Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENELITIAN

PERUMUSAN KEBIJAKAN PUBLIK DAN AKSES LOKAL DALAM


KEBIJAKAN NASIONAL

OLEH: MUSLIH

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS HUKUM DAN SOSIAL
UNIVERSITAS MATHLA’ULANWAR BANTEN
BAB I
PENDAHULUAN

  Latar Belakang Masalah

Studi kebijakan publik berusaha untuk meninjau berbagi teori dan proses yang
terjadi dalam kebijakan publik. Dapat dikatakan bahwa kebijakan publik tidak lepas dari
proses pembentukan kebijakan itu sendiri. Dengan demikian, salah satu tujuan studi
kebijakan publik adalah untuk menganalisis bagaimana tahapan demi tahapan proses
pembentukan kebijakan publik tersebut sehingga terwujudlah suatu kebijakan publik
tertentu.
Tahapan demi tahapan tersebut terangkum sebagai suatu proses siklus pembuatan
kebijakan publik. Setiap tahapan dalam proses pembentukan kebijakan publik
mengandung berbagai langkah dan metode yang lebih rinci lagi. Tahapan yang terdapat
dalam pembuatan suatu kebijakan publik memiliki berbagai manfaat serta konsekuensi
dari adanya proses tersebut, khususnya bagi para aktor pembuat kebijakan publik.
Makalah ini mencoba menguraikan berbagi tahapan yang terjadi dalam proses
siklus perumusan kebijakan publik. Tujuannya adalah untuk memahami berbagai
tahapan pembuatan kebijakan publik sehingga mempermudah untuk menganalisis
masalah-masalah yang kompleks sehingga dapat dirumuskan ke dalam suatu kebijakan
publik tertentu.

B.     Rumusan Masalah
1.             Bagaimana pembentukan kebijakan versus perumusan kebijakan?
2.             Bagaimana model-model perumusan kebijakan publik?
3.             Bagaimana tahap-tahap dalam perumusan kebijakan?
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pembuatan  kebijakan versus perumusan kebijakan


1.      Pengertian pembuatan kebijakan
Pembuatan kebijakan merupakan proses politik yang berlangsung dalam tahap-
tahap pembuatan kebijakan politik, dimana aktifitas politis ini dijelaskan sebagai proses
pembuatan kebijakan, dan difisualisasikan sebagai serangkaian tahap yang saling
bergantung satu sama lainnya, diatur menurut urutan waktu, seperti : penyusunan
anggota, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian
kebijakan. Dengan demikian sebuah kebijakan akan mudahdipahami apabila dikaji tahap
demi tahap tersebut, dan menjadikan kebijakan yang bersifat publik akan selalu penuh
warna, serta kajiannya amat dinamis.
Penetapan suatu kebijakan pendidikan merupakan salah satu tugas lembaga
pemerintahan yang berkewenangan dalam rangka penyelenggaraan tugas
pemerintahannegara dan pembangunan bangsa dibidang pendidikan yang tidak dapat
digantikan, dalam arti didelegasikan, dipindahkan atau diprivatisasikan kepada organisasi
diluar pemerintahan.
2.      Perumusan Kebijakan
Perumusan kebijakan haruslah bersifat cerdas, dalam arti kebijakan pendidikan
tersebut harus mampu memecahkan problem pendidikan yang dapat dipertanggung
jawabkan kepada publik, baik dari segi manfaat, kualitas, maupun akuntabilitasnya.
Disamping itu, kebijakan pendidikan yang dirumuskan haruslah bersifat bijaksana, dalam
arti tidak menimbulkan problematika pendidikan baru yang lebih besar dan lebih rumit
dibandingkan problem pendidikan yang hendak diatasi atau dipecahkan. Kebijakan
pendidikan yang dirumuskan juga hendaknya memberikan harapan baru bagi warga
negara bahwa mereka dapat menjalani hari esok yang jauh lebih baik setelah kebijakan
pendidikan itu diimplementasikan. Serta, kebijakan pendidikan yang dirumuskan
haruslah mendorong produktivitas, kualitas dan perikehidupan bersama dalam bidang
pendidikan secara efektif dan efisien.[1]

