yang diketahui nampak, masalah-
cenderung menimbulkan konflik di masalah yang terhadapnya
antara para pelaku kebijakan yang seseorang dapat membuat
saling bersaing. Akhirnya, merupakan hipotesis tentang serangkaian
hal yang hampir tidak mungkin atau tindakan yang mungkin dan yang
jarang untuk dapat mengindentifikasi terhadapnya seseorang dapat
seluruh alternatif pemecahan masalah, mengartikulasikan tujuan-tujuan
dan hal ini untuk sebagian karena bukan masalah-masalah yang
hambatan-hambatan pada perolehan jelas, tetapi kekhawatiran yang
informasi, dan juga karena kadang- bercampur aduk, yang nampak.
kadang sulit untuk mencapai formulasi Kelompok-kelompok penekan
permasalahan yang memuaskan. Alasan politik menjadi aktif tidak
mengapa masalah yang rumit adalah secbagaimana biasanya, atau
sangat penting bagi analisis kebijakan kegiatan mereka menjadi lebih
terberitakan; indikator-indikator

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/jaeducation


ISSN 2615–0581 (print), ISSN 2615-4757 (online)
Ad–Man–Pend (2021), 4 (1), 25–43 35

sosial formal dan informal yang tinggi sehingga analisis


memberi tanda kecenderungan berlangsung dengan intensitas tinggi
yang tidak dikehendaki, atau atau dalam periode waktu yang panjang,
kecenderungan-kecenderungan (4) produk analis dinyatakan bermanfaat
yang dapat diinterpretasikan oleh para analis, pembuat kebijakan,
sebagai titik yang diinginkan. dan para pelaksana kebijakan, karena
Terdapat tanda-tanda, kemudian dia memberikaan solusi yang memadai
masalah, tetapi tidak seorang pun bagi suatu masalah; dan (5) masalah
mengetahui apa masalah itu.... yang pada awalnya dihadapi bersifat
Dengan kata lain, keadaanya tidak jelas, kabur, dan sulit
sedemikian rupa sehingga didefinisikan, sehingga sebagian dari
masalah itu sendiri problematis. tugasnya adalah memformulasikan
Analisis kebijakan mengandung masalah itu sendiri.
proses untuk mencari dan
merumuskan masalah-masalah; Fase-fase Perumusan Masalah
mencakup penetapan (perumusan) Sebagaimana yang kita lihat di
masalah dengan tujuan untuk atas, perumusan masalah mengambil
menginterpretasikan gejala stres prioritas di atas pemecahan masalah
yang ada di dalam sistem. dalam analisis kebijakan. Perumusan
masalah dapat dipandang sebagai suatu
Kreativitas dalam Merumuskan proses dengan empat fase yang saling
Masalah tergantung, yaitu: pencarian
Kriteria untuk menentukan masalah (problem search), pendefinisian
keberhasilan perumusan masalah juga masalah (problem definition),
berbeda dari yang digunakan untuk spesifikasi masalah (problem
menilai keberhasilan dalam specification), dan pengenalan
memecahkan masalah. Pemecahan masalah (problem sensing) (lihat
masalah yang berhasil mengharuskan Gambar 5-3). Prasyarat perumusan
para analis memperoleh solusi-solusi masalah adalah pengakuan atau
teknis yang benar untuk masalah- "dirasakannya keberadaan" suatu situasi
masalah yang diformulasikan secara masalah. Untuk pindah dari situasi
jelas. Sebaliknya, perumusan masalah masalah seorang analis terlibat dalam
yang berhasil mengharuskan bahwa pencarian masalah. Pada tahap ini
para analis mendapatkan solusi-solusi tujuan jangka pendeknya bukan
untuk masalah-masalah yang kabur dan penemuan suatu masalah tunggal
sulit didefinisikan. Dalam (misalnya, masalah klien atau - analis
kenyataannya, kriteria untuk menilai itu); melainkan penemuan beberapa
tindakan kreatif secara umum juga reprensentasi masalah dari berbagai
terpakai bagi kreatifitas dalam pelaku kebijakan. Para analis yang
merumuskan suatu masalah. Perumusan terlatih biasa menghadapi jaringan besar
masalah bersifat kreatif sepanjang satu yang kacau dari formulasi-formulasi
atau lebih kondisi berikut ini terpenuhi: masalah yang saling bersaing yang
(1) produk analisis cukup baru sehingga dinamis, terbentuk oleh situasi sosial,
banyak orang belum pernah mencapai dan terdistribusi pada seluruh proses
solusi yang sama; (2) proses analisis pembuatan kebijakan. Akibatnya, para
tidak konvensional yang meliputi analis dihadapkan pada metaproblem ¾
modifikasi atau penolakan ide-ide yang suatu masalah di atas masalah-masalah
pernah ada; (3) proses analisis yang rumit karena wilayah reprensentasi
mengharuskan motivasi dan persistensi masalah yang dirniliki oleh para pelaku

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/jaeducation


ISSN 2615–0581 (print), ISSN 2615-4757 (online)
36 Ja’far, Supiana & Qiqi, Perumusan Masalah Kebijakan...

kehijakan nampak tidak tertata rapi. masalah-masalah substantif, perhatikan


Tugas utama adalah untuk merumuskan bermacam-macam cara dalam
meta-masalah, yaitu, masalah yang mendefinisikan masalah kemiskinan.
dalam urutan kedua yang dapat Kemiskinan dapat didefinisikan sebagai
didefinisikan sebagai kelas dari semua konsekuensi dari keadaan yang tidak
masalah urutan pertama, yang disengaja atau tidak dapat dielakkan
merupakan anggotanya. Kecuali jika dalam masyarakat, dari tindakan-
kedua tingkat ini dibedakan secara jelas, tindakan jahat manusia, atau ketidak-
para analis menghadapi resiko sempurnaan dalam kemiskinan mereka
memformulasikan masaiah yang salah sendiri. Definisi kemiskinan ini
dengan mencampur anggota dan mengandung elemen-elemen pandangan
kelasnya. Bila gagal membedakan dunia, mitos, atau ideologi sebagaimana
tingkat-tingkat ini, analis melanggar masing-masing meliputi persepsi yang
aturan bahwa "apapun yang mencakup selektif terhadap elemen-elemen kondisi
keseluruhan pastilah bukan anggota masalah. Pandangan dunia, ideologi,
keseluruhan itu. dan mitos sebagian benar dan sebagian
Dalam perpindahan dari meta salah, yang berarti bahwa mereka
masalah ke masalah substantif, analis berguna dan pada saat yang sama
berusaha,untuk mendefinisikan suatu berbahaya. Dalam contoh ini penjelasan
masalah dalam istilah yang paling tentang kemiskinan sebagai kecelakaan
mendasar dan umum. Sebagai contoh, sejarah atau sesuatu yang tak terelakkan
analis dapat menentukan apakah menunjukkan perspektif naturalistik
masalah itu adalah masalah ekonomi, terhadap masalahmasalah sosial yang
sosial, atau ilmu politik. Jika masalah mendistorsi realitas dengan menyatakan
substantifnya dikonsepkan sebagai bahwa pertanyaan-pertanyaan mengenai
masalah ekonomi, analis akan distribusi kekayaan adalah tidak ada
memperlakukannya dalam ketentuan artinya; tetapi mitos ini dapat pula
faktor-faktor yang berhubungan dengan menggugah analis kepada definisi relatif
produksi dan distribusi barang dan tentang kemiskinan dengan menunjuk
jasa ¾sebagai contoh, harga pasar fakta bahwa tidak ada masyarakat yang
menentukan biaya dan manfaat diketahui telah memecahkan masalah
program-program publik. Sebaliknya, kemiskinan tersebut secara menyeluruh.
jika masalahnya dipandang sebagai Mirip dengan itu, penjelasan tentang
masalah politik atau sosiologi, analis kemiskinan sebagai akibat dari kaum
akan mendekatinya sebagai distribusi kapitalis yang jahat atau korup secara
kekuasaan dan pengaruh di antara moral mendistorsi motivasi yang ada
kelompok-kelompok kepentingan, elit, dari kaum miskin tersebut.
dan lapisan sosial lainnya yang saling Perspektif moralistik yang sama,
bersaing. Pemilihan sebuah kerangka yang menjelaskan kemiskinan sebagai
konseptual sering sama dengan kelemahan moral, juga mengarahkan
pemilihan sebuah pandangan hidup, perhatian terhadap cara-cara pemilik
ideologi, atau mitos rakyat dan swasta mempromosikan sampah,
menunjukkan komitmen terhadap suatu eksploitasi, dan tidak adanya tanggung
cara pandang. jawab sosial. Akhirnya, untuk
menyatakan kemiskinan sebagai ketidak
Tahap-tahap perumusan masalah sempurnaan di dalam orang miskin
Untuk menggambarkan sendiri tidak hanya menghasillcan
pentingnya pandangan dunia, ideologi, penyalahan korban daripada lembaga
dan mitos rakyat dalam mengkonsepkan sosial yang bertanggung jawab, tetapi