B.     Model-model Perumusan Kebijakan Publik


Menurut Thomas R.Dye (1995) ada 9 model dalam merumuskan kebijakan publik.
1.      Model Kelembagaan
Formulasi kebijakan dengan model ini bermakna bahwa tugas membuat kebijakan adalah
tugas pemerintah (lembaga legislatif). Jadi apapun yang dibuat pemerintah adalah
kebijakan publik. Dye membenarkan model ini karena 3 alasan :
a.       Pemerintah memang lembaga yang sah dalam membuat kebijakan
b.      Fungsi pemerintah universal
c.       Pemerintah punya hak monopoli fungsi pemaksaan
Kelemahan pendekatan ini adalah terabaikannya masalah lingkungan tempat
diterapkannya kebijakan karena pembuatan kebijkan tidak berinteraksi dengan
lingkungan.
2.      Model Proses
Politik adalah sebuah aktivitas sehingga mempunyai proses. Proses yang diakui dalam
model proses ini adalah sebagai berikut:
a.       Identifikasi Permasalah
b.      Menata Agenda Formulasi Kebijakan
c.       Perumusan Proposal Kegiatan
d.      Legitimasi Kebijakan
e.       Implementasi Kebijakan
f.        Evaluasi Kebijakan

3.      Model Kelompok
Model kebijakan teori kelompok mengandaikan kebijakan sebagai titik
keseimbangan (equilibrium). Disini beberapa kelompok kepentingan berusaha
mempengaruhi isi dan bentuk kebijakan secara interaktif.[2]
4.      Model Elit
Berkembang dari teori elit masa dimana masyarakat sesungguhnya hanya ada dua
kelompok yaitu kelompok pemegang kekuasaan (elit) dan yang tidak memegang
kekuasaan. Kesimpulannya kebijakan yang muncul adalah bias dari kepentingan
kelompok elit dimana mereka ingin mempertahankan status quo. Model ini tidak
menjadikan masyarakat sebagai partisipan pembuatan kebijakan.
5.      Model teori Rasional
Pengambilan kebijakan berdasarkan perhitungan rasional. Kebijakan yang diambil
adalah hasil pemilihan suatu kebijakan yang paling bermanfaat bagi masyarakat. Disini
terdapat cost-benefit analysis atau analisa biaya dan manfaat.
Rangkaian formulasi kebijakan pada model ini :
a.       Mengetahui preferansi publik dan kecenderungannya
b.      Menemukan pilihan pilihan
c.       Menilai konsekuensi masing masing pilihan
d.      Menilai rasio nilai sosial yang dikorbankan
e.       Memilih alternatif kebijakan yang paling efisien
6.      Model Inkremental
Model ini adalah kritik dari model rasional, karena tidak pembuat kebijakan tidak
cukup waktu, intelektual dan biaya. Dengan model pemerintah menurut dengan kebijakan
dimasa lalu yang dimodifikasi.
Namun dari yang sudah terjadi pengambilan kebijakan masa lalu yang digunakan
lagi justru berdampak negatif. Contoh kebijakan pemerintah tentang desentralisasi,
kepartaian, Letter of Intent IMF, dan lainnya.
Kesimpulannya Kebijaka inkremental adalah berusaha mempertahankan
komitmen kebijakan di masa lalu untuk mempertahannkan kinerja yang telah dicapai.
7.      Model Teori Permainan
Gagasan pokok dari kebijakan dalam model teori permainan adalah:
a.       Formulasi kebijakan berada pada situasi kompetisi yang intensif
b.      Para aktor berada dalam situasi pilihan yang tidak independent ke dependen. Kunci
memenang kebijakan dalam model ini adalah tergantung kebijakan yang tahan dari
serangan lawan bukan yang paling optimum.
8.      Model Pilihan Publik
Model ini melihat kebijakan sebagai sebuah proses formulasi keputusan kolektif
dari individu yang berkepentingan atas keputusan tersebut. Secara umum model ini
adalah yang paling demokratis karena memberikan ruang yang luas kepada publik untuk
mengontribusikan pilihannya kepada pemerintah sebelum diambil keputusan. Namun
terkadang kebijakan yang diambil adalah kepentingan dari pendukung suatu partai maka
dari itu pemuasan yang diberikanpun hanya sepihak yaitu pada pemilih.
9.      Model Sistem
David Easton model sistem secara sederhana dapat dilihat seperti input-proses-
output. Kelemahan Model sistem adalah keterfokusan hanya pada apa yang dilakukan
pemerintah namun lupa tentang hal yang dilakukan pemerintah.
C.    Tahap-tahap dalam perumusan kebijakan
Tahap-tahap kebijakan publik menurut William Dunn adalah sebagai berikut:

1.      Penyusunan Agenda (Agenda Setting).


Penyusunan agenda (Agenda Setting) adalah sebuah fase dan proses yang sangat
strategis dalam realitas kebijakan publik. Sebelum kebijakan ditetapkan dan
dilaksanakan, pembuat kebijakan perlu menyusun agenda dengan memasukkan dan
memilih masalah-masalah mana saja yang akan dijadikan prioritas untuk dibahas.
Masalah-masalah yang terkait dengan kebijakan akan dikumpulkan sebanyak mungkin
untuk diseleksi. Dalam proses inilah memiliki ruang untuk memaknai apa yang disebut
sebagai masalah publik dan prioritas dalam agenda publik dipertarungkan. Jika sebuah
isu berhasil mendapatkan status sebagai masalah publik, dan mendapatkan prioritas
dalam agenda publik, maka isu tersebut berhak mendapatkan alokasi sumber daya publik
yang lebih daripada isu lain. Dalam agenda setting juga sangat penting untuk menentukan
suatu isu publik yang akan diangkat dalam suatu agenda pemerintah. Issue kebijakan
(policy issues) sering disebut juga sebagai masalah kebijakan (policy problem). Policy
issues biasanya muncul karena telah terjadi silang pendapat di antara para aktor
mengenai arah tindakan yang telah atau akan ditempuh, atau pertentangan pandangan
mengenai karakter permasalahan tersebut.
2.      Formulasi Kebijakan (Policy Formulating).
Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para
pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari
pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai
alternatif atau pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu
masalah untuk masuk dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan
masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil
untuk memecahkan masalah.
3.      Adopsi/ Legitimasi Kebijakan (Policy Adoption).
Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar
pemerintahan. Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh kedaulatan
rakyat, warga negara akan mengikuti arahan pemerintah. Namun warga negara harus
percaya bahwa tindakan pemerintah yang sah. Dukungan untuk rezim cenderung
berdifusi - cadangan dari sikap baik dan niat baik terhadap tindakan pemerintah yang
membantu anggota mentolerir pemerintahan disonansi. Legitimasi dapat dikelola melalui
manipulasi simbol-simbol tertentu. Di mana melalui proses ini orang belajar untuk
mendukung pemerintah.
4.      Implementasi Kebijakan (Policy Implementation).
Pada tahap inilah alternatif pemecahan yang telah disepakati tersebut kemudian
dilaksanakan. Pada tahap ini, suatu kebijakan seringkali menemukan berbagai kendala.
Rumusan-rumusan yang telah ditetapkan secara terencana dapat saja berbeda di
lapangan. Hal ini disebabkan berbagai faktor yang sering mempengaruhi pelaksanaan
kebijakan.
Kebijakan yang telah melewati tahap-tahap pemilihan masalah tidak serta merta
berhasil dalam implementasi. Dalam rangka mengupayakan keberhasilan dalam
implementasi kebijakan, maka kendala-kendala yang dapat menjadi penghambat harus
dapat diatasi sedini mungkin.
5.      Penilaian/ Evaluasi Kebijakan (Policy Evaluation).
Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang
menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi
dan dampak. Dalam hal ini , evaluasi dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional.
Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan
dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa
meliputi tahap perumusan masalh-masalah kebijakan, program-program yang diusulkan
untuk menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pembuatan kebijakan merupakan proses politik yang berlangsung dalam tahap-
tahap pembuatan kebijakan politik, dimana aktifitas politis ini dijelaskan sebagai proses
pembuatan kebijakan, dan difisualisasikan sebagai serangkaian tahap yang saling
bergantung satu sama lainnya, diatur menurut urutan waktu, seperti : penyusunan
anggota, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian
kebijakan.
Menurut Thomas R.Dye (1995) ada 9 model dalam merumuskan kebijakan publik:
Model Kelembagaan, Model Proses, Model Kelompok, Model Elit, Model Teori Rasional,
Model Inkremental, Model Teori Permainan, Model Pilihan Publik, Model Sistem.
Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang
menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi
dan dampak.

Anda mungkin juga menyukai