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/jaeducation


ISSN 2615–0581 (print), ISSN 2615-4757 (online)
Ad–Man–Pend (2021), 4 (1), 25–43 37

juga menunjuk pada fakta bahwa Kesalahan Tipe Ketiga (EIII)


beberapa orang miskin memilih untuk Isu kritis dari perumusan
hidup di bawah kondisi yang masalah adalah bagaimana masalah-
didefinisikan oIch sebagian besar masalah substantif dan formal secara
masyarakat sebagai "miskin." Perspektif aktual terkait dengan kondisi masalah
lingkungan ini, yang men jelaskan yang sebenarnya. Jika sebagian bcsar
kemiskinan dan masalah-masalah sosial kondisi masalah ternyata mengandung
lain dengan karakteristik lingkungan si seluruh sistem masalah atau messes,
korban, sering menghasilkan cap maka keharusan bagi analisis kebijakan
kcmanusiaan yang kontradiktif yang adalah formulasi masalah substantif dan
dikenal sebagai "menyalahkan korban." masalah formal yang mampu
Kaum humanis dapat mencerminkan kompleksitas tersebut.
mengkonsentrasikan keinginan murah Derajat hubungan antara kondisi
hatinya pada kekurangan korban, masalah yang ada dan masalah
mengutuk stres sosial dan lingkungan substantif ditentukan pada fase definisi
.yang samar-samar yang menghasilkan masalah. Di sini analis membandingkan
kekurangan (beberapa waktu yang lalu), karakteristik kondisi masalah dan
dan mengabaikan keberlanjutan masalah substantif, yang sering
pengaruh kekuatan sosial yang didasarkan pada asumsi-asumsi dan
mencelakakan (sekarang ini). Hal ini keyakinan implisit mengenai asal mula
merupakan ideologi yang cemerlang manusia, waktu, dan kemungkinan bagi
untuk munjustifilcasi bentuk aksi sosial perubahan sosial melalui tindakan
yang ada yang diciptakan untuk pemerintah. Yang juga penting adalah
mengubah, bukan masyarakat, seperti derajat hubungan antara kondisi
yang diharapkan, tetapi korban dalam masalah dan masalah formal, yang
masyarakat itu. sering dikhususkan dalam bentuk rumus
Sekali masalah substantif telah matematis atau seperangkat persamaan.
didefinisikan, masalah formal yang Dalam hal pertama (pencarian
lebih rinci dan spesifik dapat masalah), analis yang gagal dalam
dirumuskan. Proses perpindahan dari pencarian masalah, atau berhenti
masalah substantif ke masalah formal mencari secara dini, menanggung risiko
dilakukan melalui spesifikasi masalah, menetapkan batasan-batasan yang salah
yang secara tipikal meliputi dari metaproblem. Aspek-aspek penting
pengembangan representasi (model) dari metaproblem sebagai contoh,
matematis formal dari masalah formulasi masalah yang dihadapi oleh
substantif. Pada pokok ini kesulitan mereka yang tengah atau akan ditugasi
mungkin terjadi, karena hubungan mengimplementasikan kebijakan dapat
antara masalah substantif yang rumit dikatakan berada di luar batas-
dan representasi formal dari masalah itu batas metaproblem. Dalam hal kedua
mungkin lemah/renggang. Kebanyakan (definisi masalah), para analis
metode untuk menspesifikasikan menanggung risiko memilih pandangan
masalah dalam terminologi matematika dunia, ideologi, atau mitos yang salah
formal tidak sesuai untuk masalah- untuk mengkonseptualisasikan kondisi
masalah yang sulit didefinisikan, di masalah ketika mereka harus memilih
mana tugas utamanya bukan untuk salah satu yang tepat. Dalam hal ketiga
mendapatkan solusi matematis yang (spesifikasi masalah), risiko utama
tepat/benar tetapi untuk mendefinisikan adalah memilih representasi formal
sifat dari masalah itu sendiri. (model) yang salah dari inasalah
substantif ketika representasi formal

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/jaeducation


ISSN 2615–0581 (print), ISSN 2615-4757 (online)
38 Ja’far, Supiana & Qiqi, Perumusan Masalah Kebijakan...

yang tepat harus dipilih. Dalam setiap penyederhanaan formalnya yang


hal tersebut di atas, para analis dapat berlebihan terhadap proses yang
melakukan kesalahan tipe ketiga kompleks. Rasionalitas dapat
atau errors ofthe third type (EIII). didefinisikan pada tingkat yang lebih
Kesalahan tipe III telah diterangkan mendasar, di mana pilihan yang tidak
oleh teoritisi keputusan Howard Raiffa disadari dan tidak kritis tentang suatu
dalam kalimat berikut ini: pandangan dunia, ideologi, atau mitus
Salah satu paradigma yang paling dapat mengacaukan secara serius
populer dalam...matematika konseptualisasi masalah substantif dan
menerangkan kasus di dalam solusi-solusinya yang potensial. Dalam
mana seorang peneliti harus kasus ini, analisis kebijakan mungkin
menerima atau menolak apa yang merupakan ideologi tersamar. Terakhir,
dikenal dengan hipotesis nol. Pada pencarian metamasalah didasarkan pada
pelajaran awal statistik mahasiswa proses tanya-jawab yang iebih baik
belajar bahwa dia harus terns disebut rasionalitas erotetik (erotetic
menerus menyeimbangkan antara rationality).
membuat kesalahan tipe pertama
(yaitu, menolak hipotesis nol yang Tipe-Tipe Model Kebijakan
benar) dan kesalahan tipe kedua Model Kebijakan (Policy
(yaitu menerima hipotesis nol models) adalah representasi sederhana
yang salah) ... sementara para mengenai aspek-aspek yang terpilih dari
praktisi juga terlalu sering suatu kondisi masalah yang disusun
membuat kesalahan tipe ketiga: untuk tujuan-tujuan tertentu. Persis
memecahkan masalah yang salah. sepeti masalah-masalah kebijakan yang
Proses perumusan masalah merupakan bangunan mental yang
menimbulkan sejumlah isu penting berdasarkan pada konseptualisasi dan
dalam metodologi analisis kebijakan spesifikasi elemen-elemen kondisi
dan ilmu pada umumnya. Setiap fase masalah, model-model kebijakan
perumusan masalah mengharuskan merupakan rekonstruksi artifisial dari
bermacam-macam keahlian metodologis realitas dalam wilayah yang merentang
yang berbeda dan diterapkannya standar dari energi dan lingkungan sampai ke
rasionalitas yang berbeda-beda. Sebagai kemiskinan, kesejahteraan, dan
contoh, bermacam-macam keahlian kejahatan. Model kebijakan dapat
yang sangat memadai untuk dinyatakan sebagai konsep, diagram,
menemukan metaproblems dan grafik, atau persamaan matematika.
mendefinisikan masalah-masalah Mereka dapat digunakan tidak hanya
substantif juga observasional dan untuk menerangkan, menjelaskan, dan
konseptual. Subyek-subyek matematik memprediksikan elemen-elemen suatu
dan statistik (ekonomi, penefitian kondisi masalah melainkan juga untuk
operasi, analisis sistem) terutama memperbaikinya dengan
relevan untuk menspesilikasikan merekomendasikan serangkaian
masalah-masalah formal. Penstrukturan tindakan untuk memecahkan masalah-
masalah juga menimbulkan pertanyaan- masalah tertentu. Model kebijakan tidak
pertanyaan tentang arti rasionalitas yang pernah merupakan deskripsi literal
berbeda-beda, karena rasionalitas bukan tentang situasi masalah. Seperti halnya
sekedar persoalan mencari representasi masalah kebijakan, model kebijakan
formal yang tepat tentang kondisi merupakan alat artifisial untuk
masalah. Inilah definisi teknis baku menyusun secara imajinatif dan
tentang rasionalitas yang dikritik atas

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/jaeducation


ISSN 2615–0581 (print), ISSN 2615-4757 (online)
Ad–Man–Pend (2021), 4 (1), 25–43 39

menginterpretasikan pengalaman kita mengabaikan model.


tentang situasi masalah. Persoalannya hanyalah memilih di
Model kebijakan bermanfaat dan antara banyak alternatif.
bahkan harus ada. Model kebijakan Dengan menyederhanakan situasi
merupakan penyederhanaan sistem masalah, model tak terelakkan
masalah (messes) dengan membantu menyumbang distorsi selektif atas
mengurangi kompleksitas dan realitas. Model sendiri tidak dapat
menjadikannya dapat dikelola oleh para memberi tahu kita bagaimana
analis kebijakan. membedakan pertanyaan-pertanyaan
Model-model kebijakan dapat yang esensial dari yang tidak esensial;
membantu membedakan hal-hal yang juga tidak dapat menjelaskan,
esensial dan yang tidak esensial dari memprediksi, mengevaluasi, atau
situasi masalah, mempertegas hubungan merekomendasikan, karena penilaian-
di antara faktor-faktor atau variabel- penilaian ini berada di luar model dan
variabel penting, dan membantu bukan merupakan bagian dari model itu.
menjelaskan dan memprediksikan Sementara itu model dapat membantu
konsekuensi-konsekuensi dari pilihan- kita untuk melakukan tugas-tugas
pilihan kebijakan. Model-model analitis, kata kuncinya ada pada "kita,"
kebijakan juga dapat memainkan peran untuk itu kita dan bukan model yang
kreatif dan kritis di dalam analisis menyediakan asumsi-asumsi yang
kebijakan dengan mendorong para diperlukan untuk menginterpretasikan
analis untuk membuat asumsi-asumsi gambaran realitas yang diterapkan oleh
eksplisit mereka sendiri dan untuk suatu model. Akhirnya, model-model
menantang ide-ide konvensional kebijakan -khususnya yang
maupun metode-metode analisis. diekspresikan dalam bentuk
Terakhir, penggunaan model-model matematika- kadang-kadang sulit
kebijakan bukanlah masalah pilihan, dikomunikasikan kepada para pembuat
karena setiap orang menggunakan dan pelaku kebijakan, yang untuk
beberapa model. Dikatakan oleh merekalah model diciptakan guna
pembuat model kebijakan Jay Forrester: membantu membuat keputusan yang
Setiap orang menggunakan model lebih baik.
secara konstan. Setiap orang
dalamb kehidupan pribadinya dan Model Deskriptif
bisnisnya secara naluriah Model-model kebijakan dapat
menggunakan model-model untuk dibandingkan dan dikontraskan dari
membuat keputusan. Citra mental berbagai dimensi, yang paling penting
tentang dunia di sekeliling anda diantaranya adalah membantu
yang anda bawa ke dalam pikiran membedakan tujuan, bentuk ekspresi
adalah model. Seseorang tidak dan fungsi metodologis dari model. Dua
mempunyai kota atau pemerintah bentuk utama model kebijakan adalah
atau negara di dalam kepalanya. deskriptif dan normatif. Tujuan model
Dia hanya mempunyai konsep deskriptif adalah menjelaskan dan/atau
yang terseleksi dan hubungan memprediksikan sebab-sebab dan
yang dia gunakan untuk konsekuensi-konsekuensi dari pilihan-
menampilkan sistem nyata. Citra pilihan kebijakan. Model deskriptif
mental merupakan suatu model. digunakan untuk memantau hasil-hasil
Semua keputusan kita diambil dari aksi-aksi kebijakan-sebagai contoh,
atas dasar model. Persoalannya daftar tahunan dari indikator sosial yang
bukanlah menggunakan atau dipublikasikan oleh Kantor Managemen

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/jaeducation


ISSN 2615–0581 (print), ISSN 2615-4757 (online)
40 Ja’far, Supiana & Qiqi, Perumusan Masalah Kebijakan...

dan Anggaran-maupun untuk Sn = (l+r)n So


meramalkan kinerja ekonomi. Sebagai di mana Sn adalah jumlah di mana
contoh, Dewan Penasehat Ekonomi tabungan bertambah dalam tahun
mempersiapkan ramalan ekonomi tertentu (n), So adalah permulaan
tahunan untuk dimasukkan dalam tabungan, dan (l+r)n adalah
Laporan Ekonomi Presiden. pengembalian konstan atas investasi (1)
ditambah suku bunga (r) dalam periode
Model Normatif waktu tertentu (n). Jika seseorang
Sebaliknya, tujuan model (pembuat kebijakan) mengetahui suku
normatif bukan hanya untuk menjelas- bunga dari institusi-institusi tabungan
kan dan/atau memprediksi tetapi juga yang berbeda dan berharap untuk
memberikan dalil dan rekomendasi mengoptimalkan pengembalian pada
untuk mengoptimalkan pencapaian tabungannya, model normatif sederhana
beberapa utilitas (nilai). Di antara ini memungkinkan pilihan yang jelas
beberapa jenis model normatif yang dari institusi yang menawarkan suku
digunakan oleh para analis kebijakan bunga yang tertinggi, dengan asumsi
adalah model normatif yang membantu bahwa tidak ada pertimbangan lain yang
menentukan tingkat kapasitas pelayanan penting (sebagai contoh, keamanan
yang optimum (model antri), waktu deposito atau hak-hak istimewa yang
pelayanan dan perbaikan yang optimum khusus bagi para pemuka) yang harus
(model penggantian), pengaturan dipertimbangkan. Namun demikian,
volume dan waktu yang optimum perlu dicatat bahwa model normatif ini
(model inventaris) dan keuntungan yang juga memprediksi akumulasi tabungan
optimum pada investasi publik (model di bawah alternatif-alternatif yang
biaya-manfaat). Masalah-masalah berbeda, sedemikian rupa sehingga
keputusan normatif biasanya dalam menunjuk pada karakteristik semua
bentuk: mencari nilai-nilai variabel model normatif: Model normatif itu
yang terkontrol (kebijakan) yang akan tidak hanya memungkinkan kita
menghasilkan manfaat yang terbesar memperkirakan nilai-nilai masa lalu,
(nilai), sebagaimana terukur dalam masa kini, dan masa yang akan datang
variabel keluaran yang hendak diubah dari variabel-variabel hasil melainkan
oleh para pembuat kebijakan. juga memungkinkan kita
Salah satu model normatif yang mengoptimalkan, pencapaian suatu
paling sederhana dan paling biasa nilai.
adalah melipatgandakan bunga.
Seringkali dalam kehidupannya orang Model Verbal
menggunakan beberapa variabel dari Model kebijakan, baik deskriptif
model ini untuk mencari manfaat dari maupun normatif, dapat juga dibedakan
variabel-variabel kebijakan (misalnya, menurut bentuk ekspresinya. Model-
bank berhadapan dengan asosiasi model normatif dan deskriptif dapat
penabung dan peminjam) yang akan diekspresikan di dalam tiga bentuk
menghasilkan bunga pendapatan yang utama, yaitu: verbal, simbol, dan
paling besar (kegunaan) pada tabungan prosedura1. Model Verbal (Verbal
seperti yang diukur dengan jumlah uang models) diekspresikan dalam bahasa
yang dapat diharapkan setelah beberapa sehari-hari, bukannya bahasa logika
tahun (nilai dari variabel hasil yang simbolis dan matematika, dan mirip
diharapkan seseorang untuk berubah). dengan yang kita terangkan sebelumnya
Model analitis untuk sebagai masalah-masalah substantif.
melipatkagandakan adalah Dalam menggunakan model verbal,

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/jaeducation


ISSN 2615–0581 (print), ISSN 2615-4757 (online)
Ad–Man–Pend (2021), 4 (1), 25–43 41

analis bersandar pada penilaian nalar simbolis sulit untuk dikomunikasikan di


untuk membuat prediksi dan antara orang awam, termasuk para
menawarkan rekomendasi. Penilaian pembuat kebijakan, dan bahkan di
nalar menghasilkan argumen kebijakan, antara para ahli pembuat model sering
bukannya dalam bentuk nilai-nilai terjadi kesalahpahaman tentang elemen-
angka pasti. Model verbal secara relatif elemen dasar dari model.
mudah dikomunikasikan di antara para Biaya model simbolis mungkin
ahli dan orang awanI, dan biayanya tidak lebih besar daripada model verbal,
murah. Keterbatasan model verbal memungkinkan seseorang
adalah bahwa masalahmasalah yang memperhitungkan waktu dan usaha
dipakai untuk memberikan prediksi dan sangat besar yang dicurahkan pada
rekomendasi bersifat implisit atau debat publik, sarana utama untuk
tersembunyi, sehingga sulit untuk mengekspresikan model-model verbal.
memahami dan memeriksa secara kritis Kelemahan praktis model simbolis
argumen-argumen tersebut sebagai adalah hasilnya mungkin tidak mudah
keseluruhan. Argumen yang diinterpretasikan, bahkan di antara para
mendukung dan menentang blokade spesialis, karena asumsi-asumsinya
angkatan laut Uni Soviet selama Krisis mungkin tidak dinyatakan secara
Misil Kuba pada tahun 1962 adalah memadai. Model-model simbolis dapat
contoh yang baik mengenai model memperbaiki keputusankeputusan
kebijakan verbal. Model verbal Presiden kebijakan, tetapi hanya jika premis-
Kennedy sendiri mengenai krisis premis sebagai pijakan menyusun
tersebut berpendapat bahwa blokade itu model dibuat eksplisit ... Terlalu sering
adalah satu-satunya pilihan nyata AS: yang pokok isinya menjadi model yang
Di atas semuanya, untuk berdasarkan pada teori dan bukti tidak
mempertahankan kepentingan lebih dari prekonsepsi dan prasangka
vital kita sendiri, kekuatan- ilmuwan yang terselubung dalam
kekuatan nuklir harus mencegah kekuatan ilmiah dan dihiasi dengan
konfrontasi tersebut yang simulasi komputer yang ekstensif.
membawa pihak lawan kepada Tanpa verihkasi empiris hanya ada
sebuah pilihan untuk mundur sedikit jaminan bahwa hasil dari praktik
dengan terhina atau perang nuklir. semacan itu dapat diandalkan, atau
Mengadopsi tindakan seperti itu bahwa hasil itu dapat diterapkan untuk
dalam abad nuklir akan menjadi tujuan-tujuan kebijakan normatif.
bukti kebangkrutan kebijakan Meskipun kita telah membahas
kita-kebijakan tentang kematian model simbolis yang sederhana yang
kolektif yang akan menimpa diciptakan untuk tujuan-tujuan normatif
seluruh dunia. (melipatgandakan bunga), ada banyak
model simbolis yang tujuan utamanya
Model Simbolis adalah deskriptif. Model simbolis yang
Model simbolis menggunakan paling sering digunakan adalah
simbol-simbol matematis untuk persamaan linear yang sederhana Y = a
tnenerangkan hubungan di antara + bX adalah variabel kebijakan yang
variabel-variabel kunci yang dipercaya dapat dimanipulasi oleh para pembuat
mencirii suatu masalah. Prediksi atau kebijakan. Hubungan antara X dan Y
solusi yang optimal diperoleh dari dikenal sebagai fungsi linear, yang
model-model simbolis dangan berarti bahwa hubungan antara X dan Y
meminjam metode-metode matematika, akan membentuk garis lurus jika
statistika, dan logika. Model-model digambar pada sebuah grafik (lihat

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/jaeducation


ISSN 2615–0581 (print), ISSN 2615-4757 (online)
42 Ja’far, Supiana & Qiqi, Perumusan Masalah Kebijakan...

Gambar 5-4). Dalam model ini simbol b pengidentifikasian masalah sudah


menunjukkan jumlah perubahan dalam dilakukan, sehingga dapat diketahui
Y sehingga akibat dari perubahan di permasalahan apa saja yang harus
dalam X, yang tergambarkan oleh
segera didahulukan untuk diatasi
kemiringan garis lurus dalam gambar
(semakin curam kemiringannya, dengan kebijakan publik.
semakin besar pengaruh X pada Y). 3. Perumusan (formulasi) rancangan
Simbol a (yang disebut intercept kebijakan, Tahap ketiga dari proses
constant) menunjukkan titik di mana perumusan kebijakan publik adalah
garis lurus memotong sumbu vertikal perumusan rancangan kebijakan.
atau Y atau X adalah nol. Dalam Jika permasalahan sudah
Gambar 5-4 semua nilai Y adalah
diidentifikasi dan ditentukan skala
setengah nilai X di sepanjang garis
putus-putus (yaitu, y = 0 + 0,5X), prioritasnya, maka pemerintah
sementara di sepanjang garis penuh mulai menyusun rancangan
semua sama (yaitu, y = 1,OX). Model kebijakan untuk menyelesaikan
linear ini memungkinkan analis atau mengatasi permasalah tersebut.
menentukan berapa besar perubahan Dalam menyusun dan merumuskan
dalam variabel kebijakan (X) yang rancangan kebijakan, pemerintah
diperlukan untuk menghasilkan nilai
tetap memperhatikan pendapat atau
tertentu dari variabel hasil
(Y). masukan dari masyarakat.
Formulasi (perumusan) kebijakan
Simpulan dapat berbentuk undang-undang,
1. Pengindentifikasian masalah dan perpu, kepres, perda, dan lain
penyusunan agenda, Tahap pertama sebagainya. Bentuk-bentuk
dalam proses perumusan kebijakan formulasi kebijakan ini disesuaikan
publik adalah pengidentifikasian dengan tingkat dan kebutuhan
masalah dan penyusunan agenda, permasalahan.
permasalahan, keinginan, tuntutan, 4. Penetapan dan pengesahan
aspirasi, dan kehendak yang kebijakan, Tahap yang selanjutnya
berkembang dalam kehidupan dalam perumusan kebijakan publik
masyarakat. adalah penetapan dan pengesahan
2. Penyusunan skala prioritas, Tahap kebijakan. Pada tahap ini rumusan
kedua dalam tahap-tahap rancangan kebijakan sudah selesai
perumusan kebijakan publik adalah dibahas dan disepakati oleh
penyusunan skala prioritas. Ada lembaga yang terkait. Dengan
begitu banyak permasalahan, demikian, rancangan kebijakan
keinginan, tuntutan, maupun publik tersebut siap untuk
aspirasi dari masyarakat, semuanya ditetapkan dan disahkan dalam
tidak mungkin dapat diselesaikan bentu peraturan atau undang-
dan dipenuhi sekaligus secara undang. Kebijakan yang sudah
bersamaan. Oleh sebab itu, disahkan tersebut perlu
pemerintah perlu melakukan disosialisasikan terlebih dahulu
penyusunan skala prioritas, skala kepada masyarakat sebelum
prioritas ini bisa ditentukan apabila diberlakukan. Hal ini bertujuan

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/jaeducation


ISSN 2615–0581 (print), ISSN 2615-4757 (online)
Ad–Man–Pend (2021), 4 (1), 25–43 43

agar masyarakat mengetahui Hamdani, Muchlis. (2014). Kebijakan


kebijakan baru tersebut, memahami Publik Proses Analis Dan
maksud dan tujuan kebijakan, dan Partisipasi. Bogor: Ghalia
Indonesia.
siap untuk melaksanakannya.
Hamdani, Muchlis (2014). Kebijakan
5. Pelaksanaan kebijakan, Tahap Publik Proses Analis Dan
kelima dalam proses perumusan Partisipasi. Bogor: Ghalia
kebijakan kebijakan publik adalah Indonesia.
pelaksanaan kebijakan. Dalam Hasbullah, M. (2015). Kebijakan
pelaksanaan suatu kebijakan, Pendidikan. Jakarta: PT. Raja
masyarakat sudah dianggap siap Grafindo Persada.
Septiawati, L., & Eftanastarini, I.
untuk mengikuti dan merepakan
(2020). Analisis Ketercapaian
kebijakan tersebut, termasuk Standar Kompetensi Lulusan di
pemerintah sendiri. Pada tahap ini, MTS As Salam. Attractive:
semua kebijakan yang telah Innovative Education Journal,
dirumuskan tadi diuji secara nyata, 2(1), 81-89.
sehingga adapat diketahui apakah Septiawati, L., & Eftanastarini, I.
kebijakan baru tersebut yang (2013). Kebijakan Sosial
Sebagai Kebijakan Publik.
diambil itu dapat mengatasi
Bandung: Alfabeta.
permasalahan atau tidak. Winarno, Budi. (2008). Kebijakan
6. Evaluasi kebijakan publik, Tahap Publik Teori dan Proses.
terakhir adalah evaluasi kebijakan Yogyakarta: PT. Buku Kita.
publik. Pada tahap ini pelaksanaan
kebijakan publik dievaluasi untuk
mengetahui apakah sudah sesuai
dengan harapan masyarakat dan
terbukti efektif memcahkan
masalah atau tidak. Jika hasilnya
baik maka kebijakan tersebut
diteruskan, sebaliknya jika
kebijakan tersebut itu menimbulkan
dampak atau permasalahan baru,
maka sudah selayaknya kebijakan
tersebut ditinjau ulang atau
diperbaiki.

Daftar Pustaka

Dunn, William. (1998). Pengantar


Analisis Kebijakan Publik,.
Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/jaeducation


ISSN 2615–0581 (print), ISSN 2615-4757 (online)

Anda mungkin juga menyukai